39 Kantor Kementerian Agama Kota Medan mengkategorikan jenis aktiva
tetapnya ke dalam lima kategori yang masing-masing harga perolehan dan masa manfaatnya telah ditetapkan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, yaitu :
1. tanah,
2. bangunangedung,
3. kendaraan,
4. peralatan,
5. Inventaris Kantor, seperti : komputer, meja, lemari.
Sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diatas terkait ciri-ciri aktiva tetap, maka seluruh kategori yang ada pada
Kantor Kementerian Agama Kota Medan telah disesuaikan dengan Standar Akuntansi Keuangan dimana aktiva tetap yang ada memiliki ciri-ciri sesuai
dengan yang dimaksudkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu aktiva yang berwujud, dimiliki oleh Kantor Kementerian Agama Kota Medan Medan serta
tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.
C. Cara Perolehan Aktiva Tetap
Setiap aktiva tetap mempunyai harga perolehan yang meliputi seluruh jumlah biaya yang dikeluarkan atau hutang yang timbul untuk memperoleh aktiva
tersebut.
40 Biaya perolehan dicatat sebesar harga perolehannya yaitu harga beli aktiva
tersebut ditambah biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut dapat
digunakan oleh perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2006 berpendapat bahwa : Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPh masukan
tidak boleh retribusi non refundable , dan setiap biaya yang dapat diretribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan
yang dapat dimasukkan setiap potongan dikurangkan dari harga pembelian. Dalam menjalankan aktivitasnya suatu perusahaan dapat memperoleh aktiva tetap
dengan beberapa cara dengan pembelian, disumbangkan hadiah, dan dibangun
sendiri.
Kantor Kementerian Agama Kota Medan dalam perolehan aktiva tetapnya
dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1. Pelelangan.
2. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia BarangJasa
dengan cara menunjuk langsung 1 satu Penyedia BarangJasa. 3.
Pengadaan Langsung adalah Pengadaan BarangJasa langsung kepada Penyedia BarangJasa, tanpa melalui PelelanganSeleksiPenunjukan
Langsung.
41
D. Penyusutan Aktiva Tetap
Penyusutan adalah penurunan kemampuan aktiva dalam menyediakan manfaat dalam rangka aktivitas operasional perusahaan. Hal ini dikarenakan
pemakaian yang terus-menerus, sehingga mengakibatkan fungsi aktiva tetap tersebut menurun dari hari ke hari. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, 2006
penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat.
Hal-hal yang menyebabkan penyusutan biasa diidentifikasikan sebagai penyusutan fisik atau penyusutan fungsional. Penyusutan fisik terjadi disebabkan
kerusakan ketika digunakan, dan karena cuaca. Sedangkan penyusutan fungsional terjadi karena aktiva tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat
dengan tingkat seperti yang diharapkan. Di samping pengeluaran dalam masa penggunaan, masalah penyusutan
merupakan masalah yang penting selama masa penggunaan aktiva tetap. Menurut Harahap 2005; 53 Yang dimaksud dengan penyusutan adalah : “Pengalokasian
harga pokok aktiva tetap selama masa penggunaannya”. Beberapa istilah-istilah khusus didalam akuntansi sesuai dengan pengkategorian aktiva terkait dengan
proses harga alokasi harga perolehan aktiva tetap, antara lain :
a. Depresiasi
Yaitu yang digunakan pada proses alokasi harga perolehan untuk aktiva tetap berwujud yang dibebankan ke penghasilan secara periodik.
42 b.
Deplesi Yaitu istilah yang digunakan pada proses alokasi harga perolehan
penyusutan untuk aktiva tetap berupa sumber-sumber alam wasting asset yang dibebankan ke penghasilan secara periodik.
c. Amortisasi
Yaitu istilah yang dipakai pada proses alokasi harga perolehan penyusutan untuk aktiva tetap berwujud yang dibebankan ke penghasilan
secara periodik.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan guna menetapkan besar beban penyusutan setiap periode adalah :
1. Harga perolehan aktiva
Yaitu seluruh pengeluaran atau pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh aktiva sampai keadaan siap pakai.
