Hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan timbulnya penyakit jantung bawaan tipe konotrunkal

(1)

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI ORAL DENGAN TIMBULNYA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

TIPE KONOTRUNKAL

TESIS

MARS NASHRAH ABDULLAH 087103001/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI ORAL DENGAN TIMBULNYA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

TIPE KONOTRUNKAL

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kesehatan Anak / M.Ked (Ped) pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

MARS NASHRAH ABDULLAH 087103001/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : Hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan timbulnya penyakit jantung bawaan tipe konotrunkal

Nama Mahasiswa : Mars Nashrah Abdullah Nomor Induk Mahasiswa : 087103001

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Muhammad Ali, SpA(K)

Anggota

Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K)

Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS


(4)

PERNYATAAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI ORAL DENGAN TIMBULNYA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

TIPE KONOTRUNKAL TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, November 2012


(5)

Telah diuji pada

Tanggal: 2 Oktober 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Muhammad Ali, SpA(K) ………

Anggota : 1. dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) ………

2. Prof. dr. Harris Hasan, SpPD, SpJP(K) ………

3. Prof. dr. Hj. Rafita Ramayati, SpA(K) ………


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama dr. Muhammad Ali, SpA(K) dan dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU / RSUP H. Adam Malik


(7)

Medan yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

3. Prof. dr. Harris Hasan, SpPD, SpJP(K), Prof. dr. Hj. Rafita Ramayati, SpA(K), dan dr. Selvi Nafianti, SpA(K) yang sudah membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

4. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

5. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, Tri Faranita, Karina, Putri Amelia, Fereza, Ade Amelia, kak Windya, bang Hendri, Ifo, Lina, Nur’aini, Yuni, Meirina, Hafaz, Marlisye, Yanti, Arida, Winra, Nelly dan Paulin. Terimakasih untuk kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini.

6. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya Drs. H. Abdullah Rayeuk, MM dan Hj. Salwiyah A. Wahab serta mertua saya Alm. Drs. Ismail Basyir dan Hj. Rosniyah atas do’a serta dukungan moril kepada


(8)

tercinta Edhy Almanar, SIP, yang dengan segala pengertian dan bantuannya baik moril maupun materil membuat saya mampu menyelesaikan tesis ini. Begitu juga buat anakku tersayang, Nashed Bayazid Ali yang merupakan sumber kekuatan dan semangat bagi saya.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, September 2012


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan Tesis i

Lembar Pernyataan ii

Ucapan Terima Kasih iv

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Singkatan dan Lambang xi

Abstrak xiii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 4

1.3. Hipotesis 4

1.4. Tujuan Penelitian 4

1.5. Manfaat Penelitian 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontrasepsi Oral 6

2.2. Embriogenesis Jantung 8

2.3. Penyakit Jantung Bawaan Tipe Konotrunkal 14

2.4. Patofisiologi dan Hubungan Kontrasepsi oral dengan Penyakit Jantung Bawaan Tipe Konotrunkal 18

2.5. Kerangka Konseptual 22

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain 23

3.2. Tempat dan Waktu 23

3.3. Populasi dan Sampel 23

3.4. Besar Sampel 24

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 25

3.6. Persetujuan / Informed Consent 26

3.7. Etika Penelitian 26

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 26

3.9. Identifikasi Variabel 28

3.10. Definisi Operasional 28

3.11. Pengolahan dan Analisis Data 30

BAB 4. HASIL 32


(10)

BAB 5. PEMBAHASAN 37 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 45

6.2. Saran 45

RINGKASAN 46

DAFTAR PUSTAKA 48

Lampiran

1. Personil Penelitian

2. Biaya Penelitian

3. Jadwal Penelitian

4. Lembar Penjelasan kepada Orang Tua 5. Lembar Persetujuan

6. Lembar Kuesioner

7. Persetujuan Komite Etik

8. Data Karakteristik Sampel


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Proporsi penyakit jantung pada bayi lahir hidup

dengan PJB 18

Tabel 4.1. Karakteristik responden 33

Tabel 4.2. Hubungan penggunaan kontrasepsi oral dan

PJB tipe konotrunkal 35 Tabel 4.3. Perbedaan lama penghentian penggunaan

kontrasepsi oral pada PJB tipe konotrunkal 35 Tabel 4.4. Perbedaan lama penggunaan kontrasepsi oral


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Embriogenesis Jantung 13

Gambar 2.2. Perkembangan jantung sesuai usia kehamilan

dan kelainan yang dapat ditimbulkan 21 Gambar 4.1. Profil Penelitian 32


(13)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

PKBI : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

KB : Keluarga Berencana

PJB : Penyakit Jantung Bawaan

AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

mg : Miligram

µg : Mikrogram

mm : Milimeter

NC : Neural crest

TOF : Tetralogi of Fallot

DORV : Double Outlet Right Ventricle

VSD : Ventricular Septal Defect

TGA : Transpotition of The Great Arteries

PTA : Persistent Truncus Arteriosus

PDA : Patent Ductus Arteriosus

FDA : The US Food and Drug Administration

% : Persen

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

n : Jumlah sampel

Zα : Deviat baku normal untuk α

Zβ : Deviat baku normal untuk β

α : Kesalahan tipe I

β : Kesalahan tipe II

OR : Odd Ratio

P : Tingkat kemaknaan

Rp : Rupiah


(14)

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

IRT : Ibu rumah tangga

PNS : Pegawai Negeri Sipil

IDR : Indonesia Rupiah

min : Minimal

max : Maximal

IK : Interval kepercayaan

dkk : Dan kawan-kawan


(15)

ABSTRAK

Latar Belakang. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) memberikan beberapa gambaran kelainan pada bayi dan merupakan penyebab kematian yang sering terjadi diantara malformasi kongenital. Kelainan konotrunkal adalah bagian PJB yang meliputi masalah outflow tract dan pembuluh darah besar. Paparan kontrasepsi oral sebelum kehamilan merupakan faktor risiko terjadinya PJB tipe konotrunkal.

Tujuan. Untuk menilai efek paparan hormonal kontrasepsi oral sebelum kehamilan terhadap timbulnya risiko PJB tipe konotunkal.

Metode. Studi case control dilakukan mulai Juli 2010 sampai Juli 2011 di RSUP H. Adam Malik. Sampel diambil secara randomisasi dan dibagi ke dalam dua kelompok. Penyakit jantung bawaan tipe konotrunkal sebagai kelompok kasus dan tipe non konotrunkal sebagai kontrol. Kedua kelompok mempunyai ibu dengan atau tanpa riwayat menggunakan kontrasepsi oral sebelum kehamilan. Orang tua mengisi kuisioner dan juga diwawancarai. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square, t test independent, dan uji Mann Whitney.

Hasil. Besar sampel sebanyak 80 orang dengan 40 orang tiap kelompok. Paparan kontrasepsi oral pada tipe konotrunkal diketahui sebanyak 62% dan 60% pada kelompok non konotrunkal,dengan OR 0.82; IK 95% 0.33 - 1.98. Lama penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan adalah 19.1 bulan pada kelompok kasus dan 18.8 bulan pada kontrol (P=0.87).

Kesimpulan. Paparan kontrasepsi oral sebelum kehamilan tidak meningkatkan risiko terjadinya PJB tipe konotrunkal.

Kata kunci: Paparan kontrasepsi oral, Penyakit Jantung Bawaan tipe konotrunkal


(16)

ABSTRACT

Background Congenital heart disease (CHD) represent some of the more prevalent malformations among live births and remain the leading cause of death from congenital malformations. Conotruncal anomalies comprise a diverse group of congenital heart defects involving the outflow tracts of the heart and the great vessels. Oral contraceptive exposure before pregnancy is one of the risk factor for conotruncal type CHD.

Objective To evaluate the effect of hormonal exposure due to oral contraceptive before pregnancy in the risk of conotruncal type CHD to the child.

Methods A case control study was conducted from July 2010 until July 2011 in Haji Adam Malik Hospital. Subjects with congenital heart defect were divided into two groups. Conotruncal type CHD as case group and non conotruncal type as control. Both of groups with or without history of oral contraceptive use before pregnancy. Parents were interviewed using a questionnaire. All statistical analyses were assessed using Chi Square test, Student t test and Mann Whitney test.

Results A total of 80 subjects were eligible, 40 subjects in each group. Exposure to oral contraceptive among conotruncal and non conotruncal type CHD were 62% and 60%, respectively (OR 0.82; 95% CI 0.33 to 1.98). The duration of oral contraceptive before pregnancy was 19.1 month for cases and 18.8 for controls (P=0.87).

Conclusions Oral contraceptive exposure before pregnancy does not appear to increase the risk of conotruncal type CHD.


(17)

ABSTRAK

Latar Belakang. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) memberikan beberapa gambaran kelainan pada bayi dan merupakan penyebab kematian yang sering terjadi diantara malformasi kongenital. Kelainan konotrunkal adalah bagian PJB yang meliputi masalah outflow tract dan pembuluh darah besar. Paparan kontrasepsi oral sebelum kehamilan merupakan faktor risiko terjadinya PJB tipe konotrunkal.

Tujuan. Untuk menilai efek paparan hormonal kontrasepsi oral sebelum kehamilan terhadap timbulnya risiko PJB tipe konotunkal.

Metode. Studi case control dilakukan mulai Juli 2010 sampai Juli 2011 di RSUP H. Adam Malik. Sampel diambil secara randomisasi dan dibagi ke dalam dua kelompok. Penyakit jantung bawaan tipe konotrunkal sebagai kelompok kasus dan tipe non konotrunkal sebagai kontrol. Kedua kelompok mempunyai ibu dengan atau tanpa riwayat menggunakan kontrasepsi oral sebelum kehamilan. Orang tua mengisi kuisioner dan juga diwawancarai. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square, t test independent, dan uji Mann Whitney.

Hasil. Besar sampel sebanyak 80 orang dengan 40 orang tiap kelompok. Paparan kontrasepsi oral pada tipe konotrunkal diketahui sebanyak 62% dan 60% pada kelompok non konotrunkal,dengan OR 0.82; IK 95% 0.33 - 1.98. Lama penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan adalah 19.1 bulan pada kelompok kasus dan 18.8 bulan pada kontrol (P=0.87).

Kesimpulan. Paparan kontrasepsi oral sebelum kehamilan tidak meningkatkan risiko terjadinya PJB tipe konotrunkal.

Kata kunci: Paparan kontrasepsi oral, Penyakit Jantung Bawaan tipe konotrunkal


(18)

ABSTRACT

Background Congenital heart disease (CHD) represent some of the more prevalent malformations among live births and remain the leading cause of death from congenital malformations. Conotruncal anomalies comprise a diverse group of congenital heart defects involving the outflow tracts of the heart and the great vessels. Oral contraceptive exposure before pregnancy is one of the risk factor for conotruncal type CHD.

Objective To evaluate the effect of hormonal exposure due to oral contraceptive before pregnancy in the risk of conotruncal type CHD to the child.

Methods A case control study was conducted from July 2010 until July 2011 in Haji Adam Malik Hospital. Subjects with congenital heart defect were divided into two groups. Conotruncal type CHD as case group and non conotruncal type as control. Both of groups with or without history of oral contraceptive use before pregnancy. Parents were interviewed using a questionnaire. All statistical analyses were assessed using Chi Square test, Student t test and Mann Whitney test.

Results A total of 80 subjects were eligible, 40 subjects in each group. Exposure to oral contraceptive among conotruncal and non conotruncal type CHD were 62% and 60%, respectively (OR 0.82; 95% CI 0.33 to 1.98). The duration of oral contraceptive before pregnancy was 19.1 month for cases and 18.8 for controls (P=0.87).

Conclusions Oral contraceptive exposure before pregnancy does not appear to increase the risk of conotruncal type CHD.


(19)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lembaran Data Populasi Dunia pada tahun 2000 menunjukkan Indonesia berada pada peringkat kelima dalam hal jumlah penduduk terbanyak, yaitu sebesar 237 500 000 jiwa. Untuk menekan penambahan penduduk tersebut, maka pada tanggal 23 Desember 1957 telah didirikan suatu Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), yang menjadi awal terbentuknya program nasional Keluarga Berencana (KB) di Indonesia. Tujuan program KB adalah memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan keluarga, serta mengurangi angka kelahiran untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan bangsa.

Program Nasional KB di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Metode yang digunakan adalah dengan alat kontrasepsi yang dipakai oleh pasangan suami istri dan bertujuan untuk menekan angka kehamilan serta laju pertambahan penduduk.

1

Kontrasepsi hormon merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Jenis hormon yang terdapat dalam kontrasepsi hormonal adalah jenis hormon sintetik. Kontrasepsi hormonal paling sering digunakan dan efektif adalah secara oral. Sediaan oral dipilih karena bersifat reversibel, dapat digunakan


(20)

darurat, mudah dihentikan setiap saat, dan kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan. Kontrasepsi oral terdiri atas komponen estrogen dan progestagen (progesteron sintetik), atau salah satu dari komponen itu.

Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan dan perkembangan struktur bayi yang terjadi sejak awal konsepsi sel telur. Bila ditemukan satu kelainan kongenital pada bayi baru lahir, perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya kelainan kongenital lainnya.

1-3

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan kelainan jantung yang terjadi sejak dalam kandungan dan ditemukan sepertiga dari semua kelainan kongenital mayor. Penyebab terjadinya kelainan jantung sebagian besar belum diketahui. Penggunaan obat anti kejang, konsumsi alkohol, antibiotika, sedatif, golongan kortikosteroid, narkotika, dan terapi hormonal selama fase pembentukan organ jantung dapat meningkatkan risiko terjadinya PJB.

4,5

Proses teratogenesis pada manusia sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, dan hal ini mempengaruhi angka kejadian kelainan kongenital secara epidemiologi. Berdasarkan beberapa penelitian tentang kelainan kongenital dikatakan bahwa:

5

1. Kerentanan tergantung pada faktor genotip dan interaksi dengan lingkungan.

4

2. Kelainan tergantung pada usia kehamilan saat terjadi paparan lingkungan.


(21)

3. Agen teratogenik bekerja secara potensial melalui jalur tertentu pada saat sel dan jaringan berkembang.

4. Agen dapat mencapai jaringan tergantung dari sifat alamiah (seperti ukuran molekul dan pengaruh faktor biomekanik pada permukaan sel). 5. Proses embriotoksik tergantung pada banyaknya bahan paparan yang

terjadi.

Pada proses terbentuknya PJB, janin mengalami kelainan jantung akibat kegagalan diferensiasi lapisan germinal dan pembentukan organ jantung lengkap. Proses ini berlangsung pada usia janin 19 sampai 45 hari dalam kandungan. Namun kapan awal terjadinya paparan tidak selalu diketahui dan hal ini akan mempengaruhi perkembangan organ.4 Paparan yang terjadi sebelum atau selama kehamilan dapat mempengaruhi proses pembentukan organ jantung.4,5

Kontrasepsi oral diduga mempunyai efek teratogen dan mutagen, terutama pada kontrasepsi yang mengandung progesteron. Sifat teratogen progesteron sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti karena penelitian yang dilakukan selama ini terbatas pada binatang percobaan. Kadar hormonal yang menetap setelah menghentikan kontrasepsi oral ataupun paparan progesteron selama kehamilan sampai saat ini masih dalam tahap penelitian.


(22)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian, apakah penggunaan kontrasepsi oral berhubungan dengan timbulnya PJB tipe konotrunkal pada anak?

1.3. Hipotesis

Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan berhubungan dengan timbulnya PJB tipe konotrunkal pada anak.

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan dengan timbulnya PJB tipe konotrunkal pada anak.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Di bidang akademik/ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang kardiologi anak, khususnya dalam pengaruh penggunaan kontrasepsi oral dengan timbulnya PJB tipe konotunkal pada anak. 1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat: meningkatkan kualitas peningkatan

kesehatan anak khususnya mengenai PJB tipe konotrunkal pada anak.


(23)

1.5.3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan masukan mengenai pengaruh penggunaan kontrasepsi oral dengan timbulnya PJB tipe konotrunkal pada anak.


(24)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kontrasepsi Oral

Pada tahun 1921 dilakukan studi pertama dengan melakukan transplantasi ovarium binatang percobaan yang sedang hamil kepada binatang lain dari spesies sama. Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi kemandulan sementara pada binatang yang menerima transplantasi tersebut. Selanjutnya pada tahun 1930 telah dilakukan isolasi progesteron dan untuk penelitian berikutnya ditemukan bahwa progesteron dan estrogen dapat menghambat ovulasi.

Pada penelitian yang dilakukan awal tahun 1950 diketahui bahwa pemberian progesteron per oral pada hari ke 5 sampai ke 25 siklus haid dapat menghambat ovulasi, sehingga dapat digunakan untuk keperluan kontrasepsi.

6

1,6 Pengetahuan ini menjadi dasar untuk menggunakan

kombinasi estrogen dan progesteron sebagai kontrasepsi sebagai salah satu cara mencegah terjadinya ovulasi.

Kontrasepsi dapat dilakukan dengan cara pantang berkala, obat spermatisid/pil vagina, kondom, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), kontrasepsi hormonal dan sterilisasi.

1

Kontrasepsi hormonal dapat diberikan secara oral dan suntikan. Kontrasepsi oral yang diproduksi adalah dalam bentuk pil. Pil hormonal untuk kontrasepsi yang digunakan saat ini tidak berasal dari estrogen dan progesteron alamiah, melainkan dari steroid sintetik. Ada dua jenis


(25)

progesteron sintetik yang dipakai, yaitu yang berasal dari 19 nor-testosteron dan 17 alfa-asetoksi-progesteron. Derivat 19 nor-testosteron yang sekarang banyak digunakan untuk pil kontrasepsi adalah noretinodrel, norethindron asetat, etinodiol diasetat, dan norgestrel.6,7 Sedangkan yang berasal dari 17 alfa-asetoksi-progesteron tidak digunakan lagi karena ditemukan efek karsinogenik pada binatang percobaan.

Estrogen yang banyak digunakan untuk pil kontrasepsi adalah etinil estradiol dan mestranol. Setiap zat ini mempunyai ikatan etinil sehingga tidak mudah berubah dalam sistem vena portal bila digunakan secara oral dan mempunyai waktu paruh yang cukup lama dalam darah.

7

2,3,6 Dalam darah 19

nor-testosteron akan berikatan dengan globulin sedangkan turunan estrogen diikat oleh albumin.7

Pil hormonal yang diproduksi terdiri atas komponen estrogen dan progestagen (progesteron sintetik), atau salah satu dari komponen itu.

1,2,7 Pil

yang terdiri dari etinilestradiol atau mestranol dengan salah satu progestagen pada setiap tablet dalam dosis tertentu disebut dengan pil kombinasi. Pil sekuensial merupakan pil yang berisi estrogen pada tablet untuk 14 sampai 16 hari, dan mengandung estrogen dan progestagen untuk 5 sampai 7 hari. Pil mini hanya berisi progestagen dalam dosis kecil. Pil ini digunakan tanpa masa istirahat yang terdiri dari 35 tablet.

Pil kombinasi dan sekuensial biasanya dikemas dalam satu kotak yang 7,8


(26)

atau 7 tablet terakhir berupa plasebo sehingga tidak perlu lagi masa istirahat 6 atau 7 hari.1,2 Pil kombinasi merupakan bentuk yang paling banyak digunakan. Setiap tablet mengandung 20 sampai 100 μg etinilestradiol dan progestagen dengan dosis tertentu.

Pada beberapa kondisi, kadar progesteron akan menetap di dalam tubuh sehingga meskipun penggunaannya telah dihentikan masih mempunyai efek kontrasepsi yang berbeda antar individu.

1

1 Kadar hormonal

yang menetap diduga sebagai penyebab terjadinya PJB tipe konotrunkal.4

2.2. Embriogenesis Jantung

Neural crest (NC) adalah sel neural awal yang mempengaruhi perkembangan

organ tubuh manusia. Pada proses perkembangannya NC membentuk tiga cabang, yaitu bagian kepala, tengah dan ekor.9 Setiap bagian ini berhubungan dengan neural tube melalui rhombomere. Bagian kepala dihubungkan dengan rhombomere 2, bagian tengah dengan rhombomere 4, dan bagian ekor dengan rhombomeres 6-8. Cardiac neural crest merupakan bagian ekor yang paling ujung.9,10

Cardiac neural crest adalah bagian NC yang akan melalui

epithelial-mesenchymal transformation (EMT) untuk bermigrasi menuju jantung,

melewati arkus faringeal 3, 4, dan 6. Bagian ini disebut CNC karena sel tersebut mempengaruhi perkembangan sel mesenkim jantung dan pembuluh


(27)

darah besar membentuk outflow septum dan fleksus parasimpatetik ganglia kolinergik.11

Peranan NC pada perkembangan jantung diketahui berdasarkan penelitian yang dilakukan pada embrio ayam percobaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa cardiac neural crest berperan pada proses septasi

outflow jantung dan perkembangan arkus aorta.

11,12 Pada penelitian lain yang

dilakukan dengan menggunakan tikus percobaan diketahui bahwa cardiac

neural crest mempengaruhi perkembangan septasi outflow dan tidak

berpengaruh pada perkembangan miokardium atau endokardium.13,14

Proses embriogenesis jantung merupakan serangkaian peristiwa yang kompleks dan dibagi menjadi empat tahap (Gambar 2.1), yaitu:

1. Tubing

Pada awalnya jantung berupa tabung lurus yang berasal dari fusi sepasang primordil yang simetris. Pada tabung tersebut terdapat beberapa dilatasi, yaitu atrium primitif, berupa komponen ventrikel yang terdiri dari segmen inlet serta outlet, dan trunkus arteriosus. Trunkus adalah bagian distal bulbus jantung dan konus adalah bagian proksimal bulbus. Trunkus tersebut merupakan bakal aorta dan arteri pulmonalis.15


(28)

Bagian distal trunkus arteriosus kemudian bergabung dengan arkus aorta dan aorta desenden. Proses ini terjadi saat embrio berusia 6 minggu dengan panjang lebih kurang 10 mm.

