Pengujian Hipotesis 1. Koefisien Determinasi

2. Uji Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik menurut Sunyoto 2010: 110 adalah “yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t berada dengan kesalahan pengganggu periode t-1 sebelumnya. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson DW dengan ketentuan sebagai berikut: a. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW di bawah -2 DW -2 b. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau -2 ≤ DW ≤ +2 c. Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau DW +2

3.8.3 Pengujian Hipotesis 1. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi R 2 menurut Fatma, dkk 2007: 48 bertujuan “untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen”. Untuk regresi linier berganda sebaiknya menggunakan R Square yang disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square , karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam Universitas Sumatera Utara penelitian. Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1.

2. Uji Simultan dengan F-Test

Menurut Fatma, dkk 2007: 50 hasil F-Test “menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-value pada kolom sig. lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, atau F tabel dihitung dengan cara df 1 = k-1, dan df 2 = n-k, k adalah jumlah variabel dependen dan independen”. Menurut Fatma, dkk 2007: 49 penerimaan dan penolakan hipotesis adalah sebagai berikut: Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika hipotesis nol H yang diusulkan adalah 1. H diterima jika F-hitung F-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig. level of significant α sebesar 0,05. 2. H ditolak jika F-hitung F-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig. level of significant α sebesar 0,05. Pedoman yang digunakan apabila menerima atau menolak hipotesis jika hipotesis alternatif Ha yang diusulkan: 1. Ha diterima jika F-hitung F-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig. level of significant α sebesar 0,05. 2. Ha ditolaka jika F-hitung F-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig. level of significant α sebesar 0,05.

3. Uji Parsial dengan t-Test

Menurut Fatma, dkk 2007: 51 t-test bertujuan “untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual parsial terhadap variabel dependen”. Nilai dri uji t-test dapat dilihat dari p-value Universitas Sumatera Utara pada kolom sig. pada masing-masing variabel independen , jika p-value lebih kecil deri level of significant yang ditentukan. Menurut Fatma, dkk 2007: 49 penerimaan dan penolakan hipotesis adalah sebagai berikut: Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika hipotesis nol H yang diusulkan adalah 1. H diterima jika t-hitung t-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig. level of significant α sebesar 0,05. 2. H ditolak jika t-hitung t-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig. level of significant α sebesar 0,05. Pedoman yang digunakan apabila menerima atau menolak hipotesis jika hipotesis alternatif Ha yang diusulkan: 1. Ha diterima jika t-hitung t-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig. level of significant α sebesar 0,05. 2. Ha ditolak jika t-hitung t-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig. level of significant α sebesar 0,05. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN