Hubungan Keterlibatan Sosial Dengan Sindrom Depresi pada Lansia di Puskesmas Darussalam Medan

(1)

HUBUNGAN KETERLIBATAN SOSIAL DENGAN SINDROM

DEPRESI PADA LANSIA DI PUSKESMAS DARUSSALAM

MEDAN

Oleh :

YOSE RIZAL SINAGA

090100093

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

HUBUNGAN KETERLIBATAN SOSIAL DENGAN SINDROM

DEPRESI PADA LANSIA LANSIA DI PUSKESMAS

DARUSSALAM MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

YOSE RIZAL SINAGA

090100093

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Keterlibatan Sosial Dengan Sindrom Depresi pada Lansia di Puskesmas Darussalam Medan

Nama : Yose Rizal Sinaga NIM : 090100093

Pembimbing Penguji I

(dr.Vita Camelia,Sp.KJ) (dr. Ramona Dumasari, Sp.KK)

NIP. NIP.

Penguji II

(dr. T.Helvi Mardina, M.Kes) NIP

Medan, Desember 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, menarik diri dari orang lain, kehilangan selera makan, hasrat seksual, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada pasien yang lebih muda karena gejala-gejala depresi sering berbaur dengan keluhan somatik. Depresi pada lansia dihubungkan dengan tingkat keterlibatan sosial. Indikator keterlibatan sosial meliputi adanya pasangan hidup, kontak visual dan nonvisual, menghadiri ibadah, anggota organisasi, dan aktivitas rekreasional sosial.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterlibatan sosial dengan sindrom depresi pada lansia di Puskesmas Darussalam Medan.

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain cross sectional terhadap 60 orang lansia di Puskesmas Darussalam Medan yang berusia diatas 60 tahun. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling . Instrumen yang digunakan ialah Geriatric Depression Scale dan Social Disengagement Index.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 60 lansia, terdapat 19 orang (31,7%) memiliki keterlibatan sosial yang buruk 16 orang (26,7%) mengalami sindrom depresi. Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai chi square = 6.093, dengan nilai p= 0,014 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara keteribatan sosial dengan sindrom depresi pada lansia.

Prevalensi depresi dan keterlibatan sosial yang buruk pada lansia cukup tinggi, khususnya di Puskesmas Darussalam Medan. Perlu dilakukan analisis lebih dalam mengenai penyebab tingginya tingkat depresi maupun ketelibatan sosial yang buruk pada lansia sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup lansia.


(5)

ABSTRACT

Depression is an emotional state that is usually characterized by extreme sadness, withdrawing from others, loss of appetite, sexual desire, and interest and pleasure in usual activities. Depression in the elderly is different from depression in younger patients because the symptoms of depression are often mingled with somatic complaints. Depression in the elderly related to the level of social engagement. Indicators of social engagement includes a spouse, visual and nonvisual contacts, attend worship, organization members, and social recreational activities.

The goal of this research is to find out the relationship social engagement with the syndrome of depression in the elderly in the public health center Darussalam Medan.

This study is an analytical study with cross-sectional design. The sample was 60 elderly at the health center Darussalam Medan elderly people aged over 60 years. The sampling method use consecutive sampling. Depression and social engagement was detected by using Geriatric Depression Scale and the Social Disengagement Index instruments.

The result showed from 60 samples who have been examined, found 19 samples (31,7%) elderly have poor social engagement and 16 samples (26,7%) was detected to suffer depression. From the chi square test results, it can be concluded there were a significant relationship between relationship between social engagement with syndrome of depression as indicated by the chi square = 6.093 and p=0,014.

Prevalence of depression and poor social engagement in the elderly is high, particularly in the health center Darussalam Medan. It is needed to investigate the causes of high prevalence of depression and poor social ketelibatan in elderly deteriorate quality of elderly’s life.

Keywords: elderly, depression, so cial engagement


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian karya tulis ilmiah menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi penulis karena seiring dengan berjalannya penelitiaan ini, penulis mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga. Saya menyadari penulisan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD – KGEH, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Vita Camelia, Sp.KJ, selaku dosen pembimbing yang dengan sepenuh hati telah mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penelitian ini.

3. dr. Rumondang Dumasari,Sp.KK dan dr.T.Helvi Mardina, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan penelitian ini.

4. Ayahanda tercinta, Kamlen Sinaga dan ibunda terkasih, Rismauli Sianipar yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, semangat dan doa yang luar biasa kepada penulis.

5. Ibu Helmina Depari yang yang telah begitu baik mendampingi dan membimbing penulis selama pengumpulan data.


(7)

7. Teman seperjuangan di FK USU Samuel Pola Karta Sembiring, Sonya Arih Mehuli Ginting, Tunggul Soubaon Sidabalok, Maria MAMS, atas doa, bantuan dan semangat yang luar biasa selama pengerjaan KTI..

8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

9. Teman sekelompok bimbingan KTI, Refkiadi yang menjadi teman diskusi selama pengerjaan KTI.

10.Semua pihak yang telah mendukung, membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Untuk seluruh dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan terima kasih. Hanya Tuhan YME yang mampu memberikan balasan terbaik kepada orang-orang tersebut. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan laporan hasil penelitian ini.

Medan, Desember 2012


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK....………... ii

ABTRACT...………... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR SINGKATAN... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1. Lansia dan Permasalahannya ... 5

2.2. Depresi pada Lansia ... 7

2.2.1. Definisi... ... 7

2.2.2. Epidemiologi ... 8

2.2.3. Etiologi ... 8

2.2.4. Gambaran Klinik ... 10

2.2.5. Diagnosis ... 11

2.2.6. Dampak Depresi pada Lansia ... 12

2.2.7. Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric Depression Scale ... 13

2.3. Keterlibatan Sosial ... 14


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 15

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 15

3.2. Definisi Operasional ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

4.1. Jenis Penelitian ... 19

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 20

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 23

5.1. Hasil Penelitian ... 23

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

5.1.2 Deskripsi Karakterikstik Responden ... 24

5.1.3 Hasil Analisis Data ... 25

5.2. Pembahasan ... 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

6.1. Kesimpulan ... 30

6.2. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 32


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 2.2 5.1 5.2 5.3

5.4 5.5 5.6 5.7 5.8

Diagnosis Depresi Menurut DSM - IV Diagnosis Depresi Menurut ICD - 10

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Keterlibatan Sosial Pada Responden Lansia

Distribusi Keterlibatan Sosial Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi Keterlibatan Sosial Responden Berdasarkan Usia Frekuensi Depresi Pada Responden

Distribusi Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Distribusi Depresi Berdasarkan Usia Responden

Hubungan Antara Keterlibatan Sosial dengan Keterlibatan Sosial melalui Uji Chi Square

11 12 23 25 25

26 26 26 27


(11)

DAFTAR SINGKATAN

BPS : Badan Pusat Statistika

DSM – IV : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition

GDS : Geriatric Depression Scale

ICD – 10 : International Statistical Classification of Disease and Related Health Problems Tenth Revision

Lansia : Lanjut usia

MMSE : Mini Mental Examination Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat SMP : Sekolah Menegah Pertama

SPSS : Statistical Package and Service Solution TILDA : The Irish Longitudinal Study of Ageing WHO : World Health Organization


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2 Geriatric Depression Scale

LAMPIRAN 3 Mini Mental Examination

LAMPIRAN 4 Social Disengagement Index

LAMPIRAN 5 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (informed consent) LAMPIRAN 6 Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN 7 Surat Bukti Telah Menyelesaikan Penelitian

LAMPIRAN 8 Ethical Clearence LAMPIRAN 9 Data Induk


(13)

ABSTRAK

Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, menarik diri dari orang lain, kehilangan selera makan, hasrat seksual, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada pasien yang lebih muda karena gejala-gejala depresi sering berbaur dengan keluhan somatik. Depresi pada lansia dihubungkan dengan tingkat keterlibatan sosial. Indikator keterlibatan sosial meliputi adanya pasangan hidup, kontak visual dan nonvisual, menghadiri ibadah, anggota organisasi, dan aktivitas rekreasional sosial.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterlibatan sosial dengan sindrom depresi pada lansia di Puskesmas Darussalam Medan.

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain cross sectional terhadap 60 orang lansia di Puskesmas Darussalam Medan yang berusia diatas 60 tahun. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling . Instrumen yang digunakan ialah Geriatric Depression Scale dan Social Disengagement Index.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 60 lansia, terdapat 19 orang (31,7%) memiliki keterlibatan sosial yang buruk 16 orang (26,7%) mengalami sindrom depresi. Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai chi square = 6.093, dengan nilai p= 0,014 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara keteribatan sosial dengan sindrom depresi pada lansia.

Prevalensi depresi dan keterlibatan sosial yang buruk pada lansia cukup tinggi, khususnya di Puskesmas Darussalam Medan. Perlu dilakukan analisis lebih dalam mengenai penyebab tingginya tingkat depresi maupun ketelibatan sosial yang buruk pada lansia sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup lansia.


(14)

ABSTRACT

Depression is an emotional state that is usually characterized by extreme sadness, withdrawing from others, loss of appetite, sexual desire, and interest and pleasure in usual activities. Depression in the elderly is different from depression in younger patients because the symptoms of depression are often mingled with somatic complaints. Depression in the elderly related to the level of social engagement. Indicators of social engagement includes a spouse, visual and nonvisual contacts, attend worship, organization members, and social recreational activities.

The goal of this research is to find out the relationship social engagement with the syndrome of depression in the elderly in the public health center Darussalam Medan.

This study is an analytical study with cross-sectional design. The sample was 60 elderly at the health center Darussalam Medan elderly people aged over 60 years. The sampling method use consecutive sampling. Depression and social engagement was detected by using Geriatric Depression Scale and the Social Disengagement Index instruments.

The result showed from 60 samples who have been examined, found 19 samples (31,7%) elderly have poor social engagement and 16 samples (26,7%) was detected to suffer depression. From the chi square test results, it can be concluded there were a significant relationship between relationship between social engagement with syndrome of depression as indicated by the chi square = 6.093 and p=0,014.