2. Looping

15,16

Pada tahap ini terjadi proses looping antara atrium dengan komponen

inlet ventrikel, dan antara komponen inlet dengan outlet ventrikel. Sinus venosus menjadi bagian ujung tabung yang terfiksasi. Perkembangan yang bertahap menyebabkan atrium primitif bergeser ke arah sinus venosus sehingga terbentuk lengkungan ke kanan antara atrium dan segmen inlet ventrikel. Pada komponen inlet dan

outlet ventrikel juga terbentuk lengkung sehingga trunkus berada di

depan dan kanan kanalis atrioventrikularis. 3. Septasi

16

Tahap ini merupakan tahap septasi pada segmen atrium, ventrikel, dan trunkus arteriosus. Perubahan segmen atrium sangat tergantung pada reorganisasi sistem vena. Sistem vena yang simetris mengalami lateralisasi, dengan anastomosis dari kiri ke kanan pada daerah kepala dan abdomen. Kanalis atrioventrikularis dibagi oleh bantalan endokardium superior dan inferior yang bersatu di tengah menjadi orifisium kanan dan kiri.15

Atrium primitif disekat septum primum yang berkembang dari atap atrium mendekati bantalan endokardium. Celah antara septum


(29)

primum dan bantalan endokardium disebut ostium primum. Selanjutnya fusi septum primum dan bantalan endokardium menutup ostium primum. Tepi atas septum terlepas ke bawah sehingga membentuk foramen sekundum yang berfungsi untuk mempertahankan hubungan interatrial. Lipatan yang terbentuk di kanan dinding atrium primitif menutup foramen sekundum dan melapisi bagian bawah septum primum. Celah yang terletak diantara kedua sekat ini disebut foramen ovale.16

Pada komponen outlet dan inlet ventrikel akan terbentuk kantung-kantung. Kantung yang terbentuk dari komponen inlet

menjadi daerah trabekular ventrikel kiri dan komponen outlet menjadi trabekular kanan. Proses ini menyebabkan terbentuknya septum trabekular yang selanjutnya menjadi bagian bawah cincin lubang antara komponen inlet dan outlet ventrikel.

Septasi trunkus arteriosus terjadi dengan terbentuk dan berfusinya tonjolan-tonjolan endokardial yang dimulai dari segmen

outlet ventrikel. Pada awal proses seperti spiral dan saat fusi menjadi septum yang lurus. Septum yang kemudian menjadi pemisah aorta dan arteri pulmonalis berasal dari perlekatan antara dinding trunkus yang disebut dengan septum infundibular. Proses ini menyebabkan aorta dan arteri pulmonalis keluar dari jantung dengan posisi seperti


(30)

4. Migrasi

Pada tahap ini terjadi pergeseran segmen inlet ventrikel sehingga orifisium atrioventrikular kanan akan berhubungan dengan daerah trabekular ventrikel kanan. Pada saat yang sama terbentuk septum inlet antara orifisium atrioventrikular kanan dan kiri.

Aortic outflow tract akan bergeser ke arah ventrikel kiri dengan

absorbsi dan perlekatan dari lengkung jantung bagian dalam (inner

heart curvature). Pergeseran ini menyebabkan septum outlet berada

pada satu garis dengan septum inlet dan septum trabekular. Selanjutnya aortic outflow tract dan pulmonary outflow tract bergabung dengan arkus aorta ke 6 pada bagian yang berbeda. Pada masa janin selanjutnya arkus ini berfungsi sebagai duktus arteriosus yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens.

16


(31)

b


(32)

2.3. Penyakit Jantung Bawaan Tipe Konotrunkal

Penyakit Jantung Bawaan tipe konotrunkal merupakan kelainan struktur jantung dan atau pembuluh darah yang disebabkan kerusakan maupun kegagalan pada outflow ventrikular.10 Beberapa kelainan outflow jantung menunjukkan gambaran patogenesis embrionik spesifik, termasuk hubungannya dengan cardiac neural crest. Pada penelitian yang dilakukan dengan menggunakan embrio ayam ditemukan bahwa ablasi cardiac neural

crest akan menimbulkan kelainan outflow jantung. Kelainan yang sering

dijumpai adalah PJB tipe konotrunkal.11,12

Penyakit Jantung Bawaan tipe konotrunkal yang dapat dijumpai pada anak, yaitu:

1. Tetralogy of Fallot

Tetralogy of Fallot (TOF) terjadi pada 10% kasus PJB dan merupakan

PJB yang paling banyak ditemukan. Pada TOF terdapat kombinasi 4 hal yang tidak normal yaitu defek septum ventrikel, overriding aorta, stenosis pulmonal, serta hipertrofi ventrikel kanan.17,18

Manifestasi klinis berupa sianosis, takipnea dan jari tabuh. Penderita dapat mengalami serangan sianotik yaitu suatu keadaan serangan biru tiba-tiba dimana anak tampak lebih biru, pernafasan cepat, gelisah, kesadaran menurun, dan kadang-kadang disertai kejang. Hal ini dapat terjadi akibat menangis, buang air besar, demam, atau aktivitas yang meningkat. Serangan sianotik terjadi


(33)

akibat meningkatnya pirau kanan ke kiri yang tiba-tiba, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke paru yang berakibat hipoksemia berat. Keadaan ini dapat teratasi secara spontan, tetapi pada serangan yang hebat dapat berakhir koma bahkan kematian.

2. Double Outlet Right Ventricle

17-19

Double outlet right ventricle (DORV) dapat terjadi lebih kurang 1% dari PJB. Pada DORV kedua arteri besar dan konusnya keluar dari ventrikel kanan. Posisi kedua arteri besar ini bersebelahan, dengan aorta umumnya terletak di kanan arteri pulmonal. Katup aorta dan pulmonal letaknya sama tinggi dan tidak ada kesinambungan fibrus antara katup semilunar dan katup atrioventrikular.17

Kelainan ini dibagi atas 4 kelompok berdasarkan letak defek septum ventrikel dan ada tidaknya stenosis pulmonal, yaitu subaortik, subpulmonik, doubly committed, dan remote (jauh). Gambaran klinis tergantung pada kelainan hemodinamik yang terjadi, gejala dapat menyerupai Ventricular Septal Defect (VSD), Transposition of the

Great Arteries (TGA) atau TOF.

17,20

3. Transposition of the Great Arteries

Transposition of the Great Arteries (TGA) merupakan PJB yang

ditemukan lebih kurang 5%, dan lebih sering ditemukan pada bayi laki-laki. Pada TGA dijumpai aorta keluar dari ventrikel kanan dan


(34)

pulmonalis keluar dari ventrikel kiri dengan posisi posterior tehadap aorta.17,21

Hal ini menyebabkan aorta menerima darah vena sistemik dari vena kava, atrium kanan, ventrikel kanan, dan darah diteruskan ke sirkulasi sistemik. Sedangkan darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, ventrikel kiri, dan diteruskan ke arteri pulmonalis dan selanjutnya ke paru. Hal ini menyebabkan kedua sirkulasi sistemik dan paru terpisah dan kehidupan hanya dapat berlangsung bila ada hubungan keduanya. Gejala klinis yang terpenting adalah sianosis dan gagal jantung kongestif.

21

4. Persistent Truncus Arteriosus

Persistent Truncus Arteriosus (PTA) termasuk kelainan yang jarang

ditemukan, lebih kurang 0.5% dari semua PJB. Persistent Truncus

Arteriosus ditandai dengan keluarnya pembuluh tunggal dari jantung

yang menerima aliran darah dari kedua ventrikel dan mendistribusikan darah untuk sirkulasi sistemik, paru dan koroner.17

Persistent Truncus Arteriosus mempunyai 3 tipe, yaitu: Tipe I,

dimana pada tipe ini terdapat satu arteri pulmonalis utama yang keluar dari sisi kiri posterior trunkus, tepat di atas katup trunkus dan berpisah menjadi cabang kanan serta kiri. Pada tipe II terdapat dua arteri pulmonalis yang terpisah kanan dan kiri, pembuluh ini keluar dari bagian posterior trunkus dan terletak berdekatan. Pada tipe III


(35)

ditemukan dua arteri pulmonalis yang terpisah menjadi kanan dan kiri yang keluar dari bagian lateral trunkus.

Gambaran klinis pada masa bayi dapat menyerupai VSD besar. Bayi tampak sesak nafas dan sering mengalami infeksi saluran pernafasan, retardasi pertumbuhan, tetapi jarang tampak sianotik. Setelah berusia 1 tahun maka tahanan vaskular paru mulai meningkat dan penderita mulai tampak sianotik. Pulsus seler teraba bila terdapat aliran darah paru yang meningkat atau regurgitasi katup trunkus.

17,22

22

Studi di negara maju dan negara berkembang menunjukkan bahwa insiden PJB berkisar 6 sampai 10 per 1000 kelahiran hidup, dengan rata-rata 8 per 1000 kelahiran hidup.4,23 Insiden lebih tinggi terjadi pada saat kelahiran (3% sampai 4%) dan abortus spontan (10% sampai 25%). Pada bayi yang lahir kurang bulan mempunyai kecenderungan 2 kali lipat menderita PJB dibandingkan dengan bayi cukup bulan, dimana sekitar 16% bayi kurang bulan menderita PJB.24 Penyakit Jantung Bawaan sering juga tidak terdiagnosis pada hari-hari pertama sejak bayi lahir. Pemeriksaan fisis rutin bayi baru lahir ternyata tidak dapat mendeteksi lebih dari 50% PJB.

Pada suatu penelitian dikatakan bahwa 2 sampai 3 dari 1000 bayi menunjukkan gejala dalam 1 tahun pertama kehidupan. Diagnosis ditegakkan saat usia 1 minggu pada 40% sampai 50% kasus dan saat usia 1


(36)

Penelitian pertama untuk mengetahui tentang PJB dalam masyarakat dilaporkan pada tahun 1953, yang memperkirakan bahwa 0.3% dari kelahiran hidup menderita PJB. Pada penelitian lanjutan dengan pemantauan yang lebih lama dilaporkan bahwa hampir 0.9% bayi mengalami PJB.26

Tabel 2.1. Proporsi penyakit jantung pada bayi lahir hidup dengan penyakit jantung bawaan

_____________________________________________________________ 4

Jenis Lesi Persentase

_____________________________________________________________

Ventricular Septal Defect (VSD) 30.3

Patent Ductus Arteriosus (PDA) 8.6

Atrial Septal Defect (ASD) 6.7

Endocardial Cushion Defects (ECD) 3.2

Pulmonary Stenosis (PS) 7.4

Aortic Stenosis (AS) 5.2

Coarctation of the Aorta (CoA) 5.7

Transposition of the Great Arteries (TGA) 4.7

Tetralogy of Fallot (TOF) 5.1

Truncus Arteriosus (TA) 1.0

Hypoplastic Left Heart (HLH) 1.3

Hypoplastic Right Heart (HRH) 2.2

Single Ventricle (SV) 0.3

Double Outlet Right Ventricle (DORV) 0.2

Total Anomalous Pulmonary Venous Connection (TAPVC) 1.1

Lainnya 17.1

_____________________________________________________________ Diadaptasi dari Hoffman dan Christianson, 1978

* Berdasarkan 3104 kasus yang ditemukan dengan kelainan jantung

2.4. Patofisiologi dan Hubungan Kontrasepsi Oral dengan PJB Tipe Konotrunkal

Kontrasepsi hormonal diberikan dengan indikasi yang bervariasi, termasuk untuk terapi kehamilan. Paparan dengan kontrasepsi oral sebelum kehamilan


(37)

atau pada saat hamil trimester pertama dapat menimbulkan masalah jantung seperti kardiopati.27 Beberapa penelitian menyatakan bahwa efek teratogen kontrasepsi oral pada saat perkembangan kardiogenesis akan meningkatkan prevalensi PJB.

Penyakit Jantung Bawaan tipe konotrunkal merupakan kelainan jantung yang sering dihubungkan dengan paparan kontrasepsi oral. Kelainan struktur jantung akibat efek teratogen akan mempengaruhi jenis kelainan jantung yang terjadi. Hal ini terjadi karena kontrasepsi oral mempunyai efek yang bervariasi terhadap jaringan embrio dan janin.

28

Pada suatu penelitian sebelumnya dikemukakan adanya sindrom VACTERL, yang merupakan kumpulan kelainan pada tulang belakang

(vertebral), anus (anal), jantung (cardiac), trakeoesofagus (

tracheo-esophageal), ginjal (radial and renal) dan anggota gerak (limb). 3,4

29 Suatu

penelitian case control menunjukkan hubungan kelainan intrauterin dengan penggunaan kontrasepsi oral.30 Wanita yang hamil pada saat menggunakan kontrasepsi oral atau yang tidak teratur minum obat kontrasepsi maka kemungkinan janin berisiko mengalami kelainan kongenital adalah 2% sampai 3%.

Proses diferensiasi endotelial dan endokardial merupakan awal dari perkembangan jantung, dan cardiac neural crest akan mempengaruhi proses pembentukan bagian-bagian jantung (Gambar 2.2).

31-33


(38)

arteri pulmonal proksimal berkisar antara 15% sampai 20% dari seluruh PJB. Sistem aliran darah membentuk suatu konus dan berbatas dengan truncus arteriosus, dan disebut dengan konotrunkal.15 Gangguan pada cardiacneural

crest embrio yang sangat muda dapat mengakibatkan PJB tipe konotrunkal


(39)

Normal Development Day Resulting Structural Defect

(Heart Beats) 21-24 25 3 arches

26

27 Endocardial Cushion Defects: Cushions Fail to Fuse Leading To Ventricular Septal Defect and/or

28 Common AV Canal

Septum Primum (Atrial Septation) ASD Primum Pulmonary Artery (6th Arch) 29

Aorta (4th

AV Cushion Fusion Begins 30 Arch)

Pulmonary Vein Arising From Left Atrium

31 Septation of Ventricles Aorta Arising From Left Ventricle

Foramen Ovale 32 Persistent Ostium Primum Leading To (Ostium Primum Closes, Hypertrophy of Right Heart

Ostium Secundum Forms)

33 Atrial Septal Defect Secundum Common Atrium

34 Separation of Truncus Arteriosus 35

Septum Secundum 36 Tricuspid and Mitral Valves

Ventricular Septation 37 Failure of Spiraling of Septum in Great

Near Completion 38 Vessels Leading to Transposition of the Great Arteries; 39 Septum Absent or Incomplete Leading to Persistent

Truncus Arteriosus; Tetralogy of Fallot; Pulmonary Stenosis/Atresia; Aortic Stenosis/Atresia; Valve Defects

Ventricular Septal Defect 40

41

42 Ventricular Septal Defect (Probably Small) Ventricular Septation Complete

43

Gambar 2.2. Perkembangan jantung sesuai dengan usia kehamilan (kiri) dan kelainan yang dapat ditimbulkan (kanan) 4


(40)

2.5. Kerangka Konseptual

= Hal yang diamati dalam penelitian

PJB tipe konotrunkal

Obat: anti kejang, antibiotika, sedatif, gol.kortikosteroid

Penyakit:Infeksi, Diabetes Melitus, Hipertensi

Keluarga:Riwayat PJB, genetik Gaya Hidup: Merokok,

konsumsi alkohol Stres

Kontrasepsi oral

Proses teratogenik dan mutagenik

Gangguan cardiacneural crest

Embriogenesis jantung:

Tubing, Looping, Septasi, Migrasi Perubahan hormonal tubuh

Defek septum, kegagalan fusi, atresia, stenosis atau hipertrofi


(41)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain case control, untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan timbulnya PJB tipe konotrunkal.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan, Propinsi Sumatera Utara, dilaksanakan mulai Juli 2010 sampai dengan Juli 2011.

3.3. Populasi Penelitian

Populasi target adalah pasien bayi atau anak yang menderita PJB tipe konotrunkal sebagai kelompok kasus dan yang menderita PJB tipe non konotrunkal sebagai kelompok kontrol. Populasi terjangkau adalah pasien bayi dan anak dengan diagnosis PJB tipe konotrunkal dan non konotrunkal yang berobat jalan di Divisi Kardiologi Anak atau dirawat di ruang rawat anak dan perinatologi RSUP H. Adam Malik. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.


(42)

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel untuk meneliti hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral oleh ibu dengan PJB tipe konotrunkal, dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis terhadap 2 proporsi independen, yaitu:

n

35

1 = n2 = (Zα √2PQ + Zβ√P1Q1 + P2Q2 ) (P

2

1 – P2) n

2

1

riwayat ibu tanpa atau menggunakan kontrasepsi oral

= jumlah subjek kasus yang menderita PJB tipe konotrunkal dengan

n2

dengan riwayat ibu tanpa atau menggunakan kontrasepsi oral = jumlah subjek kontrol yang menderita PJB tipe non konotrunkal

α = kesalahan tipe I = 0.05 → Tingkat kepercayaan 95% Zα = nilai baku normal = 1.96

β = kesalahan tipe II = 0.2 → Power (kekuatan penelitian) 80% Zβ = 0.842

P1 = proporsi subjek kasus → P1 = OR . P2

(1-P

= 0.49 2) + (OR.P2

OR = rasio odds = 3.9

)

Q1 = 1 – P1 = P

0.51 2 =

Q

proporsi subjek kontrol = 0.2 2 = 1 – P2

P = ½ (P

= 0.8


(43)

Dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel masing-masing kelompok sebanyak 40 orang.

3.5. Kriteria Penelitian 3.5.1. Kriteria inklusi:

Setiap pasien yang berobat jalan di divisi kardiologi anak atau dirawat di unit non infeksi dan perinatologi dengan:

1. Usia 0 hari sampai 18 tahun

2. Telah didiagnosis dengan PJB tipe konotrunkal dan non konotrunkal berdasarkan pemeriksaan ekokardiografi

3. Ibu dengan dan tanpa riwayat menggunakan kontrasepsi oral sebelum kehamilan pasien

3.5.2. Kriteria eksklusi:

1. Ibu perokok dan menggunakan obat-obatan lain selama kehamilan 2. Ibu yang menderita penyakit infeksi, hipertensi, diabetes mellitus,

riwayat PJB dalam keluarga dan menderita gangguan emosional 3. Tidak mengisi kuisioner secara lengkap


(44)

3.6. Persetujuan / informed consent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu mengenai pengaruh penggunaan kontrasepsi oral terhadap timbulnya PJB tipe konotrunkal.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 3.8.1. Alokasi subyek

Subyek dikumpulkan secara consecutive sampling.

3.8.2. Cara Kerja

1. Orang tua diberikan penjelasan mengenai PJB tipe konotrunkal dan non konotunkal serta hubungannya dengan penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan

2. Orang tua pasien dimintakan persetujuannya agar anak boleh diikutkan dalam penelitian ini

3. Data diperoleh dari rekam medik, catatan kunjungan poli rawat jalan dan rawat inap, kemudian dilakukan wawancara dan pengisian kuisioner


(45)

4. Semua penderita dicatat identitasnya, yaitu nama, tanggal lahir, usia jenis kelamin, alamat, nama orang tua, dan nomor telepon yang dapat dihubungi

5. Pasien telah didiagnosis dengan PJB tipe konotrunkal dan non konotrunkal berdasarkan pemeriksaan penunjang berupa ekokardiografi

6. Anak yang menderita PJB tipe konotrunkal dengan ibu tanpa atau menggunakan kontrasepsi oral sebelum kehamilan dimasukkan sebagai kelompok kasus, sedangkan penderita PJB tipe non konotrunkal dengan ibu tanpa atau menggunakan kontrasepsi oral sebelum kehamilan dimasukkan sebagai kelompok kontrol

7. Orang tua diberi kuisioner yang berisikan beberapa pertanyaan penilaian yang berhubungan dengan penyakit anak dan penggunaan kontrasepsi oral orang tua

8. Kuisioner yang telah diisi dikumpulkan dan diteliti kelengkapannya 9. Berdasarkan hasil jawaban kuisioner dilakukan penilaian hubungan

penggunaan kontrasepsi oral dengan PJB tipe konotrunkal dan non konotrunkal


(46)

3.8.3. Alur Penelitian

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Pemakaian kontrasepsi oral nominal dikotom

Variabel tergantung Skala

PJB tipe konotrunkal nominal dikotom

3.10. Definisi Operasional

1. Kontrasepsi oral adalah obat yang digunakan untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pembuahan yang terdiri dari hormon sintetik dan dikonsumsi dengan cara diminum. Kandungan terdiri dari estrogen (etinilestradiol dan mestranol) serta progestin (norgestrel).8

PJB tipe konotrunkal

Riwayat ibu dengan kontrasepsi oral (+)

Riwayat ibu dengan kontrasepsi oral (-)

Kelompok kasus Kelompok kontrol Riwayat ibu dengan

kontrasepsi oral (+)

Riwayat ibu dengan kontrasepsi oral (-)


(47)

2. Penyakit jantung bawaan tipe konotrunkal adalah kelainan jantung pada anak yang disebabkan oleh berbagai macam faktor selama proses pembentukan dan pematangan konus dan trunkus jantung pada saat janin dalam kandungan, dapat berupa Tetralogy of Fallot,

Double Outlet Right Ventricle, Transposition of The Great Arteris, dan

Persistent Truncus Arteriosus.

3. Penyakit jantung bawaan tipe non konotrunkal adalah kelainan jantung pada anak yang disebabkan oleh kelainan septal, lesi jantung kanan dan lesi jantung kiri yang tidak berhubungan dengan kelainan konotrunkal pada saat janin dalam kandungan, dapat berupa Patent Ductus Arteriosus, Ventricular Septal Defect, Atrial Septal Defect, dan

Coarctation of the Aorta.

4. Penyakit infeksi adalah suatu kelainan klinis yang dapat disebabkan oleh bakteri, parasit, jamur, dan virus yang ditandai dengan gejala demam, lemah, dan malaise, dengan atau tanpa nilai-nilai laboratorium yang mendukung.

5. Hipertensi dewasa mempunyai tiga kriteria sebagai berikut:

- Pre hipertensi: tekanan sistolik 120 sampai 139 mmHg dan tekanan diastolik 80 sampai 89 mmHg

36

- Hipertensi tingkat I: tekanan sistolik 140 sampai 159 mmHg atau tekanan diastolik 90 sampai 99 mmHg


(48)

- Hipertensi tingkat II: tekanan sistolik lebih atau sama dengan 160 mmHg atau tekanan diastolik lebih atau sama dengan 100 mmHg. 6. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.37

7. Gangguan emosional adalah gangguan psikologis yang dapat terjadi pada setiap individu dengan gejala klinis berhubungan dengan stres, emosi labil, ketidakmampuan mengendalikan diri, kecemasan, dan kemarahan.

8. Sosial ekonomi menengah adalah penghasilan keluarga antara 4 sampai 10 dolar US per bulan, dengan ketetapan nilai tukar 1 dolar = Rp. 6250,- dan tidak berhubungan dengan perubahan nilai dolar terhadap rupiah.

38

39

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

Untuk melihat hubungan penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan terhadap timbulnya PJB tipe konotrunkal digunakan uji Chi Square. Perbedaan lama penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan pada PJB tipe konotrunkal dianalisis memakai uji t independent. Perbedaan lama penghentian penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan pada PJB tipe konotrunkal dilakukan dengan uji Mann Whitney. Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak komputer (SPSS versi 17.0) dengan


(49)

tingkat kemaknaan P < 0.05 dan Interval Kepercayaan (IK) 95%. Rasio odds

penggunaan kontrasepsi oral terhadap kejadian PJB tipe konotrunkal dihitung dengan Interval Kepercayaan (IK) 95%.


(50)

BAB 4. HASIL

Penelitian dilaksanakan di poliklinik anak, ruang rawat anak dan perinatologi RS Haji Adam Malik Medan Propinsi Sumatera Utara berdasarkan data yang diambil dari bulan Juli 2010 sampai dengan Juli 2011. Dari 40 anak pada kelompok kasus yang didiagnosis dengan PJB tipe konotrunkal, didapatkan 22 dengan riwayat ibu menggunakan kontrasepsi oral sebelum hamil dan 18 anak tanpa riwayat ibu menggunakan kontrasepsi oral sebelum kehamilan. Dari 40 anak pada kelompok kontrol yang didiagnosis dengan PJB tipe non konotrunkal, didapatkan 24 dengan riwayat ibu menggunakan kontrasepsi oral sebelum hamil dan 16 anak tanpa riwayat ibu menggunakan kontrasepsi oral sebelum kehamilan. Profil penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Profil penelitian

PJB tipe konotrunkal (n = 40)

Riwayat ibu dengan kontrasepsi oral (+)

(n = 24)

Riwayat ibu dengan kontrasepsi oral (-)

(n = 16)

Kelompok kasus Kelompok kontrol

Riwayat ibu dengan kontrasepsi oral (+)

(n = 22)

Riwayat ibu dengan kontrasepsi oral (-)

(n = 18)

PJB tipe non konotrunkal (n = 40)


(51)

Tabel 4.1. Karakteristik responden

Karakteristik Kelompok kasus

(n=40)

Kelompok kontrol (n=40) Usia (bulan),median (min-max)

Jenis kelamin, n (%) - Laki-laki - Perempuan

Berat badan (kg), median (min-max) Tinggi badan (cm), median (min-max) Usia ibu (tahun), median (min-max) Diagnosis, n (%)

- Tetralogy of Fallot

- Transposition of the Great Arteries - Double Outlet Right Ventricle - Ventricular Septal Defect - Patent Ductus Arteriosus - Atrial Septal Defect Tingkat pendidikan ibu, n (%)

- SD - SLTP - SLTA - Sarjana Pekerjaan ibu, n (%)

- IRT

- Wiraswasta - PNS Suku ayah, n (%)

- Jawa - Batak - Aceh - Melayu - Tionghoa Suku ibu, n (%)

- Jawa - Batak - Melayu - Aceh - Minang

Penghasilan keluarga, n (%) - IDR < 1 juta

- IDR 1-1.5 juta - IDR 1.5-2 juta - IDR > 2 juta

24.0 (0.1-168.0) 26 (65.0) 14 (35.0) 10.5 (2.4-36.0) 70.5 (48.5-120.5) 27.0 (20.0-33.0) 29 (72.5) 10 (25.0) 1 (2.5) 5 (12.5) 7 (17.5) 21 (52.5) 7 (17.5) 26 (65.0) 13 (32.5) 1 (2.5) 22 (55.0) 11 (27.5) 3 (7.5) 2 (5.0) 2 (5.0) 13 (32.5) 13 (32.5) 9 (22.5) 3 (7.5) 2 (5.0) - 10 (25.0) 13 (32.5) 17 (42.5) 12.5 (0.2-168.0) . 11 (27.5) 29 (72.5) 7.8 (2.4-35.0) 60.5 (48.5-125.0) 26.0 (20.0-34.0) 20 (50.0) 12 (30.0) 8 (20.0) 2 (5.0) 6 (15.0) 24 (60.0) 8 (20.0) 27 (67.5) 12 (30.0) 1 (2.5) 26 (65.0) 12 (30.0) 1 (2.5) 1 (2.5) - 15 (37.5) 13 (32.5) 9 (22.5) 2 (5.0) 1 (2.5) 2 (5.0) 11 (27.5) 16 (40.0) 11 (27.5)


(52)

Penelitian ini diikuti oleh 80 anak-anak yang memiliki PJB. Responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu responden dengan PJB tipe konotrunkal dan PJB non konotrunkal yang jumlahnya masing-masing sebanyak 40 orang. Rerata usia anak-anak dengan PJB tipe konotrunkal adalah 24.0 (median min-max 0.1 sampai 168.0) bulan dan 12.5 (median min-max 0.2 sampai 168.0) bulan pada anak-anak dengan PJB tipe non konotrunkal. Sebanyak 26 anak (65%) berjenis kelamin laki-laki dengan PJB tipe konotrunkal dan 29 anak (72.5%) berjenis kelamin perempuan pada kelompok PJB non konotrunkal.

Rerata berat badan dan tinggi badan pada anak-anak dengan PJB tipe konotrunkal lebih besar dibandingkan dengan kelompok PJB tipe non konotrunkal. Rerata usia ibu dari anak dengan PJB tipe konotrunkal pada saat hamil sedikit lebih tinggi bila dibandingkan pada ibu dengan PJB tipe non konotrunkal. Tingkat pendidikan ibu yang terbanyak pada kedua kelompok responden adalah SLTA dengan rerata pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Sebagian besar jenis PJB pada tipe konotrunkal adalah

Tetralogi of Fallot sebanyak 29 anak (72.5%), sedangkan pada tipe non

konotrunkal adalah Ventricle Septal Defect sebanyak 20 anak (50.0%). Kedua kelompok mempunyai orang tua yang berasal dari suku Jawa, Batak, Melayu, Aceh, dan Minang. Penghasilan keluarga pada kelompok kasus yang paling besar adalah lebih dari Rp.2 000 000,- sebanyak 17 keluarga dan Rp.


(53)

1 000 000,- sampai Rp. 2 000 000,- pada kelompok kontrol sebanyak 16 keluarga.

Tabel 4.2. Hubungan penggunaan kontrasepsi oral dan PJB tipe konotrunkal

Kasus n (%)

Kontrol

n (%) IK 95% OR Penggunaan

kontrasepsi oral

- Ya 22 (62.00) 24 (60.00) 0.335 – 1.980 0.815

- Tidak 18 (45.00) 16 (40.00)

Tabel 4.2 menjelaskan bahwa dari hasil analisis dengan Chi Square, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan dengan PJB tipe konotrunkal (OR=0.815, IK 95% 0.335 – 1.980).

Tabel 4.3. Perbedaan lama penghentian penggunaan kontrasepsi oral pada PJB tipe konotrunkal

Lama penghentian penggunaan

kontrasepsi oral (bulan) P n Median (min – max)

Jenis PJB, n (%)

- Konotrunkal 22 3.0 (1.0 – 9.0) 0.335


(54)

Tabel 4.3 menyajikan hasil analisis ada tidaknya perbedaan lama penghentian penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan pada PJB tipe konotrunkal. Dari hasil analisis dengan uji Mann Whitney tidak diperoleh perbedaan yang signifikan rerata lama penghentian kontrasepsi oral sebelum kehamilan terhadap timbulnya PJB tipe konotrunkal (P=0.335, P<0.05).

Tabel 4.4. Perbedaan lama penggunaan kontrasepsi oral pada PJB tipe konotrunkal

Lama penggunaan kontrasepsi oral (bulan)

IK 95% P

n Mean (SD)

Jenis PJB, n (%)

- Konotrunkal 22 19.1 (6.19) - 2.914 – 3.429 0.87

- Non konotrunkal 24 18.8 (4.11)

Tabel 4.4 menyajikan hasil analisis ada tidaknya perbedaan lama penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan pada PJB tipe konotrunkal. Dari hasil analisis dengan uji t independent tidak diperoleh perbedaan yang signifikan rerata lama penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan dengan timbulnya PJB tipe konotrunkal (P=0.87, IK 95% - 2.914 – 3.429).


(55)

BAB 5. PEMBAHASAN

Masalah utama kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan tidak merata. Pemerintah berusaha membuat suatu kebijakan dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan mengatur dan membatasi jumlah anak dalam keluarga melalui program nasional KB.2

Kontrasepsi merupakan usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha ini dapat bersifat sementara dan permanen. Kontrasepsi secara oral adalah salah satu usaha yang bersifat sementara. Pil hormonal yang digunakan sekarang terbuat dari steroid sintetik. Pil terdiri dari komponen estrogen, progestagen, atau salah satu dari komponen tersebut.

Penyakit Jantung Bawaan merupakan bentuk kelainan jantung yang sudah didapat sejak bayi baru lahir.

8

40

PJB tipe konotrunkal adalah kelainan jantung yang disebabkan kegagalan proses perkembangan struktur jantung dan pembuluh darah besar saat pembentukan konus dan trunkus.10

Penyakit Jantung Bawaan tipe konotrunkal dikenal juga sebagai kelainan outflow tract.

19

Bentuk yang dapat dijumpai berupa TOF, DORV, PTA, dan TGA. Ventricular Septal Defect, atresia atau stenosis pulmonal, overriding aorta, dan pembesaran ventrikel kanan merupakan kelainan yang dapat dijumpai pada TOF. Double Outlet Right Ventricle ditandai dengan arteri pulmonalis dan aorta yang keluar secara bersamaan dari ventrikel kanan. Persistent Truncus Arteriosus disebut juga dengan common truncus. Pada keadaan ini dijumpai jalan keluar tunggal yang menerima darah dari kedua ventrikel. Lengkung aorta yang tidak terbentuk sering


(56)

kedua arteri besar yang berubah, aorta keluar dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dari ventrikel kiri.

Pada beberapa penelitian sebelumnya disebutkan bahwa insiden PJB berkisar antara 4 sampai 50 tiap 1000 kelahiran hidup.

41

40

Angka kejadian PJB di Indonesia adalah 8 tiap 1000 kelahiran hidup, jika jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan angka kelahiran 2%, maka jumlah penderita PJB di Indonesia bertambah 32 000 bayi setiap tahun.42 Insiden PJB tipe konotrunkal berkisar 12% sampai 14% dari seluruh PJB.40

Angka kejadian PJB tipe konotrunkal dapat berbeda menurut jenis kelamin. Tetralogy of Fallot, DORV, dan TGA lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Persistent Truncus Arteriosus lebih sering pada perempuan walaupun pada beberapa penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin.

