Kajian Hukum Administrasi Negara Tentang Penyaluran Beras Bersubsidi DI BULOG Kutacane

(1)

KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP PROSEDUR PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI

DI BADAN URUSAN LOGISTIK (BULOG ) SUBDIVISI REGIONAL KUTACANE

SKRIPSI

Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH :

APRIZAL HUSWANDI

090200206

Departemen Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP PROSEDUR PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI

DI BADAN URUSAN LOGISTIK (BULOG ) SUBDIVISI REGIONAL KUTACANE

Oleh

APRIZAL HUSWANDI

090200206

Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

Suria Ningsih, SH., M. Hum

NIP. 196002141987032002

Pembimbing I Pembimbing II

Suria Ningsih, SH., M. Hum Afrita, SH., M. Hum

NIP.196002141987032002 NIP.197104301997022001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP PROSEDUR PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI

DI BADAN URUSAN LOGISTIK (BULOG ) SUBDIVISI REGIONAL KUTACANE

* Aprizal Huswandi * * Suria Ningsih, SH., M. Hum

* * * Afrita, SH., M. Hum

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan terhadap masalah prosedur penyaluran beras bersubsidi di badan urusan logistik (BULOG ) Subdivisi Regional Kutacane. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana pengaturan tentang beras bersubsidi, Bagaimanakah kajian hukum administrasi negara terhadap prosedur penyaluran beras bersubsidi di badan urusan logistik (BULOG ) Subdivisi Regional Kutacane, Permasalahan yang timbul dalam penyaluran beras bersubsidi di perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane.

Berdasarkan judul skripsi ini maka penelitian berlokasi di kantor Perum BULOG Subdivre Kutacane. Metode penulisan yang digunakan dalam mencari cara guna dalam mendukung penulisan skripsi ini adalah metode penulisan normatif yang bersifat deskriptif. Sumber data yang diperoleh yaitu data primer yang diperoleh langsung dilapangan melalui wawancara dengan informan dari pihak Perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane dan data sekunder berupa buku-buku, artikel baik dari Koran maupun media elektronik, kamus, Peraturan Pemerintah, Undang-Undang dan Pedoman Umum Raskin Tahun 2013.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penyaluran beras bersubsidi yang dilakukan oleh Perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane merupakan tugas pokok yang diberikan pemerintah berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor

7 Tahun 2003 tentang Pendirian Perum BULOG yang bertujuan untuk menjaga ketahan pangan pokok. Didalam penyaluran beras bersubsidi yang dilaksanakan oleh Perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane masih menghadapi berbagai kendala diantaranya mengenai kuantitas dan kualitas. Untuk itu Perum BULOG Subdivre Kutacane diharapkan dapat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penyaluran Raskin agar dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat terutama dalam bidang pangan supaya bisa mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.

Kata Kunci : Penyaluran Beras Bersubsidi Di Badan Urusan Logistik (Bulog ) Subdivisi Regional Kutacane

* Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing II


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah Kepada ALLAH S.W.T, Dengan diberikan Rahmat, umur panjang, kesehatan, Sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum.

Sehingga dalam rangka memenuhi kewajiban akademik tersebut penulis mengajukan skripsi yang berjudul ‘‘Kajian Hukum Administrasi Negara Tentang Penyaluran Beras Bersubsidi DI BULOG Kutacane’’. yang dibuat dengan mengikuti kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah yang baik dan benar.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bukan hanya bersandar pada kemampuan penulis semata, tetapi tidakt terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang telah diberikan kepada penulis. Oleh klarena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis memberikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih setulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung sitepu, SH, M.Hum selaku dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(5)

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku pembantu dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibunda Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku ketua Departemen Hukum

Administrasi Negara (HAN) dan sebagai pembimbing I yang telah memberikan arahan dan masukan serta meluangkan waktunya dalam mendiskusikan skripsi ini.

4. Ibunda Afrita, SH.M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah berbaik hati memberikan arahan dan meluangkan waktunya dalam mendiskusikan skripsi ini.

5. Seluruh staf penganjar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan yang telah berjasa dalam memberikan arahan, bimbingan serta keteladanan dalam mengajarkan ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Dalam kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga buat kedua orang tua penulis yang sangat penulis sayang, yaitu buat ayah terhebat yang selalu memberikan penulis semangat, Hamdani SE, dan Almarhumah Ibu saya, yang telah bersama ALLAH S.W.T, Yaitu Zainabon, S.Pd, skripsi ini saya hadiahkan buat ibu saya yang sangat saya cinta dan saya sayangi. semoga ibu senang di alam sana. Amin ya allah.


(6)

7. Serta kepada saudara kandungku tersayang, Serta Kawan seperjuangan saya, Mohammad Ghuffan dan Akil Arsalan SH ,yang telah memberikan saya semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Dan ucapan penulis Kepada Mie Aceh Bang jal dan Bang agam, bg sapri, mukcin yang telah memberikan tempat saya dalam mengetik skripsi ini.

9. Dan kawan-kawan seperjuangan Stambuk 09 di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10.Ucapan terimakasih penulis kepada yanies café piyoueh kupi sareng, yang telang mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI………... iv

BAB I : PENDAHULUAN 1. Latar Belakang………. 1

2. Perumusan Masalah………. 6

3. Tujuan Penelitian………. 6

4. Manfaat Penulisan………... 6

5. Keaslian Penulisan………... 7

6. Tinjauan Kepustakaan……….. 8

7. Metode Penelitian……… 9

8. Sistematika Penulisan……….. 11

BAB II: PENGATURAN TENTANG BERAS BERSUBSIDI A. Pengertian dan Dasar Hukum Beras Bersubsidi……….. 13

B. Tujuan dan Sasaran Penyaluran Beras Bersubsidi …………... 23

C. Pengelolaan dan Pengorganisasian Beras Bersubsidi……….. 27

BAB III : KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP PROSEDUR PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI DI BADAN URUSAN LOGISTIK (BULOG ) SUBDIVISI REGIONAL KUTACANE A. Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan Umum (PERUM) BULOG……….. 39


(8)

C. Tugas dan Wewenang Perusahaan Umum (PERUM)

BULOG……… 53

D. Kedudukan Perusahaan Umum (PERUM) BULOG dalam Hukum Administrasi Negara………... 55

BAB IV : PERMASALAHAN YANG TIMBUL DALAM PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI DI PERUM BULOG SUBDIVISI REGIONAL KUTACANE

A. Faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam penyaluran beras bersubsidi………... 59 B. Penyelesaian Masalah-Masalah Penyaluran Beras

Bersubsidi……… 65

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……… B. Saran……… DAFTAR PUSTAKA……….


(9)

ABSTRAK

KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP PROSEDUR PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI

DI BADAN URUSAN LOGISTIK (BULOG ) SUBDIVISI REGIONAL KUTACANE

* Aprizal Huswandi * * Suria Ningsih, SH., M. Hum

* * * Afrita, SH., M. Hum

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan terhadap masalah prosedur penyaluran beras bersubsidi di badan urusan logistik (BULOG ) Subdivisi Regional Kutacane. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana pengaturan tentang beras bersubsidi, Bagaimanakah kajian hukum administrasi negara terhadap prosedur penyaluran beras bersubsidi di badan urusan logistik (BULOG ) Subdivisi Regional Kutacane, Permasalahan yang timbul dalam penyaluran beras bersubsidi di perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane.

Berdasarkan judul skripsi ini maka penelitian berlokasi di kantor Perum BULOG Subdivre Kutacane. Metode penulisan yang digunakan dalam mencari cara guna dalam mendukung penulisan skripsi ini adalah metode penulisan normatif yang bersifat deskriptif. Sumber data yang diperoleh yaitu data primer yang diperoleh langsung dilapangan melalui wawancara dengan informan dari pihak Perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane dan data sekunder berupa buku-buku, artikel baik dari Koran maupun media elektronik, kamus, Peraturan Pemerintah, Undang-Undang dan Pedoman Umum Raskin Tahun 2013.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penyaluran beras bersubsidi yang dilakukan oleh Perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane merupakan tugas pokok yang diberikan pemerintah berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor

7 Tahun 2003 tentang Pendirian Perum BULOG yang bertujuan untuk menjaga ketahan pangan pokok. Didalam penyaluran beras bersubsidi yang dilaksanakan oleh Perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane masih menghadapi berbagai kendala diantaranya mengenai kuantitas dan kualitas. Untuk itu Perum BULOG Subdivre Kutacane diharapkan dapat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penyaluran Raskin agar dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat terutama dalam bidang pangan supaya bisa mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.

Kata Kunci : Penyaluran Beras Bersubsidi Di Badan Urusan Logistik (Bulog ) Subdivisi Regional Kutacane

* Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing II


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang kebijakan Perberasan, Perusahaan Umum (PERUM) BULOG diberikan penugasan oleh pemerintah. Pangan adalah suatu hak asasi manusia dan sebagai komoditi strategi yang dilindungi undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 dan kesepakatan internasional, yaitu : Universal Deklaration Of Human Right (1948), Rome Deklaration on World Food Summit 1996 1

Bahkan dalam kesepakatan internasional telah menargetkan pada tahun 2015 setiap negara termasuk indonesia telah sepakat menurunkan kemiskinan dan kelaparan sampai separuhnya. Pemerintah Indonesia memberikan perhatian besar dalam menjaga kestabilan pemberasan nasional dengan menjaga ketahanan pangan dengan melakukan impor yang dialokasikan untuk stok pangan nasional, diantaranya untuk memenuhi kebutuhan program raskin.

.

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak seluruh rakyat untuk terus-menerus meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraannya

1


(11)

secara adil dan merata dalam segala aspek kehidupan yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan berkelanjutan dalam rangka mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi setiap rakyat Indonesia. Yang dijamin di dalam UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas2

Pangan harus senantiasa tersedia secara cukup, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Untuk mencapai semua itu, perlu diselenggarakan suatu sistem Pangan yang memberikan pelindungan, baik bagi pihak yang memproduksi maupun yang mengonsumsi pangan.

.

Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan dengan berdasarkan pada Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan

2


(12)

Ketahanan Pangan3

Pemenuhan konsumsi Pangan tersebut harus mengutamakan produksi dalam negeri dengan memanfaatkan sumber daya dan kearifan lokal secara optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut, tiga hal pokok yang harus diperhatikan adalah :

. Hal itu berarti bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi Pangan masyarakat sampai pada tingkat perseorangan, negara mempunyai kebebasan untuk menentukan kebijakan Pangannya secara mandiri, tidak dapat didikte oleh pihak mana pun.

a. Ketersediaan Pangan yang berbasis pada pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal.

b. Keterjangkauan Pangan dari aspek fisik dan ekonomi oleh seluruh masyarakat serta

c. Pemanfaatan Pangan atau konsumsi Pangan dan Gizi untuk hidup sehat, aktif dan produktif4

Perwujudan ketersediaan pangan yang berbasis pada pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal dilakukan dengan Penganekaragaman Pangan dan pengutamaan Produksi Pangan dalam negeri. Pewujudan keterjangkauan Pangan dari aspek fisik dan ekonomi dilakukan melalui pengelolaan

.

3

Wawancara dengan H. Ridwan A. Gani, SH, Kepala Perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane Tanggal 16 April 2013

4


(13)

stabilisasi pasokan dan harga Pangan Pokok, pengelolaan cadangan Pangan Pokok, dan pendistribusian Pangan Pokok.

Pemanfaatan Pangan atau konsumsi Pangan dan Gizi akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan. Hal itu dilakukan melalui pemenuhan asupan Pangan yang beragam, bergizi seimbang, serta pemenuhan persyaratan Keamanan Pangan, Mutu Pangan, dan Gizi Pangan.

Untuk memenuhi dan terjaminnya ketersediaan pangan, oleh sebab itu maka pemerintah menunjuk dan mepercayakan kepada Badan Urusan Logistik sebagai penyediaan dan serta sebagai pendistribusian pangan kepada masyarakat miskin sesuai dengan ketentuan-ketentuan dibawah ini, diantaranya :

Pelaksana program raskin di Perum BULOG Subdivre Kutacane dikoordinasikan bersama tim koordinasi pelaksana administrasi perekonomian setelah rumah tangga sasaran ditentukan melalui musyawarah desa/kelurahan5

5 Ibid.

, pihak kecamatan selaku tim koordinasi tim kecamatan menerima daftar nama-nama RTS-PM yang disebut DPM 1 (Daftar Penerima Manfaat) pada saat penyaluran beras raskin. Bupati Kabupaten Aceh Tenggara atau pejabat yang ditunjuk oleh Bupati Kabupaten Aceh Tenggara menerbitkan surat permintaan alokasi (SPA) kepada Perum BULOG .


(14)

Keterlambatan pembayaran dan pendistribusian Raskin atau beras bersubsidi serta kualitas beras raskin di Kutacane merupakan suatu permasalahan atau hambatan yang terjadi. Dalam hal ini hambatannya bisa terjadi dari berbagai faktor termasuk lingkungan. Apa saja kendala yang dialami oleh para aparat pelaksana program raskin di wilayahnya.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap :

“KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP PROSEDUR PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI DI PERUMBULOG SUBDIVISI REGIONAL KUTACANE ”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis menarik suatu permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan tentang beras bersubsidi ?

2. Bagaimanakah kajian hukum administrasi negara terhadap prosedur penyaluran beras bersubsidi di badan urusan logistik (BULOG ) Subdivisi Regional Kutacane ?

3. Permasalahan yang timbul dalam penyaluran beras bersubsidi di perum BULOG subdivisi regional Kutacane ?


(15)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana pengaturan tentang beras bersubsidi

2. Mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan penyaluran beras bersubsidi

3. Mengetahui bagaimana penyelesaian permasalahan dalam penyaluran beras beras bersubsidi

D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat teoritis

Untuk memperkaya ilmu pengetahuan, menambah koleksi karya ilmiah serta memberikan kontribusi pemikiran tentang penyaluran raskin. Dan dapat dijadikan bahan pemahaman untuk penelitian selanjutnya

2. Manfaat praktis

Dengan adanya penulisan atau penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat maupun kepada instansi terkait yaitu sebagai bahan masukan dalam prosedur pelaksanaan penyaluran beras bersubsidi khususnya untuk perum BULOG Subdivisi Regional di Kutacane .


(16)

Sehubungan dengan penulisan skripsi saya ini, saya telah melihat ke perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (FH-USU). Menenai judul skripsi saya yang berjudul :

“KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP PROSEDUR PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI DI PERUM BULOG SUBDIVISIREGIONAL KUTACANE ” adalah benar skripsi saya.

Berdasarkan judul di atas maka penulisan skripsi saya ini asli dari hasil kerja saya sendiri, dan sejauh ini belum pernah didapati kesamaan dalam masalah seperti pada penulisan skripsi ini. Bila ternyata dikemudian hari terdapat skripsi yang sama, penulis siap bertanggung jawab sepenuhnya untuk diberikan sanksi sesuai aturan yang berlaku.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Penyaluran Beras Bersubsidi oleh Perum BULOG Subdivisiregional Kutacane

Penyaluran beras bersubsidi yang dilakukan oleh (PERUM) BULOG Subdivisiregional Kutacane merupakan salah satu tujuan untuk membantu masyarakat miskin atau kurang mampu untuk menunjang kehidupan bagi orang miskin dengan penyaluran beras bersubsidi (RASKIN) dari Pemerintah pusat melalui BULOG .


(17)

2. Kajian Hukum Administrasi Negara mengenai Prosedur Penyaluran Beras Bersubsidi

Prosedur memiliki arti menurut Muhammad Ali (2000 : 325) “prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan” 6. Sedangkan prosedur menurut Amin Widjaya (1995 : 83) “ prosedur adalah sekumpulan bagian yang saling berkaitan misalnya : orang jaringan gudang yang harus dilayani dengan cara yang tertentu oleh sejumlah pabrik dan pada gilirannya akan mengirimkan pelanggan menurut proses tertentu7

Prosedur menurut Pamoedji adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lainnyasehingga menujukkan adanya suatu kaitan urutan tahap demi tahap serta jalan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan tugas

.

8

. Dan Prosedur menurut Pinchot adalah transparansi dan keterbukaan pemerintah dalam penyelenggaraan fungsi dan kegiatannya,termasuk dalam hal penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam memberikan pelayanan umum kepada masyarakat9

6

Prosedur memiliki arti menurut Muhammad Ali (2000 : 325)

. Berkaitan dengan hal itu Perum BULOG Subdivisiregional Kutacane sudah paham betul dengan prosedur penyaluran beras bersubsidi yang nantinya akan dijelaskan langsung kepada masyarakat.

7 Ibid.

8

S, Pamoedji, Tata Kerja Organisasi, Jakarta, Bina Aksara, 1996, hal 39.

9

J,Kaloh Mencari Bentuk Ototnomi Daerah : Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan Lokal Dan Tantangan Global,Jakarta, Rineke Cipta,2002,Hal 34


(18)

Dengan demikian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap prosedur penyaluran beras raskin kepada rakyat miskin.

G. Metode Penelitian

Dalam melakukan penulisan skripsi ini data merupakan sumber utama, agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang diginakan, antara lain:

1. Jenis Penelitian

Digunakan metode penelitian Hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian Hukum Normatif adalah penelitian hukum yang mengelola dan menggunakan data-data sekunder, namun dalam metode penelitian hukum, sifat deskriptif yang dimaksudkan penelitian tersebut kadang kala dilakukan dengan melakukan survei ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang telah ada. 2. Teknilk Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara : a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Dalam hal ini berusaha mengumpulkan data-data melalui sarana kepustakaan, yakni dengan cara mempelajari dan menganalisis secara sistematis buku-buku, peraturan-peraturan dan bahan-bahan


(19)

lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian langsung mengadakan penelitian lapangan, yaitu dengan mengadakan penelitian ke BULOG Kutacane dengan mengadakan wawancara, mengajukan sejumlah pertanyaan dan memperoleh data yang langsung berhubungan dengan judul skripsi ini.

3. Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kuantitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif analisis, yaitu data-data yang akan diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut :


(20)

BAB I : PENDAHULUAN, bab ini merupakan gambaran umu yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : PENGATURAN TENTANG BERAS BERSUBSIDI (RASKIN),

dalam bab ini berisikan tentang, pengertian dan dasar hukum beras bersubsidi (RASKIN), tujuan, sasaran dan prosedur penyaluran beras bersubsidi (RASKIN) serta pengelolaan dan pengorganisasian beras bersubsidi (RASKIN), unit pelaksana yang bertanggung jawab.

BAB III : KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP PROSEDUR PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI DI SUBDIVISI REGIONAL KUTACANE . Dalam bab ini berisikan tentang, sejarah dan gambaran umum kantor BULOG Kutacane, mekanisme penyaluran beras bersubsidi, tugas dan wewenang BULOG, kedudukan BULOG dalam hukum Administras negara.

BAB IV : PERMASALAHAN YANG TIMBUL DALAM

PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI DI SUBDIVISI REGIONAL KUTACANE, dalam bab ini berisikan tentang faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam penyaluran beras


(21)

bersubsidi dan penyelesaian masalah-masalah dalam penyaluran bersubsidi di Kutacane .

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN. Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran.


(22)

BAB II

PENGATURAN TENTANG BERAS BERSUBSIDI

A. Pengertian dan Dasar Hukum Beras Bersubsidi 1. Pengertian Beras Bersubsidi

Beras bersubsidi atau beras miskin adalah sebuah program bantuan pangan bersyarat diselenggarakan oleh Pemerintah berupa penjualan beras di bawah harga pasar kepada penerima tertentu. atau bagi masyarakat yang berpendapatan rendah10

Mulai tahun ini Pemerintah mengubah pengertian "beras untuk masyarakat miskin" yang dulu dikenal dengan sebutan "raskin", menjadi "beras untuk masyarakat berpendapatan rendah". Raskin sendiri hanya sebuah ikon dan tidak lagi dijadikan akronim "beras untuk masyarakat miskin". Usulan perubahan ini sendiri, sesungguhnya telah dibahas beberapa tahun silam, karena makna "beras untuk masyarakat miskin" dinilai sangat merendahkan martabat yang menerimanya. Oleh sebab itu kita harus dan mendukung dengan apa yang telah diputuskan oleh Pemerintah.

.