Prevalence of depression and poor social engagement in the elderly is high, particularly in the health center Darussalam Medan. It is needed to investigate the causes of high prevalence of depression and poor social ketelibatan in elderly deteriorate quality of elderly’s life.

Keywords: elderly, depression, so cial engagement


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Peningkatan harapan hidup merupakan salah satu keberhasilan terbesar kebijakan kesehatan masyarakat. Keberhasilan ini menambah jumlah penduduk dunia, dari sekitar 6.5 milyar di tahun 2006, akan menjadi 7 milyar di tahun 2012. Seiring dengan penambahan itu, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas di dunia ini juga meningkat; antara tahun 1970 sampai tahun 2025, jumlah mereka diperkirakan akan meningkat 223% atau sekitar 694 juta jiwa. Di tahun 2025 akan terdapat sekitar 1,2 milyar penduduk dunia berusia 60 ke atas, yang akan menjadi 2 milyar di tahun 2050; 80% di antaranya tinggal di negara-negara berkembang (WHO, 2002). Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidupnya. Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan antara tahun 2005-2010 jumlah lansia di Indonesia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk (Maryam, 2008).

WHO dalam menkes RI (kementerian kesehatan Republik Indonesia) mempunyai batasan usia lanjut sebagai berikut: middle/young elderly berusia antara 45-59 tahun, elderly berusia antara 60-74 tahun, old berusia antara 75-90 tahun dan dikatakan very old berusia di atas 90 tahun. Pada saat ini, ilmuwan sosial yang mengkhususkan diri mempelajari penuaan merujuk kepada kelompok lansia : “lansia muda” (young old), “lansia tua” (old old) dan “lansia tertua” (oldest old). Secara kronologis, young old secara umum dinisbahkan kepada usia antara 65-74 tahun. Old-old berusia antara 75-84 tahun, dan oldest old berusia 85 tahun ke atas (Papalia, Olds & Feldman, 2005). Undang-undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Namun, usia harapan hidup yang meningkat tidak selalu disertai dengan kesehatan yang senantiasa baik. Berbagai masalah fisik,psikologik, dan sosial akan muncul akibat proses degeneratif yang muncul seiring dengan menuanya seseorang (Miller RA, 1999).


(16)

Lanjut usia mengalami perubahan-perubahan besar dalam hidup mereka dan agaknya, hal tersebut dapat menimbulkan masalah (Maryam, 2008). Depresi merupakan salah satu masalah mental yang sering ditemukan pada pasien geriatri. Secara umum depresi ditandai oleh suasana perasaan yang murung, hilang minat terhadap kegiatan, hilang semangat, lemah, lesu, dan rasa tidak berdaya. Pada pasien usia lanjut tampilan yang paling umum adalah keluhan somatis, hilang selera makan dan gangguan pola tidur (Sadock & Sadock, 2007).

Penelitian yang dilakukan pada komunitas di banyak negara menunjukkan bahwa angka kejadian sindrom depresi pada lansia berkisar antara 3-15% (Sadock & Sadock, 2007) dan secara khusus terjadi lebih sering pada wanita, pada pasien dengan gangguan medis yang kronik dan pada pasien yang mengalami kejadian hidup penuh tekanan (misalnya kehilangan pasangan hidup), penurunan fungsional dan isolasi fungsional (Unutzer, 2007).

Penelitian telah menunjukkan hasil yang konsisten akan pentingnya keterlibatan sosial atau social engagement terhadap kesehatan, meliputi penyakit fisik, kesehatan mental dan tingkat kematian (Everard, 2000). Laporan The Irish Longitudinal Study of Ageing (TILDA) tahun 2011 menyebutkan di beberapa negara, beberapa studi menunjukkan bahwa keterlibatan sosial yang baik pada lansia dapat menjadi prediktor yang lebih baik dalam hal tingkat kesehatan, kepuasan, aktivitas sosial, aktivitas fisik dan juga dapat mengurangi gangguan mental seperti depresi dan mortalitas.

Social engagement diartikan sebagai kemampuan memelihara hubungan sosial (jaringan sosial) dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial (Bassuk, 1999). Jaringan sosial (social network) dinilai dari struktur dan kualitas hubungan interpersonal, sedangkan aktivitas sosial (social engagement) dicirikan dari partisipasi dalam aktivitas masyarakat yang bermakna dan produktif. Lebih banyak mempunyai jaringan sosial dan lebih banyak aktivitas sosial diasosiasikan dengan lebih lambatnya penurunan kognitif dan mereka yang menerima dukungan emosional mempunyai fungsi kognitif yang lebih baik (Seeman TE, 2001).


(17)

Walaupun demikian, masih sedikit penelitian yang mengkaji hubungan antara keterlibatan sosial dengan timbulnya gejala depresi, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti hubungan antara keterlibatan sosial dengan gejala depresi.

1.2Rumusan Masalah

Maka berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Apakah terdapat hubungan antara keterlibatan sosial dengan sindrom depresi pada lansia ? ”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterlibatan sosial dengan sindrom depresi lansia di Puskesmas Darussalam Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat keterlibatan sosial pada lansia di Puskesmas Darussalam Medan.

2. Mengetahui proporsi sindrom depresi pada lansia di Puskesmas Darussalam Medan.

3. Melaksanakan skrining penurunan fungsi kognitif pada lansia.

4. Memperoleh gambaran sindrom depresi dan keterlibatan sosial pada lansia berdasarkan jenis kelamin dan usia. .

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hubungan antara keterlibatan sosial dengan sindrom depresi pada lansia.


(18)

3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya keterlibatan sosial pada lansia

4. Sebagai masukan bagi Puskesmas untuk melakukan skrining periodik berkala berhubungan dengan sindrom depresi pada lansia.

5. Sebagai masukan bagi Puskesmas untuk mencanangkan program-program guna meningkatkan keterlibatan sosial pada lansia.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia dan Permasalahannya

Menurut Sadock (2007), dewasa akhir (late adulthood) atau lanjut usia, biasanya merujuk pada tahap siklus kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun. Para ahli gerontologi membagi lanjut usia menjadi dua kelompok: young-old, (65-74 tahun); dan old-old, (75 tahun ke atas). Kadang-kadang digunakan istilah oldest old untuk merujuk pada orang-orang yang berusia 85 tahun ke atas.

Banyak perubahan kondisi kesehatan yang terjadi sejalan dengan penuaan. Perubahan dalam metabolisme kalsium mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan meningkatkan resiko patah bila terjatuh. Kulit tumbuh kurang elastis menyebabkan keriput dan lipatan. Indera menjadi kurang tajam, sehingga orang tua kurang dapat melihat dan mendengar. Fungsi sistem kekebalan menjadi kurang efektif seiring meningkatnya usia, sehingga lansia menjadi rentan terhadap penyakit (Nevid,Rathus dan Greene, 2005).

Masalah-masalah yang berhubungan dengan usia lanjut adalah masalah kesehatan – baik kesehatan fisik maupun mental, masalah sosial, masalah ekonomi, dan masalah psikologis. Menurut Maramis, masalah-masalah yang sering terjadi meliputi : gangguan fisik, kehilangan dalam bidang sosial dan ekonomi,masalah seks, gangguan psikiatrik, dan adaptasi terhadap kehilangan (Maramis, 1998).

Masalah kesehatan kronik yang paling sering terjadi pada lansia adalah artritis, hipertensi, gangguan pendengaran, penyakit jantung, katarak, deformitas atau kelemahan ortopedik, sinusitis kronik, diabetes, gangguan penglihatan, varicose vein (Sadock & Sadock, 2007). Kehilangan dalam bidang sosial dan ekonomi juga sering terjadi, seperti kehilangan keluarga atau teman karib,kedudukan sosial, uang atau bahkan pekerjaan, semua ini dapat menimbulkan reaksi yang berlebihan.


(20)

Masalah seks dapat terjadi, walaupun lansia dapat saja mempunyai kehidupan seks yang aktif sampai umur 80-an. Tetapi persepsi anak mereka terhadap seks yang tabu pada lansia menjadi pemicu adanya gangguan aktivitas sex lansia (Maramis, 1998)

Notosoedirdjo dan Latipun (2011) mengatakan sering terjadi gangguan yang bersifat terselubung, yaitu tampak sebagai gangguan fisik, tetapi sebenarnya terjadi adalah gangguan psikis, sehingga sulit untuk mengetahui gangguan mental pada lansia.Gangguan psikis yang sering terjadi pada lansia adalah depresi, karena terjadinya penurunan relasi sosial dan peran peran sosial, dan kemungkinan adanya faktor genetik.

Dalam Goldman (2000) disebutkan bahwa berbagai kehilangan dan kejadian hidup yang merugikan merupakan penentu utama penyakit-penyakit psikiatrik pada lansia. Kehilangan teman-teman dan orang-orang yang dicintai menyebabkan terjadinya isolasi sosial. Kehilangan anak, atau yang lebih sering, kehilangan pasangan merupakan faktor risiko penting untuk depresi mayor, hipokondriasis, dan penurunan fungsi.

Salah satu penyebab lansia sering memiliki gejala depresi yang tinggi, kemungkinannya adalah gejala yang dimanifestasikan manula berbeda dengan yang ditemukan pada populasi yang lebih muda. Lansia lebih banyak mengekspresikan minat yang berkurang terhadap hal-hal di sekeliling mereka, keletihannya, masalah yang dialaminya karena terbangun terlalu pagi dan dan tidak dapat kembali tidur, keluhan tentang ingatan, pikiran tentang kematian, dan keputusasaan secara umum (Sundberg, Winebarger dan Taplin, 2007).

Sekitar 15% lansia mengalami kesulitan-kesulitan besar dalam penyesuaian diri terhadap pensiun. Pensiun (retirement) atau kehilangan fungsi utama di rumah, terutama ketika hal tersebut tidak direncanakan atau diinginkan, berhubungan dengan kelesuan, involusi (degenerasi progresif), dan depresi. Pensiun berhubungan dengan pengurangan pendapatan personal sebesar sepertiga sampai setengahnya.


(21)

Perubahan peran akan berdampak langsung pada penghargaan diri. Pensiun juga akan menyebabkan perubahan gaya hidup pada pasangannya dan menyebabkan beberapa adaptasi dalam hubungan mereka (Goldman,2000).

Hal-hal di atas menyebabkan lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami masalah kesehatan mental. Gangguan yang sering terjadi meliputi depresi, kecemasan, alkoholisme, dan gangguan dalam penyesuaian terhadap kehilangan atau disabilitas fungsional (Hoyer & Roodin ,2003).

2.2 Depresi Pada Lansia 2.2.1 Definisi

Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat; perasaan tidak berarti dan bersalah; menarik diri dari orang lain; kehilangan selera makan; hasrat seksual, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Depresi seringkali berhubungan, atau berkormorbid dengan berbagi masalah psikologis lain, seperti serangan panik, penyalahgunaan zat, disfungsi seksual, dan gangguan kepribadian (Davison, 2004)

Depresi pada lansia adalah depresi sesuai kriteria DSM-IV. Depresi mayor pada lansia adalah didiagnosis ketika lansia menunjukkan salah satu atau dua dari dua gejala inti (mood terdepresi dan kehilangan minat terhadap suatu hal atau kesenangan) bersama dengan empat atau lebih gejala-gejala berikut selama minimal 2 minggu: perasaan diri tidak berguna atau perasaan bersalah, berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi atau membuat keputusan, kelelahan, agitasi atau retardasi psikomotor, insomnia atau hipersomnia, perubahan signifikan pada berat badan atau selera makan, dan pemikiran berulang tentang kematian atau gagasan tentang bunuh diri (American Psychiatric Association/APA, 2000).


(22)

2.2.2 Epidemiologi

Menurut Daley & Salloum (2001), sebuah survei pada suatu komunitas yang besar menunjukkan tingginya tingkat depresi baik pada pria maupun wanita. Frekuensi depresi pada wanita hampir dua kali lebih besar dibanding pria. Wanita memiliki resiko depresi sekitar 10-25% sedangkan pria pada kisaran 5-10%. Hal serupa juga sesuai dengan laporan National Academy on Aging Society (2000), dimana prevalensi depresi pada lansia berjenis kelamin wanita lebih tinggi bahkan mencapai 2 kali lipat dibandingkan laki-laki. Alasan untuk perbedaan ini meliputi faktor – faktor biologis dan faktor sosial. Faktor sosial seperti stress dari keluarga dan pekerjaa. Karena wanita memiliki harapan hidup lebih lama, maka kematian pasangan hidup bisa berkontribusi pada tingginya tingkat depresi pada wanita lanjut usia.

Karel & Hinrichsen (2000) dalam Nevid (2005), meskipun resiko depresi mayor menurun seiring usia, depresi merupakan masalah utama yang dihadapi oleh banyak orang usia lanjut. Antara 8% dan 20% orang usia lanjut mengalami beberapa simptom depresi (Nevid, 2005).

Prevalensi depresi pada populasi umum ± 5,8%, pada usia lanjut sekitar 6,5%, sedangkan pada usia lanjut yang menderita penyakit fisik 12-24%, pada rawat jalan 30%, rawat inap dengan penyakit kronik dan perawatan lama adalah 30-50% (Sadock & Sadock, 2007).

2.2.3 Etiologi

Etiologi diajukan para ahli mengenai depresi pada usia lanjut (Damping, 2003) adalah:

1. Polifarmasi

Terdapat beberapa golongan obat yang dapat menimbulkan depresi, antara lain: analgetika, obat antiinflamasi nonsteroid, antihipertensi, antipsikotik, antikanker, ansiolitika, dan lain-lain.

2. Kondisi Medis Umum

Beberapa kondisi medis umum yang berhubungan dengan depresi adalah gangguan endokrin, neoplasma, gangguan neurologis, dan lain-lain.


(23)

3. Teori Neurobiologi

Para ahli sepakat bahwa faktor genetik berperan pada depresi lansia. Pada beberapa penelitian juga ditemukan adanya perubahan neurotransmiter pada depresi lansia, seperti menurunnya konsentrasi serotonin, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, serta meningkatnya konsentrasi monoamin oksidase otak akibat proses penuaan. Atrofi otak juga diperkirakan berperan pada depresi lansia.

4. Teori Psikodinamik

Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses berkabung menghasilkan pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke dalam individu tersebut sehingga menyatu atau merupakan bagian dari individu itu. Kemarahan terhadap objek yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri. Akibatnya terjadi perasaan bersalah atau menyalahkan diri sendiri, merasa diri tidak berguna, dan sebagainya

.

5. Teori Kognitif dan Perilaku

Konsep Seligman tentang learned helplessness menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kehilangan yang tidak dapat dihindari akibat proses penuaan seperti keadaan tubuh, fungsi seksual, dan sebagainya dengan sensasi passive helplessness pada pasien usia lanjut.

6. Teori Psikoedukatif

Hal-hal yang dipelajari atau diamati individu pada orang tua usia lanjut misalnya ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga, tiadanya sanak saudara ataupun perubahan-perubahan fisik yang diakibatkan oleh proses penuaan dapat memicu terjadinya depresi pada usia lanjut.

Sebagaimana pada orang dewasa muda, stress psikologis juga berperan dalam depresi yang dialami lansia, namun suatu stressor yang dapat memicu atau memperparah episode depresi pada orang yang berusia lebih muda mungkin tidak berlaku pada orang dewasa.


(24)

Kegiatan religius juga berdampak dan sering dihubungkan dengan depresi yang lebih rendah pada lansia di Eropa. “Religious coping” berhubungan dengan kesehatan emosional dan fisik yang lebih baik. “Religious coping” berhubungan dengan berkurangnya gejala-gejala depresif tertentu, yaitu kehilangan ketertarikan, perasaan tidak berguna, penarikan diri dari interaksi sosial, kehilangan harapan, dan gejala-gejala kognitif lain pada depresi (Blazer, 2003).

2.2.4 Gambaran Klinis

Dalam Gallo & Gonzales (2001) disebutkan gejala-gejala depresi lain pada lanjut usia:

1. kecemasan dan kekhawatiran,

2. keputusasaan dan keadaan tidak berdaya,

3. masalah-masalah somatik yang tidak dapat dijelaskan, 4. iritabilitas,

5. kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis atau diet, 6. psikosis,

Depresi pada usia lanjut mempunyai simptom yang bervariasi sangat luas dan merupakan ekspresi faktor-faktor penyebab yang sangat kompleks. Pada usia lanjut depresi dimulai dengan adanya sindrom depresi yang berupa perasaan sedih, pikiran terhambat tingkah laku lamban, sampai pada keluhan – keluhan somatik. Gejala-gejala depresi sering berbaur dengan keluhan somatik. Pada usia lanjut yang mengalami depresi bisa mengeluhkan adanya perasaan sedih, tetapi bisa juga menyangkalnya. Keluhan lain berupa perasaan tidak bahagia, sering menangis, kecemasan, merasa sendiri, lamban, cepat lelah, tidak selera makan, penurunan berat badan, gangguan daya ingat, sulit berkonsentrasi, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati dan menyusahkan orang lain.

Keluhan somatik cenderung lebih dominan dibandingkan dengan mood depresi, sedangkan penurunan minat seksual jarang jarang dikeluhkan. Pada keadaan yang lebih berat didapatkan pikiran-pikiran untuk bunuh diri (Mudjaddid, 2003).


(25)

2.2.5 Diagnosis

Diagnosis depresi pada usia lanjut menjadi lebih sulit apabila ditemukan bersamaan dengan penyakit organik tetapi kriteria yang dipakai untuk menegakkan diagnosis sama saja yaitu mengacu kepada kriteria yang dicantumkan dalam DSM IV (Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorder IV) atau ICD-10 (Mudjadjid, 2003).

Tabel 2.1. Diagnosis Depresi menurut DSM IV

Lebih dari 2 minggu terdapat 5 atau lebih gejala di bawah ini dan salah satu gejalanya ialah mood depresi atau hilangnya rasa senang/minat.

Gejala-gejalanya ialah :

• Mood depresi

• Hilangnya minat atau rasa senang secara nyata

• Berat badan menurun atau justru bertambah

• Insomnia atau hipersomnia

• Agitasi atau retardasi psikomotor

• Kelelahan atau hilang tenaga

• Perasaan bersalah berlebihan atau tidak berguna

• Sulit berkonsentrasi

• Pikiran berulang tentang kematian dan ide bunuh diri

Pada usia lanjut diagnosis depresi juga sulit karena sering timbul gejala yang tumpang tindih akibat penyakit organik yang diderita dan berhubungan dengan gejala fisik seperti sakit kepala, berdebar-debar, gangguan pencernaan.


(26)

Tabel 2.2. Diagnosis Depresi menurut ICD 10

Gejala Utama Gejala Tambahan Keterangan

•Penyakit jantung koroner

•Mood depresi

•Hilangnya minat/hilang semangat

•Mudah lelah/hilang tenaga

• Mudah lelah/hilang tenaga

• Konsentrasi menurun

• Harga diri berkurang

• Perasaan bersalah

• Pesimis melihat masa depan

• Ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri

• Pola tidur berubah

• Nafsu makan menurun

• Depresi ringan : 2 gejala utama, 2 tambahan

• Depresi sedang : 2 gejala utama, 3 tambahan

• Depresi berat : 3 gejala utama, 3 tambahan

2.2.6 Dampak Depresi Pada Lansia

Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapat berlangsung bertahun-tahun dan dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam fungsi sosial dan fisik, kepatuhan yang jelek terhadap terapi, dan meningkatnya morbiditas dan mortalitas akibat bunuh diri dan penyebab lainnya (Unützer, 2007). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi pada lansia menyebabkan peningkatan penggunaan rumah sakit dan outpatient medical services (Blazer, 2003).

Pada usia lanjut depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan penyakit lain hendaknya ditangani dengan sungguh-sungguh karena bila tidak diobati dapat memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk prognosis karena pada depresi dapat dijumpai hal-hal seperti dibawah ini :


(27)

- Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler

- Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk penyakit kardiovaskular. (Misal: peningkatan hormon adrenokortikotropin akan meningkatkan kadar kortisol).

- Metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi akan menimbulkan efek trombogenesis.

- Perubahan suasana hati (mood) berhubungan dengan gangguan respons imunitas termasuk perubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit.

- Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas sel natural killer.

- Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang buruk pada program pengobatan maupun rehabilitasi.

2.2.7 Skrining Depresi pada Lansia dengan Geriatric Depression Scale

Skrining depresi pada lansia pada layanan kesehatan primer sangat penting. Hal ini penting karena frekuensi depresi dan adanya gagasan untuk bunuh diri pada lansia adalah tinggi (Blazer, 2003). Skrining juga perlu dilakukan untuk membantu edukasi pasien dan pemberi perawatan tentang depresi, dan untuk mengikuti perjalanan gejala-gejala depresi seiring dengan waktu (Gallo & Gonzales, 2001).

Geriatric Depression Scale versi pendek terdiri dari 15 pertanyaan yang dirancang sebagai suatu self-administered test, walaupun telah digunakan juga dalam format observer-administered test. Geriatric Depression Scale dirancang untuk mengeliminasi hal-hal somatik, seperti gangguan tidur yang mungkin tidak spesifik untuk depresi pada lansia (Gallo & Gonzales, 2001). Pada GDS versi pendek ini, skor 5 atau lebih mengindikasikan depresi yang signifikan secara klinis.

Blazer (2003) mengatakan Geriatric Depression Scale menjadi tidak valid bila digunakan pada lansia dengan gangguan kognitif. Status kognitif harus terlebih dahulu dinilai dengan Mini Mental State Examination (MMSE).


(28)

2.3 Keterlibatan Sosial

Menurut Bassuk (1999), keterlibatan sosial (social engagement) diartikan sebagai kemampuan memelihara hubungan sosial (jaringan sosial) dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial (aktivitas sosial). Dalam TILDA (2011) keterlibatan sosial terdiri atas partisipasi dalam aktivitas yang dilakukan di waktu luang dan dilakukan secara sukarela serta hubungan dengan keluarga dan sahabat-sahabat dekat. Aktivitas yang dilakukan di waktu luang berhubungan dengan berkurangnya resiko gangguan mental dan kesehatan fisik serta mortalitas. Sebaliknya, kesepian pada lansia dapat menjadi prediktor dari gangguan mental seperti depresi.

2.3.1 Social Disengagement Index

Penilaian yang komprehensif dari keterlibatan sosial dan aktivitas dapat dilakukan dengan wawancara. Terdapat 6 indikator dari keterlibatan sosial : adanya pasangan hidup, kontak visual paling sedikit dengan tiga anggota keluarga atau teman dekat, kontak nonvisual (melalui telepon atau surat) paling sedikit dengan 10 anggota keluarga atau teman dekat, sering menghadiri ibadah (minimal sekali dalam sebulan), anggota dari suatu organisasi dan partisipasi teratur pada aktivitas sosial rekreasional.Nilai GAB 3- 4 berarti keterlibatan sosialnya baik, sedangkan jika nilainya 1- 2 dinilai buruk. (Bassuk, 1999).


(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Depresi

Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat; perasaan tidak berarti dan bersalah; menarik diri dari orang lain; kehilangan selera makan; hasrat seksual, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan.

Alat ukur depresi pada lansia yang digunakan adalah Geriatric Depression Scale (GDS) versi pendek dengan metode wawancara. Kuoesioner GDS versi pendek ini dipilih karena lebih memudahkan peneliti mengambil data dan tidak membuat responden merasa lelah. Pertanyaan yang diajukan sebanyak 15 pertanyaan.

Penilaian GDS versi pendek :

Jawaban tidak untuk butir 1, 5,7,11,13 mendapat skor 1,

Jawaban ya untuk butir 2, 3,4,6,8, 9, 10,12,14,15 mendapat skor 1 selainnya mendapat skor 0

Skor 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi, dan > 10 menunjukkan depresi.


(30)

3.2.2 Keterlibatan sosial

Keterlibatan sosial (social engagement)diartikan sebagai kemampuan memelihara hubungan sosial (jaringan sosial) dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial (aktivitas sosial).

Keterlibatan sosial dapat diukur dengan Social Disengagement Index dengan metode wawancara . Kuosioner ini terdiri dari 6 indikator yaitu : adanya pasangan hidup, kontak visual paling sedikit dengan tiga anggota keluarga atau teman dekat, kontak nonvisual (melalui telepon atau surat) paling sedikit dengan 10 anggota keluarga atau teman dekat, sering menghadiri ibadah (minimal sekali dalam sebulan), anggota dari suatu organisasi dan partisipasi teratur pada aktivitas sosial rekreasional.

• Pasangan Hidup (PH)

• Kontak visual/ bulan dengan 3 atau lebih keluarga dan/atau sahabat (VIS)

• Kontak nonvisual/tahun dengan 10 atau lebih keluarga dan/atau sahabat (NVIS)

• Kunjungan ke tempat ibadah (TIB)

• Keanggotaan di kelompok lain (KEL)

• Partisipasi teratur di aktivitas sosial rekreasional (SOS) Nilai gabungan (GAB) berasal dari gabungan 6 indikator PH, VIS, NONVIS, TIB, KEL, SOS

Beri nilai :

4 = 5-6 kelompok bernilai 1 3 = 3-4 kelompok bernilai 1 2 = 1-2 kelompok bernilai 1 1 = 0 kelompok bernilai 1

Jika > 2 indikator tak ada nilainya, tidak ada nilai gabungan. Social engagement dinilai dari nilai GAB :

baik jika nilainya 3 - 4; buruk jika nilainya 1 – 2 Skala ukur yang digunakan adalah skala ordinal.


(31)

3.2.3 Kognitif

Kognitif merupakan aktivitas mental berupa memahami, menilai, mengingat serta menalar suatu rangsang yang diterima. Fungsi kognitif di sini mencakup orientasi, mengingat kembali dengan segera dan memori jangka pendek, atensi, kalkulasi dan bahasa. Cara pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara. Dengan menggunakan instrumen penelitian MMSE sebagai alat ukur kognitif pada lansia. Pertanyaan yang diajukan sebanyak 11 item berupa pertanyaan singkat, menghitung cepat, perintah verbal dan motorik serta mengingat cepat.

฀ Item 1 dan 2 terdiri dari 5 pertanyaan dan jawaban benar untuk masing -masing pertanyaan diberikan skor 1. Skor maksimal -masing--masing 5. ฀ Item 3, lansia diminta mengulang 3 nama benda yang telah disebutkan

peneliti dan diberikan skor 1 untuk setiap nama benda yang berhasil disebutkan. Skor maksimal 3.

฀ Item 4, lansia diminta menghitung pengurangan 100 dengan 7 secara berurutan sebanyak 5 kali. Skor 1 untuk setiap jawaban benar. Skor maksimal 5.

฀ Item 5, lansia diminta menyebutkan kembali 3 nama benda sebelumnya. Skor 1 untuk setiap nama benda yang berhasil disebutkan. Skor maksimal 3. ฀ Item 6, lansia diminta menyebutkan nama 2 benda yang ditunjuk

peneliti. Skor 1 untuk setiap jawaban benar. Skor maksimal 2.

฀ Item 7, lansia diminta mengulang kalimat yang diucapkan peneliti. Skor 1 untuk jawaban benar.

฀ Item 8, lansia diminta melakukan 3 perintah sederhana dari peneliti. Skor 1 untuk setiap tindakan benar dan skor maksimal 3.

฀ Item 9, lansia diminta membaca dan melakukan perintah tertulis. Skor 1 untuk tindakan benar.

฀ Item 10, lansia diminta menulis satu kalimat. Skor 1 untuk kalimat yang benar.

฀ Item 11, lansia diminta menyalin gambar yang diperlihatkan peneliti. Skor 1 untuk gambar yang benar.


(32)

Hasil ukur dinilai berdasarkan skor yang didapat, yaitu : 1. Skor 24-30 diinterpretasikan sebagai fungsi kognitif normal 2. Skor 17-23 berarti probable gangguan kognitif

3. Skor 0-16 berarti definite gangguan kognitif (Nasrun, 2009). Skala ukur yang digunakan adalah skala ordinal.

3.2.4 Lansia

Lanjut Usia ialah tahap siklus kehidupan yang dimulai pada usia 60 tahun. Usia lansia dalam penelitian ini dibagi 2 kategori :

Young-old : 60-74 tahun Old-old : >75 tahun 3.2.5 Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden pria dan wanita. 3.2.6 Pendidikan

SD : Sekolah Dasar

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas PT : Perguruan Tinggi

3.2.7 Status Perkawinan

Status perkawinan adalah status perkawinan responden saat diperiksa. Kawin adalah hidup berpasangan dan terikat dalam pernikahan.

Tidak kawin adalah hidup tanpa pasangan, meliputi: • belum pernah menikah,

• janda • duda 3.3 Hipotesis

Ho : Tidak terdapat hubungan keterlibatan sosial dengan sindrom depresi pada lansia.

HA : Ada hubungan keterlibatan sosial dengan sindrom depresi pada


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4. 1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional) yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi hanya sekali saja pada saat penelitian yang dilakukan untuk hubungan keterlibatan sosial dengan sindrom depresi pada lansia di Puskesmas Darussalam.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Darussalam, Medan, Sumatera Utara.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari Juli 2012 hingga dengan Oktober 2012.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah semua lansia berumur 60 tahun ke atas yang berkunjung ke Puskesmas Darussalam.

4.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah consecutive sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi (Sastroasmoro, S. dalam Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2008) sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

• Lansia berusia 60 tahun ke atas.


(34)

• Bersedia menjadi subjek penelitian.

• Tingkat pendidikan minimal SD. 2. Kriteria Ekslusi

• Mengalami gangguan pendengaran.

• Mengalami gangguan kognitif.

Rumus besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

� ={Zα�P0(1−P0)+Zβ���(1−��)}2 (��−Po)2

Keterangan (Sudigdo, 2010) : n = Besar sampel

P0 = Proporsi kategori (15% = 0,15) Pa = 0,05

zα = 1,96

zβ = 0,42

Besar sampel adalah :

� ={1,96�0,15(1−0,15)+0,42�0,05(1−0,05)}2 (0,05−0,15)2

Dengan demikian, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang.

4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara berdasarkan kuesioner MMSE, dilanjutkan dengan metode pengisian kuesioner Geriatric Depression Scale ( GDS ) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diakhiri dengan metode wawancara berdasarkan kuesioner keterlibatan sosial dari Bassuk.


(35)

1. MMSE

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui fungsi kognitif pada lanjut usia, dimana terdiri dari 11-item (format terlampir) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan telah divalidasi dengan nilai sensitivitas berkisar antara 63 -100% dan spesifisitas 52-99%. (Nasrun, 2009)

2. Geriatric Depression Scale ( GDS )

Instrumen ini digunakan khusus untuk mengukur derajat depresi pada usia lanjut dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta divalidasi secara internasional baik dalam penelitian klinik maupun epidemologik. GDS terdiri dari 15 item pertanyaan dengan pemberian skor berdasarkan nomor pertanyaan dan jawaban yang diberikan lansia.

3. Social Disengagement Index

Kuosioner ini terdiri dari 6 indikator yaitu : adanya pasangan hidup, kontak visual paling sedikit dengan tiga anggota keluarga atau teman dekat, kontak nonvisual (melalui telepon atau surat) paling sedikit dengan 10 anggota keluarga atau teman dekat, sering menghadiri ibadah (minimal sekali dalam sebulan), anggota dari suatu organisasi dan partisipasi teratur pada aktivitas sosial rekreasional (Bassuk, 1999).

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder akan diperoleh dari Puskesmas Darussalam untuk mengetahui data-data umum tentang lansia.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1 Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara :


(36)

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk.

2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer SPSS.

4. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis. 4.5.2 Analisis Data

Data akan dianalisa dengan metode analisis bivariat guna mencari hubungan hipotesis dua arah dan data akan disajikan dalam bentuk tabel cross tabulation (tabel silang). Dalam penelitian digunakan uji Chi-Square untuk menghubungkan variabel terikat dengan variabel bebas dikarenakan variabel bersifat kategorik. Data yang telah dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta penjelasan hasil analisa dalam bentuk narasi.


(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Puskemas Darussalam terletak di Jalan Darussalam No. 40 Medan. Puskesmas ini didirikan oleh Gubernur KDH Sumatera Utara, Bapak Marah Halim pada tahun 1968. Keadaan wilayah kerja puskesmas Darussalam merupakan daerah perumahan dengan luas wilayah kerja 176,98 Ha, dengan kepadatan penduduk sekitar 6,28/Ha. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

Sebelah Barat :Berbatasan dengan kelurahan Sei Kambing B Sebelah Utara : Berbatasan dengan Sei Agul

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Petisah Hulu Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Babura Sunggal

Adapun kelurahan yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Darussalam terdiri dari dua kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Sei Putuh Barat 2. Kelurahan Sei Kambing


(38)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden lansia di Puskesmas Darussalam Medan (N=60 orang)

Karateristik Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 16 44 26,7 73,3 Usia

Young-Old (60-74 tahun) Old-old (>75 tahun)

51 9 85 15 Tingkat Pendidikan SD SMP SMA PT 14 16 29 1 23,3 26,7 48,3 1,7 Suku Jawa Batak Melayu Lain-lain 29 11 14 6 48,3 18,3 23,3 10 Status Kognitif

Normal (skor 24-30) Probable gangguan kognitif (Skor 17-23)

35 25

58,4 41,6

Berdasarkan distribusi frekuensi karakteristik responden lansia pada tabel 5.1 diatas, sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan (73,3%) sedangkan jenis kelamin pria sebanyak 16 orang (26,7%).


(39)

Mayoritas usia responden berada dalam kisaran young-old (antara 60-74 tahun) yaitu 51 orang (85%) dan kategori usia old-old sebanyak 9 orang (15%). Responden kebanyakan memiliki status pendidikan terakhir SMA (48,3%). Sedangkan mayoritas suku responden adalah suku Jawa sebanyak 29 orang (48,3%). Dari skrining kognitif yang dilakukan dengan instrumen MMSE didapatkan nilai rerata kognitif adalah 23,75.

5.1.3 Hasil Analisis Data

Tabel 5.2 Keterlibatan sosial pada responden lansia

No. Keterlibatan Sosial Jumlah Persentase (%) 1 2 Baik Buruk 41 19 68,3 31,7

Total 60 100

Berdasarkan tabel diatas, proporsi tingkat keterlibatan sosial yang buruk pada responden adalah 31,7%.

Tabel 5.3 Distribusi keterlibatan sosial responden berdasarkan jenis kelamin Jenis

Kelamin

Baik Buruk

Jumlah Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Laki-laki Perempuan 11 30 68,8 68,2 5 14 31,3 31,7 16 44

Total 41 19 60

Berdasarkan tabel diatas, frekuensi keterlibatan sosial yang buruk pada lansia berjenis kelamin perempuan (31,8%) hampir sama dengan lansia berjenis kelamin laki-laki (31,3%).


(40)

Tabel 5.4 Distribusi keterlibatan sosial responden berdasarkan usia

Usia Baik Buruk Jumlah

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Young-old Old-old 38 3 74,5 33,3 13 6 25,5 66,7 51 9

Total 41 19 60

Berdasarkan tabel diatas, frekuensi keterlibatan sosial yang buruk pada lansia dengan kategori umur old-old lebih tinggi (66,7%) dibanding kategori young old.

Tabel 5.5 Frekuensi depresi pada responden

No. Jumlah Persentase (%)

1 2 Depresi Tidak Depresi 16 44 26,7 73,3

Total 60 100

Berdasarkan tabel diatas, proporsi depresi pada responden di Puskesmas Darussalam adalah sekitar 26,7%.

Tabel 5.6 Distribusi depresi berdasarkan jenis kelamin responden Jenis

Kelamin

Depresi Tidak Depresi

Jumlah Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Laki-laki Perempuan 2 14 12,5 31,8 14 30 87,5 68,2 16 44

Total 16 44 60

Berdasarkan tabel diatas, responden perempuan mengalami kejadian depresi lebih tinggi dibanding laki-laki yakni 31,8%.


(41)

Tabel 5.7 Distribusi depresi berdasarkan usia responden

Usia Depresi Tidak Depresi Jumlah

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Young-old Old-old 12 4 23,5 44,4 39 5 76,5 55,6 51 9

Total 16 44 60

Berdasarkan tabel diatas, responden dengan usia kategori old-old mengalami kejadian depresi lebih tinggi yakni 44,4%.

Tabel 5.8 Hubungan antara keterlibatan sosial dengan sindrom depresi melalui uji chi square

Keterlibatan Sosial

DEPRESI

Jumlah

Depresi Tidak Depresi

Buruk Baik 9 7 10 34 19 41

Total 16 44 60

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.12 dilakukan uji hipotesis dengan mengunakan uji chi square untuk mengetahui apakah Ho ditolak atau diterima. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai chi square = 6.093, dengan nilai p = 0,014. Karena nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka Ho yang menyatakan “ tidak terdapat hubungan antara keterlibatan sosial dengan sidrom depresi pada lansia” ditolak.


(42)

5.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Darussalam Medan, didapatkan bahwa sekitar 26,7 % lansia dari responden mengalami sindrom depresi. Lansia dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami depresi, yaitu 31,8% daripada lansia berjenis kelamin laki-laki (12,5%). Depresi terjadi pada 44,4% lansia old-old, lebih tinggi dibandingkan lansia young-old (23,5%).

Penelitian Gallo dan Gonzales (2001), penelitian pada komunitas di seluruh dunia menunjukkan bahwa angka kejadian depresi pada lansia adalah sekitar 3-15%.

Sementara itu berdasarkan penelitian Bassuk et al (1999) dengan menggunakan instrumen CES-D di New Haven, pada lansia dengan usia diatas 65 tahun, maka prevalensi terjadinya sindrom depresi pada lansia sekitar 16% Maka dapat disimpulkan bahwa proporsi sindrom depresi lansiadi wilayah kerja Puskesmas Darussalam Medan adalah tinggi.

Penyebab tingginya proporsi sindrom depresi pada lansia dalam penelitian ini belum dapat dipastikan. Sindrom depresi pada lansia ini mungkin berhubungan dengan faktor-faktor resiko sindrom depresi lansia seperti yang diutarakan pada penelitian Cole dan Dendukuri (2003), yakni terdapat sedikitnya lima faktor: adanya kehilangan orang terdekat, gangguan tidur, disabilitas, depresi sebelumnya, dan berjenis kelamin wanita. Baldwin (2010) mengatakan bahwa komorbiditas dengan penyakit medis dan adanya gangguan kognitif adalah dua faktor kunci diagnosis gangguan depresi pada lansia.

Frekuensi sindrom depresi pada responden perempuan lebih tinggi dari responden perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

sebelumnya seperti penelitian Cole (2003) dan Unutzer (2007). Menurut Daley dan Salloum (2003) wanita memiliki resiko depresi sekitar 10-25% sedangkan pria pada kisaran 5-10%. Sadock &Sadock (2007) menyebutkan bahwa hal ini dikarenakan perbedaan hormonal, efek efek dari melahirkan, perbedaan stressor psikososial dan model-model perilaku dari learned helplessness.


(43)

Proporsi sindrom depresi lansia old-old dalam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan kategori usia young-old, hal ini sesuai dengan penelitian Blazer (2000), disebutkan bahwa gejala depresi lebih sering ditemukan pada lansia oldest-old dibandingkan dengan young-old yaitu lebih dari 20% pada oldest-old dan kurang dari 10% pada young-old. Tingkat frekuensi yang lebih tinggi ini dapat diterangkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan penambahan usia atau penuaan, proporsi pada wanita yang lebih tinggi, disabilitas lansia, gangguan kognitif dan status ekonomi masyarakat yang rendah.

Frekuensi keterlibatan sosial yang buruk pada responden lansia adalah 31,7%. Keterlibatan sosial yang buruk pada perempuan (31,7%) hampir sama dengan frekuensi keterlibatan sosial yang buruk pada lansia berjenis kelamin laki-laki (31,3%). Sedangkan lansia dengan kategori usia old-old mengalami tingkat keterlibatan sosial buruk yang lebih tinggi (66,7%) dibanding kategori usia young-old (25,5 %).

Menurut penelitian TILDA (2011) tingkat keterlibatan sosial yang buruk pada laki-laki (7%) lebih tinggi dibanding perempuan (6%) tetapi perbedaannya tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan dari penelitian ini, dimana pada laki-laki (31,3%) dibanding pada perempuan (31,7%).

Dari hasil penelitian lansia young-old memiliki aktivitas partisipasi sosial yang lebih tinggi dibanding lansia old-old. Hasil ini sesuai dengan TILDA (2011), dimana penelitian ini menunjukkan bahwa lansia dengan usia old-old akan memiliki partisipasi sosial yang sangat rendah. Hal ini disebabkan karena hilangnya fungsi sosial seiring pertambahan umur.

Setelah dilakukan uji hipotesis dengan uji chi square melalui SPSS , dengan tabel silang antara keterlibatan sosial dengan sindrom depresi pada lansia, didapatkan nilai chi square = 6.09 dengan nilai p=0,014. Hal ini menunjukkan adanya hubungan bermakna (p<0,05) antara keterlibatan sosial dengan sindrom depresi pada lansia, sehingga hipotesis 0 ditolak.


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah :

a) Proporsi keterlibatan sosial yang buruk pada lansia di Puskesmas Darussalam Medan tahun 2012 cukup tinggi, yaitu 31,7%

b) Berdasarkan jenis kelamin, proporsi keterlibatan sosial buruk pada perempuan (31,7%) lebih tinggi dibanding pada laki-laki (31,3%)

c) Berdasarkan usia, proporsi keterlibatan sosial buruk pada kategori young-old (74,5%) lebih tinggi dibanding pada kategori usia old-old (33,3%) d) Proporsi sindrom depresi pada lansia di Puskemas Darussalam Medan

tahun 2012 cukup tinggi, yaitu 26,7%.

e) Berdasarkan jenis kelamin, proporsi sindrom depresi pada lansia perempuan (31,8%) lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki (12,5%).

f) Berdasarkan kategori usia, proporsi sindrom depresi pada kategori usia old-old (44,4%) lebih tinggi daripada kategori usia young-old (23,5%). g) Dari 60 responden, lansia yang mempunyai status kognitif baik adalah 35

orang (58,4%) sedangkan probable gangguan kognitif sebanyak 25 orang (41,6%)

h) Terdapat hubungan antara keterlibatan sosial dengan sindrom depresi pada lansia di Puskesmas Darussalam Medan tahun 2012, p=0,014.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini, penulis dapat memberikan saran, antara lain : a) Lansia perlu didorong untuk untuk lebih mengisi masa tua mereka dengan

kegiatan fisik, kegiatan sosial, dan kegiatan lain yang bermanfaat bagi kesehatan mental lansia.

b) Puskesmas terkait dapat menyusun program yang dapat meningkatkan keterlibatan sosial lansia.


(45)

c) Puskesmas dan pemberi layanan kesehatan lain serta pihak terkait lain sebaiknya lebih berperan aktif dalam edukasi dan deteksi dini sindrom depresi pada lansia.

d) Puskesmas perlu mengadakan penyuluhan terhadap keluarga lansia tentang tanda dan gejala yang dapat ditemui pada sindrom depresi.

e) Dapat dilakukan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang menyebabkan tingginya prevalensi depresi pada lansia dan juga faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat keterlibatan sosial pada lansia. f) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, dengan sampel lebih besar dan

teknik sampling yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.


(46)

Daftar Pustaka

American Psychiatric Association, 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revision. Washington, DC: American Psychiatric Association.

Baldwin, R. C., 2010. Depression in Later Life. New York: Oxford University Press; 7-10

Bassuk S.S., Glass, T.A., Berkman, L.F., 1999. Social Disengagement and Incident Cognitive Decline in Community-Dwelling Elderly Persons.US: Ann Intern Med, 165-173.

Blazer, D.G., 2000. Psychiatry and the Oldest Old. Am J Psychiatry

157:1915- 1924. Available from:

Blazer, D.G., 2003. Depression in Late Life: Review and Commentary. J Gerontology Med Sci 58A, No.3: 249-265. Available from:

[acessed 23 Mei 2012]

Burkhart, Stilling K., 2000. Diagnosis of depression in the elderly patient.USA: Lippincott Williams & Wilkins, Inc., 149-162.

[acessed 23 Mei 2012]

Cole, M.G. and Dendukuri, N., 2003. Risk Factor for Depression Among Elderly Community Subjects: A Systematic Review and Meta-Analysis. Am J

Psychiatry 160:1147-1156. Available from:

http://ajp.psychiatryonline.org/cgi/content/full/160/6/1147

Daley, D.C., Salloum, I.M., 2001. Clinician's Guide to Mental Illness. New York: Mc-Graw Hill, 94.

. [acessed 23 Oktober 2012]


(47)

Damping, C.E., 2003. Depresi pada Geriatri: Apa Kekhususannya. Dalam: Supartondo, Setiati, S., dan Soejono, C.H., (eds). 2003. Prosiding Temu Ilmiah Geriatri 2003 “Penatalaksanaan Pasien Geriatri dengan Pendekatan Interdisiplin”. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 107-112

Davison, G.C., Neale, J.M., Kring, A.M., 2004. Psikologi Abnormal. Edisi ke-9.Jakarta: PT Grafindo Persada, 372.

Everard K.M., Lach H.W., Fisher E.B., Baum M.C., 2000. Relationship of activity and social support the functional health of older adults.USA: J Gerontol B Psychol Sci Soc Sci,208–212.

Gallo, J.J. and Gonzales, J., 2001. Depression and Other Mood Disorder. In: Adelman, A.M., Daly, M.P., and Weiss, B.D., eds. 20 Common Problems in Geriatrics. New York: McGraw-Hill, 205-235.

Goldman, H.H., 2000. Review of General Psychiatry: An Introduction to ClinicaL Medicine. 5th ed. Singapore: McGraw-Hill.

Hoyer, W.J. and Roodin, P.A., 2003. Adult Development and Aging. 5th ed. NewYork: McGraw-Hill.

Maramis, W.F., 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:Airlangga, 591-592.

Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, A., Batubara, I., 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika, 55. Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, A., Batubara, I., 2008.

Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika, 9. Miller RA. The biology of aging and longevity. Dalam: Hazard WR, Blass JP,

Ettinger WH et al (eds). Principle of Geriatric Medicine and Gerontology. New York: McGraw-Hill; 1999. h.3-19.


(48)

Mudjaddid, E., 2003. Depresi dan Komorbiditasnya pada Pasien Geriatri. Dalam: Supartondo, Setiati, S., dan Soejono, C.H., (eds). 2003. Prosiding Temu Ilmiah Geriatri 2003 “Penatalaksanaan Pasien Geriatri dengan Pendekatan Interdisiplin”. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 113-121

Nasrun, M.W.S., 2009. Hendaya Kognitif Non Demensia (HKND) pada Populasi “Brain at Risk” bagi Praktisi Kesehatan. Jakarta: Interna Publishing.

Nevid, J.S., Rathus, S.A., Greene, B., 2005. Psikologi Abnormal. Edisi ke-5. Jakarta:Erlangga, 187.

Notosoedirdjo, M., Latipun, 2011. Kesehatan Mental.Edisi ke-3.Malang:Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, 198.

Papalia, D.E., Olds, S.W., and Feldman, R.D., 2003. Human Development. 9th ed. New York: McGraw-Hill.

Sadock, B.J. and Sadock, V.A., 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Science/Clinical Psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Sastroasmoro, S & Ismael, S., 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto.

Seeman TE, Lusignolo TM, Albert M, Berkman L,2001. Social relationships, social support, and patterns of cognitive aging in healthy, high-functioning older adults: MacArthur studies of successful aging. Health Psychol,243-255.

Setiati, S., Harimurti, K., dan Roosheroe, A.G., 2006. Proses Menua dan Implikasi Kliniknya. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat


(49)

Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1335-1340.

Sundberg, N.D., Winebarger, A.A., Taplin, J.R., 2007. Psikologi Klinis. Edisi ke-4. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 302.

TILDA, 2011. Social Engagement of Older People. Available from :

Unützer, J., 2007. Late-Life Depression.357:2269-76. Available from: April 2012]

WHO, 2002. Active Ageing: A Policy Framework. Available from :

[acessed 19

April 2012]


(50)

Lampiran 2

Geriatric Depression Scale Nama Responden:

Usia :

Jenis Kelamin :

Status Perkawinan : tidak kawin/ kawin (pilih salah satu) Skor MMSE :

Tanggal Wawancara : Pewawancara :

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda ?

2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak kegiatan dan minat/kesenangan Anda ?

3 Apakah Anda merasa kehidupan anda hampa ? 4 Apakah anda sering bosan ?

5 Apakah anda mempunyai semangat baik sepanjang waktu ? 6 Apakah anda takut sesuatu menjadi buruk akan terjadi pada anda? 7 Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu anda ? 8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?

9 Apakah anda senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar mengerjakan sesuatu hal yang baru ?

10 Apakah Anda mempunyai banyak masalah dengan daya ingat Anda dibanding kebanyakan orang ?

11 Apakah anda pikir hidup anda sekarang ini menyenangkan ?

12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan Anda saat ini ? 13 Apakah anda merasa anda penuh semangat ?

14 Apakah Anda merasa bahawa keadaan anda tidak ada harapan ?

15 Apakah anda pikir bahwa keadaan orang lain lebih baik daripada Anda?

Penilaian GDS:

Jawaban tidak untuk butir 1, 5,7,11,13 mendapat skor 1,

Jawaban ya untuk butir 2, 3,4,6,8, 9, 10,12,14,15 mendapat skor 1 selainnya mendapat skor 0


(51)

Lampiran 1

Mini Mental State Examination

Nama : Usia :

Jenis Kelamin : Tanggal Pemeriksaan : Pemeriksa :

Item Tes Nilai Maks Nilai

1 2 3 4 5 6 7 Orientasi

Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa ?

Kita berada di mana ? (negara), (provinsi), (kota), (gedung), (ruang)

Registrasi

Pemeriksa menyebutkan 3 benda yang berbeda kelompoknya selang 1 detik (apel,meja,koin), responden disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai responden dapat mengulangi dengan benar dan catat jumlah pengulangan.

Atensi dan Kalkulasi

Pengurangan 100 dengan 7 secara berurutan. Nilai satu untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau responden diminta mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan, misalnya uyahw = 2 nilai.

Mengingat Kembali

Responden diminta menyebut kembali 3 nama benda diatas Bahasa

Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (perlihatkan pensil dan jam tangan).

Responden diminta mengulang kalimat: “kalau tetapi dan atau tetapi”

Responden diminta melakukan perintah, “Ambil kertas ini dengan tangan anda, lipat menjadi dua dan letakkan di lantai.”

5 5 3 5 3 2 1


(52)

8 9 10 11

Responden diminta membaca dan melakukan perintah, “ Ambil kertas ini dengan tangan Anda, lipat menjadi dua dan letakkan di lantai.”

Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya: “Pejamkan mata Anda.”

Responden diminta menulis dengan spontan. Respon diminta menggambar bentuk di bawah ini.

3 1 1 1

TOTAL 30

Skor

24-30 : Normal

17-23 : probable gangguan kognitif 0-16 : definite gangguan kognitif


(53)

Lampiran 4

Social Disengagement Index

I. Pasangan hidup (PH).

1. Apakah anda pernah menikah ?

1 = ya 2=tidak (lewati pertanyaan 2) _____

2. Apakah saat ini anda :

menikah - 1 berpisah -2 cerai hidup -3 cerai mati -4 _____ Jika jawaban no.1 = 1 dan no.2 = 1

kode PH diberi angka 1 ; selain itu kode PH diberi angka 0 PH _____ II. Kontak visual / bulan dengan 3 atau lebih keluarga dan/atau sahabat

(VIS)

III. Kontak nonvisual/tahun dengan 10 atau lebih keluarga dan/atau sahabat (NVIS)

Anak :

1. Berapa anak anda (termasuk anak angkat)

jika tidak ada, pertanyaan 2 sd.4 dijawab =0 ____ 2. Berapa banyak yang saat ini masih hidup ____ 3a. Berapa banyak anak anda yang bertemu anda sedikitnya sekali seminggu ?

___

3b. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang bertemu anda

sedikitnya sekali sebulan ? ____

4a. Berapa banyak anak anda yang berbicara pertelpon/surat setiap minggu ? ____ 4b. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang berbicara pertelpon/surat setiap bulan ? ____ 4c. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang berbicara pertelpon/surat beberapa kali/tahun ? ____ Famili/keluarga lain :

5. Pada umumnya, selain anak-anak anda, berapa banyak sanak/keluarga yang anda

rasa dekat ? (merasa dekat ialah jika bisa diajak bicara mengenai masalah pribadi atau mau dimintai tolong sewaktu-waktu). _____ 6. Berapa banyak sanak/keluarga tersebut yang anda jumpai sedikitnya

sekali / bulan ? _____ 7. Berapa banyak sanak/keluarga tersebut yang berhubungan per telepon/surat beberapa kali/tahun ? _____ Teman dekat/sahabat :

8. Pada umumnya, berapa banyak teman dekat anda?


(54)

dimintai tolong sewaktu-waktu). _____ 9. Berapa banyak teman dekat anda tersebut yang anda jumpai sedikitnya

sekali / bulan ? _____

10. Berapa banyak teman dekat anda tersebut yang berhubungan per telepon/surat

beberapa kali/tahun ? _____

Jika jawaban 3a + 3b + 6 + 9 ≥ 3

kode VIS diberi angka 1, selain itu beri angka 0. VIS _____ Jika jawaban 4a + 4b + 4c + 7 + 10 ≥ 10

kode NVIS diberi angka 1, selain itu beri angka 0. NVIS _____

IV. Kunjungan ke tempat ibadah (TIB).

1. Berapa seringnya anda mengunjungi tempat ibadah ? 1 = tak pernah/hampir tak pernah

2 = 1 – 2 kali/tahun 3 = beberapa bulan sekali 4 = 1 – 2 kali/bulan 5 = sekali seminggu 6 = > 1 kali/minggu

Jika jawaban ≥ 4 kode TIB diberi angka 1, selain itu beri angka 0 TIB ______ V. Keanggotaan di kelompok lain (KEL)

1. Apakah anda bergabung di suatu kelompok seperti arisan, kelompok pengajian, lingkungan, kelompok sosial, sukarela ?

Jika jawaban ya = 1 (jelaskan) ; tidak = 2

Jika nilai = 1 kode KEL diberi angka 1; selain itu beri angka 0 KEL ______

VI. Partisipasi teratur pada aktivitas sosial rekreasional

1. Berikut daftar kegiatan saat santai; di bulan lalu, berapa seringnya anda melakukan kegiatan berikut ;

(nilai 0 jika tidak pernah, 1 jika kadang-kadang < 1 kali/mgg, 2 jika ≥ 1 kali/mgg )

1. Olahraga aktif atau berenang ____

2. Jalan kaki ____

3. Berkebun ____

4. Olahraga/ latihan fisik ____

5. Masak sendiri ____

6. Mengerjakan hobi ____

7. Keluar rumah dan berbelanja ____ 8. Ke bioskop, konser, restoran atau menonton pertandingan olahraga ____

9. Baca buku, majalah, koran ____

10. Nonton siaran televisi ____

11. Melancong, perjalanan bermalam/menginap ____


(55)

13. Kerja masyarakat yang dibayar ____ 14. Main kartu, catur, halma, tekateki silang, sudoku teratur ____ 15. Kegiatan lain ? Jelaskan ……… ____

Jika jawaban 7 + 8 + 11 + 12 + 13 + 14 ≥ 6 (jika rata-rata ≥ 1) kode SOS diberi angka 1; selain itu SOS=0 SOS ____ Partisipasi pada kegiatan fisik :

Jika jawaban 1 + 2 + 3 + 4 ≥ 4 (jika rata-rata ≥ 1) kode FIS diberi angka 1; selain itu FIS = 0 FIS ____ Aktivitas kognitif :

Jika jawaban 9 + 10 ≥ 1

kode KOG diberi angka 1; selain itu KOG = 0 KOG ____ Aktivitas sosial :

Nilai gabungan 3 indikator – TIB, KEL, SOS ASOS ____ Jaringan sosial :

Nilai gabungan 3 indikator – PH, VIS, NONVIS JSOS ____ Nilai gabungan (GAB) berasal dari gabungan 6 indikator

– PH, VIS, NONVIS, TIB, KEL, SOS Beri nilai 4 = 5-6 kelompok bernilai 1

3 = 3-4 kelompok bernilai 1 2 = 1-2 kelompok bernilai 1 1 = 0 kelompok bernilai 1

Jika > 2 indikator tak ada nilainya, tidak ada nilai gabungan. Social engagement dinilai dari nilai GAB :


(56)

Lampiran 5

Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (informed consent)

Saya yang bernama Yose Rizal Sinaga adalah mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Keterlibatan Sosial dengan Sindrom Depresi pada Lansia di

Puskesmas Darussalam”. Penelitian ni dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden dalam penelitian ini dan mengisi kuosioner dengan jujur. Partisipasi Bapak/Ibu bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini.

Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.