41

Faktor penyebab terjadi PJB sampai saat ini belum diketahui. Faktor genetik sering dihubungkan dengan PJB. Pada beberapa penelitian ditemukan bahwa sebagian PJB tipe konotrunkal dihubungkan dengan abnormalitas kromosom seperti trisomi 21, trisomi 13, dan trisomi 18.

Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 19 orang anak dengan diagnosis TOF berjenis kelamin laki-laki (65.5%), 6 orang dengan TGA (60%), dan DORV 1 orang (100%).

43

Pada penelitian di Philadelphia membuktikan bahwa delesi 22q11 dapat dijumpai pada TOF dan PTA. Perhitungan delesi dilakukan dengan menggunakan fluorescence in situ hybridization (FISH). Hasil ini menjadi panduan untuk melakukan skrining delesi pada pasien PJB tipe konotrunkal.44


(57)

Faktor genetik, usia ibu, sosial ekonomi, ras, stres, penyakit ibu selama kehamilan, gaya hidup, dan paparan obat-obatan akan meningkatkan faktor risiko.31 Pada penelitian yang dilakukan di Atlanta selama 32 tahun menunjukkan bahwa usia ibu 35 sampai 40 tahun akan meningkatkan risiko semua kelainan jantung (OR 1.12; IK 95% 1.03 sampai 1.22).45

Penelitian secara case control yang dilakukan di California dengan menggunakan data selama 5 tahun. Sampel yang diperoleh sebanyak 608 pasien dan 277 orang diantaranya dengan PJB tipe konotrunkal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat sosial ekonomi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan risiko PJB tipe konotrunkal.

Pada penelitian ini dijumpai bahwa kelompok kasus dan kontrol mempunyai ibu berusia antara 20 sampai 34 tahun, dengan 19 orang mempunyai usia ≥ 30 tahun (23.75%).

46

Penelitian tentang hubungan antara PJB tipe konotrunkal dengan ras menunjukkan hasil yang bervariasi. Beberapa penelitian menyatakan angka kejadian TGA, TOF, dan PTA lebih tinggi pada kulit putih dan Hispanic dibandingkan dengan Afrika-Amerika.

Pada penelitian yang kami lakukan sampel berasal dari masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah. Tetapi kami tidak melakukan analisa statistik lebih lanjut untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi dan tingkat pendidikan ibu dengan PJB tipe konotrunkal pada penelitian ini.

47

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2002 menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara ras dengan angka kejadian TOF dan PTA.48 Pada penelitian ini sampel berasal dari suku Jawa, Melayu, Batak, Aceh, dan Minang.


(58)

Pada beberapa kasus dijumpai orang tua yang berbeda suku, dan sebanyak dua kasus mempunyai orang tua berdarah Tionghoa.

Penelitian yang dilakukan secara case control di Atlanta bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor stres pada ibu dengan PJB. Pada penelitian tersebut faktor stres dinilai berdasarkan keluhan kehilangan pekerjaan, perceraian, pasangan berbeda tempat tinggal dan kematian anggota keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan kondisi mental yang labil akan meningkatkan risiko terjadi PJB tipe konotrunkal (OR 2.4; IK 95% 1.42 sampai 4.2).49

The US Food and Drug Administration (FDA) telah mengklasifikasikan obat-obatan yang meningkatkan risiko kelainan janin bila diberikan pada wanita hamil, termasuk kontrasepsi oral. Paparan obat-obatan dapat terjadi sebelum dan selama kehamilan.

Pada penelitian ini sampel yang diambil mempunyai ibu dengan mental stabil sebelum dan pada saat hamil.

50

Suatu penelitian yang dilakukan secara retrospektif melaporkan hubungan terjadinya TGA pada janin dengan ibu yang menggunakan terapi hormonal. Penelitian ini merupakan penelitian awal yang dilakukan setelah pengenalan kontrasepsi oral pada tahun 1959. Hal ini dilakukan karena dijumpai angka kelainan jantung yang meningkat bersamaan dengan pengenalan kontrasepsi oral. Pada penelitian ini ditemukan 7 orang ibu dengan anak menderita TGA mendapat terapi hormonal untuk mencegah keguguran.

51

Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama tahun 1960 sampai 1970 maka FDA memberikan peringatan pada produk yang mengandung progesteron


(59)

pada tahun 1977. Hal ini menyebabkan penggunaan kontrasepsi oral berkurang dari 30% menjadi 5%. Progesteron dianggap mempunyai efek teratogenik dan memerlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui efek terapetik serta dosis yang aman digunakan.

Penelitian prospektif yang dilakukan pada tahun 1985 dengan menggunakan sampel 2764 wanita, diperoleh 1608 sebagai kasus dan 1146 sebagai kontrol. Kasus mendapat terapi progesteron untuk mencegah terjadinya abortus spontan. Pemberian terapi dilakukan pada usia kehamilan 1 sampai 33 minggu. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan insiden kelainan kardiovaskular, genital, anggota gerak, dan sistem saraf pusat.

50

Beberapa penelitian selanjutnya menemukan bahwa paparan progesteron selama kehamilan tidak meningkatkan risiko terjadinya kelainan kongenital. Penelitian untuk mengetahui efek progesteron terhadap janin tetap dilakukan sampai saat ini walaupun sejak tahun 1999 FDA telah menghapus peringatan efek progesteron dari brosur produk yang mengandung progesteron.

52

50

Penelitian yang dilakukan di Italia bertujuan untuk menilai kelainan pada anak dengan ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal mengandung progesteron sebagai kontrasepsi darurat. Penelitian ini dilakukan selama tahun 2000 sampai 2003. Hasilnya menunjukkan bahwa kegagalan kontrasepsi dengan menggunakan levonorgestrel tidak meningkatkan risiko kelainan jantung.

Suatu penelitian yang dilakukan di Brazil selama 4 tahun menunjukkan bahwa penggunaan misoprostol atau kontrasepsi oral akan meningkatkan risiko terjadi kelainan sistem saraf, muskuloskeletal, dan kardiovaskular.

53


(60)

Penelitian dengan desain kohort prospektif yang dilakukan di Korea mulai Maret 2001 sampai Juni 2006. Penelitian ini dengan mengikuti perkembangan wanita hamil yang diidentifikasi oleh Korean Motherisk Program. Sampel yang diambil adalah wanita dengan riwayat penggunaan kontrasepsi oral 4 minggu sebelum dan sesudah kehamilan. Hasil penelitian menyatakan bahwa paparan kontrasepsi oral tidak meningkatkan kelainan kongenital janin.

Penelitian kami mengambil 80 sampel yang dibagi dalam kelompok kasus dan kontrol. Sebanyak 22 anak dengan diagnosa PJB tipe konotrunkal mempunyai ibu dengan paparan kontrasepsi oral sebelum kehamilan (62%). Pada kelompok kontrol sebanyak 24 orang anak dengan diagnosa PJB tipe non konotrunkal (60%). Hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan PJB tipe konotrunkal dilakukan secara analisis Chi Square. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan dengan PJB tipe konotrunkal.

54

Pada penelitian ini juga dilakukan penilaian lama penggunaan kontrasepsi oral dan lama penghentian kontrasepsi oral sebelum kehamilan apakah akan mempengaruhi angka kejadian PJB tipe konotrunkal. Penelitian di Korea menyebutkan bahwa lama penggunaan kontrasepsi oral dengan kandungan progesteron sedikit (< 0.75 mg) tidak mempunyai efek teratogen terhadap janin.54 Pada penelitian kami lama penggunaan kontrasepsi oral pada kelompok kasus (19.1 bulan) tidak menunjukkan perbedaan signifikan dibandingkan dengan kontrol (18.8 bulan).


(61)

Penelitian lain yang dilakukan di Italia menunjukkan bahwa lama penghentian kontrasepsi oral tidak meningkatkan faktor risiko PJB.53 Kontrasepsi oral yang mengandung progesteron dosis tinggi dapat bersifat teratogen dan sampai saat ini belum diketahui berapa dosis yang aman tanpa menyebabkan kelainan kongenital.54 Prinsip teratologi menyatakan bahwa efek teratogen dari suatu agen/zat tergantung pada waktu terjadinya paparan, dosis dan lamanya paparan.55

Pada penelitian yang kami lakukan masih dijumpai beberapa kekurangan antara lain desain penelitian yang bersifat case control. Keterbatasan penelitian ini adalah data riwayat kehamilan dikumpulkan berdasarkan wawancara. Ibu pasien memberikan keterangan berdasarkan daya ingat dan riwayat sebelumnya sehingga keterangan tersebut kurang akurat. Ibu pasien juga berganti-ganti menggunakan kontrasepsi oral dan sebagian besar lupa dengan merek kontrasepsi oral yang digunakan. Hal ini menyebabkan kadar hormonal kontrasepsi oral tidak dapat ditentukan pada kelompok yang menggunakannya. Pemilihan sampel dilakukan tidak secara matching karena sampel yang sesuai antara kelompok kasus dan kontrol tidak dapat ditemukan. Penelitian lanjutan masih diperlukan untuk menilai secara langsung hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan dengan timbulnya PJB tipe konotrunkal secara prospektif.


(62)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kehamilan tidak meningkatkan risiko terjadinya PJB tipe konotrunkal. Lama penggunaan kontrasepsi oral dan lama penghentian kontrasepsi oral sebelum kehamilan tidak mempengaruhi PJB pada hasil konsepsi.

6.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua aspek faktor risiko PJB tipe konotrunkal. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan metode cohort prospektif dalam skala yang lebih besar untuk mengetahui faktor-faktor risiko PJB tipe konotrunkal pada anak.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

1. Baziad A. Kontrasepsi hormonal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2002.h.1-50

2. Saifuddin AB. Dinamika kependudukan dan keluarga berencana. Dalam: Wiknjosasro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, penyunting. Ilmu kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2006.h.889-903 3. The American College of Obstetricians and Gynaecologists Committee.

Contraceptives and congenital anomalies. Int J Gynecol Obstret. 1993; 42:316-7 4. Zierler S. Maternal drugs and congenital heart disease. J Am Col Obstet

Gynecol. 1985;65:155-63

5. The Excecutive of the Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada. Principles of human teratology: drug, chemical, and infectious exposure. J Obstet Gynecol Com. 2007;199:911-6

6. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic endocrinology and infertility. Edisi ke-7. Philadelphia:Williams & Wilkins;2005.h.861-903

7. Affandi B. Kontrasepsi. Dalam: Wiknjosasro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, penyunting. Ilmu kebidanan. Edisi ke-2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2006.h.905-21

8. Albar E. Kontrasepsi. Dalam: Wiknjosasro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, penyunting. Ilmu kandungan. Edisi ke-2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2007.h.543-51

9. Taber LA. Biophysical mechanisms of cardiac looping. Int J Dev Biol. 2006;50:323-32

10. Creazzo TL, Godt RE, Leatherbury L, Conway SJ, Kirby ML. Role of cardiac neural crest cells in cardiovascular development. Annu Rev Physiol. 1998;60:267-86

11. Zaffran S, Frasch M. Early signals in cardiac development. Circ Res. 2002;91:457-69

12. Waldo K, Zdanowicz M, Burch J, Kumiski D, Stadt H,Godt RE, et al. A novel role of cardiac neural crest in heart development. J Clin Invest. 1999;103:1499-1507 13. Abdulla R, Blew GA, Holterman MJ. Cardiovascular embryology. Pediatr Cardiol.

