Pengaruh Ekonomi Makro Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA 1 MEDAN

PENGARUH EKONOMI MAKRO TERHADAP

HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN

MULTIFINANCE DAN PERBANKAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

Skripsi OLEH:

YENI 060502023 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara 2010


(2)

ABSTRAK

Yeni (2010). Pengaruh Ekonomi Makro Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Dibawah bimbingan Drs. Syahyunan, M.Si, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si (Ketua Departemen Manajemen), Dr. Isfenti Sadalia, ME (Penguji I) dan Drs. Nakman Harahap, M.Si (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ekonomi makro terhadap harga saham pada perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009. Ekonomi makro diukur dari indikator-indikatornya, antara lain inflasi, nilai tukar, dan suku bunga.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Multifinance dan Perbankan yang sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan tidak pernah di-suspend (diberhentikan) selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 yang berjumlah 23 emiten.

Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengaruh variabel ekonomi makro yang terdiri dari : Inflasi, Nilai Tukar, dan Suku Bunga terhadap Harga Saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia?”

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan regresi linear berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu uji serempak (uji F) dan uji secara parsial (uji t),

dengan tingkat signifikansi (α) = 5%. Penganalisaan data menggunakan software

pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.00 for Windows.

Hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa inflasi mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham, sedangkan nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sementara suku bunga tidak diikutkan dalam pengujian hipotesis untuk mengatasi masalah multikolinearitas yang terjadi di antara variabel bebas. Hasil pengujian hipotesis secara serempak (uji F) menunjukkan bahwa inflasi dan nilai tukar mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap harga saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Koefisien determinasi (R2) dari hasil penelitian menunjukkan 16,9% variasi dari harga saham dijelaskan oleh kedua variabel bebas. Sedangkan sisanya 83,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. Hasil penelitian ini memenuhi keseluruhan uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Kerangka Konseptual ... 6

D. Hipotesis ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... 8

F. Metode Penelitian ... 9

1. Batasan Operasional ... 9

2. Definisi Operasional Variabel ... 10

3. Populasi dan Sampel ... 12

4. Teknik Pengumpulan Data ... 14

5. Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

6. Jenis Data ... 15

7. Metode Analisis Data ... 15

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 20


(4)

C. Inflasi ... 22

1. Teori Inflasi ... 23

2. Jenis-jenis Inflasi ... 24

D. Nilai Tukar ... 25

1. Teori yang Berkaitan Dengan Nilai Tukar ... 25

2. Jenis-jenis Sistem Nilai Tukar ... 27

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar ... 28

E. Suku Bunga ... 30

1. Fungsi Suku Bunga Dalam Perekonomian ... 31

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga ... 31

3. Sertifikat Bank Indonesia ... 32

F. Harga Saham ... 33

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 37

B. Gambaran Umum Perusahaan Multifinance dan Perbankan ... 40

1. PT. Adira Dinamika Multifinance Tbk ... 40

2. PT. Buana Finance Tbk ... 40

3. PT. BFI Finance Indonesia Tbk ... 41

4. PT. Clipan Finance Indonesia Tbk ... 42

5. PT. Indocitra Finance Tbk ... 42

6. PT. Trust Finance Indonesia Tbk ... 43

7. PT. Bank ICB Bumiputera Tbk ... 43

8. PT. Bank Central Asia Tbk ... 44

9. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk ... 44

10.PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk ... 45

11.PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ... 45

12.PT. Bank Kesawan Tbk ... 47


(5)

14.PT. Bank CIMB Niaga Tbk ... 48

15.PT. Bank Internasional Indonesia Tbk ... 48

16.PT. Bank Permata Tbk ... 49

17.PT. Bank Swadesi Tbk ... 49

18.PT. Bank Victoria International Tbk ... 50

19.PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk ... 50

20.PT. Bank Mayapada Internasional Tbk ... 51

21.PT. Bank Mega Tbk ... 51

22.PT. Bank OCBC NISP Tbk ... 51

23.PT. PAN Indonesia Bank Tbk ... 52

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Desktiptif ... 53

B. Analisis Statisktik ... 62

1. Pengujian Asumsi Klasik ... 62

2. Pengujian Hipotesis ... 71

3. Koefisien Determinasi ... 76

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1.1 Indikator Ekonomi ... 2

Tabel 1.2 Posisi Pembiayaan Rupiah dan Valuta Asing Perusahaan Multifinance Menurut Jenis Pembiayaan ... 4

Tabel 1.3 Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Pengambilan Sampel ... 13

Tabel 1.4 Nama-nama Perusahaan Multifinance ... 13

Tabel 1.5 Nama-nama Perusahaan Perbankan ... 14

Tabel 1.6 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 17

Tabel 4.1 Tingkat Inflasi ... 53

Tabel 4.2 Nilai Tukar ... 56

Tabel 4.3 Suku Bunga ... 58

Tabel 4.4 Harga Saham ... 60

Tabel 4.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (1) ... 64

Tabel 4.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (2) ... 66

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas (1) ... 67

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas (2) ... 67

Tabel 4.9 Hasil Durbin-Watson Test ... 69

Tabel 4.10 Uji Glesjer ... 70

Tabel 4.11 Hasil Estimasi Regresi ... 71

Tabel 4.12 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 72


(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 1.1 Pertumbuhan Aset, Kredit, dan Dana Perbankan ... 5

Gambar 1.2 Kerangka Konseptual ... 8

Gambar 4.1 Histogram (1) ... 63

Gambar 4.2 Normal P-P Plot (1) ... 63

Gambar 4.3 Histogram (2) ... 65

Gambar 4.4 Normal P-P Plot (2) ... 65


(8)

ABSTRAK

Yeni (2010). Pengaruh Ekonomi Makro Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Dibawah bimbingan Drs. Syahyunan, M.Si, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si (Ketua Departemen Manajemen), Dr. Isfenti Sadalia, ME (Penguji I) dan Drs. Nakman Harahap, M.Si (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ekonomi makro terhadap harga saham pada perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009. Ekonomi makro diukur dari indikator-indikatornya, antara lain inflasi, nilai tukar, dan suku bunga.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Multifinance dan Perbankan yang sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan tidak pernah di-suspend (diberhentikan) selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 yang berjumlah 23 emiten.

Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengaruh variabel ekonomi makro yang terdiri dari : Inflasi, Nilai Tukar, dan Suku Bunga terhadap Harga Saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia?”

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan regresi linear berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu uji serempak (uji F) dan uji secara parsial (uji t),

dengan tingkat signifikansi (α) = 5%. Penganalisaan data menggunakan software

pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.00 for Windows.

Hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa inflasi mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham, sedangkan nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sementara suku bunga tidak diikutkan dalam pengujian hipotesis untuk mengatasi masalah multikolinearitas yang terjadi di antara variabel bebas. Hasil pengujian hipotesis secara serempak (uji F) menunjukkan bahwa inflasi dan nilai tukar mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap harga saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Koefisien determinasi (R2) dari hasil penelitian menunjukkan 16,9% variasi dari harga saham dijelaskan oleh kedua variabel bebas. Sedangkan sisanya 83,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. Hasil penelitian ini memenuhi keseluruhan uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi perekonomian Indonesia secara makro dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan investor dalam penempatan dananya

pada suatu jenis investasi. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun

1997 mengakibatkan kinerja Badan Usaha menurun tajam, bahkan di antaranya

menderita kerugian. Pada saat itu variabel ekonomi makro seperti tingkat suku

bunga, nilai tukar rupiah, dan inflasi mengalami perubahan yang cukup tajam.

Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal pinjaman, dan

dividen serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas.

Tingkat suku bunga yang meningkat menyebabkan investor menarik investasinya

pada saham dan memindahkan pada investasi berupa tabungan dan deposito

sehingga akan mempengaruhi harga saham dan return yang diisyaratkan oleh

investor.

Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan

dalam mata uang negara lainnya. Melemahnya kurs nilai tukar rupiah akan

menyebabkan meningkatnya harga barang-barang impor diikuti oleh harga produk

dalam negeri sehingga mengakibatkan inflasi, yaitu kecenderungan terjadinya

peningkatan harga-harga produk secara keseluruhan.

Kondisi perekonomian Indonesia tahun 2005-2009 mengalami peningkatan

yang diwujudkan melalui kinerja indikator makro ekonomi yang semakin


(10)

Tabel 1.1 Indikator Ekonomi

Tahun Inflasi (%) Nilai Tukar Rupiah (Rp) Suku Bunga SBI (%)

2005 10,40 9.709,80 10,54

2006 13,33 9.166,07 11,83

2007 6,40 9.136,20 8,6

2008 10,31 9.485,05 8,66

2009 4,89 10.129,13 7,15

Sumber :

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa inflasi yang terjadi selama

lima tahun tersebut mengalami fluktuasi. Pada saat inflasi mengalami penurunan,

akan menjadi sinyal positif bagi investor dikarenakan menurunnya risiko daya beli

uang (purchasing power of money) dan risiko penurunan pendapatan riil.

Sebaliknya pada saat inflasi mengalami kenaikan akan berdampak pada para

investor karena akan mempengaruhi kinerja badan usaha. Inflasi akan

menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada akhirnya

juga akan menyebabkan hutang pada pihak ketiga berupa beban bunga akan

menjadi meningkat.

Rata-rata nilai tukar rupiah Indonesia selama lima tahun itu berfluktuasi

terhadap dolar US, ada mengalami apresiasi (penguatan nilai tukar) dan depresiasi

(pelemahan nilai tukar). Pada saat depresiasi, nilai tukar menurun dan nantinya

perlahan-lahan dapat meningkatkan suku bunga sehingga investor menarik

sahamnya dan akan mempengaruhi harga saham. Pada saat terjadi apresiasi, suku

bunga akan menurun dan akan berpengaruh pada harga saham.

Variabel suku bunga SBI rate selama lima tahun itu cenderung menurun

sehingga kesempatan investasi yang lebih menarik adalah investasi pada saham


(11)

penurunan tingkat suku bunga berarti biaya modal berupa beban hutang yang

ditanggung perusahaan tidak besar.

Pergerakan nilai tukar yang tidak menentu ditambah kenaikan suku bunga

yang terus berlangsung menjadi salah satu kendala yang cukup serius bagi

perusahaan pembiayaan (multifinance). Dampaknya sungguh terasa terutama bagi

perusahaan pembiayaan yang modalnya berasal dari perbankan.

Kenaikan suku bunga BI Rate menyebabkan bank-bank menaikkan suku

bunga. Tidak hanya itu, bank-bank pun akan semakin selektif dalam pemberian

kredit. Multifinance yang mempunyai sumber dana utama dari perbankan akan

mengalami masalah dari dua sisi sekaligus. Pertama, harga dana makin mahal dan

relatif lebih sulit. Kedua, risiko makin besar karena harga ke konsumen lebih

mahal sekaligus menurunnya daya beli masyarakat.

Kinerja perusahaan Multifinance mulai menunjukkan kekuatannya setelah

krisis ekonomi. Hal ini terlihat dari mulai aktifnya pembiayaan yang dilakuka n

perusahaan Multifinance yang terdiri atas sewa guna usaha (leasing), anjak

piutang (factoring), pembiayaan konsumen, dan kartu kredit. Ada peningkataan

pembiayaan di industri ini, pembiayaan perusahaan Multifinance masih

didominasi oleh sektor pembiayaan konsumen dan sewa guna usaha kemudian

diikuti oleh anjak piutang dan kartu kredit. Peningkatan pembiayaan oleh


(12)

Tabel 1.2

Posisi Pembiayaan Rupiah dan Valuta Asing Perusahaan Multifinance Menurut Jenis Pembiayaan (dalam miliar rupiah)

Sumber:

Berdasarkan Tabel 1.2, tahun 2005 sampai tahun 2009 pembiayaan di

industri ini mengalami peningkatan rata-rata sebesar 21,72% setiap tahunnya.

Kenaikan pertumbuhan pembiayaan tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar

37,03%, sedangkan pertumbuhan pembiayaan terendah terjadi pada tahun 2009

yaitu 3,86%. Hal ini terjadi karena dampak dari krisis global pada pertengahan

tahun 2008 yang menyebabkan terjadinya inflasi sehingga BI menaikkan suku

bunga. Sulitnya mendapatkan funding dari bank akan menghambat Multifinance

untuk mengembangkan pembiayaannya.

Pendanaan perbankan ke sektor perusahaan pembiayaan sepertinya akan

terus meningkat, meski terjadi kenaikan tingkat suku bunga. Hal ini karena

perbankan masih merupakan sumber utama pendanaan bagi perusahaan

pembiayaan. Industri pembiayaan masih akan dihadapkan pada beberapa kendala

di masa yang akan datang. Salah satunya adalah kenaikan suku bunga yang

diprediksi masih akan terus berlangsung hingga akhir tahun seiring dengan

naiknya suku bunga kredit perbankan dan pergerakan nilai tukar rupiah yang

sangat berfluktuatif membuat industri perbankan dan industri pembiayaan harus

tepat membuat kebijakan manajemen berikutnya.

Jenis Pembiayaan 2005 2006 2007 2008 2009

Leasing 19.085 32.644 36.482 50.680 46.528

Factoring 1.411 1.280 2.200 2.221 2.027

Kartu Kredit 1.763 1.477 1.442 1.145 930

Pembiayaan 45.387 57.296 67.562 83.191 93.054


(13)

Kinerja perbankan dapat dilihat dari pertumbuhan aset, kredit, dan dana

pihak ketiga (DPK), pada gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1: Pertumbuhan Aset, Kredit, dan Dana Perbankan Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (20/5/2010, diolah)

Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa aset, kredit, dan dana pihak ketiga

dari perbankan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini berarti sektor

perbankan mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik. Perkembangan

perbankan sepanjang tahun 2009 menunjukkan adanya recovery setelah krisis

global yang berlangsung pada medio 2008. Hal tersebut tercermin dengan adanya

pertumbuhan aset, kredit, dan dana pihak ketiga perbankan pada periode Juni

hingga Desember 2009 yang relatif lebih tinggi dibanding semester pertama 2009

(Economic Review,2009).

Kegiatan perusahaan Multifinance dan kinerja Perbankan akan

mempengaruhi pertumbuhan masing-masing perusahaan, yang berdampak pada

harga saham perusahaan tersebut. Pergerakan harga saham yang cenderung

mengikuti pergerakan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, dan suku

bunga ini menjadi ketertarikan bagi peneliti untuk meneliti apakah terdapat


(14)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Ekonomi Makro terhadap Harga Saham

pada Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka

dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh variabel ekonomi

makro yang terdiri dari : Inflasi, Nilai Tukar, dan Suku Bunga terhadap Harga

Saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia?”

C. Kerangka Konseptual

Harga saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran,

harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan

permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran. Boedie dkk

(dalam Utami dan Rahayu, 2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

harga saham yaitu inflasi, nilai tukar, dan suku bunga.

Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga

produk-produk secara keseluruhan (Tandelilin, 2001:212). Kenaikan harga dari satu atau

dua barang saja tidak dapat disebut sebagai inflasi kecuali bila kenaikan itu

meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Inflasi akan

menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada akhirnya

juga akan menyebabkan hutang pada pihak ketiga berupa beban bunga akan


(15)

Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan

dalam mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004:397), maksudnya mengukur nilai

valuta suatu negara dari perspektif valuta negara lain. Hubungan nilai tukar

dengan harga saham adalah berlawanan arah (negatif) di mana pada saat nilai

tukar terdepresiasi maka harga saham naik, dan pada saat nilai tukar mengalami

apresiasi maka harga saham turun. Nilai tukar dimasukkan dalam penelitian ini

karena nilai tukar saat ini sering berfluktuasi yang dapat mengakibatkan pasar

modal Indonesia mengalami kemunduran yang berdampak terhadap

perekonomian Indonesia, juga karena adanya perbedaan pendapat hubungan

antara nilai tukar dengan harga saham.

Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi variabilitas return suatu

investasi yang tercermin akibat perubahan harga saham (Tandelilin, 2001:48-49).

Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik. Apabila

suku bunga meningkat maka harga saham akan turun, hal tersebut dapat terjadi

karena investor akan lebih tertarik terhadap investasi yang terkait dengan suku

bunga (misalnya deposito) dengan cara memindahkan investasinya.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan

sebelumnya, maka variabel yang mempengaruhi harga saham yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu inflasi, nilai tukar, dan suku bunga. Kerangka


(16)

Gambar 1.2 : Kerangka Konseptual

Sumber : Utami dan Rahayu, 2003 (23/2/2010,diolah)

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka dihipotesiskan sebagai berikut:

“Inflasi, Nilai Tukar, dan Suku Bunga berpengaruh terhadap Harga Saham

Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menguji dan

menganalisis pengaruh antara variabel inflasi, nilai tukar, dan suku bunga

terhadap harga saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa

Efek Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a.Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah

wawasan peneliti dalam bidang keuangan khususnya mengenai Inflasi,

Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Harga Saham. Inflasi (X1)

Suku Bunga (X3)


(17)

b.Bagi Investor

Sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam pengambilan

keputusan melakukan investasi pada saham Perusahaan Multifinance dan

Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

c.Bagi Pihak Lainnya

Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi peneliti selanjutnya

yang ingin melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai

pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah, dan suku bunga terhadap harga saham.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

(1) Variabel bebas (independent variable) yang terdiri dari inflasi, nilai

tukar, dan suku bunga.

(2) Variabel terikat (dependent variable) yaitu harga saham.

b.Perusahaan yang menjadi target populasi adalah Perusahaan Multifinance

dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2005-2009.

c.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(1) Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan

perusahaan publik yang ada di BEI dari tahun 2005-2009.

(2) Harga saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan yaitu pada saat


(18)

(3) Data Inflasi, Nilai Tukar, dan Suku Bunga pada tahun 2005-2009 yang

dipublikasikan Bank Indonesia.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Variabel Bebas (Independent Variable) 1. Inflasi (X1

Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk

secara keseluruhan (Tandelilin, 2001:212). Data inflasi yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah data perbulan yang kemudian dirata-ratakan

menjadi data tahunan dengan menggunakan rumus:

)

Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang

pada akhirnya juga akan menyebabkan hutang perusahaan Multifinance dan

Perbankan pada pihak ketiga berupa beban bunga akan menjadi meningkat.

Oleh karena itu, rata-rata inflasi tahunan akan dikalikan dengan beban bunga

(interest expense) masing-masing perusahaan.

2. Nilai Tukar (X2

Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam

mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004:397), maksudnya mengukur nilai

valuta suatu negara dari perspektif valuta negara lain. Nilai tukar diukur dari

perubahan nilai tukar mata uang rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika

Serikat (US$). Terdapat dua harga dalam nilai tukar yaitu harga jual dan


(19)

harga beli setelah disesuaikan dengan tingkat inflasi (Utami dan Rahayu,

2003). Harga jual nilai tukar dan harga beli nilai tukar dirata-ratakan untuk

mendapatkan nilai tukar tengah yang kemudian dirata-ratakan menjadi data

tahunan dengan menggunakan rumus:

Fluktuasi nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap pendapatan (beban)

operasional perusahaan sebagai hasil dari keuntungan (kerugian) transaksi

valuta asing/derivatif. Oleh karena itu, rata-rata nilai tukar ini akan dikaitkan

dengan other operating revenue dengan cara membagikan other operating

revenue dengan rata-rata nilai tukar tengah tahunan pada laporan keuangan

masing-masing perusahaan.

3. Suku Bunga (X3

Suku bunga yaitu berupa suku bunga riil yang dihitung dari perubahan suku

bunga SBI jangka waktu satu bulan yang telah disesuaikan dengan tingkat

inflasi (Utami dan Rahayu, 2003), yang dihitung dengan menggunakan

rumus:

)

Rata-rata suku bunga tahunan ini akan dikalikan dengan piutang usaha

perusahaan, yang disebut loans (pinjaman pada pihak ketiga) pada laporan

keuangan masing-masing perusahaan.


(20)

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham

masing-masing perusahaan yang termasuk perusahaan Multifinance dan

Perbankan yang terdaftar di BEI. Harga saham dihitung dari harga bulanan

yang dikalkulasikan menjadi rata-rata tahunan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut (dalam Utami dan Rahayu, 2003):

3. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan

Multifinance dan Perbankan yang listing atau terdaftar di BEI selama periode

tahun 2005-2009. Pengambilan sampel menggunakan pendekatan Non probability

sampling, yaitu dengan metode “Purposive Sampling”. Purposive Sampling

adalah teknik penentuan sampel dengan menggunakan kriteria (pertimbangan)

tertentu (Sugiyono, 2005:78).

Adapun kriteria penarikan sampel dalam penelitian ini adalah:

a. Emiten yang sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan

tidak pernah di-suspend (diberhentikan) selama periode tahun 2005-2009.

b. Emiten yang mempublikasikan laporan keuangan per tahun selama periode

tahun 2005-2009.

c. Emiten yang mempublikasikan harga saham perbulan selama periode tahun


(21)

Tabel 1.3

Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Pengambilan Sampel

a. Perusahaan Multifinance

b. Perusahaan Perbankan

No Karakteristik Sampel Jumlah

1. Perusahaan Perbankan yang terdaftar selama periode 2005-2009 20

2. Perusahaan yang pernah disuspend 0

3. Perusahaan yang belum mempublikasikan laporan keuangan (2) 4. Perusahaan yang tidak mempublikasikan harga saham perbulan (1)

Jumlah Akhir Sampel 17

Sumber: www.idx.co.id (27/2/2010, diolah peneliti)

Berdasarkan Tabel 1.3, diperoleh sampel penelitian sebanyak 6 perusahaan

Multifinance dan 17 perusahaan Perbankan, sebagai berikut: Tabel 1.4

Nama-nama Perusahaan Multifinance

Sumber: www.idx.co.id (27/2/2010, diolah peneliti)

No Karakteristik Sampel Jumlah

1. Perusahaan pembiayaan yang terdaftar selama periode 2005-2009 8

2. Perusahaan yang pernah disuspend 0

3. Perusahaan yang belum mempublikasikan laporan keuangan (2) 4. Perusahaan yang tidak mempublikasikan harga saham perbulan 0

Jumlah Akhir Sampel 6

No. Kode Nama Perusahaan

1. ADMF PT. Adira Dinamika Multifinance Tbk 2. BBLD PT. Buana Finance Tbk

3. BFIN PT. BFI Finance Indonesia Tbk 4. CFIN PT. Clipan Finance Indonesia Tbk 5. INCF PT. Indocitra Finance Tbk


(22)

Tabel 1.5

Nama-nama Perusahaan Perbankan

Sumber: www.idx.co.id (27/2/2010, diolah peneliti)

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan

mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal, dan buku-buku referensi

untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data

sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia

dan Bank Indonesia.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

a.Tempat Penelitian

No. Kode Nama Perusahaan

1. BABP PT. Bank ICB Bumiputera Tbk 2. BBCA PT. Bank Central Asia Tbk

3. BBNI PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 4. BBNP PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 5. BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 6. BKSW PT. Bank Kesawan Tbk

7. BMRI PT. Bank Mandiri Tbk 8. BNGA PT. Bank CIMB Niaga Tbk

9. BNII PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 10. BNLI PT. Bank Permata Tbk

11. BSWD PT. Bank Swadesi Tbk

12. BVIC PT. Bank Victoria International Tbk 13. INPC PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk 14. MAYA PT. Bank Mayapada Internasional Tbk 15. MEGA PT. Bank Mega Tbk

16. NISP PT. Bank OCBC NISP Tbk 17. PNBN PT. PAN Indonesia Bank Tbk


(23)

Penelitian dilakukan di BEI melalui situs www.yahoofinance.com,

b.Waktu Penelitian

Waktu penelitian yaitu dimulai pada bulan Mei 2010 sampai dengan Juli

2010.

6. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang

bersumber dari data sekunder. Data sekunder yaitu berasal dari publikasi Bursa

Efek Indonesia tentang data emiten, laporan-laporan yang dipublikasikan oleh

Bank Indonesia, berbagai hasil penelitian dan buku referensi, jurnal-jurnal,

majalah-majalah, laporan harga saham yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis deskriptif dan metode analisis statistik.

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang

dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif

sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.

b. Metode Analisis Statistik


(24)

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari

inflasi, nilai tukar, dan suku bunga terhadap harga saham. Model yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3

Di mana : Y = Harga saham + e

a = Konstanta

X1

X

= Inflasi

2

X

= Nilai Tukar

3

b

= Suku Bunga

1-3 = Koefisien regresi variabel X

e = Standard error

1-3

Ada beberapa kriteria persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi

sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan tidak

bias (Situmorang dkk, 2008 : 55-105), yaitu :

a) Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,

variabel bebas dan variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal

atau tidak. Model yang paling baik adalah berdistribusi data normal atau

mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis Kolmogrov-Smirnov.

Apabila diperoleh nilai signifikan uji Kolmogrov-Smirnov lebih besar dari (>)


(25)

b) Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear

ditemukan adanya korelasi yang tinggi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi

ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Variance

Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan :

Bila VIF > 5 maka terdapat masalah multikolinearitas yang serius.

Bila VIF < 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius.

Hubungan linear antar variabel inilah yang disebut dengan multikolinearitas.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel

independen.

c) Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu

pada t-1

Tabel 1.6

(periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas

dari autokorelasi. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dalam satu model

regresi, maka digunakan model statistik dari D-W (Durbin-Watson) dengan

ketentuan sebagai berikut:

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl d du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 - dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 - du d ≤ 4 - dl Tidak ada autokorelasi, positif atau

negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du

Sumber : Situmorang dkk (2008:86)


(26)

dl = batas bawah

d) Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika

varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain sama, maka

disebut homoskedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala

heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot di sekitar nilai X dan Y. Jika ada pola tertentu, maka terjadi gejala

heteroskedastisitas.

2) Pengujian Hipotesis

a) Pengujian Hipotesis Serempak (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa “Inflasi, Nilai Tukar,

dan Suku Bunga mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan

terhadap Harga Saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek

Indonesia”. Bentuk pengujian:

H0 : b1 = b2 = b3

H

= 0, artinya inflasi, nilai tukar, dan suku bunga tidak

mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham

Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

1 : b1 ≠ b2 ≠ b3

Pada penelitian ini nilai F

≠ 0, artinya inflasi, nilai tukar, dan suku bunga

mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham

Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

hitung akan dibandingkan dengan Ftabel

H

pada tingkat

signifikan α = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji simultan atau uji F:


(27)

H1 diterima (H0 ditolak) jika Fhitung > Ftabel

b) Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

pada α = 5%

Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa “Inflasi, Nilai Tukar,

dan Suku Bunga mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap

Harga Saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek

Indonesia”. Bentuk pengujian:

H0 : b1 = b2 = b3

H

= 0, artinya inflasi, nilai tukar, dan suku bunga tidak

mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham

Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

1 : b1 ≠ b2 ≠ b3

Pada penelitian ini nilai t

≠ 0, artinya inflasi, nilai tukar, dan suku bunga

mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham

Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

hitung akan dibandingkan dengan ttabel

H

pada tingkat

signifikan α = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji parsial atau uji t:

1 ditolak (H0 diterima) jika thitung ≤ ttabel

H

pada α = 5%

1 diterima (H0 ditolak) jika thitung > ttabel

c) Koefisien Determinasi (R

pada α = 5% 2

Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya

variasi variabel dependen (variabel terikat) yang dipengaruhi oleh variasi

variabel independen (variabel bebas). Pengukuran besarnya persentase

kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien

determinasi multiple R

)

2

(koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi


(28)

satu), maka semakin baik regresi tersebut. Namun, apabila semakin mendekati

nol maka variabel bebas secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel


(29)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Utami dan Rahayu (2003) melakukan penelitian dengan judul “Peranan

Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar

Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi”. Hasil penelitian membukt ikan bahwa

perubahan profitabilitas, suku bunga, inflasi dan nilai tukar mempunyai pengaruh

secara signifikan terhadap perubahan harga saham badan usaha selama periode

krisis ekonomi tahun 1997. Namun secara parsial hanya suku bunga dan nilai

tukar yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham selama

periode krisis ekonomi tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 30 badan usaha

dengan periode penelitian tahun 1998 sampai dengan tahun 2000.

Jacob dan Harahap (2004) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan

Antara Indikator Mikro dan Makro Terhadap Nilai Buku dan Harga Pasar Saham

Perusahaan”. Penelitian ini dilakukan pada 11 perusahaan perusahaan perbankan

dengan menggunakan tahun penelitian 1999 sampai tahun 2002, dan menemukan

bahwa aspek makro yang diwakili oleh interest rate dan inflation rate tidak begitu

berpengaruh signifikan pada nilai buku dan harga pasar saham perusahaan.

Budilaksono (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh

Nilai Tukar Rupiah, Kepemilikan Saham Oleh Investor Asing dan SBI Terhadap

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”.

Hasil penelitian menemukan bahwa variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar


(30)

variabel kepemilikan saham oleh investor asing signifikan menjelaskan

pergerakan IHSG. Ada korelasi yang lemah antara nilai tukar rupiah terhadap SBI

dan kepemilikan saham oleh investor asing. Penelitian ini dilakukan selama

periode bulan Juni 2002 sampai dengan bulan Juni 2004 atau selama 2 tahun.

B. Ekonomi Makro

Ekonomi makro merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang

mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara

keseluruhan (Putong, 2002:145). Aspek makro bersifat lebih luas dan tidak hanya

dua unit usaha atau industri tetapi secara menyeluruh. Aspek makro khususnya

interest rate juga sering digunakan untuk memprediksi harga pasar saham dan

juga interest rate di masa yang akan datang, juga menjelaskan bahwa kondisi

ekonomi dapat mempengaruhi harga pasar saham (Jacob dan Harahap, 2004:160).

Menurut Putong (2002:146), permasalahan dalam ekonomi makro secara

umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Masalah jangka pendek atau kadang disebut juga masalah stabilisasi. Masalah

ini berhubungan dengan bagaimana men-drive perekonomian dari suatu

periode ke periode berikutnya dalam jangka pendek (bulan,tahun) agar dapat

terhindar dari “penyakit” ekonomi makro yang utama, yaitu inflasi yang besar

dan berkepanjangan, tingkat pengangguran terbuka yang besar, dan

ketimpangan dalam neraca pembayaran.

2. Masalah jangka panjang atau kadang disebut juga sebagai masalah

pertumbuhan. Masalah ini berhubungan dengan bagaimana men-drive


(31)

jumlah penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya dana

untuk investasi (dengan program penggalakkan tabungan masyarakat).

Bodie, Kane, dan Marcus (dalam Utami dan Rahayu, 2003:125)

menyatakan ada 7 indikator makro ekonomi yang mempengaruhi perubahan harga

saham, yaitu Gross Domestic Product (GDP), inflasi, tingkat pengangguran, suku

bunga, nilai tukar, transaksi berjalan, dan defisit anggaran. Namun tidak semua

faktor tersebut dapat dipergunakan sebagai variabel penelitian, antara lain : GDP,

tingkat pengangguran, transaksi berjalan, dan defisit anggaran. Oleh sebab itu,

indikator makro ekonomi yang dinilai relevan adalah inflasi, nilai tukar, dan suku

bunga.

C. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga-harga produk

secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi

ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami

permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga

harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan

menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money)

(Tandelilin, 2001:212).

Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi

kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang

lainnya. Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan

yang pada akhirnya juga akan menyebabkan hutang perusahaan pada pihak ketiga


(32)

Tujuan jangka panjang dari pemerintah yaitu menjaga agar tingkat inflasi

yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen

bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena tingkat inflasi nol persen

adalah sukar untuk dicapai, yang paling penting untuk diusahakan adalah menjaga

agar tingkat inflasi tetap rendah (Sukirno, 2004:333).

1. Teori Inflasi

Teori Kuantitas menjelaskan bahwa sumber utama terjadinya inflasi adalah

karena adanya kelebihan permintaan sehingga uang yang beredar di masyarakat

bertambah banyak (Khalwaty, 2000:15-31). Teori kuantitas membedakan sumber

inflasi menjadi:

a. Demand pull inflation, terjadi karena adanya permintaan agregatif di mana

kondisi produktif telah berada pada kesempatan kerja penuh (full employment)

sehingga kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output

(produksi) tetapi hanya mendorong kenaikan harga-harga.

b. Cost push inflation. Pada kondisi ini tingkat penawaran lebih rendah jika

dibandingkan dengan tingkat permintaan. Ini karena adanya kenaikan harga

faktor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai

jumlah tertentu. Penawaran total (aggregate supply) yang terus menurun

karena semakin mahalnya biaya produksi akan menyebabkan kenaikan

harga-harga. Kenaikan biaya produksi yang menimbulkan cost push inflation

didorong oleh beberapa faktor, yakni adanya tuntutan kenaikan upah tenaga

kerja, industri yang monopolis, kenaikan bahan baku industri, dan kebijakan


(33)

c. Structural approach. Dengan pendekatan struktur ekonomi, terjadinya inflasi

dipandang karena tidak seimbangnya struktur ekonomi. Untuk itu, inflasi akan

dapat ditanggulangi dengan melakukan pembenahan pada semua struktur

ekonomi.

d. Monetary approach. Dengan pendekatan moneter, inflasi dinilai sebagai suatu

fenomena moneter, yaitu keadaan yang disebabkan terlalu banyaknya uang

yang beredar dibandingkan dengan kesediaan masyarakat untuk memiliki atau

menyimpan uang tersebut yang akhirnya akan menaikkan permintaan (excess

demand for goods).

e. Accounting approach to inflation, diketahui bahwa terjadinya inflasi

bersumber pada perkembangan harga-harga pada kelompok barang dan jasa

yang digunakan untuk menyusun Indeks Harga Konsumen (IHK).

2. Jenis-jenis Inflasi

Jenis-jenis inflasi dapat dikelompokkan sehubungan dengan kompleksnya

faktor yang menjadi sumber terjadinya inflasi atau banyaknya variabel yang

berpengaruh terhadap inflasi (Khalwaty, 2000:31-35), sebagai berikut:

a. Ditinjau dari asal terjadinya, inflasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Domestic inflation adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri.

2) Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena

adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri.


(34)

1) Creeping inflation adalah inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan

berlangsung lambat, karena kenaikan harga-harga berlangsung secara

perlahan-lahan.

2) Hyper inflation atau galloping inflation adalah inflasi yang sangat berat

yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga yang umum yang

berlangsung sangat cepat.

c. Ditinjau dari sudut bobotnya, dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

1) Inflasi ringan adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung

perlahan dan berada di bawah 10% per tahun.

2) Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada di

antara 10-30% per tahun.

3) Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada di antara

30-100% per tahun.

4) Inflasi sangat berat adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui

100% per tahun.

D. Nilai Tukar

Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan

dalam mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004:397). Dengan kata lain bahwa

nilai tukar yaitu mengukur nilai valuta suatu negara dari perspektif valuta negara

lain.

1. Teori yang Berkaitan dengan Nilai Tukar

Teori-teori yang berhubungan dengan nilai tukar antara lain (Berlianta,


(35)

a.Balance of Payment Approach

Pendekatan ini didasarkan pada pendapat bahwa nilai tukar valuta

ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan terhadap valuta

tersebut. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan penawaran

dan permintaan tersebut adalah Balance of Payment. Apabila Balance of

Payment suatu negara mengalami defisit dapat diartikan bahwa penghasilan

(arus uang masuk) lebih kecil daripada pengeluaran (arus uang keluar),

maka permintaan akan valuta asing akan bertambah guna membayar defisit

tersebut, nilai tukarnya akan cenderung mengalami penurunan dan

sebaliknya.

b.Teori Purchasing Power Parity

Teori ini agak berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Teori ini berusaha

untuk menghubungkan nilai tukar dengan daya beli valuta tersebut terhadap

barang dan jasa. Pendekatan ini menggunakan apa yang disebut Law of One

Price sebagai dasar. Dalam Law of One Price disebutkan bahwa dengan

asumsi tertentu, dua barang yang identik (sama dalam segala hal) harusnya

mempunyai harga yang sama.

c.Fisher Effect

Teori ini diperkenalkan oleh Irving Fisher. Fisher Effect menyatakan bahwa

tingkat suku bunga nominal di satu negara akan sama dengan tingkat suku

bunga riil ditambah tingkat inflasi di negara itu. Pernyataan tersebut dapat

digambarkan dengan persamaan sebagai berikut:


(36)

Hal ini menyebabkan tingkat suku bunga nominal di dua negara dapat

berbeda karena tingkat inflasi mereka berbeda.

d.International Fisher Effect

Pendapat ini didasari oleh Fisher Effect, bahwa pergerakan nilai mata uang

suatu negara dibanding negara lain (pergerakan kurs) disebabkan oleh

perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut. Implikasi

dari International Fisher Effect adalah bahwa orang tidak bisa menikmati

keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana mereka ke

negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang

negara yang suku bunganya tinggi tersebut akan terdepresiasi (turun

nilainya) sebesar selisih bunga nominal dengan negara yang mempunyai

suku bunga nominal lebih rendah.

2. Jenis-jenis Sistem Nilai Tukar

Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar

dikendalikan oleh pemerintah (Madura, 2006:219-226). Sistem nilai tukar

suatu negara biasanya masuk ke dalam salah satu kategori sistem tetap (fixed),

sistem mengambang bebas (freely floating), sistem mengambang terkendali

(managed floating), dan sistem terpatok (pegged).

a.Sistem Tetap (fixed)

Nilai tukar mata uang dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan

berfluktuasi dalam kisaran yang sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar


(37)

intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang

diinginkan.

b.Sistem Mengambang Bebas (freely floating)

Nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi dari

pemerintah. Bila pada sistem tetap tidak diperbolehkan adanya fleksibilitas

nilai tukar, maka pada sistem mengambang bebas memperbolehkan adanya

fleksibilitas secara penuh. Pada kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai

tukar akan disesuaikan secara terus-menerus sesuai dengan kondisi

penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut.

c.Sistem Mengambang Terkendali (managed floating)

Sistem nilai tukar ini berada di antara sistem tetap dan mengambang bebas.

Nilai tukar dibiarkan mengambang dari hari ke hari dan tidak ada

batasan-batasan resmi. Hal ini hampir sama dengan sistem tetap, akan tetapi

pemerintah sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk

menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya.

d.Sistem Terpatok (pegged)

Mata uang lokal diikatkan nilainya pada sebuah valuta asing atau pada

sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti

fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta dapat diakibatkan


(38)

1)Kenaikan harga (inflasi)

Inflasi yang terjadi pada suatu negara sangat berpengaruh terhadap kurs atau

nilai tukar negara tersebut. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung

menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan

efek inflasi yaitu inflasi menyebabkan harga di dalam negeri lebih tinggi

dibandingkan barang impor sehingga impor akan meningkat, dan ekspor

akan menurun karena harganya bertambah mahal.

2)Perubahan harga barang ekspor dan impor

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan

apakah sesuatu barang akan diimpor maupun diekspor. Barang-barang

dalam negeri yang dapat dijual dengan harga barang yang relatif murah akan

menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan

berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor,

dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor.

3)Perubahan dalam citarasa masyarakat

Perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka ke

atas barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun yang

diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan

keinginan mengimpor berkurang dan dapat menyebabkan ekspor meningkat.

Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan

masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini


(39)

4)Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting perannya

dalam mempengaruhi aliran modal. Apabila suku bunga dan tingkat

pengembalian rendah maka akan mengakibatkan modal dalam negeri

mengalir ke luar negeri, dan sebaliknya apabila suku bunga dan tingkat

pengembalian tinggi maka akan mengakibatkan modal luar negeri masuk ke

dalam negeri. Apabila lebih banyak modal mengalir ke dalam negeri maka

permintaan ke atas mata uangnya bertambah dengan demikian akan

menambah nilai mata uangnya.

5)Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung terhadap kemajuan ekonomi

negara tersebut. Apabila kemajuan itu terutama diakibatkan oleh

perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang negara tersebut

akan naik yang akan meninggikan nilai mata uang. Sebaliknya, apabila

kemajuan ekonomi tersebut mengakibatkan impor berkembang lebih cepat

dibandingkan ekspor maka permintaan atas mata uang negara tersebut akan

menjadi turun yang akan menurunkan nilai mata uang.

E. Suku Bunga

Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal pinjaman, dan

dividen serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas

(Brigham dan Houston, 2001:158). Suku bunga yang dibayarkan kepada


(40)

1) Tingkat pengembalian yang diharapkan produsen akan perolehan dari modal

yang ditanamkan.

2) Saat mengkonsumsi yang disukai oleh konsumen/penabung (preferensi waktu

dalam mengkonsumsi).

3) Risiko yang terkandung dalam pinjaman tersebut.

4) Tingkat inflasi yang diperkirakan.

1. Fungsi Suku Bunga dalam Perekonomian

Tingkat suku bunga mempunyai beberapa fungsi dalam suatu

perekonomian, antara lain (Sunariyah, 2006:80-81):

a. Sebagai daya tarik bagi penabung individu, institusi, atau lembaga yang

mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

b. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah

terhadap dana langsung investasi pada sektor-sektor ekonomi.

c. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam

mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu

perekonomian.

d. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan produksi,

sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat

inflasi.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat umum suku bunga selain

perkiraan inflasi, tingkat likuiditas aktiva yang dikehendaki, dan keadaan


(41)

a. Kebijakan Bank Sentral

b. Besarnya defisit anggaran pendapatan dan belanja negara

c. Neraca perdagangan luar negeri

d. Tingkat kegiatan usaha

3. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas

Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam

mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai Rupiah.

BI menggunakan beberapa piranti moneter dalam melaksanakan tugasnya,

yang terdiri dari giro wajib minimum (reserve requirement), fasilitas diskonto,

himbauan moral dan operasi pasar terbuka. Dalam operasi pasar terbuka Bank

Indonesia dapat melaksanakan transaksi jual beli surat berharga termasuk SBI.

Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga atas unjuk dalam Rupiah

yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu

pendek dengan sistem diskonto.

a. Tujuan Penerbitan SBI

Bank Indonesia berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah sebagai

otoritas moneter. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang

kartal + uang giral di Bank Indonesia) yang berkelebihan dapat mengurangi

kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh Bank Indonesia untuk

mengurangi kelebihan uang primer tersebut. Besar kecilnya suku bunga SBI

sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia.


(42)

penjualan saham. Tingkat suku bunga yang ideal adalah jika besarnya berada

di bawah kisaran angka 10. Hal ini berarti tingkat keuntungan yang diharapkan

dari adanya investasi akan menurun dengan cepat jika tingkat bunga

meningkat, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin rendah tingkat suku

bunga adalah semakin naik (Haryanto dan Riyatno, 2007).

b. Dasar Hukum Penerbitan SBI

Surat keputusan Direksi BI No. 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang

penerbitan dan perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta intervensi Rupiah.

F. Harga Saham

Menurut Buku Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia tahun 2003

(dalam Haryanto dan Riyatno, 2007:26), saham adalah sertifikat yang

menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki

hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Harga sebuah saham sangat

dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham

meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat, sebaliknya

pada saat banyak pemilik saham menjual saham yang dimilikinya, maka harga

saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan (Anoraga, 2001:59)

Harga saham adalah harga suatu saham yang diperdagangkan di bursa.

Harga saham sering dicatat berdasarkan perdagangan terakhir pada hari bursa

sehingga sering disebut harga penutupan (closing price). Oleh karena itu harga

saham diukur dari harga resmi berdasarkan transaksi penutupan terakhir pada hari

bursa. Market Price merupakan harga pada saat riil dan merupakan harga yang


(43)

yang sedang berlangsung. Harga pembukaan bursa merupakan harga pada saat

penutupan (closing price) sebelumnya.

Harga sebuah saham dapat berubah atau berfluktuasi dengan cepat bahkan

dalam hitungan menit maupun hitungan detik. Hal tersebut diakibatkan karena

banyaknya pesanan yang dimasukkan ke JATS (Jakarta Automated Trading

System). Pada perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat lebih 400 terminal

komputer di mana para floor trader dapat memasukkan pesanan yang diterimanya

dari nasabah. Pada monitor-monitor yang memantau perdagangan saham, terdapat

beberapa istilah harga saham yaitu (Darmadji dan Herdy, 2006:131):

a. Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.

b. Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat

pembukaan, yaitu pada jam 09.30 WIB.

c. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang

terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

d. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang

terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

e. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.

f. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga terakhir

yang terjadi.

g. Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham, yang

ditentukan pada akhir perdagangan yaitu jam 16.00 WIB.

Faktor-faktor yang dapat menentukan harga saham sebuah perusahaan


(44)

a. Faktor-faktor ekonomi

Faktor-faktor ekonomi yang paling diperhatikan dalam penentuan harga saham

adalah perkembangan tingkat bunga dan nilai tukar. Jika dianggap tingkat

inflasi akan rendah, maka diperkirakan bank sentral tidak akan menaikkan

tingkat bunga nominal dan hal itu dapat membuat harga saham stabil atau

meningkat. Perubahan nilai tukar akan mempengaruhi perkembangan

ekspor-impor dan tentunya mempengaruhi kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan

semakin baik, maka harga saham akan semakin mahal.

b. Faktor-faktor pasar

Faktor-faktor pasar adalah faktor-faktor yang terkait dengan aktivitas di pasar

saham, yaitu:

(1) Efek Januari (January Effect), pada bulan Januari aktivitas perdagangan

saham masih baru dimulai dan hal ini mendorong para manajer portofolio

untuk membeli saham-saham yang risikonya lebih kecil. Untuk itu mereka

akan lebih menyukai membeli saham-saham perusahaan yang relatif lebih

stabil. Hal ini akan mendorong naiknya harga saham

perusahaan-perusahaan yang dianggap stabil.

(2) Tren (trend), sebenarnya tren perkembangan pergerakan harga saham

bukan faktor fundamental penentu harga saham, tetapi tren dapat

menentukan persepsi tentang harga saham suatu perusahaan sehingga

berpengaruh terhadap penentuan harga saham.


(45)

Harga saham tidak hanya ditentukan oleh kondisi ekonomi makro dan pasar

saham, tetapi juga kondisi atau karakteristik perusahaan itu sendiri.

(1) Perubahan Kebijakan Deviden. Hal ini dapat menyebabkan persepsi

terhadap perusahaan berubah yang menyebabkan harga saham berubah.

Perusahaan yang menaikkan dividen dinilai kondisi keuangannya semakin

baik. Sebaliknya, perusahaan yang menurunkan dividen kondisi

keuangannya dinilai memburuk. Ada kalanya, perusahaan menurunkan

dividen karena ingin meningkatkan investasi. Hal ini dapat saja membuat

pandangan terhadap perusahaan semakin baik. Hanya saja, bila penurunan

dividen sangat besar, perusahaan akan kehilangan daya tariknya, sehingga

harga saham akan turun.

(2) Penawaran dan Pembelian Kembali Saham. Peningkatan jumlah saham

yang ditawarkan dapat ditafsirkan bahwa bagi perusahaan penerbit saham,

nilai sahamnya terlalu tinggi (overvalued), sehingga lebih menguntungkan

jika terus menjual sahamnya. Akan tetapi, langkah ini bagi investor dapat

merupakan sinyal negatif tentang perkembangan perusahaan. Sebaliknya

perusahaan yang membeli kembali sahamnya berpandangan saham

tersebut dinilai terlalu rendah (undervalued). Hal ini merupakan sinyal


(46)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)

Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau

bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912

di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda

untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan

pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada

beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan

kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan

berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan

sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada

tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan

seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat

dilihat sebagai berikut:

1. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia

oleh Pemerintah Hindia Belanda.


(47)

3. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa

Efek di Semarang dan Surabaya

4. Awal tahun 1939 : Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup karena isu

politik (Perang Dunia II).

5. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

6. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar

Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata)

dan Menteri Keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang

diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

7. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak

aktif.

8. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

9. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.

BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal

10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar

modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten

pertama.

10.1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga

1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan

dibandingkan instrumen Pasar Modal.

11.1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang

memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum


(48)

12.1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal

diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat

meningkat.

13.2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola

oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya

terdiri dari broker dan dealer.

14.Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES

88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa

kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

15.16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh

Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

16.13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan

Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

17.22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan

sistem comput er JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

18.10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang–Undang No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai

Januari 1996.

19.1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

20.2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

21.2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote


(49)

22.2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta

(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

B. Gambaran Umum Perusahaan Multifinance dan Perbankan

1. PT. Adira Dinamika Multifinance Tbk

PT. Adira Dinamika Multifinance Tbk didirikan pada tanggal 13

November 1990 berdasarkan akta No. 131. Perseroan memperoleh izin usaha

sebagai perusahaan pembiayaan pada tanggal 4 Maret 1991. Dengan diperolehnya

izin tersebut, maka perseroan sebagai perusahaan pembiayaan dapat melakukan

kegiatan dalam bidang sewa guna usaha, anjak piutang, dan pembiayaan

konsumen. Pada saat ini, perseroan terutama bergerak dalam bidang pembiayaan

konsumen. Sejak Januari 2004, PT. Bank Danamon Indonesia menjadi pemegang

saham pengendali perseroan.

Perseroan terus mengembangkan usahanya dengan menciptakan

keunggulan kompetitif yang dapat menghasilkan nilai yang tinggi, baik bagi

konsumen, dealer, rekan usaha maupun pemangku kepentingan perseroan. Sejalan

dengan kemampuan perseroan dalam mengelola risiko pembiayaan secara retail,

Adira Finance lebih memfokuskan pembiayaannya pada aset dengan tingkat

pengembalian yang tinggi.

2. PT. Buana Finance Tbk

PT. Buana Finance Tbk berawal dari pendirian PT BBL Leasing Indonesia

pada tanggal 7 Juni 1982 yang merupakan usaha patungan antara Bangkok Bank

Ltd dan PT. Dharmala Sakti Sejahtera dengan modal disetor sebesar Rp 1,8


(50)

tahun itu mengubah nama menjadi PT. BBL Dharmala Leasing. Tahun 1989

perseroan berubah menjadi PT. BBL Dharmala Finance sehubungan dengan

ekspansi usaha menjadi perusahaan pembiayaan dengan izin operasi di bidang

sewa guna usaha, modal ventura, anjak piutang, kartu kredit dan pembiayaan

konsumen.

Perubahan kepemilikan saham inti telah terjadi dua kali dalam periode

krisis moneter Asia di tahun 1997-1998, sehingga perseroan mengubah namanya

menjadi PT. BBL Danatama Finance Tbk pada tahun 2001 dan menjadi PT. Bina

Danatama Finance Tbk pada tahun 2003. Pada bulan Februari 2005, PT. Sari

Dana Karsa (SDK), pemegang saham pendiri Buana Finance Tbk, mengambil alih

seluruh saham dan sebagian waran perseroan yang sebelumnya dimiliki oleh

pihak kreditur. Perseroan berubah nama menjadi PT. Buana Finance Tbk terhitung

sejak tanggal 3 Oktober 2005 dan memfokuskan usahanya di bidang sewa guna

usaha dan pembiayaan konsumen.

3. PT. BFI Finance Indonesia Tbk

PT. BFI Finance Indonesia Tbk (BFI) didirikan pada tahun 1982 sebagai

perusahaan patungan dengan Manufacturer Hanover Leasing Corporation

(MHLC), Amerika Serikat, dengan saham sebesar 70%, dan sisanya dimiliki oleh

orang Indonesia. Pada tahun 1986, MHLC menjual sahamnya kepada grup

Ongko. Pada tahun 1990, BFI mendapatkan izin sebagai perusahaan Multifinance,

dari sebelumnya hanya perusahaan leasing, kemudian berganti nama menjadi PT.

Bunas Finance Indonesia. BFI mulai melebarkan sayap di bidang leasing (sewa


(51)

piutang). Di akhir Mei 1990, BFI mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta

(BEJ) dan Surabaya (BES), yang sekarang menjadi PT. Bursa Efek Indonesia

(BEI).

4. PT. Clipan Finance Indonesia Tbk

PT. Clipan Finance Indonesia Tbk (Perseroan atau Clipan) didirikan pada

tahun 1982 sebagai perusahaan patungan antara Credit Lyonnais dari Perancis dan

PT. Panin Bank Tbk (Panin Bank). Perseroan merupakan perusahaan pembiayaan

pertama yang melakukan penawaran umum sahamnya kepada publik di tahun

1990. Pada tahun 1997 Panin Bank mengambil alih saham Credit Lyonnais dan

menjadi pemegang saham utama dari Clipan.

Panin Bank melakukan pengambilalihan saham mayoritas, berbagai upaya

perbaikan, dan peningkatan struktur organisasi, pembenahan manajemen dan

sistem informasi teknologi serta strategi usaha terus dilakukan untuk

meningkatkan kinerja perseroan. Dengan semakin pulihnya perekonomian

Indonesia, perseroan secara bertahap menunjukkan perbaikan kinerja dan pada

tahun 2004 mencapai pertumbuhan yang signifikan dan perseroan berhasil

menjadi salah satu perusahaan publik terbaik.

5. PT. Indocitra Finance Tbk

PT. Indocitra Finance (Perusahaan) didirikan pada tanggal 23 Februari

1982 dengan nama PT. Indo Ayala Leasing Corporation. Perusahaan memperoleh

izin sebagai perusahaan pembiayaan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia

melalui Surat Keputusan No. 1409/KMK.013/1989 tertanggal 23 Desember 1989.


(52)

perusahaan meliputi bidang usaha anjak piutang, pembiayaan konsumen, sewa

guna usaha dan usaha kartu kredit. Pada tanggal 27 Juli 1990, seluruh saham

perusahaan telah dicatat di Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta).

6. PT. Trust Finance Indonesia Tbk

Perseroan didirikan dengan nama PT. Multifinance Kapitalindo

berdasarkan akta No. 44 tertanggal 12 Februari 1990. Perseroan melakukan

kegiatan usaha secara komersial sejak tahun 1991, dimana ruang lingkup kegiatan

usaha yang dilakukan perseroan meliputi bidang pembiayaan konsumen, anjak

piutang, sewa guna usaha serta kartu kredit. Nama perseroan diubah menjadi PT.

KIA Asia Finance tanggal 7 Juni 2000.

Usaha utama perseroan beralih dari bidang anjak piutang sejak krisis

ekonomi terjadi seiring dengan melemahnya kinerja sektor keuangan dan

perbankan, dan secara bertahap mulai mengembangkan usaha sektor pembiayaan

konsumen. Bersamaan waktu dengan penawaran umum saham, nama perseroan

diubah menjadi PT. Trust Finance Indonesia Tbk yang dibuat berdasarkan akta

No. 15 tanggal 11 Februari 2002.

7. PT. Bank ICB Bumiputera Tbk

Bank ini didirikan berdasarkan akta No. 49 tanggal 31 Juli 1989, bank

mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 4 Januari 1990. Sesuai Surat

Keputusan BI No. 31/146/KEP/DIR tanggal 6 Desember 1997, status bank

meningkat menjadi bank devisa. Bank memiliki 10 kantor cabang, 17 kantor

cabang pembantu dan 26 kantor kas yang seluruhnya berlokasi di Indonesia.


