Farmakodinamik Farmakokinetik Tramadol Hidrochloride

2.5.1. Farmakodinamik

Tramadol Hidrochloride adalah suatu analgesi sentral yang memiliki afinitas kuat terhadap mu reseptor dan memiliki afinitas yang lemah terhadap kappa dan delta reseptor.Tramadol meningkatkan fungsi dari spinal descending inhibitory pathway dengan menghambat reuptake neural dari norepinefrine dan 5- hydroxytryptamine serotonin dan merangsang pelepasan 5- hydroxytryptamine di presinap. Pada pasien dengan nyeri pasca operasi, pemberian tramadol secara iv atau i.m. memiliki keberhasilan yang hampir sama dengan meperidin. Analgesi dimulai dalam satu jam dan mencapai puncak dalam dua jam. Tramadol telah terbukti efektif pada beberapa eksperimen dan memiliki efek samping seperti mual, muntah,mulut kering. Tramadol telah berhasil dalam pengobatan nyeri pasca operasi pada dosis tertentu, baik secara intravena maupun intramuskular. Mual dan muntah adalah efek samping yang sering dilaporkan. Dua enantiomer dari rasemik tramadol secara komplementer meningkatkan efektivitas analgesi dan meningkatkan profil tolerabilitas dari tramadol. Pada beberapa studi perbandingan, pemberian tramadol parenteral dosis tertentu efektif untuk nyeri pasca operasi sedang sampai parah. Peristiwa-peristiwa buruk yang paling umum sampai dengan 20-25 adalah mual, pusing, mengantuk, berkeringat, muntah dan mulut kering. Yang penting, tidak seperti opioid lainnya, tramadol tidak memiliki efek yang relevan secara klinis pada parameter pernafasan atau jantung pada dosis yang telah dianjurkan pada orang dewasa. 32 Universitas Sumatera Utara

2.5.2. Farmakokinetik

Tramadol Hidrochloride memiliki bioavaibilitas 68 dengan konsentrasi puncak serum dalm waktu 2 jam. Tramadol Hidrochloride memiliki waktu paruh 5- 8 jam dan di ekskresi melalui ginjal. Dosis yang di rekomendasisikan 2,5 mgKgBB sampai 5 mgKgBB tiap 4 – 6 jam per hari. Dosis maksimal yang direkomendasikan 400mgKgBB. 2.6. Gambar 2.2. Rumus bangun Tramadol hydrochloride Klonidine Klonidine adala h α2 adrenergik agonis yang diperkenalkan lebih dari dua decade sebagai obat anti hipertensi. Studi klinis telah menunjukkan bahwa Klonidine menurunkan pemakaian anestesi selama operasi dan meningkatkan analgesi setelah operasi. Klonidine dengan cepat dan hampir sepenuhnya terserap setelah pemberian dengan waktu max konsentrasi plasma 1,5-2 jam dan eliminasi dengan waktu paruh 8 jam sampai 12. 2.6.1. 33 Farmakodinamik Klonidine dan agonis α 2 adrenergik lainnya bekerja dengan cara melakukan aktivasi reseptor α pada dua sinaps yang lokasi,yaitu presinaptik dan postsinaptik. Reseptor –reseptor ini terletak di pusat susunan saraf pusat dan Universitas Sumatera Utara perifer diluar SSP yang jika dirangsang masing masing memberikan efek yang berbeda. 34 Klonidine terutama bekerja pada sistem saraf pusat yang mengakibatkan berkurangnya pengaruh simpatis dan menurunnya tahanan perifer,tahanan vaskuler ginjal, denyut jantung dan tekanan darah. Yang penting adalah tidak adanya perubahan pada aliran darah ginjal dan kecepatan filtrasi glomerolus. Refleks postural yang normal tidak dipengaruhi, oleh karena itu gejala gejala ortostatiknya ringan dan jarang terjadi. Selama terapi jangka panjang, curah jantung akan kembali ke keadaan semula sedangkan tahanan perifer akan turun. Pada sebagian besar pasien yang diberikan klonidin akan terjadi penurunan denyut jantung , tetapi obat ini tidak mempengaruhi respon hemodinamik yang normal. 35 Klonidine adalah agonis reseptor adrenergic α yang mempunyai afinitas le bih besar terhadap α2 daripada α 1 dengan rasio seleksi α2 :α1 = 200:1. Struktur agonis dari klonidin juga mengikat reseptor nonadrenergik lain yang dinyatakan sebagai reseptor klonidine, menghasilkan beberapa efek yang dianggap berasal dari reseptor α2 adrenergik. Sehingga klonidine merupakan agonis α2 adrenergik kerja langsung yang awalnya dikenal sebagai obat antihipertensi. Cara kerjanya dengan merangsang reseptor α2 di otak yang akan menurunkan curah jantung dan resistensi pembuluh darah perifer sehingga menurunkan tekanan darah. 36 Klonidine memp unyai spesifisitas terhadap reseptor presinaptik α2 pada pusat vasomotor dibatang otak. Ikatan ini menurunkan kadar kalsium presinap dan menghambat pelepasan norepinefrin. Hasil akhirnya menurunkan tonus simpatetik. Selain itu lokus seruleus merupakan kelompok sel noradrenergic Universitas Sumatera Utara terbesar di otak dan berperan penting untuk modulasi kesadaran dan tempat terbesar aksi hipnotik- sedatif dari agonis α2 adrenoreseptor dengan menstimulasi α2 adrenoreseptor. Klonidine adalah analgesi yang bekerja sentral pada locus seruleus di brainstem dan di spinal cord. Sebagai non-opioid analgesi, klonidine sebagai analgesi tanpa efek samping opioid, seperti 2.6.2. depresi pernafasan,mual dan muntah. klonidine juga memiliki efek sedasi, mengurangi salivasi, menurunkan kebutuhan anesthesi, stabilisasi haemodinamik. Farmakokinetik Formula klonidine C9H9C12N3 N-22.6-dichlorophenyl-4.5-dihydro- 1H-imidazol-2-amine dengan masa molekul 230.093gmol. Bioavailabilitas klonidine 75-95 dengan ikatan protein 20-40. Waktu paruhnya 9-12 jam dengan ekskresi melalui urin. 37,38 Gambar 2.3.Rumus bangun klonidine H N N NH Cl Cl Universitas Sumatera Utara

2.7. KerangkaTeori

Dokumen yang terkait

Perbandingan Nilai Visual Analogue Scale dan Efek Samping dari Gabapentin 900 Mg dengan Gabapentin 1200 Mg per Oral sebagai Preemptif Analgesia Pascabedah dengan Spinal Anestesi

3 144 116

Perbandingan Ketamine 0.5 mg/kgBB/IV Dan Propofol 1 mg/kgBB/IV Untuk Mencegah Agitasi Paska Anestesi Sevoflurane Pada Pasien Pediatri Dengan General Anestesia

4 93 98

Perbandingan Kejadian Mual Muntah Pada Pemberian Tramadol Suppositori 100 mg Dan Tramadol Intravena 100 mg Sebagai Analgetik Paska Bedah Pada Operasi Ekstremitas Bawah Dengan Spinal Anestesi

1 78 66

Efek Pemberian Tramadol Intramuskular Terhadap Nyeri Persalinan pada Primigravida

1 89 57

PERBANDINGAN KEEFEKTIVITAS PEMBERIAN PARASETAMOL DAN TRAMADOL TERHADAP RASA NYERI PRE-SIRKUMSISI

0 5 66

PENGARUH PEMBERIAN GLUKOSA ORAL 40% TERHADAP RESPON NYERI PADA BAYI YANG Pengaruh Pemberian Glukosa Oral 40% Terhadap Respon Nyeri Pada Bayi Yang Dilakukan Imunisasi Pentavalen Di Puskesmas Baki Sukoharjo.

0 2 16

PENGARUH RELAKSASI LIMA JARI TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN PASKA LAPARATOMI DI RUANG RAWAT BEDAH RSUP DR.M.DJAMIL PADANG.

0 0 12

Perbandingan Ketamine 0.5 mg/kgBB/IV Dan Propofol 1 mg/kgBB/IV Untuk Mencegah Agitasi Paska Anestesi Sevoflurane Pada Pasien Pediatri Dengan General Anestesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 FISIOLOGI NYERI - Perbandingan Kejadian Mual Muntah Pada Pemberian Tramadol Suppositori 100 mg Dan Tramadol Intravena 100 mg Sebagai Analgetik Paska Bedah Pada Operasi Ekstremitas Bawah Dengan Spinal Anestesi

0 1 17

PERBANDINGAN KEJADIAN MUAL MUNTAH PADA PEMBERIAN TRAMADOL SUPPOSITORI 100 mg DAN TRAMADOL INTRAVENA 100 mg SEBAGAI ANALGETIK PASKA BEDAH PADA OPERASI EKSTREMITAS BAWAH DENGAN SPINAL ANESTESI

0 0 16