PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI 2013-2015)
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI 2013-2015)
The Effect Of Ownership Structure On Corporate Social Responsibility Disclosure
(Empirical Studies On Manufacturing Companies Listed In IDX 2013-2015)
Oleh
DWIKI ADITYA AGASHI 20130420268
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
(2)
HALAMAN JUDUL
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI 2013-2015)
The Effect Of Ownership Structure On Corporate Social Responsibility Disclosure
(Empirical Studies On Manufacturing Companies Listed In IDX 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperolah Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
DWIKI ADITYA AGASHI 20130420268
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
(3)
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Dwiki Aditya Agashi
NIM : 20130420268
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah diteliti atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan (daftar pustaka). Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 24 Januari 2017
Dwiki Aditya Agashi 20130420268
(4)
MOTTO
“Maka sesungguhya bersama kesulitan ada kemudahan. Apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap” (QS. Al-Insyirah 6-8)
“
Kata orang roda kehidupan itu berputar, yang
tadinya berada diatas bisa jadi berada dibawah.
Tapi roda itu tidak akan berputar jika tidak
digerakkan”
MOTTO
“The greatest secret of success is there is no big secret,
whoever you are, you will be successful if you endeavor in
(5)
PERSEMBAHAN
Sebuah karya kecil yang mendeskripsikan perjalanan studiku di
Akuntansi
Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta,
ku
persembahkan kepada orang-orang yang tercinta :
My Best Regard To
Allah SWT yang maha pengasih, atas semua nikmat dan karunia yang telah dianugerahkan kepada penulis.
Nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan dan pencerahan umat manusia dalam mencapai jalan yang diridhoi Allah SWT.
Ibuku, Ibuku, Ibuku, Ayahku, dan Kakakku yang tak pernah lelah memberikan support dan mencari nafkah untuk membiayai studi ku sampai ke tingkat perguruan tinggi. Terimakasih untuk setiap untaian doa yang kalian panjatkan untukku. Semoga Allah selalu melimpahkan kasih sayang dan karunia-Nya.
Ibu Dra. Arum Indrasari, M.Buss., Akt selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan saran dan petunjuk dalam menyusun skripsi.
Untukmu Tya Kusumawati yang sudah menemaniku dan selalu ada disampingku, terimakasih supportnya.
Sahabat dan teman seperjuanganku Denny Widjanarko terimakasih Dwen sudah banyak membantu baik dalam kuliah maupun dalam skripsi.
Sahabatku yang tergabung dalam group Chipmunk, persahabatan kita yang sudah seperti keluarga, semua nya sama sama pekok dan gila, tapi yang paling penting kita enggak goblok. Persaudaraan kita tetap solid dari september 2013 sampai selama lama lama lama lama lama lamanya. Teman-teman akuntansi kelas G, kelas yang paling kompak seangkatan
akuntansi 2013 UMY.
Teman seperjuangan anak didik bimbingan Ibu Arum yang sama sama bekerja keras untuk menyelesaikan skripsi.
(6)
Teman-teman KKN yang telah menjadi keluarga baru dalam menjalani masa-masa KKN, especially buat dwi nandari, tam-tam, bu isha, devi, meliza.
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
INTISARI ...v
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN MOTTO ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
BAB I ...1
PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II ...10
TINJAUAN PUSTAKA ...10
A. Landasan Teori ... 10
1.Teori Stakeholder ... 10
2.Teori Legitimasi ... 11
(8)
4.Pengungkapan corporate social responsibility (CSR disclosure) ... 14
5.Struktur Kepemilikan ... 17
6.Kepemilikan Institusional ... 17
7.Kepemilikan Manajerial ... 18
8.Kepemilikan Asing ... 19
B. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 20
1.Pengaruh Kepemilikan Saham Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur... 20
2.Pengaruh Kepemilikan Saham Manajerial terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur... 22
3.Pengaruh Kepemilikan Saham Asing terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur ... 23
C. Model Penelitian ... 25
BAB III ...26
METODE PENELITIAN ...26
A. Populasi ... 26
B. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 26
C. Jenis Data ... 27
D. Teknik Pengumpulan Data ... 27
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27
1.Variabel Dependen ... 28
2.Variabel Independen ... 29
3.Variabel Kontrol ... 30
F. Metode Analisis Data ... 32
1.Uji Statistik Deskriptif ... 32
(9)
G. Pengujian Hipotesis ... 34
1.Analisis Regresi Berganda ... 34
2.Uji Koefisian Determinan (R 2) ... 35
3.Uji F(Regresi Simultan) ... 35
4.Uji t (Regresi Parsial) ... 36
BAB IV ...37
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...37
A. Deskripsi Umum ... 37
B. Uji Kualitas Data ... 38
Uji Statistik Deskriptif ... 38
1. C. Uji Asumsi Klasik ... 40
1.Uji Normalitas ... 40
2.Uji Autokorelasi ... 40
3.Uji Multikolinearitas ... 41
4.Uji Heteroskedastisitas ... 42
D. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 43
Uji Koefisien Determinasi (adjusted R2) ... 43
1. Uji Pengaruh Simultan (Uji F) ... 44
2. Uji t ... 45
3. E. Pembahasan ... 47
BAB V...51
SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ...51
A. Simpulan ... 51
B. Saran ... 52
(10)
DAFTAR PUSTAKA ...52 LAMPIRAN ...52 DAFTAR PUSTAKA
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Ada Tidaknya Autokorelasi ... 33
Tabel 4.1 Proses Pengambilan Sampel ... 37
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ... 38
Tabel 4.3 Uji Normalitas ... 40
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ... 40
Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas ... 41
Tabel 4.6 Uji Heteroskedastisitas ... 42
Tabel 4.7 Uji Koefisien Determinan ... 43
Tabel 4.8 Uji F ... 44
Tabel 4.9 Uji t ... 45
(12)
DAFTAR GAMBAR
(13)
(14)
(15)
(16)
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of ownership structure on corporate social responsibility disclosure on manufacturing companies. The ownership structure which are examined are institutional ownership, managerial ownership, foreign ownership, and firm size, leverage, and ROA (Return On Asset) as control variable. The extent of CSR Disclosure based on the GRI (Global Reporting Initiatives) indicators version 4.0.
The population of this research is the manufacturing companies listed in IDX
(Indonesia Stock Exchange) in the year of 2013-2015. Based on purposive sampling method, sample of this research is 48 companies. Data analysis is used process by classic assumption, and hypothesis test is used multiple regression method in SPPS 22.0 software.
This research’s results show that managerial and foreign ownership has a positive and significant effect on CSR disclosure. While institutional ownership has no significant effect on CSR disclosure.
Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure, institutional ownership, managerial ownership, foreign ownership.
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) merupakan sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line. Konsep single bottom line merupakan nilai perusahaan (corporate value) yang hanya direfleksikan melalui kondisi financial “keuangannya saja” (Daniri, 2008). Kesadaran akan pentingnya tanggung jawab sosial dilandasi pada pemikiran bahwa suatu perusahaan tidak hanya memenuhi kewajiban kepada para pemegang saham (shareholders), tetapi juga harus memperhatikan kewajiban kepada pihak lain yang mempunyai kepentingan (stakeholders).
