2. Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik menurut Sunyoto 2010: 110 adalah “yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka
persamaan tersebut menjadi tidak baik tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier antara
kesalahan pengganggu periode t berada dengan kesalahan pengganggu periode t-1 sebelumnya. Salah satu ukuran dalam menentukan ada
tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson DW dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW di bawah -2 DW -2 b. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau
-2 ≤ DW ≤ +2
c. Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau DW +2
3.8.3 Pengujian Hipotesis 1. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi R
2
menurut Fatma, dkk 2007: 48 bertujuan “untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan
variabel dependen”. Untuk regresi linier berganda sebaiknya menggunakan R Square yang disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square , karena
disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitian. Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1.
2. Uji Simultan dengan F-Test
Menurut Fatma, dkk 2007: 50 hasil F-Test “menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen
jika p-value pada kolom sig. lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, atau F tabel dihitung dengan cara df
1
= k-1, dan df
2
= n-k, k adalah jumlah variabel dependen dan independen”.
Menurut Fatma, dkk 2007: 49 penerimaan dan penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:
Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika hipotesis nol H
yang diusulkan adalah 1. H
diterima jika F-hitung F-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig. level of significant α sebesar 0,05.
2. H ditolak jika F-hitung F-tabel, atau nilai p-value pada kolom
sig. level of significant α sebesar 0,05. Pedoman yang digunakan apabila menerima atau menolak hipotesis jika
hipotesis alternatif Ha yang diusulkan: 1. Ha diterima jika F-hitung F-tabel, atau nilai p-value pada kolom
sig. level of significant α sebesar 0,05. 2. Ha ditolaka jika F-hitung F-tabel, atau nilai p-value pada kolom
sig. level of significant α sebesar 0,05.
3. Uji Parsial dengan t-Test
Menurut Fatma, dkk 2007: 51 t-test bertujuan “untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual parsial
terhadap variabel dependen”. Nilai dri uji t-test dapat dilihat dari p-value
Universitas Sumatera Utara
pada kolom sig. pada masing-masing variabel independen , jika p-value lebih kecil deri level of significant yang ditentukan.
Menurut Fatma, dkk 2007: 49 penerimaan dan penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:
Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika hipotesis nol H
yang diusulkan adalah 1. H
diterima jika t-hitung t-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig. level of significant α sebesar 0,05.
2. H ditolak jika t-hitung t-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.
level of significant α sebesar 0,05. Pedoman yang digunakan apabila menerima atau menolak hipotesis jika
hipotesis alternatif Ha yang diusulkan: 1. Ha diterima jika t-hitung t-tabel, atau nilai p-value pada kolom
sig. level of significant α sebesar 0,05. 2. Ha ditolak jika t-hitung t-tabel, atau nilai p-value pada kolom
sig. level of significant α sebesar 0,05.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN