Analisis Profil Gelatin dengan FTIR Analisa Data menggunakan PCA

32 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Sampel dari Pasaran

Pengumpulan sampel dilakukan secara acak terhadap 5 sampel obat bercangkang kapsul keras dari populasi obat vitamin dan mineral dengan produsen yang berbeda-beda yang belum teridentifikasi dengan jelas sumber bahan baku gelatinnya. Masing-masing sampel diberi identitas sebagai berikut : Tabel 4.1 Pengumpulan sampel kapsul keras dari pasaran No Sampel Kategori 1. Kapsul merk E A 2. Kapsul merk D B 3. Kapsul merk V C 4. Kapsul merk C D 5. 5. Kapsul merk I E

4.2 Pembuatan Lembaran Cangkang Kapsul Keras Simulasi dari

Standar Gelatin Sapi dan Gelatin Babi Lembaran cangkang kapsul keras simulasi dibuat dari bahan dasar gelatin dan air dengan penambahan gliserin, TiO 2 titanium dioksida dan pewarna tartrazin. Tujuan penggunaan TiO 2 titanium dioksida adalah sebagai opacifier agent. Titanium dioksida memiliki indeks bias yang tinggi sehingga mempunyai sifat yang dapat menghamburkan cahaya dalam penggunaannya sebagai pigmen pemutih atau pengopak Rowe et al., 2003. Lembaran cangkang kapsul keras simulasi yang dihasilkan berupa lapisan tipis, bewarna kuning, opaque dan dapat digulung. Secara organoleptis dapat dilihat bahwa lembaran cangkang kapsul keras simulasi yang dibuat dari standar gelatin sapi memiliki warna kuning pucat atau kuning kecoklatan sedangkan lembaran cangkang kapsul keras yang dibuat dari standar gelatin babi memiliki warna kuning terang. Hal ini sebagaimana dengan serbuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta komponen lainnya. Namun demikian untuk mengkonfirmasi hal tersebut perlu dilakukan pengujian lebih lanjut yaitu dengan optimasi preparasi sampel karena bisa jadi bilangan gelombang ini adalah pengotor yang ikut terbawa dalam sampel gelatin. Dari spektrum FTIR gambar 14 dan gambar 15 terlihat bahwa secara umum gelatin sapi dan gelatin babi memiliki puncak- puncak serapan pada bilangan gelombang yang hampir identik. Namun jika dibandingkan lebih rinci, diantara puncak-puncak serapan yang dihasilkan absorbansi pada masing-masing bilangan gelombang secara kualitatif relatif berbeda. Misalnya spektrum gelatin sapi pada daerah Amida A relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan spektrum gelatin babi begitu pula pada daerah amida I dan II 1656-1644 cm -1 dan 1560-1335 cm -1 . Serapan pada daerah 3290-3280 cm -1 berkaitan dengan ikatan N-H stretching dan ikatan hidrogen intramolekuler pada gugus amina dalam rantai asam amino. Absorpsi terpolarisasi paralel pada ikatan N-H, menunjukkan adanya interaksi ikatan hidrogen pada struktur alpha heliks dalam struktur gelatin tersebut. Puncak yang dihasilkan dapat bergeser ke frekuensi yang lebih rendah ketika kekuatan ikatan hidrogennya meningkat Hasyim et al., 2010 Ikatan rangkap stretching pada gugus karbonil C=O berinterkasi dengan gugus N-H dari ikatan peptida C-N, muncul pada daerah 1660-1620 cm -1 yang sering disebut sebagai daerah amida I. Rentang frekuensi 1660- 1650 cm -1 merepresentasikan sturktur alpha heliks dan 1640-1620 cm -1 sebagai struktur beta sheet. Frekuensi pada daerah amida II yaitu 1550-1520 cm -1 menunjukkan deformasi gugus N-H dari struktur alpha heliks 1550- 1540 cm -1 dan struktur beta sheet 1525-1520 cm-1 Fischer et al., 2005. Sedangkan frekuensi pada 1500-1200 cm -1 merupakan representasi dari deformasi CH 2 . Daerah ini juga bersifat spesifik dan menjadi ciri khas dari beberapa gugus hidrokarbon yang terdapat pada beberapa senyawa makromolekul seperti asam lemak, protein dan polisakarida. Gugus peptida merupakan struktur berulang dari protein yang memberikan 9 karakteristik ikatan yang dinamakan amida A, B dan I-VII. Karakteristik serapan IR pada protein dan peptide terlihat pada tabel 4.2