CSR menunjukkan bahwa perusahaan seharusnya berpijak pada konsep triple bottom lines. Konsep triple bottom lines merupakan tanggung jawab perusahaan yang mencakup aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan (Rustiarini, 2011). Menurut Deegan (2002) apabila konsep triple bottom lines
diimplementasikan dalam suatu perusahaan, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut juga melaksanakan kegiatan sosial tidak hanya berfokus pada kegiata ekonominya saja. Dengan demikian, konsep triple bottom lines dapat mengakomodasi kepentingan para shareholder dan stakeholder.
(18)
Dalam Al-Qur’an Allah SWT memerintahkan manusia untuk senantiasa menjaga alam dan sekitarnya agar terhindar dari kerusakan. Konsep tersebut sama dengan tujuan utama corporate social responsibility yaitu agar suatu perusahaan bertanggung jawab terhadap dampak dari kegiatan operasi yang dijalankan perusahaan. Dampak yang dimaksud adalah adanya kerusakan atau pencemaran seperti adanya pencemaran lingkungan, efek rumah kaca, pembuangan limbah, kesenjangan antara atasan dan bahasan, hak asasi manusia, ketenagakerjaan dsb. Seperti yang terkandung dalam Q.S Ar Rum ayat 41 sebagai berikut :
Artinya :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar Rum:41).
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa perbuatan manusia dapat menimbulkan kerusakan di darat dan di laut, begitu juga dengan perusahaan-perusahaan yang dalam aktivitasnya tidak memperhatikan tanggung jawabnya kepada lingkungan maka akan menimbulkan kerusakan dan dampak yang serupa. Oleh sebab itu praktik corporate social reponsibility merupakan kewajiban yang harus dilakukan, karena dengan melakukan praktik corporate social reponsibility
merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban atas kegiatan operasi yang dilakukannya.
(19)
Praktik CSR (corporate social reponsibility) di Indonesia semakin menguat setelah diterbitkannya Undang-Undang No. 40 tahun 2007 yang mengatur tentang PT (Perseroan Terbatas). Dalam UU No. 40 tahun 2007, pasal 1 point 3 menyebutkan bahwa PT yang menjalankan usaha pada bidang yang bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan CSR. Dalam UU No. 40 tahun 2007 pasal 66 ayat 2C, menyatakan bahwa semua PT (Perseroan Terbatas) wajib melaporkan pelaksanaan CSR dalam laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan informasi terkait pelaksaan kegiatan CSR perusahaan telah dianjurkan dalam PSAK No.1 tahun 2009 paragraf 09 tentang Penyajian Laporan Keuangan, bagian Tanggung Jawab Atas Laporan Keuangan.
Meskipun peraturan tentang pelaksanaan dan pelaporan CSR telah ditetapkan, namun peraturan tersebut belum memberikan pedoman khusus terkait informasi apa saja dan bagaimana informasi tersebut harus dilaporkan, sehingga pengungkapan CSR yang memadai dianggap masih kurang. Pengungkapan CSR selama ini hanya digunakan oleh perusahaan untuk membangun image kepada
stakeholder bahwa perusahaan peduli terhadap sosial dan lingkungan disekitarnya (Gray et al, 1995).
Dalam penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rustiarini (2010), Karina (2013), Kristi (2013), dan Amsyari (2013) mean atau rata-rata pengungkapan CSR dalam statsistik deskriptif yaitu sebesar 0,4946, 0,3258, 0,3026, dan 1,7496. Hal tersebut berarti bahwa fenomena pengungkapan CSR masih sangat bervariasi dan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal inilah
(20)
yang menjadi research gap dalam penelitian ini, sehingga isu CSR menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
Saat ini kondisi keuangan saja tidak cukup untuk menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar, di berbagai tempat, dan waktu muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidupnya. Dengan memperhatikan tanggung jawab sosial melalui pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan, perusahaan akan mendapat legitimasi sosial (Haniffa dan Coke, 2005). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sayekti dan Wondabio (2007) yang menyatakan bahwa dengan menerapkan dan mengungkapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan dapat memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang.
Pelaksanaan corporate social responsibility tidak dapat terlepas dari penerapan GCG (Good Corporate Governance). GCGI (Good Corporate Governance Indonesia) menyatakan bahwa tujuan pelaksanaan corporate governance untuk mendorong timbulnya kepedulian perusahaan terhadap sosial dan lingkungan sekitarnya. Salah satu faktor GCG yang berpangaruh terhadap
corporate sosial responsibility adalah struktur kepemilikan. Beberapa penelitian memberikan hasil yang signifikan terkait pengaruh struktur kepemilikan terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility. Hal ini sejalan dengan prinsip transparansi, dimana perusahaan dengan kepemilikan institusional dan
(21)
kepemilikan asing yang besar akan memiliki tanggung jawab yang besar juga untuk dapat mengungkapkan aktivitasnya (Rosmasita, 2007).
Struktur kepemilikan saham dalam perusahaan timbul karena adanya perbedaan proporsi saham yang dimiliki oleh investor. Perusahaan dapat dimiliki oleh seorang individu, karyawan dalam perusahaan (manajerial), masyarakat luas, pemerintah, maupun pihak asing. Perbedaan terkait proporsi saham tersebut akan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan pada laporan tahunan perusahaan. Apabila banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, maka pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan juga akan semakin detail (Tamba et al, 2011).
Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial merupakan dua mekanisme utama corporate governance yang dapat membantu dalam masalah keagenan (Jensen dan Meckling, 1976). Menurut Sujono dan Soebiantoro (2007) kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dalam perusahaan, yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen. Sedangkan menurut Shien et al (2006) kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh institusi diluar perusahaan seperti institusi keuangan, institusi pemerintahan, institusi luar negeri, institusi berbadan hukum, dan institusi lain. Menurut Tamba et al (2011) dalam pengungkapan yang terkait dengan kepemilikan manajerial hanya dilakukan seperlunya saja, karena kepemilikan tersebut dimiliki oleh pihak dalam perusahaan sehingga dengan mudah untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan meskipun dalam laporan tahunan tidak diungkapkan.
(22)
Kepemilikan institusional pada umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor kinerja perusahaan. Apabila kepemilikan institusional perusahaan besar akan mengindikasikan kemampuan yang baik dalam memonitor kinerja perusahaan. Sehingga dengan adanya kepemilikan institusional yang besar akan mendorong pengawasan yang lebih optimal (Faizal, 2004). Menurut Ririn (2011) semakin tinggi kepemilikan institusional dan kepemilikan asing maka pengawasan terhadap manajemen dalam melakukan dan mengungkapkan kegiatan sosial perusahaan juga semakin ketat.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali pengaruh struktur kepemilikian terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Hal ini dilakukan karena masih banyaknya penelitian yang serupa tetapi hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya tidak konsisten, sehingga isu tentang pengungkapan CSR menjadi isu yang penting untuk dijadikan penelitian. Peneliti menggunakan struktur kepemilikan perusahaan yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan asing. Semakin besar kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan asing maka tekanan untuk melakukan pengungkapan corporate social responsibility juga akan semakin besar. Pengungkapan corporate social responsibility merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan bahwa perusahaan peduli terhadap masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa struktur kepemilikan saham adalah salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan dalam melakukan pengungkapan corporate social
(23)
responsibility yang pada akhirnya dapat meningkatkan reputasi, image, dan legitimasi perusahaan.
Rustiarini (2011) melakukan penelitian terhadap 56 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008, dengan menguji pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap pengungkapan CSR, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Karima (2013) melakukan penelitian terhadap 32 perusahaan publik yang
listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011, dengan menggunakan 3 variabel independen yaitu, kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, dan kepemilikan institusional. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan kepemilikan manajerial dan kepemilikan asing tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Kristi (2013) melakukan penelitian untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR pada perusahaan publik di Indonesia. Hasilnya ukuran perusahaan dan media exposure berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan profitabilitas dan kepemilikan asing tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti akan mengambil judul “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Terhadap
(24)
Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Penelitian ini masih melanjutkan penelitian Rustiarini (2011) dan Karima (2013), yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sampelnya, dimana peneliti menggunakan sampel dengan periode waktu terbaru yaitu tahun 2013-2015 dan periode waktu yang lebih lama yaitu 3 tahun. Penelitian ini juga menggunakan pengukur pengungkapan CSR terbaru yaitu GRI G4.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan sebelumya maka yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah :
a. Apakah kepemilikan saham institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur?
b. Apakah kepemilikan saham manajerial berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur?
c. Apakah kepemilikan saham asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitan ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris :
(25)
a. Bahwa kepemilikan saham institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur.
b. Bahwa kepemilikan saham manajerial berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur.
c. Bahwa kepemilikan saham asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Manfaat dalam bidang akademisi
Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat menambah pengetahuan serta memperoleh gambaran langsung bagaimana pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap pengungkapan corporate social responsibility
pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Selain itu, dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
b. Manfaat dalam bidang praktik
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan yang melakukan pengungkapan corporate social responsibilty
dan memberikan masukan bagi pemerintah atau pembuat kebijakan untuk membuat standar khusus terkait corporate social responsibility di Indonesia.
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Stakeholder
Menurut teori stakeholder perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan perusahaan sendiri, namun harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian keberadaan dari suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan stakeholder perusahaan tersebut. Para
stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat, konsumen, karyawan, supplier, pemerintah, pasar modal, dan pihak lainnya yang berkepentingan (Ghozali dan Chariri, 2007).
Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada siapa saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 2011). Perusahaan harus menjaga hubungan yang baik dengan stakeholdernya, terutama stakeholder yang mempunyai peran terkait dengan ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan, misalnya saja tenaga kerja (Ghozali dan Chariri, 2007). Salah satu strategi yang dapat digunakan perusahaan untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholdernya adalah dengan melakukan pengungkapan CSR.
(27)
2. Teori Legitimasi
Menurut Deegan (2002) salah satu faktor yang digunakan oleh para peneliti sebagai motif dibalik pengungkapan CSR adalah adanya keinginan untuk melegitimasi operasi perusahaan. Kedudukan perusahaan sebagai bagian dari masyarakat ditunjukkan dengan kegiatan perusahaan yang seringkali memengaruhi masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Eksistensi perusahaan dapat diterima oleh anggota masyarakat apabila dapat menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku, sebaliknya eksistensi perusahaan dapat terancam apabila perusahaan tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut atau bahkan merugikan (Ririn, 2011).
Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi harus mencoba meyakinkan bahwa mereka telah melakukan kegiatan yang sesuai dengan batasan dan norma-norma dalam masyarakat. Legitimasi dianggap sebagai asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan tindakan yang diinginkan, pantas, dan sesuai dengan norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Rawi dan Munandar, 2010).
Menurut Nurkhin (2009) teori legitimasi adalah implementasi kontrak sosial yang didasarkan antara masyarakat dan institusi sosial. Menurut Reverte (2009) teori legitimasi secara tegas mengakui bahwa suatu bisnis dibatasi oleh kontrak sosial yang menyatakan bahwa perusahaan sepakat menunjukkan kegiatan sosialnya agar perusahaan tersebut memperoleh penerimaan dari masyarakat, yang pada akhrinya akan menjamin kelangsungan perusahaan pada masa mendatang.
(28)
Kegiatan perusahaan dapat menimbulkan dampak bagi masyarakat dan lingkungan disekitarnya, sehingga pengungkapan CSR merupakan cara yang dapat digunakan agar terhindar dari konflik sosial dan lingkungan. Selain itu pengungkapan CSR merupakan wujud akuntabilitas perusahaan kepada publik untuk menjelaskan berbagai dampak sosial dan lingkungan, baik berupa dampak baik ataupun dampak buruk yang ditimbulkan oleh perusahaan (Chairi, 2008).
3. Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Untung (2008) corporate social responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.
Menurut Anggraini (2006) corporate social responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu perusahaan untuk secara sukarela memperhatikan tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan sosial dalam kegiatan operasi yang dilakukan perusahaan.
Adapun arti corporate social responsibility menurut ISO 26000 yaitu:
“Responsibility of an organization for the impacts of its decisions activities on society and the environment, through transparent and ethical behavior
that contributes to sustainable development, including health and the
welfare of society; takes into account the expectations of stakeholder; is in
(29)
behavior; and is integrated throughout the organization and practiced in its
relationship”.
Menurut The World Business Council for Suistainable Development CSR adalah :
“The countinuing commitment by business to behave ethically and
contribute to economic development while improving the quality of life of
the workforce and their families as well as of the local community
involvement, stakeholder rights, CSR performance monitoring and
assesment”.
Tujuan dari corporate social responsibility adalah bentuk pertanggung jawaban perusahaan kepada sosial dan lingkungan sebagai wujud komitmen bisnis perusahaan yang dilakukan secara berkesinambungan dengan prosedur yang legal guna meningkatkan kualitas hidup stakeholders.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa corporate social responsibility adalah bentuk pertanggung jawaban perusahaan dalam dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan yang dilakukan secara berkesinambungan sebagai akibat dampak operasi yang ditimbulkan untuk mengakomodasi kepentingan stakeholders.
4. Pengungkapan corporate social responsibility (CSR disclosure)
Tujuan utama pengungkapan laporan tahunan perusahaan untuk memberikan informasi baik keuangan maupun non keuangan kepada stakeholders maupun
(30)
Menurut Ghozali dan Chariri (2007) pengungkapan berarti bahwa suatu laporan keuangan harus dapat memberikan informasi yang jelas dan cukup mengenai hasil aktivitas yang telah dilakukan oleh suatu unit usaha. Suwardjono (2005) menyatakan bahwa secara konseptual pengungkapan adalah bagian dari suatu pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan adalah langkah akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh laporan keuangan.
Hendriksen (1991) mendefinisikan pengungkapan (disclosure) sebagai hal yang tidak menutupi atau tidak menyembunyikan, apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, pengungkapan (disclosure) mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi mengenai hasil aktivitas usaha tanpa menutupi informasi yang sesungguhnya. Pengungkapan sendiri terbagi menjadi dua, yaitu pengungkapan yang bersifat wajib (mandatory) dan pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary). Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) adalah pengungkapan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standar tertentu. Sedangkan pengungkapa sukarela (voluntary disclosure) adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan diluar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi.
Pengungkapan CSR sendiri termasuk salah satu jenis pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary disclosure). Oleh sebab itu perusahaan mempunyai kebebasan untuk mengungkapkan informasi terkait kegiatan CSR yang dilakukannya. Karena pengungkapan CSR masih bersifat voluntary dan tidak ada
(31)
format yang baku, hal tersebut menyebabkan pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Setiap pelaku ekonomi seharusnya tidak hanya berusaha untuk memaksimalkan laba dan bertanggung jawab terhadap kepentingan pemegang saham (shareholders), tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosialnya kepada para pemangku kepentingan (stakeholders), dan hal tersebut harus diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan, sebagaimana dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 paragraph ke 9:
“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added
statement), khususnya bagi industri dimana faktor- faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industry yang menganggap pegawai
sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”
Ada berbagai cara untuk meraih kepecayaan dari para stakeholder dan mendapatkan value added bagi perusahaan, salah satunya adalah dengan meningkatkan kredibilitas perusahaan melalui pengungkapan CSR secara lebih luas untuk membangun image yang baik bagi perusahaan (Rahayu, 2008).
ACCA (Association of Chartered Certified Accountants) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan harus diungkap dalam sebuah laporan yang disebut laporan berkelanjutan (sustainability reporting). Sustainability reporting
merupakan pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, sosial dan lingkungan, pengaruh dan kinerja organisasi, serta produknya dalam konteks pembangunan
(32)
berkelajutan (sustainable development). Sustainability reporting meliputi pelaporan kebijakan perusahaan terkait kegiatan ekonomi, lingkungan, dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi.
Salah satu badan yang aktif mengeluarkan pedoman terkait dengan pengungkapan CSR adalah GRI (Global Reporting Initiative). Dalam standar yang dikeluarkan oleh GRI terdapat indikator kinerja yang dibagi menjadi 3 komponen yaitu : ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Komponen sosial mencakup tentang HAM (hak asasi manusia), lingkungan kerja, praktik ketenagakerjaan, pertanggung jawaban terhadap produk, dan tanggung jawab terhadap masyarakat.
Menurut Rosmasita (2007) tujuan pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan image atau citra perusahaan dan mempertahankannya, biasanya secara implisit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik.
2. Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kontrak sosial diantara organisasi dan masyarakat. Keberadaan kontrak sosial ini menuntut dibebaskannya akuntabilitas sosial.
3. Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada para investor.
Jadi kesimpulannya pengungkapan corporate social responsibility adalah informasi yang diberikan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggung jawaban dalam dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan yang dilakukan secara
(33)
berkesinambungan sebagai akibat dampak operasi yang ditimbulkan untuk mengakomodasi kepentingan stakeholders.
5. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham yang merupakan perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh “orang dalam” (insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata lain struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, dan kepemilikan asing dalam kepemilikan saham perusahaan. Dalam menjalankan kegiatannya, suatu perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang ditunjuk oleh pemegang saham (principals).
6. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti yayasan, bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, perusahaan berbentuk perseroan (PT), dan institusi lainnya. Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena mereka sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Oleh karena menguasai saham mayoritas, maka pihak institusional dapat melakukan pengawasan terhadap kebijakan manajemen secara lebih kuat dibandingkan dengan pemegang saham lainnya.
Menurut Jensen dan Meckling (1976), salah satu cara untuk mengurangi
agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan institusional yang berfungsi untuk mengawasi agen. Dengan kata lain, akan mendorong pengawasan yang optimal terhadap kinerja manajemen. Hal ini menunjukkan bahwa
(34)
peningkatan persentase kepemilikan institusional dapat menurunkan persentase kepemilikan manajerial karena kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional bersifat saling menggantikan sebagai fungsi monitoring (Suranta dan Machfoedz, 2003).
Peningkatan kepemilikan institusional menyebabkan pengawasan yang ketat terhadap kinerja manajemen sehingga secara otomatis manajemen akan menghindari perilaku yang merugikan prinsipal. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin kuat kendali yang dilakukan pihak eksternal terhadap perusahaan.
7. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Rustiarini, 2011). Pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan. Keberadaan manajemen perusahaan mempunyai latar belakang yang berbeda, antara lain: pertama, mereka mewakili pemegang saham institusi, kedua, mereka adalah tenaga- tenaga professional yang diangkat oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ketiga, mereka duduk di jajaran manajemen perusahaan karena turut memiliki saham.
Berdasarkan teori keagenan, hubungan antara manajemen dengan pemegang saham, rawan untuk terjadinya masalah keagenan. Teori keagenan menyatakan bahwa salah satu mekanisme untuk memperkecil adanya konflik agensi dalam perusahaan adalah dengan memkasimalkan jumlah kepemilikan manajerial.
(35)
Dengan menambah jumlah kepemilikan manajerial, maka manjemen akan merasakan dampak langsung atas setiap keputusan yang mereka ambil karena mereka menjadi pemilik perusahaan (Jensen dan Meckling 1976).
8. Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri. Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap
concern terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan (Djakman dan Machmud, 2008).
Jika dilihat dari sudut pandang stakeholders, pengungkapan CSR merupakan alat yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan masyarakat. Menurut Puspitasari (2009), apabila perusahaan memiliki kontrak dengan foreign stakeholders baik dalam ownership dan trade, maka perusahaan akan lebih didukung dalam melakukan pengungkapan CSR.
Menurut Angling dan Mahatma (2010), terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan yang memiliki kepemilikan saham asing harus memberikan pengungkapan yang lebih dibandingkan dengan yang tidak memiliki kepemilikan saham asing sebagai berikut: Pertama, perusahaan asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik dalam bidang akuntansi dari perusahaan induk di luar negeri. Kedua, perusahaan tersebut mungkin punya sistem informasi yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan internal dan kebutuhan perusahaan induk. Ketiga, Kemungkinan permintaan yang lebih besar pada perusahaan berbasis asing dari pelanggan, pemasok, dan masyarakat umum.
(36)
Penelitian yang dilakukan Rustiarini (2008) menemukan bahwa kepemilikan asing berpengaruh pada pengungkapan CSR. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Djakman dan Machmud (2008) menemukan bahwa struktur kepemilikan saham termasuk kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006.
B. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1. Pengaruh Kepemilikan Saham Institusional terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur
Pemegang saham institusional pada umumnya berbentuk badan atau institusi yang terdiri dari institusi perbankan, institusi asuransi, institusi reksadana, dan institusi lainnya. Pemegang saham institusional pada umunya memiliki pendanaan yang cukup besar sehingga merupakan pemegang saham dengan proporsi yang besar. Proporsi kepemilikan saham yang besar akan meningkatkan usaha pengawasan, hal tersebut dilakukan agar terhindar dari perilaku
opportunistic manajer. Kepemilikan institusional juga dapat digunakan untuk mengurangi masalah keagenan karena akan meningkatkan proses monitoring atau pengawasan. Investor institusional juga memiliki kepentingan untuk membangun citra, image, dan reputasi perusahaan (Mursalim, 2007).
Menurut Karima (2013), kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan institusioanl dalam perusahaan, maka tekanan
(37)
terhadap manajemen perusahaan untuk mengungkapkan CSR pun semakin besar. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian penelitian Anggraini (2006), Matoussi dan Chakroun (2008), serta Murwaningsari (2009) yang menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan maka tekanan terhadap manajemen untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial pun akan semakin besar.
Pemegang saham institusional memiliki kekuatan dan pengalaman serta bertanggung jawab dalam penerapan corporate governance untuk melindungi hak dan kepentingan seluruh pemegang saham sehingga perusahaan dituntut untuk meningkatkan pengungkapan CSR. Dengan demikian, kepemilikan institusional dapat meningkatkan kuantitas serta kualitas pengungkapan sukarela (voluntary) sehingga dapat meningkatkan pengungkapan corporate social responsibility. Penelitian ini menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap pengungkapan CSR.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Kepemilikan saham institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur
2. Pengaruh Kepemilikan Saham Manajerial terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur
Kepemilikan saham manajerial adalah kondisi dimana dalam sebuah perusahaan, seorang manajer memiliki saham, dan sekaligus ditunjuk sebagai
(38)
pemegang saham (Rustiarini, 2011). Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan, tentunya akan menyelaraskan kepentingannya sebagi pemegang saham dan kepentingannya sebagai seorang manajer. Semakin besar kepemilikan manajerial makan semakin produktif pula dalam memaksimalkan nilai perusahaan (Rustiarini, 2011).
Semakin tinggi tingkat kepemilikan manajerial semakin tinggi pula motivasi untuk melakukan pengungkapan aktivitas yang dilakukan perusahaan (Fama dan Jensen, 1983). Penelitian yang dilakukan Nasir dan Abdullah (2004) menunjukkan bahwa kepemilikan saham manajerial berpengaruh positif dalam hubungan antara kepemilikan saham manajerial dengan luas pengungkapan
corporate social responsibility. Rosmasita (2007) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan CSR di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan saham manajerial maka tanggung jawab perusahaan untuk mengungkapkan CSR semakin luas.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Kepemilikan saham manajerial berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur
3. Pengaruh Kepemilikan Saham Asing terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur
Kepemilikan saham asing merupakan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik yang dimiliki oleh individu maupun entitas,
(39)
terhadap saham perusahaan yang berada di Indonesia (Rustiarini, 2011). Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (Machmud dan Djakman, 2008). Jika dilihat dari sisi stakeholder perusahaan, pengungkapan CSR merupakan salah satu media yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di sekitarnya. Dengan kata lain, apabila perusahaan memiliki kontrak dengan foreign stakeholders baik dalam ownership dan trade, maka perusahaan akan lebih didukung dalam melakukan pengungkapan CSR (Puspitasari, 2009).
Menurut Rustiarini (2011) kepemilikan asing mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan saham asing maka tekanan terhadap manajemen perusahaan untuk mengungkapkan CSR juga akan semakin besar.
Fauzi (2006) menyatakan bahwa pihak asing dianggap lebih concern
terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Seperti yang diketahui bahwa negara di Benua Eropa sangat memperhatikan masalah sosial yang meliputi (HAM) hak asasi manusia, ketenaga kerjaan, kesehatan, pendidikan dan lingkungan seperti adanya efek rumah kaca, penebangan pohon secara liar, serta pencemaran lingkungan. Hal inilah yang menjadikan perusahaan multinasional mengubah perilaku mereka dalam beroperasi demi menjaga reputasi dan legitimasi perusahaan.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Kepemilikan saham asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan
(40)
C. Model Penelitian
Gambar 2.1 Model Penelitian
h1 (+) h2 (+)
h3 (+)
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Asing Kepemilikan
Manajerial Pengungkapan CSR
Size
ROA
(41)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh perusahaan manufaktur yang telah go public dan tercatatdalam BEI (Bursa Efek Indonesia) pada periode tahun 2013-2015. Peneliti memilih perusahaan manufaktur karena dianggap mewakili sektor industri dan sektor industri merupakan sektor yang dianggap paling sensitif terkait isu sosial dan lingkungan. Peneliti menggunakan data perusahaan yang telah go public karena perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk melaporkan laporan keuangannya kepada pihak eksternal. Selain itu, perusahaan yang telah go public juga dapat diandalkan karena laporan keuangannya telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik.
B. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling atau pemilihan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan manufaktur yang telah melaporkan laporan tahunannya pada BEI periode tahun 2013-2015.
2. Perusahaan yang memiliki informasi struktur kepemilikan saham. 3. Laporan Keuangan dinyatakan dalam rupiah.
(42)
C. Jenis Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder, data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung karena melalui media perantara, yaitu diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Dalam penelitian ini data sekundernya berupa laporan tahunan perusahaan manufaktur yang telah tercatat di BEI pada tahun 2013-2015.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah metode dokumentasi, dokumentasi adalah teknik pengambilan data dengan cara mencari dan mengumpulkan data yang diperoleh dari laporan tahunan perusahaan yang dipublikasi. Peneliti mengumpulkan data dengan cara melakukan penelusuran terhadap laporan tahunan perusahaan pada tahun 2013-2015. Sumber data diperoleh melalui website BEI (www.idx.co.id), website resmi perusahaan manufaktur, dan pojok Bursa Efek Indonesia UMY.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Pada penelitian ini peneliti hanya membatasi pembahasannya pada pengujian apakah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Pada penelitian ini peneliti menggunakan pengungkapan
corporate social responsibility (CSR) sebagai variabel dependen dan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan asing sebagai variabel independen. Peneliti juga menggunakan ukuran perusahaan (size), profitabilitas
(43)
(ROA) ,dan leverage sebagai variabel kontrol. Pada penelitian ini peneliti mengambil sampel perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI pada tahun 2013-2015.
1. Variabel Dependen a. Pengungkapan CSR
Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan CSR (corporate social responsibility). Pengungkapan corporate social responsibility adalah informasi yang diberikan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggung jawaban dalam dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan yang dilakukan secara berkesinambungan sebagai akibat dampak operasi yang ditimbulkan untuk mengakomodasi kepentingan stakeholders.
Instrumen pengukuran CSR yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan proksi Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) berdasarkan indikator GRI (Global Reporting Initiatives) versi 4.0 yang diperoleh dari website resmi GRI yaitu www.globalreporting.org. Indikator ini digunakan karena merupakan aturan internasional yang telah diakui oleh perusahaan dunia, indikator GRI terdiri dari 3 fokus pengungkapan yaitu : ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Pengukuran ini mengacu pada penelitian Nur dan Priantinah (2012) yang menggunakan content analysis dalam mengukur variety dari CSRDI. Tetapi karena isu mengenai CSR merupakan isu yang cepat berkembang maka butuh pembaharuan dan penyesuaian, sehingga terdapat perbedaan indeks GRI yang
(44)
digunakan untuk mengukurnya. GRI telah mengembangkan indeks versi 4.0 (G4) sebagai penyempurnaan dari versi yang sebelumnya, peneliti menggunakan indeks GRI G4 karena dianggap yang paling sesuai dengan isu saat ini.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan dikotomi dimana setiap item
CSR dalam instrumen penelitian diberikan nilai 1 jika item diungkapkan, dan nilai 0 jika item tidak diungkapkan. Selanjutnya nilai dari setiap item tersebut dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan nilai total untuk setiap perusahaan. Rumus penghitungan CSRDI adalah sebagai berikut :
Keterangan :
CSRDIj : CSR Disclosure Index perusahaan j.
Xij : 1 : Jika item i diungkapkan, 0 : Jika item i tidak diungkapkan. nj : Jumlah itemuntuk perusahaan j, nj ≤ 91.
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan asing.
a. Kepemilikan institusional
Variabel kepemilikan institusional dihitung dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusi. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak yang berbentuk institusi, seperti: bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, dan institusi lain (Tamba
(45)
b. Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan besarnya tingkat kepemilikan atau proporsi saham yang dimiliki oleh pihak manajemen (Wien, 2010). Kepemilikan manajerial diukur dengan menggunakan persentase saham yang dimilki oleh pihak manajemen dengan saham yang beredar. Apabila semakin besar saham yang dimiliki oleh pihak manajemen, maka informasi yang diungkapkan oleh perusahaan diharapkan juga semakin banyak, hal ini karena pihak yang membutuhkan informasi terkait perusahaan juga semakin banyak.
c. Kepemilikan asing
Kepemilikan asing diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh pihak asing dengan jumlah saham yang beredar (Said et.al, 2009). Semakin besar saham yang dimiliki oleh pihak asing, maka informasi yang akan diungkapkan oleh perusahaan diharapkan juga semakin banyak, hal ini karena pihak yang membutuhkan informasi terkait perusahaan juga semakin banyak.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah: ukuran perusahaan (size), profitabilitas, dan leverage.
(46)
a. Ukuran perusahaan (size)
Ukuran perusahaan (size) adalah variabel yang sering digunakan untuk menjelaskan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini berkaitan dengan teori agensi, dimana jika ukuran suatu perusahaan besar, maka informasi yang harus diungkap dalam laporan tahunan perusahaan juga akan semakin banyak (Wien, 2010). Ukuran perusahaan (size) dapat dilihat dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat menentukan besar kecilnya suatu perusahaan (Saleh et.al, 2010). Dalam penelitian ini peneliti mengukur ukuran perusahaan (size) dengan log natural atas nilai buku total aset perusahaan.
b. Profitabilitas
Profitabilitas adalah ukuran keberhasilan manajemen yang ditunjukkan dengan laba, laba yang diperoleh merupakan akibat dari kegiatan penjualan maupun investasi. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan, dimana pada penelitian ini merujuk pada penelitian Rosmasita (2007) yang mengukur profitabilitas dengan ROA (Return on Asset). ROA adalah ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
c. Leverage
Leverage menunjukkan penggunaan dana yang disertai dengan biaya tetap, semakin tinggi tingkat leverage maka besar kemungkinan perusahaan akan
(47)
melanggar perjanjian kreditnya, jika demikian perusahaan akan berusaha melaporkan laba yang lebih tinggi dengan cara mengurangi biaya-biaya termasuk biaya pengungkapan CSR (Anggraini, 2006).
F. Metode Analisis Data 1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau pemaparan mengenai variabel penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan antara lain : mean, median, minimum, maximum, dan standar deviasi, selain itu juga disajikan tabel deskripsi tiap variabel (Ghozali, 2007).
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Metode pengujian normalitas yang dapat digunakan adalah Uji Kolmogorov-Smirnov (Uji-KS). Data dikatakan memiliki distribusi normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari alpha 0,05 atau 5%. (Ghozali, 2006).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel independen dalam suatu model regresi
(48)
linier berganda. Pengujian ini hanya dapat dilakukan untuk penelitian yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Uji multikolinearitas dapat dilihat dengan cara menganalisis nilai VIF (Variance-Inflation Factor). Data dikatakan tidak terkena multikolineritas apabila nilai Variance Inflation Factors (VIF) < 10 (Ghozali, 2006).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji D-W) dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi
positif
Tidak Disimpulkan (No decision)
dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negative Tolak 4dl < d < 4 Tidak ada korelasi negative Tidak Disimpulkan
(No decision)
4du ≤ d ≤ 4dl Tidak ada autokorelasi,
positif atau negative
Diterima du < d < 4du
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model
(49)
regresi. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Park. Uji Park dilakukan dengan cara menstransformasikan data menjadi logaritma natural, kemudian diregresikan. Data dikatakan tidak terkena heteroskedastisitas apabila nilai signifikansi nya > alpha 0,05 atau 5% (Ghozali, 2006).
G. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan Analisis Regresi, Koefisien Determinan ( ), Uji F, dan Uji t.
1. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda yaitu suatu alat ukur yang digunakan untuk menguji hipotesis yang dilakukan dengan model persamaan statistik untuk melihat ada atau tidaknya hubungan atau pengaruh antara variabel independen yang dinotasikan sebagai variabel X terhadap variabel dependen yang dinotasikan sebagai variabel Y. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Keterangan :
CSRDI : Corporate social responsibility disclosure index
: Konstanta
: Koefisien Regresi
KI : Kepemilikan Saham Institusional KM : Kepemilikan Saham Manajerial KA : Kepemilikan Saham Asing SIZE : Ukuran perusahaan
(50)
ROA : Profitabilitas LEV : Leverage
e : error
2. Uji Koefisian Determinan (R 2)
Koefisien determinan dinyatakan dalam pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.Nilai koefisien determinan berapa diantara 0 dan 1. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi independen (Ghozali, 2007).
Koefisien determinasi mempunyai kelemahan yaitu adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan model, maka penelitian ini menggunakan adjusted berkisar antara 0 dan 1. Jika nilai adjusted semakin mendekati 1, maka semakin baik variabel independen mempengaruhi perubahan variabel dependen.
3. Uji F(Regresi Simultan)
Uji F pada regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variable secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Hasil uji F dilihat pada tabel ANOVA dalam kolom sig. Jika nilai sig < 0,05 atau 5%, maka terdapat pengaruh secara bersama-sama yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2007).
(51)
4. Uji t (Regresi Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji secara parsial pengaruh dari masing-masing variable independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2007). Hasil uji t dapat dilihat pada tabel koefisien pada kolom sig. Jika siginifikansi < 0.05 atau 5% dan koefisien regresi searah dengan hipotesis, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel independen dan dependen secara parsial. Namun, apabila signifikansi > 0,05 atau 5%, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dan dependen.
(52)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan gambaran hasil penelitian mengenai hipotesis dengan pembahasan pada bagian akhir. Penelitian ini menggunakan SPSS versi 22.0. Adapun penjelasan hasil penelitian dan pembahasan masing-masing hipotesis adalah sebagai berikut :
A. Deskripsi Umum
Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Tahun penelitian mencakup data pada tahun 2013 sampai dengan 2015, hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian lebih menggambarkan kondisi saat ini. Berdasarkan pada metode purposive sampling diperoleh 48 data perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian.
Berikut rincian proses pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel 4.1 : Tabel 4.1
Proses Pengambilan Sampel
No. Keterangan Tahun
2013
Tahun 2014
Tahun
2015 Total 1. Perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada BEI 138 143 143 424
2. Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki informasi kepemilikan institusional, manajerial, dan asing
(53)
3. Perusahaan yang memiliki
informasi yang dibutuhkan 24 24 24 72 4. Perusahaan yang tidak
dinyatakan dalam rupiah (6) (6) (6) (18) 5. Total perusahaan yang
dijadikan sampel 18 18 18 54
6. Data outlier (2) (2) (2) (6)
7. Total data yang digunakan dalam penelitian (diolah dalam SPSS 22.0.)
16 16 16 48
B. Uji Kualitas Data Uji Statistik Deskriptif 1.
Statistik deskriptif disajikan dalam Tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
Sumber : IBM SPSS 22.0
Keterangan : CSRDI (Corporate social responsibility disclosure index), KI (Kepemilikan institusional), KM (Kepemilikan manajerial), KA (Kepemilikan asing), LN_SIZE (Log natural size), ROA (Profitabilitas), LEV (Leverage).
Model penelitian diatas menjelaskan hubungan pengaruh antara variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan asing terhadap
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CSRDI 48 ,10 ,20 ,1410 ,02731
KI 48 ,11 66,47 25,8554 17,90084
KM 48 ,01 17,80 3,3463 5,02378
KA 48 7,42 87,31 51,7460 21,62294
LN_SIZE 48 25,30 30,49 27,3595 1,19217
ROA 48 ,01 ,26 ,0698 ,06323
LEV 48 ,19 4,93 1,1831 1,14031
Valid N
(54)
variabel CSRDI dengan variabel kontrol size, profitabilitas, dan leverage. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah pengamatan pada model penelitian diatas adalah sebanyak 48 sampel. Adapun hasil statistik deskriptif adalah sebagai berikut: variabel corporate social responsibility disclosure index (CSRDI) memiliki nilai minimum sebesar 0,10; nilai maksimum sebesar 0,20 nilai rata-rata (mean) sebesar 0,141dan standar deviasi sebesar 0,027.
Variabel kepemilikan institusional (KI) memiliki nilai minimum sebesar 0,11; nilai maksimum sebesar 66,47; nilai rata-rata (mean) sebesar 25,85; dan nilai standar devisiasi sebesar 17,90. Variabel kepemilikan manajerial (KM) memiliki nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar devisiasi berturut-tururt sebesar 0,01, 17,80, 3,346 dan 5,023.
Variabel kepemilikan asing (KA) memiliki nilai minimum sebesar 7,42; nilai maksimum sebesar 87,31; nilai rata-rata (mean) sebesar 51,746; dan nilai standar devisiasi sebesar 21,622.
Tabel statistik deskriptif diatas juga menjelaskan variabel kontrol yaitu variabel size (LN_SIZE) yang memiliki nilai minimum sebesar 25,30; nilai maksimum sebesar 30,49; nilai rata-rata (mean) sebesar 27,360; dan nilai standar deviasi sebesar 1,192. Variabel profitabilitas (ROA) memiliki nilai minimum sebesar 0,01; nilai maksimum sebesar 0,26; nilai rata-rata (mean) sebesar 0,069; dan nilai standar deviasi sebesar 0,063.
Variabel leverage (LEV) dalam tabel diatas memiliki nilai minimum sebesar 0,19; nilai maksimum sebesar 4,93; nilai rata-rata (mean) sebesar 1,183; dan nilai standar deviasi sebesar 1,140.
(55)
C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Hasil pengujian normalitas disajikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize
d Residual
N 48
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,01739976
Most Extreme Differences
Absolute ,106
Positive ,106
Negative -,062
Test Statistic ,106
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Sumber : IBM SPSS 22.0
Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,200 > alpha (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
2. Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,771a ,594 ,535 ,01863 2,058
a. Predictors: (Constant), LEV, KI, LN_SIZE, KM, ROA, KA b. Dependent Variable: CSRDI
(56)
Berdasarkan pada hasil analisis untuk semua variabel pada model penelitian diatas, diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 2,058. Nilai antara dU < dW < 4-dU, adalah 1,6708 < 2,058 < 2,3292 menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Sehingga dapat disimpulkan data pada model penelitian tidak terjadi autokolerasi.
3. Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolineritas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardize d Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -,247 ,090 -2,736 ,009
KI ,000 ,000 -,101 -,535 ,595 ,276 3,628
KM ,003 ,001 ,572 4,235 ,000 ,542 1,843
KA ,001 ,000 ,570 2,593 ,013 ,205 4,886
LN_SIZE ,012 ,003 ,526 4,270 ,000 ,654 1,530
ROA ,061 ,052 ,141 1,167 ,250 ,677 1,477
LEV ,009 ,003 ,389 3,161 ,003 ,654 1,529
a. Dependent Variable: CSRDI
Tabel 4.5 menunjukkan nilai variance inflation factor (VIF) dari setiap variabel independen yang ada pada model penelitian. Berdasarkan pada hasil analisis, nilai variance inflation factor (VIF) setiap variabel independen yaitu Kepemilikan Institusional (KI) memiliki nilai variance inflation factor (VIF) sebesar 3,628, Jumlah Kepemilikan Manajerial (KM) sebesar 1,843, variabel Kepemilikan Asing (KA) sebesar 4,886.
(57)
Pada variabel kontrol nilai VIF variabel size sebesar 1,530, variabel profitabilitas sebesar 1,477 dan variabel leverage nilai VIFnya sebesar 1,529. Nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari setiap variabel independen dan variabel kontrol < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada model penelitian.
4. Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardize d Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics B
Std.
Error Beta
Toleranc
e VIF
(Constant) 7,379 15,892 ,464 ,645
LN_KI -,689 ,355 -,463 -1,937 ,060 ,302 3,307
LN_KM ,155 ,204 ,155 ,760 ,451 ,417 2,400
LN_KA -1,656 ,997 -,436 -1,661 ,104 ,251 3,991
LN_SIZE -,413 ,424 -,217 -,975 ,336 ,348 2,877
LN_ROA -,887 ,458 -,380 -1,934 ,060 ,448 2,230
LN_LEV -,667 ,438 -,270 -1,523 ,135 ,550 1,818
a. Dependent Variable: Lnei2
Pada model penelitian ini, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Park. Berdasarkan Tabel 4.6 didapatkan hasil bahwa nilai signifikansi dari variabel independen dan variabel kontrol secara berturut-turut yaitu : Variabel Kepemilikan Institusional (KI) sebesar 0,060, variabel Kepemilikan Manajerial (KM) sebesar 0,451, variabel Kepemilikan Asing sebesar
(58)
0,104, dan variabel kontrol size sebesar 0,336, variabel profitabilitas sebesar 0,060, variabel leverage sebesar 0,135 > alpha (0,05). Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa data pada model penelitian tidak terkena heteroskedastisitas.
D.Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)
Uji Koefisien Determinasi (adjusted R2) 1.
Hasil uji koefisien determinasi dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 4.7 sebagai berikut :
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi (adjusted R2) Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,771a ,594 ,535 ,01863 2,058
a. Predictors: (Constant), LEV, KI, LN_SIZE, KM, ROA, KA b. Dependent Variable: CSRDI
Tabel 4.7 menggambarkan besarnya koefisien determinasi (Adjusted R2) pada model penelitian. Berdasarkan pada Tabel 4.7, diperoleh hasil bahwa nilai koefisien determinasi regresi berganda (Adjusted R2) pada model penelitian adalah sebesar 0,535 atau 53,50%, hal ini mengindikasikan bahwa corporate social responsibility disclosure index (CSRDI) mampu dijelaskan sebesar 53,50% oleh kepemilikan saham institusional (KI), kepemilikan saham manajerial (KM), kepemilikan saham asing (KA), size (LN_SIZE), profitabilitas (ROA), dan leverage (LEV). Sedangkan sisanya yaitu sebesar 46,50% (100%-53,50%) dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian.
(59)
Uji Pengaruh Simultan (Uji F) 2.
Hasil uji F dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 4.8 sebagai berikut : Tabel 4.8
Hasil Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression ,021 6 ,003 9,998 ,000b
Residual ,014 41 ,000
Total ,035 47
a. Dependent Variable: CSRDI
b. Predictors: (Constant), LEV, KI, LN_SIZE, KM, ROA, KA
Berdasarkan hasil analisis yang disajikan dalam Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai F sebesar 9,998 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < alpha (0,05).
Maka, variabel independen yang terdapat pada model penelitian yaitu kepemilikan institusional (KI), kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan asing (KA), size
(LN_SIZE), profitabilitas (ROA), dan leverage (LEV) memiliki pengaruh signifikan secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu
corporate social responsibility disclosure index (CSRDI). Uji t
3.
Hasil uji t dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 4.9 sebagai berikut :
Tabel 4.9 Hasil Uji t
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
(60)
KI ,000 ,000 -,101 -,535 ,595 ,276 3,628
KM ,003 ,001 ,572 4,235 ,000 ,542 1,843
KA ,001 ,000 ,570 2,593 ,013 ,205 4,886
LN_SIZE ,012 ,003 ,526 4,270 ,000 ,654 1,530
ROA ,061 ,052 ,141 1,167 ,250 ,677 1,477
LEV ,009 ,003 ,389 3,161 ,003 ,654 1,529
a. Dependent Variable: CSRDI
Berdasarkan pengujian pada tabel 4.9 dapat dirumuskan model regresi sebagai berikut :
CSRDI = -0,247 + 0,000 KI + 0,003 KM + 0,001 KA + 0,012 SIZE + 0,061 ROA + 0,009 LEV + e
Hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
a. Kepemilikan Saham Institusional terhadap Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa variabel Kepemilikan Saham Institusional (KI) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,000 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,595 > alpha (0,05), maka variabel Kepemilikan Institusional (KI) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan manufaktur. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) dinyatakan ditolak.
b. Kepemilikan Saham Manajerial terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur
Berdasarkan Tabel 4.9, variabel Kepemilikan Saham Manajerial (KM) memiliki nilai koefisien regresi dan tingkat signifikansi masing-masing sebesar 0,003 dan 0,000 < alpha (0,05), maka Kepemilikan Saham Manajerial (KM)
(1)
Lampiran 6
Data Checklist CSR GRI G4 Tahun 2015
87. PR5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 88. PR6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 89. PR7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 90. PR8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 91 PR9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 14 12 17 18 14 18 13 14 10 10 11 10 14 10 14 15 15 13 CSRDI 0,15 0,13 0,19 0,20 0,15 0,20 0,14 0,15 0,11 0,11 0,12 0,11 0,15 0,11 0,15 0,16 0,16 0,14
NO KODE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 ALDO ALKA BTON DPNS GDST GJTL IKAI KBLM KICI LION LMPI PSDN SKBM SKLT SMSM SULI TCID ULTJ 1. EC1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2. EC2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3. EC3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4. EC4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5. EC5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 6. EC6 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 7. EC7 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8. EC8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9. EC9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10. EN1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11. EN2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12. EN3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 13. EN4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14. EN5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15. EN6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16. EN7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17. EN8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18. EN9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19. EN10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20. EN11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21. EN12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22. EN13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23. EN14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24. EN15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25. EN16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(2)
26. EN17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27. EN18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28. EN19 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 29. EN20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30. EN21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 31. EN22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32. EN23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33. EN24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 34. EN25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 35. EN26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36. EN27 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 37. EN28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 38. EN29 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 39. EN30 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 40. EN31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 41. EN32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 42. EN33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 43. EN34 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 44. LA1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 45. LA2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 46. LA3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 47. LA4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48. LA5 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 49. LA6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50. LA7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 51. LA8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 52. LA9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 53. LA10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 54. LA11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 55. LA12 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 56. LA13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 57. LA14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 58. LA15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 59. LA16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(3)
60. HR1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 61. HR2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 62. HR3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 63. HR4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 64. HR5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 65. HR6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 66. HR7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 67. HR8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 68. HR9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 69. HR10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 70. HR11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 71. HR12 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 72. SO1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 73. SO2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 74. SO3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 75. SO4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 76. SO5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 77. S06 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 78. SO7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 79. SO8 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 80. SO9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 81. SO10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 82. SO11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 83. PR1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 84. PR2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 85. PR3 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 86. PR4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 87. PR5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 88. PR6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 89. PR7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 90. PR8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 91 PR9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(4)
Lampiran 7
Output Data Penelitian Menggunakan SPSS 22.0
Statistik Deskriptif
Sumber : IBM SPSS 22.0
Keterangan : CSRDI (
Corporate social responsibility disclosure index
), KI
(Kepemilikan institusional), KM (Kepemilikan manajerial), KA
(Kepemilikan asing), LN_SIZE (Log natural
size
), ROA (Profitabilitas),
LEV (Leverage).
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N
48
Normal Parameters
a,b
Mean
,0000000
Std. Deviation
,01739976
Most Extreme
Differences
Absolute
,106
Positive
,106
Negative
-,062
Test Statistic
,106
Asymp. Sig. (2-tailed)
,200
c,d
Jumlah 14 12 17 18 14 18 13 14 9 10 11 10 14 10 14 15 15 13 CSRDI 0,15 0,13 0,19 0,20 0,15 0,20 0,14 0,15 0,10 0,11 0,12 0,11 0,15 0,11 0,15 0,16 0,16 0,14
Descriptive Statistics
N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
CSRDI
48
,10
,20
,1410
,02731
KI
48
,11
66,47
25,8554
17,90084
KM
48
,01
17,80
3,3463
5,02378
KA
48
7,42
87,31
51,7460
21,62294
LN_SIZE
48
25,30
30,49
27,3595
1,19217
ROA
48
,01
,26
,0698
,06323
LEV
48
,19
4,93
1,1831
1,14031
Valid N
(5)
Sumber : IBM SPSS 22.0
Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
1
,771
a
,594
,535
,01863
2,058
a. Predictors: (Constant), LEV, KI, LN_SIZE, KM, ROA, KA
b. Dependent Variable: CSRDI
Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T
Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error
Beta
Tolerance
VIF
(Constant)
-,247
,090
-2,736
,009
KI
,000
,000
-,101
-,535
,595
,276
3,628
KM
,003
,001
,572
4,235
,000
,542
1,843
KA
,001
,000
,570
2,593
,013
,205
4,886
LN_SIZE
,012
,003
,526
4,270
,000
,654
1,530
ROA
,061
,052
,141
1,167
,250
,677
1,477
LEV
,009
,003
,389
3,161
,003
,654
1,529
a.
Dependent Variable: CSRDI
Uji Heteroskedastisitas
Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T
Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error
Beta
Toleranc
e
VIF
(Constant)
7,379
15,892
,464
,645
LN_KI
-,689
,355
-,463
-1,937
,060
,302
3,307
LN_KM
,155
,204
,155
,760
,451
,417
2,400
LN_KA
-1,656
,997
-,436
-1,661
,104
,251
3,991
LN_SIZE
-,413
,424
-,217
-,975
,336
,348
2,877
LN_ROA
-,887
,458
-,380
-1,934
,060
,448
2,230
(6)