Parameter Abiotik Kesimpulan dan Saran 28

mempunyai struktur yang mirip pada ketiga stasiun. Kemiripan ini karena faktor ekologi dan faktor fisik kimia yang tidak jauh berbeda antara ketiga stasiun.

3.2 Parameter Abiotik

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Perairan Danau Lut Tawar didapatkan nilai faktor fisik kimia seperti pada Tabel 3.5 berikut: Tabel 3.5 Rata – rata Nilai Faktor Fisik Kimia yang Diperoleh pada Setiap Stasiun Penelitian di Danau Lut Tawar NO PARAMETER SATUAN STASIUN 1 2 3 1 Temperatur Air C 22,5 22,4 23,5 2 Penetrasi Cahaya cm 6,1 6 6 3 pH Air - 7,5 7,7 7,6 4 DODissolved Oxygen mgl 6,1 6,2 5,7 5 BOD 5 Biochemical Oxygen Demand mgl 2,5 3,9 4,7 6 Kandungan Substrat Organik 5,4520 3,8972 0,0874 7 Kejenuhan Oksigen 72,10 73,55 68,51 8 Intensitas cahaya candela 120 175 126 9 Substrat Dasar - Lumpur berpasir Lumpur berpasir Pasir Keterangan: Stasiun 1 : Daerah Kontrol di Desa Toweran Tua Stasiun 2 : Daerah Dermaga di Desa Toweran Uken Stasiun 3 : Daerah Keluaran Air Danau di Desa Bale Bujang Berdasarkan Tabel 3.5 menunjukkan bahwa nilai temperatur pada lokasi penelitian berkisar 22,4 C – 23,5 C, dengan nilai temperatur yang tertinggi pada stasiun III sebesar 23,5 C yang merupakan daerah keluaran air danau. Temperatur yang terendah pada stasiun II sebesar 22,4 C yang merupakan daerah dermaga. Temperatur pada setiap stasiun tidak jauh berbeda atau tidak mengalami fluktuasi relatif konstan karena tidak mengalami perubahan yang tinggi. Menurut Barus 2004, hlm: 46, fluktuasi temperatur di perairan tropis yang umumnya sepanjang tahun mempunyai fluktuasi temperatur udara yang tidak terlalu tinggi sehingga mengakibatkan fluktuasi temperatur air tahunan juga tidak terlalu besar. Broweer et al.,1990, hlm: 594 mengatakan bahwa kondisi temperatur perairan dipengaruhi oleh kondisi atmosfir yang mengontol iklim, musim dan perubahan cuaca serta keadaan intensitas cahaya matahari pada permukaan air serta faktor kanopi disekitar perairan. Kisaran temperatur yang optimal untuk pertumbuhan bentos antara 20 C – 30 C. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian yang di lakukan di peroleh data penetrasi cahaya pada setiap stasiun hampir sama yaitu 6 m. Tingginya intensitas cahaya menyebabkan tingginya penetrasi cahaya. Kedalaman penetrasi ini menunjukkan bahwa kondisi air di danau ini masih jernih. Selain tingginya intensitas cahaya, kedalaman penetrasi juga disebabkan dengan tidak banyaknya bahan – bahan terlarut yang tersuspensi di dalam air. Sastrawijaya 1991, hlm: 99 menjelaskan bahwa cahaya matahari tidak dapat menembus dasar perairan jika konsentrasi bahan tersuspensi atau terlarut tinggi, akibatnya akan mempengaruhi proses fotosintesis di dalam air dan demikian pula sebaliknya. Berdasarkan Tabel 3.5 dapat dilihat bahwa pH air pada setiap stasiun berkisar 7,5 – 7,7. Nilai pH yang tinggi pada stasiun II di sebabkan karena stasiun ini memiliki aktifitas masyarakat yang lebih banyak dari stasiun lainnya sehingga menghasilkan limbah berupa sisa deterjen dari pencucian perahu, pupuk dari lahan pertanian dan sisa dari makanan ikan dikeramba yang terbawa aliran air permukaan mengakibatkan peningkatan nilai pH air. Menurut Wardhana 2004, hlm: 85 bahwa larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air. Ada sebagian bahan sabun maupun deterjen yang tidak dapat dipecah oleh mikroorganisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah tentu akan merugikan lingkungan. Menurut Supriharyono 2000, hlm: 106, ada beberapa jenis limbah yang biasanya dihasilkan dari aktivitas pertanian, diantaranya adalah pengolahan tanah, pemupukan, dan pemberantasan hama Nilai oksigen terlarut pada stasiun penelitian berkisar 5,7 – 6,2 mgl. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun II sebesar 6,2 mgl dan terendah pada stasiun III sebesar 5,7 mgl. Nilai DO pada stasiun II yang tinggi, berkaitan dengan rendahnya temperatur demikian pula sebaliknya pada stasiun III. Rendahnya DO pada stasiun III berkaitan dengan tingginya temperatur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sastrawijaya 1991 bahwa temperatur mempunyai pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen, jika suhu naik maka oksigen di dalam air akan menurun. Kehidupan organisme perairan dapat bertahan jika oksigen terlarut sebanyak 5 mgl dan tergantung pada daya tahan organisme tersebut. Universitas Sumatera Utara Nilai kejenuhan oksigen yang diperoleh dari ketiga stasiun penelitian berkisar 68,51 - 73,55. Nilai kejenuhan tertinggi terdapat pada stasiun II sebesar 73,55 dan terendah pada stasiun III sebesar 68,51. Nilai kejenuhan oksigen yang tinggi pada stasiun II berkaitan dengan tingginya nilai DO pada stasiun tersebut. Hal ini menunjukkan defisit oksigen pada stasiun tersebut sedikit. Sumber pemasukan O 2 yang cukup besar yang berasal dari hasil fotosintesis plankton, kerapatan vegetasi sekitar yang rimbun, dan juga oksigen yang berasal dari kontak langsung dengan udara, sedangkan nilai kejenuhan Oksigen yang paling rendah yaitu sebesar 68,51 terdapat pada stasiun III. Rendahnya oksigen terlarut pada stasiun ini di sebabkan karena stasiun ini merupakan daerah keluaran air danau dan tidak ditemukannya pepohonan disekitar stasiun ini. Berdasarkan hasil penelitian di peroleh data kisaran nilai BOD 5 untuk seluruh stasiun sebesar 2,5 – 4,7 mgl. Nilai BOD 5 tertinggi pada stasiun III yang berada pada keluaran air danau dan terdapat pemukiman penduduk, sedangkan yang terendah berada pada stasiun I yaitu daerah kontol dimana tidak ada aktifitas penduduk. Nilai BOD 5 tinggi pada stasiun III karena limbah dari rumah penduduk dan penimbunan limbah dari hulu danau yang terakumulasi pada bagian hilir. Menurut Wardhana 2004, hlm: 91, bahan buangan limbah organik biasanya berasal dari bahan buangan limbah rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran manusia, kotoran hewan dan lain sebagainya. Suin 2002, hlm: 46 menyatakan bahwa aliran air juga berpengaruh terhadap kelarutan udara dan garam-garam dalam air sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme air. Nilai kandungan substrat pada stasiun penelitian berkisar 0,0874 – 5,4520. Nilai tertinggi berada pada stasiun I yang merupakan daerah kontrol. Nilai kandungan substrat yang tinggi pada stasiun I selain karena substrat berupa Lumpur berpasir yang memiliki kandungan organik yang tinggi disebabkan pula karena adanya aliran kecil yang masuk ke danau yang membawa bahan organik, sedangkan kandungan organik yang rendah berada pada stasiun III yang substratnya berupa pasir. Rendahnya kandungan substrat pada stasiun ini disebabkan keluarnya aliran air danau dimana kandungan substrat akan terbawa ke sungai. Hutapea 2006 menjelaskan bahwa kriteria tinggi rendahnya kandungan organik substrat berdasarkan persentase Universitas Sumatera Utara sebagai berikut, jika 1 sangat rendah; 1 - 2 rendah; 2,01 - 3 sedang; 3,01 - 5 tinggi; 5,01 sangat tinggi. Secara umum seluruh nilai parameter abiotik baik fisik maupun kimia yang terdapat di seluruh kedalaman dan stasiun di perairan Danau Lut Tawar masih cukup baik untuk kelangsungan hidup biota air yang terdapat di dalamnya termasuk organisme makrozoobentos. Menurut Wardhana 2004, hlm: 195 Baku mutu air golongan D merupakan golongan air yang tidak di pergunakan untuk keperluan air minum, perikanan, pertanian tetapi masih memenuhi syarat untuk kehidupan biota air memiliki batasan nilai parameter fisik dan kimia yang di ijinkan sebagai berikut : Suhu normal, pH 6 - 8,5, BOD 5 30 mgl, dan DO minimal 3 mgl.

3.3 Nilai Analisis Korelasi Pearson Metode Komputerisasi SPSS Ver 15.00