terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti terjadi hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak
lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya cara berbicara dengan pihak lain tersebut. Komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran perilaku orang lain yang
berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap, perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-perasaan
suatu kelompok manusia atau orang-perseorangan dapat diketahui oleh kelompok- kelompok lain atau orang-orang lainnya. Dalam komunikasi kemungkinan sekali
terjadi pelbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Dengan komunikasi memungkinkan kerja sama antara orang perorangan atau antara
kelompok-kelompok manusia dan memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerjasama
bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing-masing tidak mau mengalah. Bagong, 2004;16
2.2. Interaksi Simbolik
Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu, yang dikenal dengan interaksionisme simbolik. Diantara berbagai pendetan yang
digunakan untuk mempelajari interaksi sosial, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama interaksi simbolik. Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George
Herbert Mead. Dari kata interaksionisme sudah kelihatan bahwa sasaran pendekaan
Universitas Sumatera Utara
ini adalah interaksi sosial, kata simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi.
Menurut Leslie White, simbol merupakan suatu nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya. Menurut white makna atau nilai
tersebut tidak berasal dari atau ditentukan oleh sifat-sifatyang secara instrinsik terdapat dalam bentuk fisiknya. Makna suatu simbol menurut White hanya dapat
ditangkap melalui cara nonsensoris yaitu melalui cara simbolik. Herbet Blumer, salah seorang penganut pemikiran mead, berusaha
menjabarkan pemikiran Mead mengenai interaksionisme simbolik. Menurut Blumer pokok pikiran interaksionisme simbolik ada tiga, yang pertama ialah bahwa manusia
bertindak act terhadap sesuatu thing atas dasar makna meaning yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Blumer selanjutnya mengemukakan bahwa makna yang
dipunyai sesuatu berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya. Pokok pikiran ketiga yang dikemukakan Blumer ialah bahwa makan
diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Yang hendak ditekankan Blumer di
sini adalah bahwa makna muncul dari interaksi tersebut tidak begitu saja diterima oleh seseorang melainkan ditafsirkan terlebih dahulu. Sunarto 2000 : 38
2.3. Kerja sama Kooperasi
Kooperasi berasal dari dua kata latin, co yang berarti bersama-sama dan operani yang berarti bekerja. Kooperasi merupakan perwujudan minat dan perhatian
orang untuk bekerja bersama-sama dalam suatu kesepahaman, sekalipun motifnya sering dan bisa tertuju kepada kepentingan diri sendiri. Bentuk-bentuk kerja sama
Universitas Sumatera Utara
dapat kita jumpai dalam kelompok dan masyarakat manusia mana pun, baik pada kelompok-kelompok yang kecil maupun pada satuan-satuan kehidupan yang besar.
Pada dasarnya, proses sosial yang namanya kooperasi ini selalu sudah diperkenalkan kepada setiap anak manusia sejak kecil, ketika dia masih hidup di dalam keluarga
orang tuanya. Dalam keluarga-keluarga dan juga di dalam komunitas-komunitas tradisional yang kecil, bentuk-bentuk usaha kooperasi itu mungkin masih sederhana
saja. Akan tetapi, di dalam masyarakat nasional atau kota yang serbakompleks, jalinan kooperasi itu tidak bisa lagi dibilang sederhana.
Di dalam kelompok-kelompok kecil seperti keluarga dan komunitas- komunitas tradisional. Proses sosial yang namanya kooperasi ini cenderung bersifat
spontan. Inilah kooperasi yang terbentuk secara wajar di dalam kelompok-kelompok yang disebut kelompok primer. Di dalam kelompok-kelompok ini individu-individu
cenderung membaurkan diri dengan sesamanya di dalam kelompok, dan masing- masing hendak berusaha menjadi bagian dari kelompoknya. Di dalam kelompok-
kelompok primer yang kecil dan bersifat tatap muka seperti ini, orang perorangan cenderung lebih senang bekerja dalam tim selaku anggota tim dari pada bekerja
sendiri sebagai perorangan. Berbeda halnya dengan kooperasi yang terjadi di dalam kelompok-kelompok
primer, kooperasi yang ada di dalam kelompok sekunder itu lebih bersifat direncanakan secara rasional dan sengaja daripada bersifat spontan atau berlandaskan
emosi solidaritas. Kelompok-kelompok yang sedikit banyak bersifat terencana dan diatur dan pada umumnya tak bersifat tatap muka.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kenyataannya, realisasi kooperasi itu diusahakan melalui berbagai macam usaha. Setidak-tidaknya ada empat macam bentuk usaha kooperasi:
1. Tawar-menawar bargaining yang merupakan bagian dari proses pencapaian
kesepakatan untuk pertukaran barang atau jasa. 2.
Kooptasi cooptation yaitu usaha ke arah kerja sama yang dilakukan dengan jalan menyepakati pimpinan yang akan ditunjuk untuk mengendalikan
jalannya organisasi atau kelompok. 3.
Koalisi coalition yaitu usaha dua organisasi atau lebih yang sekalipun mempunyai struktur berbeda-beda hendak mengajar tujuan yang sama dengan
cara kooperatif. 4.
Patungan joint-venture, yaitu usaha bersama untuk mengusahakan suatu kegiatan, demi keuntungan bersama yang akan dibagi nanti, secara
proporsional dengan cara saling mengisi kekurangan masing-masing partner. Bagong, 2004;59.
2.4. Asimilasi