2004;25:191-200

14. Epstein JA. Cardiac development and implications for heart disease. N Engl J Med. 2010;17:1638-47

15. Roebiono PS, Rahaju AU, Sastroasmoro S. Embriogenesis kardiovaskular dan sirkulasi janin. Dalam: Sastroasmoro S, Madiyono B, penyunting. Buku ajar kardiologi anak. Jakarta: Yayasan Binarupa Aksara;1994. h.172-81

16. Srivastava D, Baldwin S. Molecular determinants of cardiac development. Dalam: Allen HD, Gutgesell HP, Clark EB, Driscoll DJ, penyunting. Moss and adams’ heart disease in infants, children, and adolescents. Edisi ke-6.


(64)

17. Prasodo AM. Penyakit jantung bawaan sianotik. Dalam: Sastroasmoro S, Madiyono B, penyunting. Buku ajar kardiologi anak. Jakarta: Yayasan Binarupa Aksara;1994.h.234-78

18. Madiyono B, Rahayuningsih SE, Sukardi R. Penanganan penyakit jantung pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005.h.25-36

19. Dorfman AL, Geva T. Magnetic resonance imaging evaluation of congenital heart disease: conotruncal anomalies. J of Cardiovasc Magn Resonance. 2006;8:645-59

20. Obler D, Juraszek AL, Smoot LB, Natowitz MR. Double outlet right ventricle: aetiologies and associations. J Med Genet. 2008;45:481-97

21. Digilio MC, Casey B, Toscano A, Calabro R, Pacileo G, Marasini M, et al. Complete transposition of the great arteries:pattern of congenital heart disease in familial precurrence. Circulation. 2001;104:2809-14

22. Kirby ML. Pulmonary atresia or persistent truncus arteriosus. Circ Res. 2008;103:142-8

23. Bernstein D. Congenital heart disease. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier;2007.h.1906-26

24. Park MK. Pediatric cardiology for practitioners. Edisi ke-4. St.Louis:Mosby Inc;2002.h.174-202

25. Sastroasmoro S, Madiyono B. Epidemiologi dan etiologi penyakit jantung bawaan. Dalam: Sastroasmoro S, Madiyono B, penyunting. Buku ajar kardiologi anak. Jakarta: Yayasan Binarupa Aksara;1994.h.165-90

26. Bracken. Oral contraception and congenital malformations in offspring:a review and meta-analysis of the prospective studies. J Obstret Gynecol. 1990;76:552-7 27. Grimes DA. Reversible contraception for women at high rik of fetal anomalies. J

Am Acad Dermatol. 1987;17:148-55

28. Pizzo TSD, Sanseverino MTV, Mengue SS. Exposure to misoprostol and hormones during pregnancy and risk of congenital anomalies. Cad Saude Publica. 2008;24:1447-53

29. Czeizel AE, Kodajt I. A changing pattern in the association of oral contraceptives and the different groups of congenital limb deficiencies. Contraception.1995;51:19-24

30. Kaplan J, Hudgins L. Neonatal presentations of CHARGE Syndrome and VATER/VACTERL Association. NeoReviews. 2008;9:299-304

31. Jenkins KJ, Correa A, Feinstein JA, Botto L, Britt AE, Daniels SR, et al. Noninherited risk factors and congenital cardiovascular defects:current knowledge:a scientific statement from the american heart association council on cardiovascular disease in the young:endorsed by the American academy of pediatrics. Circulation. 2007;115:2995-3014

32. Mone SM, Gillman MW, Miller TL, Herman EH, Lipshultz SE. Effects of environmental exposures on the cardiovascular system:prenatal period through adolescence. Pediatrics. 2004;113:1058-1069

33. Koren G, Pastuszak A, Ito S. Drugs in pregnancy. New England J Med. 1998;338:1128-36


(65)

34. Bailey J, Knight A, Balcombe J. The future of teratology research is in vitro. Biogenic Amines J. 2005;19:97-145

35. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sample. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h.302-30

36. The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. New hypertension guidelines. N Eng J Med. 2003;23:93-4

37. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni; 2011. h.20-1

38. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders-text revision. Washington DC:APA:2000.h.188-98

39. Badan Pusat Statistik. Perkembangan beberapa indikator utama sosial ekonomi Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik:2011.h.31-3

40. Hoffman JI, Kaplan S. The incidence of congenital heart disease. J Am Coll Cardiol. 2002;39:1890-900

41. Pradat P, Francannet C, Harris JA, Robert E. The epidemiology of cardiovascular defect, part I: a study based on data from three large registries of congenital malformations. Pediatr Cardiol. 2003;24:195-221

42. Djer MM, Madiyono B. Tatalaksana penyakit jantung bawaan. Sari Pediatri. 2000;2:155-62

43. Harris JA, Francannet C, Pradat P, Robert E. The epidemiology of cardiovascular defects, part II:a study based on data from three large registries of congenital malformations. Pediatr Cardiol. 2003;24:222-35

44. Goldmuntz E, Clark BJ, Mitchell LE, Jawad AF, Cuneo BF, Reed L, et al. Frequency of 22q11 deletions in patients with conotruncal defects. J Am Coll Cardiol.1998;32:492-8

45. Reefhuis J, Honein MA,. Maternal age and non chromosal birth defects, Atlanta 1968-2000:teenager or thirty something, who it ask risk?. Birth defects Res A Clin Mol Teratol. 2004;70:572-9

46. Carmichael SL, Ma C, Shaw GM. Sosioeconomic measures, orofacial clefts, and conotruncal heart defects in California. Birth Defects Res A Clin Mol Teratol. 2009;85:850-7

47. Botto LD, Correa A, Erickson JD. Racial and temporal variation in the prevalence of heart defects. Pediatrics. 2001;107:32-3

48. Shaw GM, Carmichael SL, Nelson V. Congenital malformations in offspring of Vietnamese women in California, 1985-97. Teratology. 2002;65:121-4

49. Adams MM, Mulinare J, Dooley K. Risk factors for conotruncal cardiac defects in Atlanta. J Am Coll Cardiol. 1989;14:432-42

50. Brent RL. Nongenital malformations following exposure to progestational drugs: the last chapter of an erroneous allegation. Birth defect Res. 2005;73:906-18 51. Levy EP, Cohen A, Fraser FC. Hormone treatment during pregnancy and

congenital heart disease. Lancet. 1973;1:611-2

52. Katz Z, Lancet M, Skornik J. Teratogenicity of progestogens given during the first trimester of pregnancy. Obstet Gynecol. 1985;65:775-81


(66)

53. Santis MD, Cavaliere AF. Failure of emergency contraceptive levonorgestrel and the risk of adverse effects in pregnancy and on fetal development: an observational cohort study. Fert and Ster. 2005;84:296-9

54. Posaci C, Smitz J, Camus M, Osmanagaoglu K, Devroey P. Progesterone for the luteal support of assisted reproductive technologies: clinical options. Human Reproduction. 2000;15:129-48

55. Fisher B, Rose NC, Carey JC. Principles and practice of teratology for the obstetrician. Clinical Obstetrics and Gynecology. 2008;51:106-18


(67)

LAMPIRAN

1. Personil Penelitian

1. Ketua Penelitian

Nama : dr. Mars Nashrah Abdullah

Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM

2. Anggota Penelitian

1. dr. Muhammad Ali, Sp.A(K) 2. dr. Melda Deliana, SpA(K)

3. dr. Tina Christina L. Tobing, Sp.A(K)

2. Biaya penelitian

1. Bahan dan Peralatan : Rp. 1.000.000

2. Akomodasi : Rp. 1.000.000

3. Tranportasi : Rp. 1.000.000

4. Penggandaan Laporan : Rp. 800.000 5. Seminar hasil penelitian : Rp. 5.000.000


(68)

3.Jadwal Penelitian

WAKTU KEGIATAN

JUNI 2010

JULI 2010 s/d JULI 2011

AGUSTUS 2011

SEPTEMBER 2011

Persiapan

Pelaksanaan

Penyusunan Laporan Laporan


(69)

4. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orangtua

Kepada Yth Bapak/ Ibu

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri, nama saya dr. Mars Nashrah Abdullah. Saya adalah peserta Program Pendidikan Spesialis Anak di FK USU dan sedang melakukan penelitian di Divisi Kardiologi Anak Departemen Ilmu kesehatan Anak FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan, dengan judul “Hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal oleh ibu dengan timbulnya penyakit jantung bawaan tipe konotrunkal”. Oleh karena itu kami mohon partisipasi Bapak / Ibu untuk mengisi kuesioner yang kami berikan.

Penyakit jantung bawaan merupakan penyakit jantung yang timbul sejak anak dalam kandungan, dan dibagi dalam beberapa jenis. Penyakit tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor baik sebelum atau selama kehamilan, salah satunya adalah penggunaan kontrasepsi oral (obat KB yang diminum) sebelum ibu hamil.

Jika Bapak/ Ibu bersedia maka kami mengharapkan bapak/ibu menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan. Demikianlah kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Bapak/ Ibu dapat menghubungi Peneliti setiap waktu bila ingin menanyakan masalah kesehatan putra / putri anda atau masalah lain seputar penelitian ini yang belum Anda pahami melalui:

Dr. Mars Nashrah Abdullah

Divisi Kardiologi Anak - Dep. Ilmu Kesehatan Anak FKUSU-RS H.Adam Malik Jl. Bunga Lau No. 17 Medan. Telp. 8365663


(1)

Data PJB Tipe Konotrunkal Tanpa Kontrasepsi Oral

N o

Nama Umu r

Jenis Kelamin

BB (kg) TB (cm) Jenis PJB Tipe Konotrunkal

Usia Ibu saat hamil (thn)

Suku Ayah Suku Ibu Pendidikan ayah

Pendidika n ibu

Pekerjaan ayah

Pekerjaan ibu Penghasilan/bula n (juta) 1 M. Arfal 5 th Laki-laki 16 96 TOF 24 Batak Batak SLTA SLTA Wiraswasta Wiraswasta 1.5 - 2 2 Edy Kiranta G 9.5 th Laki-laki 26.5 102.5 TOF 29 Batak Batak Sarjana SLTA Wiraswasta Wiraswasta > 2 3 By. Fatimah 23 hari Laki-laki 2.7 49 TGA 31 Jawa Melayu SD SD Petani Ibu Rumah

Tangga

1 - 1.5 4 Galang R 6 th Laki-laki 18 102 TOF 28 Batak Batak SLTA SLTA Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga

1.5 - 2 5 Abdillah R 9 bln Laki-laki 6 51 TGA 30 Jawa Jawa Sarjana Sarjana Wiraswasta Wiraswasta > 2 6 Michael A 4.5 th Laki-laki 16 107 TOF 27 Tionghoa Jawa SLTA SLTA Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga

1.5 - 2 7 Saritua Imanuel 8 bulan Laki-laki 6.7 53 TOF 24 Batak Batak SLTA SLTP Petani Ibu Rumah