10


(23)

Penyaluran RASKIN (Beras untuk Rumah Tangga Miskin) sudah dimulai sejak 199811

Penentuan kriteria penerima manfaat RASKIN seringkali menjadi persoalan yang rumit. Dinamika data kemiskinan memerlukan adanya kebijakan lokal melalui musyawarah Desa/Kelurahan. Musyawarah ini menjadi kekuatan utama program untuk memberikan keadilan bagi sesama rumah tangga miskin

. Krisis moneter tahun 1998 merupakan awal pelaksanaan RASKIN yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Pada awalnya disebut program Operasi Pasar Khusus (OPK), kemudian diubah menjadi RASKIN mulai tahun 2002, RASKIN diperluas fungsinya tidak lagi menjadi program darurat (social safety net) melainkan sebagai bagian dari program perlindungan sosial masyarakat. Melalui sebuah kajian ilmiah, penamaan RASKIN menjadi nama program diharapkan akan menjadi lebih tepat sasaran dan mencapai tujuan RASKIN.

12

Sampai dengan tahun 2006, data penerima manfaat RASKIN masih menggunakan data dari BKKBN yaitu data keluarga prasejahtera alasan ekonomi dan keluarga sejahtera I alasan ekonomi. Belum seluruh KK Miskin dapat dijangkau oleh RASKIN. Hal inilah yang menjadikan RASKIN sering dianggap tidak tepat sasaran, karena rumah tangga sasaran berbagi dengan KK Miskin lain yang belum terdaftar sebagai sasaran.

.

11

Raskin, diakses tanggal 18 April 2013

12

Wawacara dengan Ahmad Mukromin, SH, Sekretaris Tim Satker Raskin Subdivre Kutacane, Tanggal 16 April 2013.


(24)

Mulai tahun 2007, digunakan data Rumah Tangga Miskin (RTM) BPS sebagai data dasar dalam pelaksaaan RASKIN. Dari jumlah RTM yang tercatat sebanyak 19,1 juta RTS, baru dapat diberikan kepada 15,8 juta RTS pada tahun 2007, dan baru dapat diberikan kepada seluruh RTM pada tahun 2008. Dengan jumlah RTS 19,1 juta pada tahun2 008, berarti telah mencakup semua rumah tangga miskin yag tercatat dalam Survei BPS tahun 2005. Jumlah sasaran ini juga merupakan sasaran tertinggi selama RASKIN disalurkan. Penggunaan data Rumah Tangga Sasaran (RTS) hasil pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2008 (PPLS – 2008) dari BPS diberlakukan sejak tahun 2008 yang juga berlaku untuk semua program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh Pemerintah.

Realisasi RASKIN selama 2005 - 2009 berkisar antara 1,6 juta ton - 3,2 juta ton. Dengan harga tebus Rp.1.000/kg sampai dengan 2007 dan Rp.1.600/kg sejak tahun 2008, RASKIN bukan hanya telah membantu rumah tangga miskin dalam memperkuat ketahanan pangannya, namun juga sekaligus menjaga stabilitas harga. RASKIN telah mengurangi permintaan beras ke pasar oleh sekitar 18,5 juta pada tahun 2009. Selain itu, perubahan harga tebus dari Rp.1.000/kg menjadi Rp.1.600/kg juga dengan mempertimbangkan anggaran dan semakin banyaknya rumah tangga sasaran yang dapat dijangkau. Harga ini juga masih lebih rendah dari harga pasar yang saat itu rata-rata sekitar Rp.5.000 – 5.500/kg.


(25)

Dampak RASKIN terhadap stabilisasi harga terlihat pada saat RASKIN hanya diberikan kurang dari 12 bulan (seperti pada tahun 2006 = 11 bulan dan tahun 2007 = 10 bulan). Harga beras akhir tahun 2006 dan awal 2007 serta akhir tahun 2007 dan awal 2008 meningkat tajam. Pada saat itulah, pemerintah melakukan Operasi Pasar Murni (OPM) dan Operasi Pasar Khusus dari Cadangan Beras Pemerintah (OPK - CBP).

Beberapa kendala dalam pelaksanaan RASKIN selama ini terutama dalam pencapaian ketepatan indikator maupun ketersediaan anggaran. Sampai dengan saat ini, jumlah beras yang akan disalurkan baru ditetapkan setelah anggarannya tersedia. Selain itu ketetapan atas jumlah beras raskin yang disediakan juga tidak selalu dilakukan pada awal tahun, dan sering dilakukan perubahan di pertengahan tahun karena berbagai faktor. Hal ini akan menyulitkan dalam perencanaan penyiapan stoknya, perencanaan pendanaan dan perhitungan biaya-biayanya13

Data RTS yang dinamis menjadi suatu kendala tersendiri di lapangan. Masih ada RTM di luar RTS yang belum dapat menerima RASKIN karena tidak tercatat sebagai RTS di BPS. Kebijakan lokal dan “keikhlasan” sesama RTM dalam berbagi, tidak jarang dipersalahkan sebagai ketidaktepatan sasaran.

.

Ketepatan harga terkendala dengan hambatan geografis. Jauhnya lokasi RTS dari Titik Ditsribusi mengakibatkan RTS harus membayar lebih untuk

13

Wawancara dengan Zulmi, Karyawan Kantor Perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane, 19 April 2013.


(26)

mendekatkan beras ke rumahnya. Harga tebus RASKIN oleh RTS tidak lagi seharga Rp.1.600/kg karena RTS harus membayar biaya-biaya lain untuk operasional dan angkutan dari Titik Distribusi (TD) ke rumah mereka. Peran Pemerintah Kabupaten/Kota untuk membantu RTS mencapai tepat harga perlu terus didorong. Saat ini sudah banyak Pemerintah Kabupaten/Kota yang menyediakan dana APBD-nya untuk RASKIN.

Apresiasi bagi Pemerintah Kabupaten/Kota patut diberikan karena perhatian terhadap penyediaan dan pengalokasian APBD serta pengawalan terhadap pelaksanaan RASKIN. Kepedulian terhadap program RASKIN berarti kepedualian terhaap RTS yang muncul dari hati nurani untuk mengentaskan kemiskinan. Kesadaran bahwa RASKIN merupakan tugas bersama Pemerintah Pusat dan Daerah untuk membantu mengurangi beban pengeluaran 18,5 juta RTS (pada tahun 2009), perlu terus ditumbuhkan.

Untuk mencapai tepat sasaran, tepat harga dan tepat waktu, beberapa penyempurnaan terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan pola distribusi yang berkembang tidak hanya melalui titik distribusi yang langsung disalurkan kepada RTS namun juga melalui Warung Desa (Wardes). Melalui Wardes, penyaluran RASKIN menjadi lebih dekat kepada RTS dan RTS membeli beras secara bertahap sesuai daya belinya selama 1 bulan dengan harga sesuai dengan ketetapan. Penyaluran melalui Wardes berawal dari pilot project pada akhir tahun 2008 dan mulai diimplementasikan sejak tahun 2009.


(27)

Melalui Wardes, sistem administrasi distribusi RASKIN juga yang dituangkan dalam Daftar Penerima Manfaat 1 (DPM 1), pembagian kartu RASKIN, dan realisasi penerimaan beras oleh RTS dapat diperbaiki mulai dari awal. Juga dimungkinkan dapat diterapkan sistem pembayaran melalui kerjasama dengan jaringan unit-unit perbankan di Desa/Kelurahan secara langsung.

Peningkatan ketepatan sasaran juga terus ditingkatkan melalui pendampingan pola distribusi melalui kelompok masyarakat pada tahun 2009. Distribusi RASKIN dilakukan oleh kelompok masyarakat yang umumnya berbasis keagamaan maupun oleh kelompok masyarakat miskin penerima manfaat RASKIN14

Pengertian .

a. Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS - PM) RASKIN adalah Rumah Tangga Miskin di Desa/Kelurahan yang berhak menerima RASKIN dan terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM-1) yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah sebagai hasil Musyawarah Desa/Kelurahan dan disahkan oleh Camat sesuai hasil pendataan PPLS-11 BPS tahun 2011.

b. Musyawarah Desa/Kelurahan merupakan forum pertemuan musyawarah di tingkat Desa/Kelurahan yang melibatkan aparat Desa/ Kelurahan, kelompok masyarakat Desa/ Kelurahan dan perwakilan RTS-PM Raskin dari setiap

14


(28)

Satuan Lingkungan Setempat (SLS) setingkat Dusun/RW untuk menetapkan daftar nama RTS-PM.

c. Titik Distribusi (TD) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras Raskin dari Satker Raskin kepada Pelaksana Distribusi Raskin di tingkat Desa/Kelurahan, atau lokasi lain yang disepakati secara tertulis oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Divre/Subdivisi Regional / Kansilog Perum BULOG .

d. Titik Bagi (TB) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras Raskin dari Pelaksana Distribusi Raskin kepada RTS-PM.

e. Pelaksana Distribusi Raskin adalah Kelompok Kerja (Pokja) di TD atau Warung Desa (Wardes) atau Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah.

f. Kelompok Kerja (Pokja) adalah sekelompok masyarakat Desa/Kelurahan yang terdiri dari aparat Desa/Kelurahan, Ketua RT/RW/RK dan beberapa orang yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah sebagai pelaksana distribusi Raskin.

g. Warung Desa (Wardes) adalah lembaga ekonomi di Desa/Kelurahan, baik milik masyarakat, koperasi maupun pemerintah Desa/Kelurahan yang memiliki fasilitas bangunan/tempat penjualan bahan pangan dan barang lainnya yang ditetapkan oleh Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota sebagai tempat penyerahan beras Raskin dari Satker Raskin.


(29)

h. Kelompok Masyarakat (Pokmas) adalah lembaga masyarakat dan/atau kelompok masyarakat di Desa/Kelurahan yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah sebagai Pelaksana Distribusi Raskin.

i. Padat Karya Raskin adalah sistem penyaluran Raskin kepada RTS-PM yang dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat dimana para RTS-PM diwajibkan bekerja untuk meningkatkan produktivitas daerah dengan diberikan kompensasi pembayaran HPB Raskin oleh Pemerintah Daerah melalui APBD.

j. Satker Raskin adalah satuan kerja pelaksana penyaluran Raskin yang dibentuk oleh Divisi Regional (Divre)/Sub Divisi Regional(Subdivisi Regional )/Kantor Seksi Logistik (Kansilog) Perum BULOG terdiri dari ketua dan anggota yang diangkat dengan Surat Perintah (SP) Kadivre/Kasub Divre/Kakansilog.

k. Kualitas Beras adalah beras medium kondisi baik sesuai dengan persyaratan kualitas beras yang diatur dalam Inpres Kebijakan Perberasan yang berlaku.\ l. SPA adalah Surat Permintaan Alokasi yang dibuat oleh Bupati/Walikota atau

Ketua Tim Koordinasi Raskin Kab/Kota atau Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati/Walikota kepada Kadivre/KaSubdivisi Regional /Kakansilog berdasarkan alokasi pagu Raskin dan rincian di masing-masing Kecamatan dan Desa/ Kelurahan.


(30)

m. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB)/Delivery Order (DO) adalah perintah tertulis yang diterbitkan oleh Kadivre/KaSubdivisi Regional /Kakansilog atau pejabat lain yang berwenang kepada Kepala Gudang untuk mengeluarkan dan menyerahkan barang kepada pihak lain.

n. BAST adalah Berita Acara Serah Terima Beras Raskin berdasarkan SPA dari Bupati/Walikota dan ditandatangani antara Perum BULOG dan Pelaksana Distribusi.

o. DPM-1 adalah Model Daftar Penerima Manfaat Raskin di Desa/Kelurahan. p. DPM-2 adalah Model Daftar Penjualan Raskin di Desa/Kelurahan

q. HPB adalah Harga Penjualan Beras secara tunai sebesar Rp 1.600/kg netto di TD.

r. MBA-0 adalah Model Rekap BAST di tingkat Kecamatan. s. MBA-1 adalah Model Rekap MBA-0 di tingkat Kabupaten/Kota. t. MBA-2 adalah Model Rekap MBA-1 di tingkat Provinsi.

u. TT-HP Raskin adalah Model Tanda Terima uang Hasil Penjualan Raskin dari Pelaksana Distribusi kepada Satker Raskin.

v. UPM adalah Unit Pengaduan Masyarakat.

w. PPLS-11 adalah Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)15.

15


(31)

2. Dasar Hukum Beras Bersubsidi Adalah :

Peraturan perundangan yang menjadi landasan pelaksanaan program RASKIN adalah:

• Undang-undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Masyarakat.

• Undang-undang No. 18 tahun 1986 tentang Pelaksanaan undang-undang No. 8 Tahun 1985.

• Undang-undang No. 19 Tahun 2013 tentang Badan Usaha Milik Megara (BUMN).

• Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. • Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

• Undang-undang tentang Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun Anggaran 2013.

• Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.

• Peraturan pemerintah No. 7 Tahun 2013 tentang Pendirian Perusahaan Umum BULOG .

• Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan Daerah.

• Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang pembagian Urusan Pemerintah Antara pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/ Kota.


(32)

• Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

• Peraturan Pemerintah tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013.

• Inpres No. 3 tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Oleh Pemerintah.

• Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

• Permenko Kesra No. 59 Tahun 2012 tentang Tim Koordinasi Raskin Pusat. • Peraturan Menteri Keuangan No. 237/PMK.02/2012 tentang Tata Cara

Penyesiaan, Perhitungan, pembayaran, dan Petanggungjawaban Subsidi Beras Bagi Masyakat Berpendapatan Rendah16.

B.Tujuan dan sasaran penyaluran beras bersubsidi

Program Raskin merupakan subsidi pangan sebagai upaya dari Pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga miskin melalui pendistribusian beras yang diharapkan mampu menjangkau keluarga miskin.

Tujuan program raskin adalah mengurangi pengeluaran rumah tangga sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk 16


(33)

beras dan memberikan bantuan serta meningkatkan/membuka akses pangan keluarga miskin dalam rangka memenuhi kebutuhan beras sebagai upaya peningkatan ketahanan pangan di tingkat keluarga melalui penjualan beras kepada keluarga penerima manfaat pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan dan mengurangi beban pengeluaran rumah tangga sasaran melalui pemenuhan sebangian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras.

Sasarannya adalah terbantu dan terbukanya akses beras keluarga miskin yang telah terdata dengan kuantum tertentu sesuai dengan hasil musyawarah desa/kelurahan dengan harga bersubsidi di tempat, sehingga dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan keluarga miskin.

Tahun 2010 : Sasaran Program Raskin tahun 2010 untuk Kabupaten Aceh Tenggara beban pengeluaran sebanyak 32.958 Rumah Tangga Sasaran melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 5.141.448 kg/tahun dan untuk Kabupaten Gayo Lues beban pengeluaran Beras Raskin sebanyak 11.157 Rumah Tangga Sasaran melalui pendistribusian sebanyak 1.740.492 kg dan atau sebanyak 156 kg/RTS/Tahun atau setara dengan 13 Kg/RTS/bulan selama 12 bulan dengan harga Rp1.600/Kg netto ditempat penyerahan yang disepakati (titik distribusi).

Tahun 2011 : Sasaran Program Raskin tahun 2011 untuk Kabupaten Aceh Tenggara beban pengeluaran sebanyak 32.958 Rumah Tangga Sasaran melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 5.932.440 kg/tahun dan untuk Kabupaten Gayo Lues beban pengeluaran Beras Raskin sebanyak 11.157 Rumah


(34)

Tangga Sasaran melalui pendistribusian sebanyak 2.008.280 kg dan atau sebanyak 180 kg/RTS/Tahun atau setara dengan 15 Kg/RTS/bulan selama 12 bulan dengan harga Rp1.600/Kg netto ditempat penyerahan yang disepakati (titik distribusi).

Tahun 2012 : Sasaran Program Raskin bulan Juni tahun 2011 untuk Kabupaten Aceh Tenggara beban pengeluaran sebanyak 12.581 Rumah Tangga Sasaran melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 2.264.580 kg/tahun dan untuk Kabupaten Gayo Lues beban pengeluaran Beras Raskin sebanyak 7.758 Rumah Tangga Sasaran melalui pendistribusian sebanyak 1.396.440 kg dan atau sebanyak 180 kg/RTS/Tahun atau setara dengan 15 Kg/RTS/bulan selama 12 bulan dengan harga Rp1.600/Kg netto ditempat penyerahan yang disepakati (titik distribusi).

Tahun 2013 : Sasaran Program Raskin tahun 2013 untuk Kabupaten Aceh Tenggara beban pengeluaran sebanyak 12.148 Rumah Tangga Sasaran melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 2.186.640 kg/tahun dan untuk Kabupaten Gayo Lues beban pengeluaran Beras Raskin sebanyak 7.514 Rumah Tangga Sasaran melalui pendistribusian sebanyak 1.352.520 kg dan atau sebanyak 180 kg/RTS/Tahun atau setara dengan 15 Kg/RTS/bulan selama 12 bulan dengan harga Rp1.600/Kg netto ditempat penyerahan yang disepakati (titik distribusi).

Prinsip pengelolaan Raskin adalah suatu nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan Raskin.


(35)

Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan Raskin. Keberpihakan kepada Rumah Tangga Miskin (RTM), yang maknanya mendorong RTM untuk ikut berperan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian seluruh kegiatan Raskin baik di desa dan kecamatan, termasuk menerima manfaat atau menikmati hasilnya. Transparansi, yang maknanya membuka akses informasi kepada lintas pelaku Raskin terutama masyarakat penerima Raskin, yang harus tahu, memahami dan mengerti.

C.Pengelolaan dan Pengornisasian

Dalam Rangka pelaksanaan Program Raskin tahun 2013 dan untuk mengefektifkan pelaksanaan program dan petanggungjawabannya, maka dibentuk Tim Koordinasi Raskin di Pusat sampai kecamatan dan Pelaksana Distribusi di Desa/ Kelurahan Pemerintahan setempat17

1. Tim Koordinasi Raskin Pusat

.

2. Tim Koordinasi Raskin Provinsi

3. Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota 4. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan

5. Pelaksana Penyaluran Raskin di Desa/ Kelurahan Pemerintah Setempat Penanggung jawab Program Raskin adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Penanggung jawab pelaksanaan Program Raskin di

17


(36)

Provinsi adalah Gubernur, di Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota, di Kecamatan adalah Camat dan di Desa/Kelurahan adalah Kepala Desa/Lurah atau Kepala pemerintah yang setingkat.

2.1. Tim Koordinasi Raskin Pusat

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin Nasional dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Pusat.

a. Tugas:

Melakukan koordinasi, sinkronisasi, harmonisasi dan pengendalian dalam perumusan kebijakan, perencanaan, penganggaran, sosialisasi, monitoring dan evaluasi.

b. Fungsi:

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Pusat mempunyai fungsi:

1) Koordinasi perencanaan dan penganggaran Program Raskin. 2) Penetapan Pagu Raskin.

3) Penyusunan Pedoman Umum Penyaluran Raskin. 4) Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi Program Raskin.


(37)

5) Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi Raskin Provinsi.

6) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Raskin di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

c. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Pusat

Tim Koordinasi Raskin Pusat terdiri dari Pengarah, Pelaksana dan Sekretariat.

Pengarah terdiri dari: Ketua dari unsur Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Anggota terdiri dari unsur Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BadanPerencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Badan Pusat Statistik (BPS),Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Perum BULOG .

Pelaksana terdiri dari: ketua, wakil ketua/ketua bidang dan anggota. Ketua Pelaksana adalah Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; Wakil Ketua/Bidang Kebijakan Perencanaan adalah Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas; Wakil Ketua II/Bidang Kebijakan Anggaran adalah Direktur Anggaran


(38)

III, Ditjen AnggaranKementerian Keuangan; Wakil Ketua III/Bidang Pelaksanaan dan Distribusi adalahDirektur Pelayanan Publik Perum BULOG ; Wakil Ketua IV/Bidang Fasilitasi, Monitoring dan Evaluasi, dan Pengaduan adalah Direktur Usaha Ekonomi Masyarakat Ditjen PMD Kementerian Dalam Negeri.

Anggota Tim terdiri dari unsur-unsur Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat,Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial, Kementerian Pertanian, BPS, BPKP, dan Perum BULOG .

2.2. Tim Koordinasi Raskin Provinsi

Gubernur bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Provinsi .

a. Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Provinsi adalah pelaksana Program Raskin di Provinsi, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur. b. Tugas

Tim Koordinasi Raskin Provinsi mempunyai tugas melakukan koordinasi perencanaan, anggaran, sosialisasi, pelaksanaan distribusi, monitoring dan


(39)

evaluasi, menerima pengaduan dari masyarakat serta melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Pusat.

c. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Provinsi mempunyai fungsi:

1) Koordinasi perencanaan dan penganggaran Program Raskin di Provinsi. 2) Penetapan Pagu Raskin Kabupaten/Kota.

3) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Penyaluran Raskin. 4) Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi Program Raskin.

5) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Raskin di Kabupaten/Kota. 6) Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

7) Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin Pusat.

d. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Provinsi

Tim Koordinasi Raskin Provinsi terdiri dari penanggungjawab, ketua, sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan penyaluran, monitoring dan evaluasi, serta pengaduan masyarakat, yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur. Tim Koordinasi Raskin Provinsi


(40)

beranggotakan unsur-unsur instansi terkait di Provinsi antara lain Sekretariat Provinsi, Bappeda, Badan/Dinas/Lembaga yang berwewenang dalam pemberdayaan masyarakat, Dinas Sosial, BPS Provinsi, Badan/Dinas/Kantor yang berwewenang dalam ketahanan pangan, Kantor Perwakilan BPKP dan Divisi Regional/Sub Divisi Regional Perum BULOG , serta lembaga lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

2.3. Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota

Bupati/Walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota .

a. Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota adalah pelaksana Program Raskin di Kabupaten/Kota, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.

b. Tugas

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota mempunyai tugas melakukan koordinasi perencanaan, anggaran, sosialisasi, pelaksanaan penyaluran, monitoring dan evaluasi, menerima pengaduan dari masyarakat serta melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Provinsi.


(41)

c. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota

mempunyai fungsi:

1) Perencanaan dan penganggaran Program Raskin di Kabupaten/ Kota. 2) Penetapan Pagu Kecamatan.

3) Pelaksanaan verifikasi data RTS-PM.

4)Penyusunan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyaluran Raskin di Kabupaten/Kota.

5) Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi Program Raskin di Kabupaten/ Kota. 6) Perencanaan penyaluran Raskin.

7) Penyelesaian administrasi dan HPB Raskin.

8) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan, Desa/Kelurahan.

9) Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi Raskin Kecamatan dan Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/ Kelurahan/Pemerintahan setingkat.

10) Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin Provinsi.


(42)

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota terdiri dari penanggung jawab, ketua, sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan penyaluran, monitoring dan evaluasi, serta pengaduan masyarakat, yang ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota. Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota terdiri dari unsur-unsur instansi terkait di Kabupaten/Kota antara lain Sekretaris Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan/Dinas/Lembaga yang berwewenang dalam pemberdayaan masyarakat, Dinas Sosial, BPS Kabupaten/Kota, Badan/Dinas/Kantor yang berwewenang dalam ketahanan pangan, Divre/Subdivisi Regional / Kansilog Perum BULOG dan lembaga terkait lainnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

2.4. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan

Camat bertanggungjawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Kecamatan .

a. Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah pelaksana Program Raskin di Kecamatan, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Camat.

b. Tugas

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, sosialisasi, monitoring dan evaluasi Program


(43)

Raskin ditingkat Kecamatan serta melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

c. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai fungsi:

1) Perencanaan penyaluran Raskin di Kecamatan. 2) Pelaksanaan verifikasi data RTS-PM.

3) Fasilitasi lintas pelaku, sosialisasi Raskin di Kecamatan. 4) Penyediaan dan pendistribusian Raskin.

5) Penyelesaian administrasi dan HPB Raskin.

6) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Raskin di Desa/Kelurahan/Pemerintahan setingkat.

7)Pembinaan terhadap Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan/ Pemerintahan setingkat.

8) Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

d. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Kecamatan

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan terdiri dari penanggungjawab, ketua, sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan penyaluran, monitoring dan evaluasi, serta pengaduan masyarakat,


(44)

yang ditetapkan dengan keputusan Camat. Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Kecamatan terdiri dari unsur-unsur instansi terkait di tingkat Kecamatan antara lain Sekretariat Kecamatan, Seksi Kesejahteraan Sosial, Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) dan Satker Raskin.

2.5. Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan/Pemerintahan setingkat. Kepala Desa/Lurah/Kepala pemerintahan setingkat bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk pelaksana distribusi Raskin tingkat desa/kelurahan.

a. Kedudukan

Pelaksana Distribusi Raskin berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa/Lurah/Pemerintahan setingkat.

b. Tugas

Pelaksana Distribusi Raskin mempunyai tugas memeriksa, menerima dan menyerahkan beras, menerima uang pembayaran HPB serta menyelesaikan administrasi18

c. Fungsi

.

18

Wawancara dengan Zakiyuddin, Anggota Tim Satker Raskin Perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane, Tanggal 19 April 2013.


(45)

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan/Pemerintahan setingkat mempunyai fungsi:

1) Pemeriksaan dan penerimaan/penolakan Raskin dari Satker Raskin di TD. Untuk desa/kelurahan yang Titik Distribusinya tidak berada di desa/kelurahan, maka petugas yang memeriksa dan menerima/menolakan Raskin diatur dalam Petunjuk Teknis.

2) Pendistribusian dan penyerahan Raskin kepada RTS-PM di Titik Bagi (TB). 3) Penerimaan HPB Raskin dari RTS-PM secara tunai dan menyetorkan ke

rekening Bank yang ditunjuk Divre/Subdivisi Regional / Kansilog Perum BULOG atau menyetor langsung secara tunai kepada Satker Raskin.

4) Penyelesaian administrasi penyaluran Raskin yaitu Berita Acara Serah Terima (BAST) dan Daftar Realisasi Penjualan Beras sesuai model DPM-2 dan melaporkan ke Tim Raskin Kecamatan.

5) Memfasilitasi pelaksanaan Mudes/Muskel guna menetapkan data RTS-PM. 2.6. Satker Raskin

a. Kedudukan

Satker Raskin berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kadivre/KaSubdivisi Regional /Kakansilog Perum BULOG sesuai tingkatannya19

b. Tugas .

19


(46)

Satker Raskin mempunyai tugas memeriksa, mengantar dan menyerahkan Raskin kepada Pelaksana Distribusi, menyelesaikan administrasi Raskin, menerima uang pembayaran HPB dan menyetorkan HPB Raskin kepada Bank koresponden (Bank yang ditunjuk oleh Divre/Subdivisi Regional /Kansilog) atau menerima tanda bukti setor pembayaran HPB Raskin.

c. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Satker Raskin mempunyai fungsi: 1) Pengantaran dan penyerahan Raskin ke pelaksana distribusi di TD.

2) Penggantian Raskin yang ditolak oleh RTS-PM karena tidak memenuhi standar kualitas.

3) Penerimaan HPB Raskin dari Pelaksana Distribusi Raskin dan menyetorkan ke rekening HPB BULOG atau menerima tanda bukti setor pembayaran HPB Raskin.

4) Penyelesaian administrasi penyaluran Raskin yaitu Delivery Order (DO), BAST, Rekap BAST di Kecamatan (model MBA-0) dan pembayaran HPB (tanda terima/kuitansi dan bukti setor bank)

5) Pelaporan pelaksanaan tugas, antara lain: realisasi jumlah penyaluran beras, setoran HPB dan BAST di wilayah kerjanya kepada Kadivre/Kasubdivre /Kakansilog Perum BULOG secara periodik setiap bulan20.

20


(47)

BAB III

KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP PROSEDUR PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI DI BADAN URUSAN LOGISTIK

(BULOG ) SUBDIVISI REGIONAL KUTACANE

E. Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan Umum (PERUM) BULOG BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan21. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan dan usaha eceran. Sebagai perusahaan yang tetap mengemban tugas publik dari pemerintah, BULOG tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar Pembelian untuk gabah, stabilisasi harga khususnya harga pokok, menyalurkan beras untuk orang miskin (Raskin) dan pengelolaan stok pangan.

Sejarah perusahaan Perjalanan Perum BULOG dimulai pada saat dibentuknya BULOG pada tanggal 10 Mei 1967 berdasarkan keputusan presidium kabinet No.114/U/Kep/5/1967, dengan tujuan pokok untuk mengamankan penyediaan pangan dalam rangka menegakkan eksistensi

21


(48)

Pemerintahan baru. Selanjutnya direvisi melalui Keppres No. 39 tahun 1969 tanggal 21 Januari 1969 dengan tugas pokok melakukan stabilisasi harga beras, dan kemudian direvisi kembali melalui Keppres No 39 tahun 1987, yang dimaksudkan untuk menyongsong tugas BULOG dalam rangka mendukung pembangunan komoditas pangan yang multi komoditas. Perubahan berikutnya dilakukan melalui Keppres No. 103 tahun 1993 yang memperluas tanggung jawab BULOG mencakup koordinasi pembangunan pangan dan meningkatkan mutu gizi pangan, yaitu ketika Kepala BULOG dirangkap oleh Menteri Negara Urusan Pangan.

Pada tahun 1995, keluar Keppres No 50, untuk menyempurnakan struktur organisasi BULOG yang pada dasarnya bertujuan untuk lebih mempertajam tugas pokok, fungsi serta peran BULOG . Oleh karena itu, tanggung jawab BULOG lebih difokuskan pada peningkatan stabilisasi dan pengelolaan persediaan bahan pokok dan pangan. Tugas pokok BULOG adalah mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras, gula, gandum, terigu, kedelai, pakan dan bahan pangan lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam rangka menjaga kestabilan harga bahan pangan bagi produsen dan konsumen serta memenuhi kebutuhan pangan berdasarkan


(49)

kebijaksanaan umum Pemerintah22

Dalam Keppres tersebut, tugas pokok BULOG dibatasi hanya untuk menangani komoditas beras. Sedangkan komoditas lain yang dikelola selama ini dilepaskan ke mekanisme pasar. Arah Pemerintah mendorong BULOG menuju suatu bentuk badan usaha mulai terlihat dengan terbitnya Keppres No. 29 tahun 2000, dimana didalamnya tersirat BULOG sebagai organisasi transisi (tahun 2003) menuju organisasi yang bergerak di bidang jasa logistik di samping masih menangani tugas tradisionalnya. Pada Keppres No. 29 tahun 2000 tersebut, tugas pokok BULOG adalah melaksanakan tugas Pemerintah di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi dan pengendalian harga beras (mempertahankan Harga Pembelian . Namun tugas tersebut berubah dengan keluarnya Keppres No. 45 tahun 1997, dimana komoditas yang dikelola BULOG dikurangi dan tinggal beras dan gula. Kemudian melalui Keppres No 19 tahun 1998 tanggal 21 Januari 1998, Pemerintah mengembalikan tugas BULOG seperti Keppres No 39 tahun 1968. Selanjutnya melalu Keppres No 19 tahun 1998, ruang lingkup komoditas yang ditangani BULOG kembali dipersempit seiring dengan kesepakatan yang diambil oleh Pemerintah dengan pihak IMF yang tertuang dalam Letter of Intent (LoI).