2. Estimasi nilai pada akhir umur manfaat nilai residu,
Yaitu taksiran realisasi penjualan melalui kas aktiva tetap tersebut setelah akhir penggunaan atau pada saat aktiva tetap tersebut harus ditarik
dari kegiatan operasi. Biaya yang disusutkan depreciable cost adalah jumlah yang harus disebarkan sepanjang umur manfaat aktiva sebagai
beban penyusutan.
43 3.
Umur tekhnis, Umur manfaat yang diperkirakan expected useful life atas aktiva tetap
juga harus diestimasi pada saat aktiva tersebut mulai digunakan. Beberapa faktor yang menyebabkan suatu aktiva tetap berwujud dapat memberi
manfaat dalam waktu yang terbatas, yaitu :
i. Faktor Fisik
Aus karena dipakai wear and tear , aus karena umur deteroralitation and deacay , dan kerusakan merupakan factor fisik yang dapat
mengurangi fungsi aktiva tetap.
ii. Faktor Fungsional
Faktor fungsional yang membatasi umur aktiva berupa ketidakmampuan aktiva memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu
diganti, perubahan permintaan terhadap barang maupun jasa yang dihasilkan, kemajuan tekhnologi yang menyebabkan suatu aktiva tidak
ekonomis lagi apabila dipakai.
iii. Pola Pemakaian
Pola pamakaian harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pembebanan penyusutan terhadap produksi.
Diperlukan suatu metode untuk menghitung besarnya pengalokasian pembebanan penyusutan aktiva tetap. Tiga metode penyusutan yang paling umum
digunakan adalah metode garis lurus, metode unit produksi, dan metode saldo menurun berganda.
44
a. Straight Line Methode metode garis lurus
Metode ini menghitung penyusutan berat beban penyusutan dibebankan secara merata. Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan
yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aktiva tetap.Beban penyusutan menurut metode ini dihitung sebagai berikut Harahap, 2005:
Keterangan : D
= Beban Penyusutan Depresiasi C
= Harga Pokok Aktiva cost S
= Salvage Value nilai residu N
= Useful Life umur teknis Contoh :
Sebuah peralatan dibeli dengan harga Rp15.000.000 nilai residu ditaksir Rp 1.500.000 dan estimasi umurnya adalah 5 tahun. Penyusutan tahunan
aktiva tersebut dihitung sebagai berikut :
000 .
700 .
2 5
000 .
500 .
1 000
. 000
. 15
Rp =
−
C ̶ S
D = N
45
Tabel. 3.1 Penyusutan Menurut Metode Straight Line
Metode Garis Lurus
Dalam jutaan rupiah Akhir
Tahun Harga Pokok
Penyusutan Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku
1
2
3
4
5 15.000.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000 -
2.700.000
2.700.000
2.700.000
2.700.000
2.700.000 -
2.700.000
5.400.000
8.100.000
10.800.000
13.500.000
13.500.000 15.000.000
12.300.000
9.600.000
6.900.000
4.200.000
1.500.000
Sumber : Data diolah 2015
46
b. Unit of production method Metode unit produksi
Jika tingkat pemanfaatan aktiva tetap bervariasi dari tahun ke tahun, maka metode unit produksi lebih tepat dipakai dari pada metode garis lurus.
Dalam hal ini, metode unit produksi mampu membandingkan lebih baik beban penyusutan dengan pendapatan terkait.
Metode unit produksi Unit-of-Production Method menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama bagi setiap unit kapasitas yang digunakan
oleh aktiva. Untuk menerapkan metode ini umur manfaat aktiva diekpresikan dalam istilah unit kapasitas produktif seperti jam atau mill.
Total beban penyusutan untuk setiap periode akuntansi kemudian ditentukan dengan mengalihkan penyusutan per unit dengan jumlah unit
yang dihasilkan atau digunakan selama periode dimaksud. Beban penyusutan per jam dihitung sebagai berikut :
Contoh : Dengan menggunakan ilustarasi contoh sebelumnya jam kerja aktiva tetap
dimisalkan 75.000 jam maka penyusutan per jam adalah sebagai berikut :
perjam 180
000 .
75 000
. 500
. 1
000 .
000 .
15 =
−
Dengan mengasumsikan bahwa aktiva tetap dioperasikan 15.000 jam selama 1 tahun maka beban penyusutan dalam 1 tahun adalah 15.000 ×
180 = Rp 2.700.000
47
Tabel. 3.2 Penyusutan Menurut Unit of production method
Metode unit produksi Dalam jutaan rupiah
No Jam Kerja
Penyusutan Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku
1
2
3
4
5 15.000
13.000
10.000
17.000
20.000
75.000 000
. 700
. 2
180 000
. 15
= ×
000 .
340 .
2 180
000 .
13 =
×
000 .
800 .
1 180
000 .
10 =
×
000 .
060 .
3 180
000 .
17 =
×
000 .
600 .
3 180
000 .
20 =
×
000 .
500 .
13 180
000 .
75 =
× 2.700.000
6.840.000
4.500.000
9.900.000
13.500.000 15.000.000
12.300.000
8.160.000
10.500.000
5.100.000
1.500.000
Sumber : Data diolah 2015
48
c. Double declining balance method Metode saldo menurun berganda
Metode saldo menurun berganda double declining balance method menghasilakan beban periodik yang terus menurun sepanjang estimasi
umur manfaat aktiva. Untuk menerapkan metode ini tarif penyusutan garis lurus tahun terlebih dahulu harus digandakan.
Contoh : Dengan menggunakan ilustrasi contoh sebelumnya maka tarif penyusutan
saldomenurun adalah : = 100 5 tahun = 20
Digandakan menjadi 20 × 2 = 40
Tabel. 3.3 Pentusutan Menurut Double declining balance method
Metode saldo menurun berganda Dalam jutaan rupiah
Tahun Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan Nilai Buku 1
2 3
4 5
40 × 15.000.000 = 6.000.000 40 × 9.000.000 = 3.600.000
40 × 5.400.000 = 2.160.000 40 × 3.240.000 = 1.296.000
40 × 1.944.000 = 777.600 6.000.000
9.600.000 11.760.000
13.056.000 13.833.600
9.000.000 5.400.000
3.240.000 1.944.000
1.166.400
Sumber : Data diolah 2015
49
E. Penggantian Aktiva Tetap
Perusahaaninstansi mengambil suatu kebijakan terkait dengan pengguaan aktiva tetap dikarenakan aktiva tersebut aktiva tersebut tidak lagi dapat
dipergunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Aktiva tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat ditarik dari pemakaian. Cara penggantian aktiva tetap
yang dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama Kota Medan yaitu : 1.
Penghapusan Aktiva Harus Mengusulkan Penetapan Status Penggunaannya ke Kantor
Wilayah Kemenag Sumut. Kemenag sumut meneruskan Ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL stelah
melakukan PSP dan membentuk TIM penilaian Barang , TIM KPKNL datang untuk Melakukan Penilaian Executive Summary
ke kantor Kemenag Kota Medan, keluar lah Surat Persetujuan Pemindahtangan dengan tindak lanjut Penjualan BMN selain
Tanah dan atau Bangunan pada Kementerian Agama Republik Indonesia, Satker Kantor Kemenag Kota Medan dari KPKNL.
Pihak Kemenag Mengusulkan Penghapusan Barang Milik Negara Secara Lelang dan Melengkapi Dokomen-dokumen Persyaratan
untuk Lelang. Dan Menunggu Proses Jadwal Pelelangan dari Pejabat Lelang KPKNL.
50
F. Pengendalian Internal Terhadap Aktiva Tetap