Tangga

1 - 1.5 8 By. Rismawati P 2 bln perempuan 2.6 48 TGA 29 Batak Batak SD SD Petani Ibu Rumah

Tangga

1.5 - 2 9 By. Leli 7 hari perempuan 2.4 48 TGA 25 Jawa Padang SLTA SLTA Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga

1.5 - 2 1

0

Adeliana 10 th perempuan 15 104 TOF 22 Jawa Jawa Sarjana SLTA Wiraswasta Ibu Rumah Tangga

1.5 - 2 1

1

By. Fiza 8 hari Laki-laki 2.6 49 TGA 20 Jawa Melayu SD SD Petani Ibu Rumah Tangga

1 - 1.5 1

2

Yusuf H 9 th Laki-laki 24 100.5 TOF 27 Batak Padang Sarjana Sarjana PNS Wiraswasta > 2 1

3

M. Arjuna 1 th Laki-laki 6.8 55 DORV 30 Jawa Melayu SLTA SLTA Wiraswasta Wiraswasta > 2 1

4

Dedek Aulia 5 bln Laki-laki 5.4 51 TGA 22 Jawa Melayu SD SLTP Petani Ibu Rumah Tangga

1 - 1.5 1

5

Arif H 4 th Laki-laki 13 80 TOF 25 Melayu Jawa SLTP SLTP Wiraswasta Ibu Rumah Tangga

> 2 1

6

Dosma 2 bln perempuan 2.6 50 TGA 23 Tionghoa Batak SLTP SD Petani Ibu Rumah Tangga

1 - 1.5 1

7

Yuniana P 14 th perempuan 36 120 TOF 28 Jawa Jawa SLTA SLTA Wiraswasta Ibu Rumah Tangga

1.5 - 2 1

8

Ucok Manik 11 bln Laki-laki 6 57 TOF 24 Batak Batak SLTP SLTP Petani Ibu Rumah Tangga


(2)

Data PJB Tipe Non Konotrunkal dengan Kontrasepsi Oral

No Nama Umur Jenis Kelamin

BB (kg)

TB (cm)

Jenis PJB Non Konotrunkal

Usia ibu saat hamil (tahun)

Lama pakai kontrasepsi oral

(bulan)

Lama ibu henti kontrasepsi

oral (bulan)

Suku Ayah

Suku Ibu Pendidikan ayah Pendidikan ibu

1 Ananda Gustina L 5 bln Perempuan 6.6 54 PDA 26 12 4 Batak Batak SLTA SLTA

2 Riot Juria 7 th Perempuan 19 88 PDA 20 23 3 Batak Batak SLTA SLTA

3 David Martin P 8 bln Laki-laki 6.2 58 VSD 25 20 1 Batak Batak SLTA SLTA 4 By. Nurhayati 14 bln Perempuan 8.8 60 PDA 24 17 2 Jawa Melayu SLTP SLTP

5 Araila 4 bln Perempuan 2.9 50 PDA 32 16 3 Jawa Jawa Sarjana SLTA

6 M.Fauzan 1 th Laki-laki 7.3 60 VSD 27 26 2 Jawa Jawa SLTA SLTA

7 Fajri Septi 8 th Laki-laki 17 100 ASD 30 18 1 Jawa Jawa SLTA SLTA

8 Nursakila 11 th Perempuan 18 102 VSD 23 19 2 Jawa Melayu SLTP SLTP 9 Nadia A P 7 th Perempuan 14 110 PDA 30 21 8 Jawa Melayu Sarjana Sarjana 10 Maura 8 bln Perempuan 5.9 56 PDA 24 16 3 Melayu Melayu Sarjana SLTA

11 Eko S 14 th Laki-laki 16 118 ASD 28 23 2 Jawa Jawa SLTA Sarjana

12 Noni S 11 th Perempuan 29 122 ASD 25 16 4 Jawa Melayu Sarjana SLTA 13 Fatimah Z 2 th Perempuan 12 68 VSD 32 19 5 Batak Melayu Sarjana Sarjana

14 Nazwa N 2 th Perempuan 7.5 62 PDA 26 16 2 Aceh Melayu SD SLTP

15 Rio 11 bln Laki-laki 8.6 61 VSD 28 20 1 Batak Batak SLTA SLTA

16 Gerhan B 10 bln Laki-laki 7.9 56 VSD 25 16 1 Batak Batak Sarjana Sarjana

17 Naomi 6 thn Perempuan 17 91 PDA 23 19 6 Batak Batak SLTA SLTA

18 Habiburrahman 1 th Laki-laki 6 56 VSD 24 25 4 Jawa Aceh SLTA SLTA

19 By. Katiyem 2 bln Laki-laki 2.6 49 VSD 24 17 1 Jawa Jawa SD SD

20 By. Rusmaini 5 hari Perempuan 2.5 48 VSD 26 22 1 Jawa Jawa SLTP SLTP 21 By. Sri Wahyuni 12 hari Perempuan 2.4 48 VSD 25 16 5 Jawa Jawa Sarjana SLTA

22 Lestari 2 th Perempuan 8.7 64 VSD 29 18 4 Jawa Padang SLTP SD

23 By. Darnifianti 7 hari Perempuan 2.4 48 ASD 22 10 1 Jawa Jawa SLTP SLTP 24 By. Misliani 12 hari Laki-laki 2.5 48 PDA 28 27 2 Jawa Melayu SLTA SLTA


(3)

Pekerjaan ayah Pekerjaan ibu Penghasilan/bulan (juta) Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga

1.5 - 2 Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga

1.5 - 2 Wiraswasta Wiraswasta > 2 Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga

1 - 1.5 Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga

1.5 - 2 Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga

1 - 1.5 Wiraswasta Wiraswasta > 2

Petani Ibu Rumah Tangga

1 - 1.5 Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga

1.5 - 2 Wiraswasta Wiraswasta > 2 Wiraswasta Wiraswasta > 2 Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga

1.5 - 2 Wiraswasta Wiraswasta > 2

Tukang Ibu Rumah Tangga

0.5 - 1 Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga

1.5 - 2

PNS PNS > 2

Wiraswasta Ibu Rumah Tangga

1.5 - 2 Wiraswasta Wiraswasta > 2

Tukang Ibu Rumah Tangga

1 - 1.5 Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga

1 - 1.5 Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga

1 - 1.5 Petani Ibu Rumah

Tangga

0.5 - 1 Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga

1 - 1.5 Wiraswasta Ibu Rumah

Tangga


(4)

Data PJB Non Konotrunkal Tanpa Penggunaan Kontrasepsi Oral

No Nama Umur Jenis Kelamin

BB (kg) TB (cm) Jenis PJB Non Konotrunkal

Usia ibu saat hamil (tahun)

Suku Ayah Suku Ibu Pendidikan ayah Pendidikan ibu Pekerjaan ayah Pekerjaan ibu Penghasilan/bulan (juta) 1 Khairunnisa 3 bln Perempuan 2.8 50 ASD 27 Jawa Batak SLTA SLTA Wiraswasta Ibu Rumah Tangga 1.5 - 2 2 By. Nurmasta 13 bln Perempuan 7.8 55 PDA 22 Batak Batak SLTP SLTP Wiraswasta Wiraswasta 1.5 - 2 3 Ester S 1 bln Perempuan 2.5 48 VSD 29 Batak Batak SLTP SMK Tukang Ibu Rumah Tangga 1 - 1.5 4 Riski A 4.5 th Laki-laki 13 79 VSD 26 Jawa Jawa Sarjana SLTA Pegawai swasta Wiraswasta > 2 5 Imelda S 4.5 th Perempuan 14 78 VSD 30 Batak Batak Sarjana SLTA Wiraswasta Ibu Rumah Tangga 1.5 - 2 6 Enjeli 1.5 th Perempuan 6.7 58 VSD 25 Batak Batak Sarjana Sarjana Wiraswasta Ibu Rumah Tangga 1.5 - 2 7 By. Eliati 19 hari Perempuan 2.8 49 VSD 24 Jawa Jawa SLTA SLTA Wiraswasta Ibu Rumah Tangga 1 - 1.5 8 Mustika 1.5 th Perempuan 7 61 VSD 26 Jawa Jawa Sarjana SLTA Wiraswasta Wiraswasta 1.5 - 2 9 Mulia S 5.5 th Perempuan 16 80 ASD 28 Jawa Jawa SLTP SLTA Petani Wiraswasta 1 - 1.5 10 Fauziah Z 1 th Perempuan 8 60 VSD 32 Jawa Aceh Sarjana Sarjana PNS Wiraswasta > 2 11 Hafsah A 4.5 th Perempuan 13 72 PDA 29 Jawa Melayu SLTA SLTA PNS Ibu Rumah Tangga 1.5 - 2 12 Ribka P 12 th Perempuan 35 125 ASD 25 Batak Batak SLTA Sarjana Wiraswasta Ibu Rumah Tangga > 2 13 Amalia 10 th Perempuan 21 98 ASD 34 Jawa Jawa SLTA SLTA Wiraswasta Ibu Rumah Tangga 1.5 - 2 14 Khaira U 1 th Perempuan 10 58 PDA 27 Jawa Jawa Sarjana Sarjana Wiraswasta Wiraswasta > 2 15 Alhabi 2 bln Laki-laki 3 50 VSD 34 Jawa Batak SLTP SLTA Wiraswasta Ibu Rumah Tangga 1 - 1.5 16 By. Rahmah 2 bln Perempuan 2.9 48 VSD 29 Jawa Jawa SLTA SLTA Wiraswasta Ibu Rumah Tangga 1.5 - 2


(5)

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap

: Mars Nashrah Abdullah

Tempat dan Tanggal Lahir

: Darussalam, 12 Juli 1975

Alamat

: Jl. Darussalam Gg. Turi II No. 18, Medan,

Sumut

PENDIDIKAN

Sekolah Dasar

: SDN 82 Banda Aceh, tamat tahun 1987

Sekolah Menengah Pertama

: MTsN 1 Banda Aceh, tamat tahun 1990

Sekolah Menengah Atas

: MAN 1 Banda Aceh, tamat tahun 1993

Dokter Umum

: Fakultas Kedokteran Univ. Syiah Kuala

Banda Aceh, tamat tahun 2001

Magister Kedokteran Klinik

: Fakultas Kedokteran USU Medan

PEKERJAAN

2001-2001

: Kepala Puskesmas Montasik, Kabupaten

Aceh Besar, Prop. Nangroe Aceh

Darussalam

2002-sekarang

: Staf Medis Fungsional RSUD Dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh

PERTEMUAN ILMIAH/ PELATIHAN

1. Simposium New Trend in Management of Pediatric Problems 2008, di Medan

14-18 Januari 2008.

2. Evidence-based Medicine Workshop di Medan, 14-16 Maret 2008, sebagai

peserta.

3. Pertemuan Ilmiah Tahunan IV Ilmu Kesehatan Anak di Medan, tahun 2010,

sebagai peserta.

4. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan V Ikatan Dokter Anak Indonesia

Cabang Sumatera Utara, tahun 2012 sebagai peserta


(6)

PENELITIAN

1. Hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan timbulnya penyakit jantung

bawaan tipe konotrunkal.

ORGANISASI