22


(50)

Pemerintah – HPP), serta usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Arah perubahan tesebut semakin kuat dengan keluarnya Keppres No 166 tahun 2000, yang selanjutnya diubah menjadi Keppres No. 103/2000. Kemudian diubah lagi dengan Keppres No. 03 tahun 2002 tanggal 7 Januari 2002 dimana tugas pokok BULOG masih sama dengan ketentuan dalam Keppers No 29 tahun 2000, tetapi dengan nomenklatur yang berbeda dan memberi waktu masa transisi sampai dengan tahun 2003. Akhirnya dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI no. 7 tahun 2003 BULOG resmi beralih status menjadi Perusahaan Umum (Perum) BULOG .

Berdasarkan penjelasan diatas, maka pada tahun 1989 telah lahir Sub Dolog Wilayah V Kutacane , Dolog Aceh yang berkedudukan di Jalan Kutacane -blangkejeren No. 104 Desa Tanah Merah Kecamatan Badar Kabupaten Aceh Tenggara yang diresmikan oleh Bapak H. Bustanil Arifin, SH pada tanggal 02 September 1989 yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koperasi Republik Indonesia dan Kepala Badan Urusan Logistik (BULOG ). Berdasarkan Peraturan pemerintah No. 7 Tahun 2003 tanggal 20 Januari 2003 tentang Pendirian Perusahaan Umum (PERUM) BULOG , maka


(51)

mulai sejak tahun 2003 Sub Dolog Wilayah V Kutacane Berubah nama menjadi Subdivisi Regional Kutacane Divisi Regional Aceh.

Dengan struktur organisasi Subdivisi Regional Kutacane adalah sebagai berikut 23:

23

Keputusan Direksi Perum BULOG No. : KD-421/DS200/11/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Divisi Regional Perusahaan Umum BULOG.

KEPALA SUBDIVISI REGIONAL

ASISTEN PENGAWAS

SEKSI PELAYANAN PUBLIK

SEKSI ADMINISTRASI DAN KEUANGAN

SEKSI AKUNTANSI

GUDANG TANAH MERAH

GUDANG LAWE RAKAT

GUDANG SENTANG


(52)

Sesuai dengan struktur ogranisasi diatas, untuk itu Subdivisi Regional Kutacane memiliki luas dan atau wilayah kerja yang meliputi 2 (dua) Kabupaten yang terdiri dari Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Gayo Lues. Untuk penyebaran dan pemerataan dalam penyerapan dan penyaluran, Subdivisi Regional Kutacane memiliki 7 (tujuh) unit gudang yang tersebar di 2 (dua) Kabupaten tersebut, masing-masing gudang memiliki kapasitas 1.000 ton per unit sehingga kapasitas gudang di Subdivisi Regional Kutacane sebanyak 7.000 ton sebagai sarana untuk penyimpanan dan kebutuhan penyaluran beras bersubsidi kepada masyarakat yang berpendapatan rendah.

F. Mekanisme Penyaluran beras bersubsidi 1. Panduan pelaksanaan program raskin

a. Dalam pelaksanaan program raskin diperlukan panduan pelaksanaan kegiatan yang sistematis yang akan dijadikan pedoman berbagai pihak, baik pemerintah, kabupaten, kecamatan dan desa atau kelurahan maupun pihak lain yang terkaidt dalam pelaksaan program raskin.

b. Panduan pelaksanaan program raskin terdiri dari program umum raskin (PEDUM RASKIN).


(53)

c. Untuk panduan pelaksaan di kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Gayo Lues diperlukan panduan khusus yang sesuai dengan situasi dan kondisi kabupaten yang terkait yang dinamakan petunjuk teknis program raskin. Ruang lingkup juknis raskin masih berada dalam batasan-batasan pedum raskin.

2. Pagu Raskin

a. Pagu raskin Subdivisi Regional Kutacane tahun 2013 ditetapkan pemerintah sesuai dengan anggaran pemerintah sebanyak 3.6 ribu ton/tahun untuk 2 (dua) Kabupaten yang terdiri dari Kabupaten Aceh Tenggara dan kabupaten Gayo Lues dengan jumlah sebanyak 19.662 RTS-PM atau sebanyak 15 kg/RTS/bulan setara dengan 180 kg/RTS/tahun24

b. Sebaran RTS-PM ditentukan berdasarkan basis data terpadu untuk program perlindungan sosial yang bersumber dari PPLS 2011 hasil pendataan BPS dan dikelola oleh TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan).

.

c. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat melakukan proses legal formal penetapan pagu raskin dengan mengeluarkan surat penetapan pagu raskin provinsi.

24


(54)

d. Pagu raskin untuk 2 (dua) kabupaten ditetapkan oleh bupati berdasarkan pagu raskin nasional.

e. Penetapan pagu raskin untuk setiap desa/kelurahan ditetapkan oleh bupati, berdasarkan pagu raskin provinsi.

f. Pagu raskin di suatu desa/kelurahan/pemerintah setingkat pada prinsipnya tidak dapat direlokasi ke desa/kelurahan/pemerintahan setingkat, kecuali melalui muscam (musyawarah camat) yang dilakukan atas permintaan 2 (dua) desa/kelurahan/pemerintahan setingkat atau lebih sebagai tindaklanjut musyawarah desa/musyawarah kelurahan yang menujukan kebutauhan perubahan pagu raskin dimasing-masaing desa/kelurahan/pemerintah setingkat.

g. Apabilan pagu raski disuatu wilayah tidak dapat diserap sampai dengan tanggal 31 desembae 2013 maka sisa pagu raskin tersebut tidak dapat didistribusikan pada tahun 201425

h. Pemerintah kabupaten dapat mambuat kebijakan untuk menambah pagu raskin bagi rumah tangga yang dianggap miskin dan tidak termasuk dalam data RTS-PM dari basis data terpadu hasil PPLS 2011 BPS yang dikelola oleh TNP2K. kebijakan ini didanai oleh APBD sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

.

25


(55)

3. Pemutakhiran Daftar Penerima Manfaat (DPM)

Dalam rangka mengakomodasi adanya perubahan karakteristik RTS-PM di desa/kelurahan/pemerintah setingkat, dimungkinkan pelaksanaan mudes/muskel/muscam untuk menetapkan kebijakan lokal yaitu :

a. Mudes/muskel melakukan validasi daftar RTS-PM berdasarkan basis data terpadu hasil PPLS 2011.

b. RTS-PM yang kepala rumah tangganya sudah meninggal dapat digantikan oleh salah satu anggota rumah tangganya. Untuk RTS-PM tunggal yang sudah meninggal, pindah alamat keluar desa/kelurahan atau pemerintahan setingkat/yang dinilai tidak layak sebagai penerimah raskin, maka digantikan oleh ruaah tangga lainya yang dinilai layak. c. Rumah tangga yang dinilai layak untuk mengantikan RTS-PM pada

butir 2 (dua) diatas adalah diprioritaskan kepada ruamah tangga miskin yang memiliki anggota rumah tangga lebih besar terdiri dari : balita dan anak usia sekolah, kepala rumah tangganya perempuan, kondisi fisik rumahnya tidak layak huni, berpenghasilan paling rendah dan tidak tetap.

d. Pelaksanaan musyawarah dapat dilaksanakan sepanjang tahun berjalan sesuai dengan kebutuhan.

e. Apabilan setelah dilakukan validasi dan pemukhtahiran daftar RTS-PM di desa/kelurahan/pemerintahan setingkat terdapat perubahan pagu


(56)

RTS-PM di 2 (dua) desa/kelurahan/pemerintahan setingkat dalam 1 (satu) kecamatan maka atas permintaan desa/kelurahan/pemerintahn setingkat dapat dilakukan muscam yang bertujuan untuk melakukan koordinasi penyesuaian pagu dengan tidak mengubah jumlah pagu kecamatan.

f. Hasil mudes/muskel dan atau muscam dimasukan dalam FRP RTS-PM dan dilaporkan secara berjenjang kepada TNP2K melalui tim koordinasi raskin kecamatan dan tim koordinasi raskin kabupaten. FRP hasil muscam dilampirkan berita acara pelaksanaan muscam

4. Monitoring dan Evaluasi

a. Dalam rangka meningkatkan efektifitas penyaluran raskin kepada RTS-PM raskin di berbagai daerah maka Tim Koordinasi raskin melakukan monitoring dan evaluasi (monev) penyaluran raskin.

b. Dalam kegiatan monitoring akan dievaluasi realisasi penyaluran identifikasi permasalahan yang menghambat pelaksanaan penyaluran raskin kemudian akan dilakukan upaya untuk meningkatkan penyaluran Raskin dan mencari solusi untuk memecahkan masalah.


(57)

5. Pelaksanaan Penyaluran Raskin Sampai Titik Distribusi (TD)

Penyediaan dan penyaluran beras raskin sampai ke titik distribusi menjadi tugas Perum BULOG .

a. Penyediaan beras Raskin.

Penyediaan beras untuk RTS-PM Raskin oleh Perum BULOG berasal dari beras hasil Pengadaan dalam negeri dan bila tidak mencukupi, maka dipernuhi dengan pengadaan Luar Negeri. Kualitas beras raskin sesuai dengan Inpres kebijakan pemberasan yang belaku, dengan kemasan berlogo BULOG dengan kuantum15 kg/karung dan atau 50 kg/karung. b. Rencana Penyaluran

Untuk menjamin kelancaran proses penyaluran raskin, Perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane bersama Tim Koordinasi raskin menyusun rencana penyaluran bulanan yang akan dituangkan dalam bentuk surat perintah alokasi (SPA).

c. Mekanisme penyaluran

Mekanisme penyaluran beras raskin adalah sebagai berikut :

1)Bupati Kabupaten Aceh Tenggara atau pejabat yang ditunjuk oleh Bupati Kabupaten Aceh Tenggara menerbitkan surat permintaan alokasi (SPA) kepada Perum BULOG berdasarkan pagu raskin.


(58)

2)Berdasarkan SPA, Perum BULOG menerbitkan Surat Perintah penyeran Barang (SPPB)/ Delivery Order (DO) beras untuk mansing-masing kecamatan.

3)Sesuai dengan SPPB/DO maka Perum BULOG menyalurkan beras sampai ke TD.

4)Di Titik Distibusi dilakukan serah terima beras antara perum BULOG dengan Tim Koordinasi Raskin/Pelaksana Distribusi dan dibuat berdasarkan berita acara serah terima yang ditanda tangani kedua belah pihak.

6. Penyaluran Beras Raskin

1) Penyaluran beras raskin dari titik distribusi ke titik bagi.

a. Sebelum raskin disalurkan, Perum BULOG memeriksa kualitas terlebih dahulu.

b. Tim Koordinasi raskin/pelaksana distribusi melakukan pemeriksaan kualitas yang diserahkan oleh perum BULOG di titik distribusi. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan raskin yang tidak sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang ditetapkan, maka tim koordinasi raskin/pelaksana distribusi harus menolak dan harus mengembalikan kepada perum BULOG untuk diganti dengan kualitas yang sesuai dan menambah kekurangan kuantitas.


(59)

c. Penyaluran raskin dari titik distribusi ke titik bagi samapi RTS-PM menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten/ Kota.

d. Pemerintah kabupaten/ kota menyediakan biaya trasportasi atau ongkos angkut dan biaya operasional dari titik distribusi ke titik bagi dan apabila sampai memungkinkan sampai ke RTS-PM.

e. Penyaluran raskin dari titik ditribusi ke titik bagi dan RTS-PM dan dapat dilakukan secara regular oleh pelaksana ditribusi raskin atau melalui warung desa, kelompok masyarakat dan padat karya raskin.

2) Penyaluran raskin dari titik bagi ke RTS-PM

a. Untuk meminimalkan biaya transportasi penyaluran raskin dari titik bagi ke RTS-PM maka titik bagi ditetapkan di lokasi yang strategis dan mudah dijangkau RTS-PM.

b. Pelaksanaan penyaluran raskin di titik bagi kepada RTS-PM dilakukan oleh pelaksana distribusi dengan menyerahkan raskin kepada RTS-PM sebanyak 15 kg/RTS/bulan, dan dicatat dalam DPM-2, selanjutnya dilaporkan kepada Tim Koordinasi raskin kecamatan.


(60)

7. Pembayaran Harga Tebus Beras Raskin (HTR)

a. Pembayaran HTR raskin dari RTS-PM kepada pelaksana distibusi raskin dilakukan secara tunai sebesar Rp. 1.600,-/kg netto di titik distribusi26 b. Uang HTR yang diterima pelaksana distribusi raskin dari RTS-PM harus

langsung disetor ke rekening Perum BULOG melalui bank setempat oleh pelaksana distribusi yang pelaksanaannya distur lebih lanjut dalam juklak/juknis sesuai dengan kondisi setempat atau diserahkan kepada perum BULOG setempat.

.

8. Pembiayaan

a. Sesuai dengan peraturan meteri keuangan tentang tata cara penyediaan, perhitungan, pembayaran dan pertanggungjawaban subsidi beras bagi masyarakat berpendapatan rendah, kementerian social sebagi kuasa pengguna anggara mengatur mekanisme pembayaran subsidi raskin.

b. Biaya penyelengaraan dan pelaksanaan program raskin, seperti biaya distribusi, sosialisasi, koordinasi, monev dan pengaduan bersumber dari APBN, APBD dan atau Perum BULOG .

26

Wawancara dengan Hamdani, ST, Bendahara Tim Satker Raskin Perum BULOG Subdisi Regional Kutacane, Tanggal 19 April 2013


(61)

Sosialisasi, koordinasi, monitoring dan evaluasi Program Raskin adalah kegiatan penunjang program untuk memberikan informasi yang lengkap sekaligus pemahaman yang sama dan benar kepada seluruh pemangku kepentingan terutama kepada pelaksana, Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) dan masyarakat umum meliputi latar belakang, kebijakan pemerintah, tujuan, sasaran, pengelolaan, pengorganisasian, pengawasan dan pelaporan serta hak dan kewajiban masing-masing. Sosialisasi Program Raskin dapat dilakukan melalui berbagai cara yang efektif antara lain sebagai berikut:

a. Rapat Koordinasi

Rapat Koordinasi diselenggarakan oleh Tim Koordinasi Raskin secara berjenjang di seluruh tingkatan mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai Desa/Kelurahan. Materi yang disosialisasikan meliputi kebijakan, program, dan mekanisme pelaksanaan yang telah disusun dalm Pedum Raskin 2013.

b. Media Massa

Sosialisasi melalui media massa dimaksudkan untuk mempercepat dan memperluas jangkauan sasaran sosialisasi. Sosialisasi melalui media massa dilakukan melalui media cetak antara lain koran, majalah maupun media elektronik seperti radio, televise dan internet, baik di tingkat Pusat maupun Provinsi dan Kabupaten/Kota.


(62)

c. Media Lainnya

Sosialisasi juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan media lainnya antara lain poster, buklet, brosur, stiker, spanduk maupun forum keagamaan, budaya, arisan dan lain-lain yang dikembangkandalam bahasa lokal maupun Nasional.

C. Tugas dan wewenang perusahaan umum (PERUM) BULOG

Perum BULOG memiliki tugas dan wewenang untuk menyelengarakan usaha logistik pangan pokok dan usaha-usaha lainnya27

27

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2013, Loc. Cit

. Adapun urusan logistik pangan pokok yang di berikan pemerintah kepada Perum BULOG Berdasarkan Inpres No 3 tahun 2012 tentang kebijakan pengadaan gabah/beras dan penyaluran beras oleh pemerintah, Dalam rangka stabilisasi ekonomi nasional, melindungi tingkat pendapatan petani, stabilisasi harga beras, pengamanan Cadangan Beras Pemerintah, dan penyaluran beras untuk keperluan yang ditetapkan oleh Pemerintah serta sebagai kelanjutan Kebijakan Perberasan, dengan ini menginstruksikan kepada Perum BULOG untuk Melaksanakan kebijakan pengadaan gabah/beras melalui pembelian


(63)

gabah/beras dalam negeri dengan ketentuan Harga Pembelian Pemerintah sebagai berikut 28

1. Harga Pembelian Gabah Kering Panen dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 25% (dua puluh lima perseratus) dan kadar hampa/kotoran maksimum 10% (sepuluh perseratus) adalah Rp. 3.300 (tiga ribu tiga ratus rupiah) per kilogram di petani, atau Rp. 3.350 (tiga ribu tiga ratus lima puluh rupiah) per kilogram di penggilingan;

:

2. Harga Pembelian Gabah Kering Giling dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14% (empat belas perseratus) dan kadar hampa/kotoran maksimum 3% (tiga perseratus) adalah Rp. 4.150 (empat ribu seratus lima puluh rupiah) per kilogram di penggilingan, atau Rp. 4.200 (empat ribu dua ratus rupiah) per kilogram di gudang Perum BULOG ; dan

3. Kualitas Beras BULOG adalah beras medium kondisi baik sesuai dengan persyaratan kualitas beras yang diatur dalam Inpres Kebijakan Pengadaan dan Penyaluran Gabah / Beras oleh Pemerintah dan standar beras impor Perum BULOG yaitu mutu Medium (HPP), Harga Pembelian Beras dalam negeri dengan kualitas mediun dengan ketentuan kadar air

28

Inpres No. 3 Tahun 2012 Tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras Dan Penyaluran Beras Oleh Pemerintah.


(64)

maksimum 14% (empat belas perseratus), butir patah maksimum 20% (dua perseratus), kadar menir maksimum 2% (dua perseratus) dan derajat sosoh minimum 95% (sembilan puluh lima perseratus) adalah Rp. 6.600 (enam ribu enam ratus rupiah) per kilogram di gudang Perum BULOG .

Selain dengan tugas diatas yang diberikan, pemerintah juga memberikan tugas dan wewenang kepada perum BULOG untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penyaluran Raskin kepada RTS-PM guna untuk menidentifikasi permasalahan yang akan menghambat masalah penyaluran raskin.

D. Kedudukan perusahaan umum (PERUM) BULOG dalam hukum administrasi negara

Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan administrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam menjalankan tugasnya . hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum tata negara.kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah ,sedangkan dalam hal perbedaan hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi konstitusi/hukum dasar yang digunakan oleh suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan pemerintah,untuk hukum administrasi negara dimana negara dalam "keadaan yang bergerak". Hukum tata usaha negara juga sering disebut HTN dalam arti sempit.


(65)

Sedangkan menurut beberapa pendapat para ahli, hukum administrasi Negara adalah sebagai berikut :

1. Oppen Hein mengatakan “ Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatu gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenagnya yang telah diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara.” 2. J.H.P. Beltefroid mengatakan “ Hukum Administrasi Negara adalah

keseluruhan aturan-aturan tentang cara bagaimana alat-alat pemerintahan dan badan-badan kenegaraan dan majelis-majelis pengadilan tata usaha hendak memenuhi tugasnya.”

3. Logemann mengatakan “ Hukum Administrasi Negara adalah

seperangkat dari norma-norma yang menguji hubungan Hukum Istimewa yang diadakan untuk memungkinkan para pejabat administrasi Negara melakukan tugas mereka yang khusus.”

4. De La Bascecoir Anan mengatakan “ Hukum Administrasi Negara adalah himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab Negara berfungsi/ bereaksi dan peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungan antara warga Negara dengan pemerintah.”


(66)

5. L.J. Van Apeldoorn mengatakan “ Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan yang hendaknya diperhatikan oleh para pendukung kekuasaan penguasa yang diserahi tugas pemerintahan itu29

6. A.A.H. Strungken mengatakan “ Hukum Administarsi Negara adalah aturanaturan yang menguasai tiap-tiap cabang kegiatan penguasa sendiri.”

.”

7. J.P. Hooykaas mengatakan “Hukum Administarsi Negara adalah ketentuan – ketentuan mengenai campur tangan dan alat-alat perlengkapan Negara dalam lingkungan swasta. ”

8. Sir. W. Ivor Jennings mengatakan “Hukum Administarsi Negara adalah hukum yang berhubungan dengan Administrasi Negara, hukum ini menentukan organisasi kekuasaan dan tugas-tugas dari pejabat-pejabat administrasi.”

9. Marcel Waline mengatakan “Hukum Administarsi Negara adalah

keseluruhan aturan-aturan yang menguasai kegiataan-kegiatan alat-alat perlengkapan Negara yang bukan alat perlengkapan perundang-undangan atau kekuasaan kehakiman menentukan luas dan batas-batas kekuasaan alat-alat perlengkapan tersebut, baik terhadap warga masyarakat maupun antara alat-alat perlengkapan itu sendiri, atau pula keseluruhan aturan-aturan yang menegaskan dengan syarat-syarat bagaimana badan-badan

29


(67)

tata usaha negara/ administrasi memperoleh hak-hak dan membebankan kewajiban-kewajiban kepada para warga masyarakat dengan peraturan alat-alat perlengkapannya guna kepentingan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan umum.”

10. E. Utrecht mengatakan “Hukum Administarsi Negara adalah menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan agar memungkinkan para pejabat pemerintahan Negara melakukan tugas mereka secara khusus30 11. Prajudi Atmosudirdjo mengatakan “Hukum Administarsi Negara adalah

hukum mengenai operasi dan pengendalian dari kekuasaan-kekuasaan administrasi atau pengawasan terhadap penguasa-penguasa administrasi

.”

31

12. Bachsan Mustofa mengatakan “Hukum Administarsi Negara adalah

sebagai gabungan jabatan-jabatan yang dibentuk dan disusun secara bertingkat yang diserahi tugas melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintaha dalam arti luas yang tidak diserahkan pada badan-badan pembuat undang-undang dan badan – badan kehakiman..

.”

Berdasarkan penjelasan diatas, menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2003 tentang pendirian Perum BULOG . Maka kedudukan Perum BULOG dalam

30

Utrecht, E, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Balai ichtiar, Jakarta, 2000, hal 114

31


(68)

hukum administrasi Negara sebagai pelaksana dari kebijakan pemerintah untuk melaksanakan tugas pemerintah dalam urasan pangan mulai dari penyediaan sampai dengan pendistribusian kepada masyarakat. Salah satu kebijakan pemerintah yang dilaksanakan oleh Perum BULOG yaitu mendistibusikan Raskin ke RTS-PM berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan.


(69)

BAB IV

PENYELESAIAN PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI

A. Faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam penyaluran beras bersubsidi

Tolak ukur program raskin ditunjukan dengan tercapainya target 6 (enam) tepat yaitu 32

a. Tepat sasaran Penerima Mamfaat, rakin hanya diberikan kepada RTS-PM sesuai dengan basis data terpadu hasil PPLS 2011 BPS yang dikelola oleh TNP2K, setelah dilakukan pemutakhiran daftar nama RTS-PM melalui Musdes/Muskel yang dituangkan dalam DPM-1.

:

b. Tepat Jumlah, jumlah beras raskin yang merupakan hak RTS-PM sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu 15 kg/RTS/bulan.

c. Tepat harga, harga tebus raskin adalah sebesar Rp. 1.600,-/kg netto di Titik distribusi.

d. Tepat waktu, waktu pelaksanaan distibusi/penyaluran beras ke RTS-PM sesuai dengan rencana distribusi/penyaluran.

32


(70)

e. Tepat administrasi, terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar dan lengkap.

f. Tepat kualitas, terpenuhinnya kualitas benar sesuai dengan kualitas beras dalan inpres tentang kebijakan pengadaan gabah/beras dan penyaluran beras oleh pemerintah.

Berdasarkan tolak ukur program raskin diatas yang sering menjadi hambatan faktor penghambat dalam penyaluran beras bersubsidi adalah sebagai berikut :

1. Sasaran Penerima Mamfaat

Sesuai dengan basis data terpadu hasil PPLS 2011 BPS yang dikelola oleh TNP2K, untuk Kabupaten Aceh Tenggara Pagu Raskin ditetapkan oleh Surat Keputusan Gubernur Aceh No. 511.1/39/2013 tanggal 14 Januari 2013 tentang Penetapan Pagu dan Pelaksanaan Distribusi Raskin Tahun 2013 di Kabupaten/ Kota Dalam Wilayah Aceh jo Surat Keputusan Bupati Aceh Tenggara No. 500/23/2013 tanggal 23 Januari 2013 tentang Penetapan Pagu dan Pelaksanaan Distribusi Raskin Tahun 2013 Dalam Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara Sebanyak 182.220 kg beras /bulan untuk 12.148 RTS-PM atau sebanyak 15 kg/RTS/bulan setara dengan 180 kg/RTS/tahun. Dan untuk pagu raskin Kabupaten Gayo Lues berdasarkan Surat Bupati Surat Keputusan Gubernur Aceh No. 511.1/39/2013 tanggal 14 Januari 2013


(71)

tentang Penetapan Pagu dan Pelaksanaan Distribusi Raskin Tahun 2013 di Kabupaten/ Kota Dalam Wilayah Aceh jo Surat Keputusan Bupati Gayo Lues No. 500/07.B/2013 tanggal 23 Januari 2013 tentang Penetapan Pagu dan Pelaksanaan Distribusi Raskin Tahun 2013 Dalam Wilayah Kabupaten Gayo Lues Sebanyak 112.710 kg beras /bulan untuk 7.514 RTS-PM atau sebanyak 15 kg/RTS/bulan setara dengan 180 kg/RTS/tahun.

Ini menjadi faktor utama penyebab hambatan dalam penyaluran raskin Perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane yang meliputi Kabupaten Aceh tenggara dan Kabupaten Gayo Lues. Karena masyarakat tidak mau membayar harga tebus beras raskin karena menurut mereka terlalu sedikit menerima beras raskin yang disebabkan berkurangnya daftar rumah tangga sasaran penerima manfaat. Itu disebabkan karena masih banyaknya masyarakat yang berpendapatan rendah yang seharusnya berhak untuk mendapatkan raskin tapi tidak terdaftar dalam DPM-1. Untuk menghidari keluhan dari msyarakat kepala desa melakukan musyawarah desa (Mudes) untuk memutuskan masyarakat yang berpendapatan rendah yang seharusnya berhak untuk mendapatkan Raskin33

33

H. Ridwan A. Gani, Loc. Cit, Tanggal 16 September 2013

. sehingga rata-rata untuk desa yang ada di Kabupaten Aceh Tenggara dan kabupaten Gayo Lues


(72)

hanya mendapatkan beras raskin sebanyak 5 kg/RTS/bulan yang menyebabkan tidak tepat sasaran.

Perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane hanya sebatas penyedia beras tidak berwenang terhadap RTS-PM, sehingga untuk menghidari keluhan dari masyarakat mengenai sasaran penerima mamfaat maka Perum BULOG Subdivisi Regional Kutacane Khususnya, melakukan sosialisasi mengenai penurunan pagu raskin tersebut.

Jumlah Rumah Tangga Sasaran Penerima Mamfaat pagu raskin untuk Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Gayo Lues mulai dari tahun 2011 adalah sebagai berikut :

No Kabupaten 2011 Juni 2012 2013 Ket 1 Aceh Tenggara 494.370 188.715 182.220

2 Gayo Lues 167.355 116.370 112.710 Jumlah 661.725 305.085 294.930 34

2. Kualitas

34


(1)

e. Pemberantasan hama gudang diantaranya dilakukan dengan spraying, fogging dan fumigasi36.

36

Standar Operasional Prosedur No.: SOP-26/DO301/03/2009 tanggal 24 Maret 2009 tentang Standar Operasional Prosedur Perawatan Barang Perum BULOG


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Program raskin mulai ada sejak tahun 1998 yang akibatkan karena adanya krisis moneter yang berdampak pada perekonomian Negara Indonesia, untuk itu pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menjamin ketahanan pangan masyarakat yang berpendapatan rendah yang diberi nama Operasi Pasar Khusus (OPK), namun sejak tahun 2002 OPK berganti nama dengan beras Raskin (beras untuk masyarakat miskin). Yang pada saat ini di ketuai Oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

2. Dalam penyaluran beras bersubsidi oleh Subdivisi Regional Kutacane kepada Masyarakat Miskin Penerima Manfaat masih terdapat kendala-kendala yang disebabkan karena kuantum beras yang disalurkan tidak sesuai dengan jumlah fakta Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) yang seharusnya mendapatkan beras Raskin, dengan adanya hal tesebut maka pemerintah desa mengambil kebijakan dalam hal pembagian untuk dibagi rata berdasarkan musyawarah desa secara tertulis meskipun hal ini bertentangan dengan ketentuan Pedoman umum Raskin Tahun 2013.


(3)

Kabupaten Gayo Lues. Karena masyarakat tidak mau membayar harga tebus beras raskin karena menurut mereka terlalu sedikit menerima beras raskin yang disebabkan berkurangnya daftar rumah tangga sasaran penerima manfaat. Itu disebabkan karena masih banyaknya masyarakat yang berpendapatan rendah yang seharusnya berhak untuk mendapatkan raskin tapi tidak terdaftar dalam Daftar penerima manfaat (DPM).

B. Saran

1. Mengingat beras bersubsidi untuk masyarakat miskin bersumber dari APBN, diharapkan kepada BULOG sebagai pengelola dan pelaksana penyaluran Beras Raskin agar benar-benar melaksanakan kebijakan tersebut sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk menghindari penyalagunaan yang mengakibatkan kerugian Negara.

2. perlu meningkatkan koordinasi dengan pihak Pemda setempat untuk mengadakan pendataan kembali Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) sesuai dengan fakta di lapangan dengan melibatkan unsur-unsur perangkat desa.

3. Subdivisi Regional Kutacane harus bisa meberikan pelayanan yang terbaik dan atau kualitas yang bagus karena satu satunya harapan masyarakat miskin yang ketergantungan dari beras Raskin


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

S, Pamoedji, Tata Kerja Organisasi, Jakarta, Bina Aksara, 1996.

J,Kaloh Mencari Bentuk Ototnomi Daerah : Suatu Solusi Dalam Menjawab

Kebutuhan Lokal Dan Tantangan Global,Jakarta, Rineke Cipta,2002

Apeldoorn Van L. J, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Undang-undang No. 18 tahun 1986 tentang Pelaksanaan undang-undang No. 8 adalah:


(5)

• Undang-undang No. 18 tahun 1986 tentang Pelaksanaan undang-undang No. 8 Tahun 1985.

• Undang-undang No. 19 Tahun 2013 tentang Badan Usaha Milik Megara (BUMN).

• Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. • Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

• Undang-undang tentang Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun Anggaran 2013.

• Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.

• Peraturan pemerintah No. 7 Tahun 2013 tentang Pendirian Perusahaan Umum BULOG .

• Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan Daerah.

• Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang pembagian Urusan Pemerintah Antara pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/ Kota.

• Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.


(6)

• Inpres No. 3 tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Oleh Pemerintah.

• Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

• Permenko Kesra No. 59 Tahun 2012 tentang Tim Koordinasi Raskin Pusat. • Peraturan Menteri Keuangan No. 237/PMK.02/2012 tentang Tata Cara

Penyesiaan, Perhitungan, pembayaran, dan Petanggungjawaban Subsidi Beras Bagi Masyakat Berpendapatan Rendah37

• Undang-undang No. 19 Tahun 2013 tentang Badan Usaha MilikNegara(BUMN).

.

C. Internet

Pengertian Beras Bersubsidi, diakses Tanggal 18 April

2013