Medan, 2012

Peneliti Responden


(57)

LAMPIRAN 9

DATA INDUK

NO

Jenis

Kelamin Usia

Tingkat

Pendidikan Suku Skor MMSE

Tingkat Kognitif

Skor

GDS Status Depresi

Skor

SDI Sosial 1 2 1 1 1 20 1 4 Tidak Depresi 2 Buruk 2 2 1 3 1 29 2 1 Tidak Depresi 3 Baik 3 2 1 1 1 28 2 6 Depresi 2 Buruk 4 2 1 2 2 22 1 3 Tidak Depresi 3 Baik 5 2 1 2 1 24 2 7 Depresi 3 Baik 6 2 1 2 3 26 2 2 Tidak Depresi 4 Baik 7 2 1 2 1 20 1 7 Depresi 1 Buruk 8 1 1 3 1 17 1 3 Tidak Depresi 3 Baik 9 2 1 3 3 18 1 2 Tidak Depresi 2 Buruk 10 2 1 3 3 22 1 1 Tidak Depresi 2 Buruk 11 2 1 3 1 25 2 2 Tidak Depresi 3 Baik 12 2 1 3 2 25 2 2 Tidak Depresi 3 Baik 13 2 1 3 1 20 1 1 Tidak Depresi 4 Baik 14 1 2 1 4 20 1 4 Tidak Depresi 1 Buruk 15 1 1 1 3 25 2 4 Tidak Depresi 2 Buruk 16 2 1 1 1 28 2 3 Tidak Depresi 3 Baik 17 2 1 1 4 24 2 7 Depresi 1 Buruk 18 2 1 4 2 20 1 4 Tidak Depresi 4 Baik 19 2 1 2 1 29 2 7 Depresi 3 Baik 20 1 1 3 1 28 2 4 Tidak Depresi 2 Buruk 21 2 1 3 2 27 2 3 Tidak Depresi 3 Baik 22 2 2 3 2 20 1 5 Depresi 2 Buruk 23 2 2 3 2 28 2 3 Tidak Depresi 4 Baik 24 2 2 3 2 19 1 3 Tidak Depresi 2 Buruk 25 2 1 2 1 22 1 8 Depresi 2 Buruk 26 1 1 2 1 22 1 4 Tidak Depresi 2 Buruk 27 1 1 2 1 24 2 3 Tidak Depresi 2 Buruk 28 1 1 2 1 17 1 1 Tidak Depresi 3 Baik 29 2 2 1 1 24 2 2 Tidak Depresi 3 Baik 30 2 2 1 1 21 1 8 Depresi 2 Buruk 31 2 1 2 1 24 2 3 Tidak Depresi 3 Baik 32 2 1 1 4 25 2 3 Tidak Depresi 4 Baik 33 2 1 2 3 23 1 2 Tidak Depresi 4 Baik 34 2 1 3 3 23 1 4 Tidak Depresi 4 Baik 35 2 1 2 1 20 1 7 Depresi 1 Buruk 36 2 1 2 4 26 2 3 Tidak Depresi 3 Baik


(58)

37 2 1 1 3 24 2 4 Tidak Depresi 3 Baik 38 2 1 1 1 29 2 3 Tidak Depresi 3 Baik 39 2 1 1 4 24 2 7 Depresi 3 Baik 40 2 1 1 4 29 2 4 Tidak Depresi 2 Buruk 41 2 1 3 1 21 1 4 Tidak Depresi 4 Baik 42 2 1 3 3 30 2 4 Tidak Depresi 4 Baik 43 2 1 3 3 18 1 2 Tidak Depresi 4 Baik 44 1 1 3 3 21 1 3 Tidak Depresi 4 Baik 45 2 2 3 1 17 1 6 Depresi 2 Buruk 46 1 1 3 1 26 2 4 Tidak Depresi 3 Baik 47 2 1 3 1 24 2 10 Depresi 3 Baik 48 1 1 3 3 26 2 9 Depresi 3 Baik 49 2 1 3 1 29 2 1 Tidak Depresi 3 Baik 50 1 2 3 3 24 2 2 Tidak Depresi 3 Baik 51 1 1 3 1 24 2 4 Tidak Depresi 3 Baik 52 2 1 3 2 25 2 4 Tidak Depresi 3 Baik 53 1 1 3 2 21 1 8 Depresi 3 Baik 54 1 1 3 1 27 2 3 Tidak Depresi 3 Baik 55 1 1 3 3 26 2 3 Tidak Depresi 3 Baik 56 2 1 2 1 26 2 4 Tidak Depresi 3 Baik 57 2 1 2 3 17 1 6 Depresi 4 Baik 58 1 1 1 2 23 2 3 Tidak Depresi 4 Baik 59 2 2 3 2 30 2 9 Depresi 2 Buruk 60 2 1 2 1 29 2 1 Tidak Depresi 3 Baik

Keterangan :

a. Jenis Kelamin

e. Tingkat Kognitif 1=laki-laki

1=probable gangguan kognitif

2=usia 2=normal

b. Usia 1=young-old 2= old-old


(59)

c. Tingkat Pendidikan d. Suku

1=SD 1=Jawa

2=SMP 2=Batak

3=SMA 3=Melayu

4=PT 4=Lain-lain


(60)

Frequencies (LAMPIRAN 10)

Statistics

JENISKELAMIN

N Valid 60

Missing 0

JENISKELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 16 26.7 26.7 26.7

perempuan 44 73.3 73.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

USIA

N Valid 60

Missing 0

USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid young old 51 85.0 85.0 85.0

old old 9 15.0 15.0 100.0


(61)

Frequencies

Statistics

PENDIDIKAN

N Valid 60

Missing 0

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 14 23.3 23.3 23.3

SMP 16 26.7 26.7 50.0

SMA 29 48.3 48.3 98.3

PT 1 1.7 1.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

SUKU

N Valid 60

Missing 0

SUKU

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Jawa 29 48.3 48.3 48.3


(62)

Melayu 14 23.3 23.3 90.0

lain-lain 6 10.0 10.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

Status Kognitif

N Valid 60

Missing 0

KOGNITIF

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid probable gangguan kognitif 24 40.0 40.0 40.0

normal 36 60.0 60.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

Keterlibatan Sosial

N Valid 60

Missing 0

Keterlibatan Sosial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(63)

Valid Baik 41 68.3 68.3 68.3

Buruk 19 31.7 31.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

DEPRESI

N Valid 60

Missing 0

DEPRESI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Depresi 16 26.7 26.7 26.7

Tidak Depresi 44 73.3 73.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


(64)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

JENISKELAMIN * Keterlibatan Sosial

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

JENISKELAMIN * Keterlibatan Sosial Crosstabulation

Keterlibatan Sosial

Total

Baik Buruk

JENISKELAMIN laki-laki Count 11 5 16

% within JENISKELAMIN 68.8% 31.3% 100.0%

% within Keterlibatan Sosial 26.8% 26.3% 26.7%

perempuan Count 30 14 44

% within JENISKELAMIN 68.2% 31.8% 100.0%

% within Keterlibatan Sosial 73.2% 73.7% 73.3%

Total Count 41 19 60

% within JENISKELAMIN 68.3% 31.7% 100.0%

% within Keterlibatan Sosial 100.0% 100.0% 100.0%


(65)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

USIA * Keterlibatan Sosial 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

USIA * Keterlibatan Sosial Crosstabulation

Keterlibatan Sosial

Total

Baik Buruk

USIA young old Count 38 13 51

% within USIA 74.5% 25.5% 100.0%

% within Keterlibatan Sosial 92.7% 68.4% 85.0%

old old Count 3 6 9

% within USIA 33.3% 66.7% 100.0%

% within Keterlibatan Sosial 7.3% 31.6% 15.0%

Total Count 41 19 60

% within USIA 68.3% 31.7% 100.0%

% within Keterlibatan Sosial 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

JENISKELAMIN * DEPRESI 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

JENISKELAMIN * DEPRESI Crosstabulation


(1)

Valid Baik 41 68.3 68.3 68.3

Buruk 19 31.7 31.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

DEPRESI

N Valid 60

Missing 0

DEPRESI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Depresi 16 26.7 26.7 26.7

Tidak Depresi 44 73.3 73.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


(2)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

JENISKELAMIN * Keterlibatan Sosial

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

JENISKELAMIN * Keterlibatan Sosial Crosstabulation

Keterlibatan Sosial

Total Baik Buruk

JENISKELAMIN laki-laki Count 11 5 16

% within JENISKELAMIN 68.8% 31.3% 100.0% % within Keterlibatan Sosial 26.8% 26.3% 26.7%

perempuan Count 30 14 44

% within JENISKELAMIN 68.2% 31.8% 100.0% % within Keterlibatan Sosial 73.2% 73.7% 73.3%

Total Count 41 19 60

% within JENISKELAMIN 68.3% 31.7% 100.0% % within Keterlibatan Sosial 100.0% 100.0% 100.0%


(3)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

USIA * Keterlibatan Sosial 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

USIA * Keterlibatan Sosial Crosstabulation

Keterlibatan Sosial

Total Baik Buruk

USIA young old Count 38 13 51

% within USIA 74.5% 25.5% 100.0%

% within Keterlibatan Sosial 92.7% 68.4% 85.0%

old old Count 3 6 9

% within USIA 33.3% 66.7% 100.0%

% within Keterlibatan Sosial 7.3% 31.6% 15.0%

Total Count 41 19 60

% within USIA 68.3% 31.7% 100.0%

% within Keterlibatan Sosial 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

JENISKELAMIN * DEPRESI 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

JENISKELAMIN * DEPRESI Crosstabulation


(4)

Depresi Tidak Depresi

JENISKELAMIN laki-laki Count 2 14 16

% within JENISKELAMIN 12.5% 87.5% 100.0%

% within DEPRESI 12.5% 31.8% 26.7%

perempuan Count 14 30 44

% within JENISKELAMIN 31.8% 68.2% 100.0%

% within DEPRESI 87.5% 68.2% 73.3%

Total Count 16 44 60

% within JENISKELAMIN 26.7% 73.3% 100.0%

% within DEPRESI 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

USIA * DEPRESI 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

USIA * DEPRESI Crosstabulation

DEPRESI

Total Depresi Tidak Depresi

USIA young old Count 12 39 51

% within USIA 23.5% 76.5% 100.0%

% within DEPRESI 75.0% 88.6% 85.0%

old old Count 4 5 9

% within USIA 44.4% 55.6% 100.0%


(5)

Total Count 16 44 60

% within USIA 26.7% 73.3% 100.0%

% within DEPRESI 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstabs uji

chi-square

Keterlibatan Sosial * DEPRESI Crosstabulation

DEPRESI

Total Depresi Tidak Depresi

Keterlibatan Sosial Baik Count 7 34 41

% within Keterlibatan Sosial 17.1% 82.9% 100.0%

% within DEPRESI 43.8% 77.3% 68.3%

Buruk Count 9 10 19

% within Keterlibatan Sosial 47.4% 52.6% 100.0%

% within DEPRESI 56.3% 22.7% 31.7%

Total Count 16 44 60

% within Keterlibatan Sosial 26.7% 73.3% 100.0%

% within DEPRESI 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.093a 1 .014

Continuity Correctionb 4.643 1 .031

Likelihood Ratio 5.825 1 .016


(6)

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,07. b. Computed only for a 2x2 table