(53)

8. PT. Bank Central Asia Tbk

PT. Bank Central Asian Tbk didirikan pada 10 Agustus 1955 di Jakarta

dengan nama Bank Central Asia NV. BCA mendapat izin menjadi bank valuta

asing pada tahun 1997. Ketika ekonomi Indonesia dihantam krisis, perusahaan ini

merupakan salah satu yang terkena efeknya, yang menyebabkan likuiditasnya

menurun tajam dan harus diambil alih oleh BPPN dan masuk dalam program

rekapitulasi dan restrukturisasi.

Manajemen BCA mencoba untuk meningkatkan kinerjanya dan hal

tersebut ditunjukkan dengan lolos uji dari BPPN pada tanggal 28 April 2000. Pada

bulan Mei 2000, perusahaan membuat strategi untuk mengubah status korporasi

menjadi perusahaan publik dengan menawarkan 662.400.000 saham dengan nilai

Rp 500,00 per saham.

9. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Bank BNI yang didirikan bulan Juli 1946 pada mulanya difungsikan

sebagai bank sentral. Pada Konferensi Meja Bundar tahun 1949, pemerintah

Indonesia dan Belanda bersepakat mengubah fungsi bank BNI menjadi bank

komersial. Setelah berubah menjadi bank komersial pada tanggal 15 September

1950, pemerintah mengizinkan bank BNI untuk memfasilitasi ekspor-impor

Indonesia. Hal ini ditandai dengan membuka cabang di luar negeri tepatnya di

Singapura pada tanggal 19 November 1955.

Bank BNI merestrukturitas operasi bisnisnya agar lebih adaptable dan


(54)

tahun 1988. Pada 25 November 1996, bank BNI menjadi bank pertama yang

mencatatkan diri pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

10. PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk

PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk yang berdomisili di Bandung

dahulu bernama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan yang didirikan berdasarkan

akta notaris No. 74 tanggal 18 Januari 1979. Pada tanggal 10 Maret 1989 para

pemegang saham memutuskan untuk mengubah status bank menjadi bank umum.

Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi BI No. 9/Kep/DIR tanggal 5 Agustus

1989, Bank Indonesia telah menyetujui untuk meningkatkan status bank menjadi

bank devisa.

11. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah sat

yang terbesar di

di

Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan

Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri

tanggal

Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1

tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah

pertama di Republik Indonesia.

Kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dalam masa perang

mempertahankan kemerdekaan pada tahun


(55)

Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960

dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan

dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM).

Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN

diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan

Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres

No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara

Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan

Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II

bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang

Ekspor Impor (Exim).

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang

Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang

Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank

Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor

dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan

Bank Ekspor Impor Indonesia.

Berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali

tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum. Seja

Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.

21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi

PT. BRI (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 tetap konsisten memfokuskan


(56)

fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Kepemilikannya Bank Rakyat

Indonesia (Persero) masih 100% ditangan Pemerintah Republik Indonesia.

12. PT. Bank Kesawan Tbk

Bank ini didirikan pada tanggal 1 April 1913 dengan nama

13. PT. Bank Mandiri Tbk

N.V Chunghwa

Shangyeh Maatschappij (The Chinese Trading Company Limited) berdasarkan

akta No. 53 tanggal 28 April 1913. Pada tanggal 28 Oktober 1958 bank memulai

kegiatan operasionalnya sebagai bank umum. Nama bank diubah menjadi PT.

Bank Kesawan berdasarkan Akta Perubahan Anggaran Dasar No. 60 pada tanggal

10 Maret 1965. Bank memperoleh persetujuan menjadi pedagang valuta asing

berdasarkan Surat Keputusan Direksi BI No. 28/366/UD/DIR tanggal 4 Desember

1995. Bank memperoleh persetujuan menjadi bank devisa berdasarkan Surat

Keputusan Direksi BI No. 28/150/KEP/DIR tanggal 22 Desember 1996.

Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari

program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia.

Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yait

(BBD),

Exim), dan

Mandiri. Dalam proses penggabungan dan pengorganisasian ulang tersebut,

jumlah cabang Bank Mandiri dikurangi sebanyak 194 buah dan karyawannya

berkurang dari 26.600 menjadi 17.620.

Bank Mandiri mempunyai 829 cabang yang tersebar di sepanjang


(57)

Mandiri mempunyai sekitar 2.

14. PT. Bank CIMB Niaga Tbk

Bank ini berdiri sejak 26 September 1955 dan saat ini merupakan bank

terbesar ke-7 di Indonesia berdasarkan nilai aset. CIMB Niaga merupakan bank

kedua terbesar di Indonesia dalam penyaluran kredit kepemilikan rumah (KPR)

dengan pangsa pasar sekitar 10%.

mengakuisisi CIMB Niaga pada tahun 2002, yang kemudian melakukan

penggantian nama dari PT Bank Niaga Tbk menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk

pada tahun 2008. Masih pada tahun yang sama,

memiliki saham di dua bank (CIMB Niaga dan

keduanya sesuai kebijakan kepemilikan tunggal yang ditetapkan Bank Indonesia.

15. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk

PT. Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) didirikan pada tanggal 15 Mei

1959 dan memperoleh status bank umum devisa pada tahun 1988 serta

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada

tahun 1989. BII adalah salah satu bank terbesar di Indonesia dengan jaringan

internasional yang memiliki lebih dari 230 cabang dan 700 ATM di seluruh

Indonesia serta tergabung dalam jaringan ATM ALTO dan CIRRUS.

BII menyediakan serangkaian jasa keuangan melalui kantor cabang dan

jaringan ATM, phonebanking dan internetbanking serta aktif di sektor

UKM/komersial, Konsumen dan Korporasi. BII menyediakan produk dan jasa


(58)

individu produk-produk kartu kredit, KPR, deposito, kredit otomotif, pinjaman

dan layanan perbankan prioritas. Sedangkan layanan untuk nasabah korporasi

adalah trade finance, cash management, pinjaman, kustodian dan foreign

exchange.

16. PT. Bank Permata Tbk

PT. Bank Permata didirikan di Indonesia dengan akta pendirian No. 228

tanggal 17 Desember 1954 dan bank mulai beroperasi secara komersial pada

tanggal 5 Januari 1955. Bank memperoleh izin usaha sebagai bank umum

berdasarkan surat keputusan menteri keuangan No. 19371/U.M.II tanggal 19

Februari 1957. Bank memperoleh izin untuk menjalankan aktivitas sebagai bank

devisa berdasarkan Surat Keputusan Dewan Moneter BI No. Sekr/D.M/97 tanggal

8 Mei 1956.

Ruang lingkup kegiatan bank adalah menjalankan kegiatan umum

perbankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, termasuk

menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip

syariah sejak bulan November 2004.

17. PT. Bank Swadesi Tbk

Bank ini didirikan pada tahun 1968 di Surabaya dengan nama PT. Bank

Pasar Swadesi. Tahun 1997 berubah nama menjadi PT. Bank Swadesi Tbk. Ruang

lingkup kegiatan bank adalah menjalankan dan mengusahakan yang berhubungan

dengan perbankan. Bank mendapat izin usaha sebagai bank umum pada tanggal


(59)

tanggal 12 Oktober 1984, bank memperoleh izin untuk melakukan kegiatan usaha

sebagai bank devisa.

18. PT. Bank Victoria International Tbk

Bank ini didirikan berdasarkan akta No. 71 tanggal 28 Oktober 1992. Di

tahun 1994 PT. Bank Victoria Intenasional memperoleh izin dari Menteri

Keuangan Republik Indonesia untuk beroperasi sebagai bank umum dan mulai

beroperasi secara komersil. Ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah

menjalankan usaha sebagai bank umum dalam arti kata seluas-luasnya sesuai

dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.

Perusahaan merupakan bank non devisa yang mulai beroperasi secara

komersial pada tanggal 5 Oktober 1994. Pada tahun 1997, PT. Bank Victoria

Internasional memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagai pedagang valuta

asing.

19. PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk

PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk berkedudukan di Jakarta , semula

didirikan dengan nama PT Inter-Pacific Financial Corporation. Pada tanggal 10

Juli 1990, PT Inter-Pacific Financial Corporation mencatatkan sahamnya pada

Bursa Efek Jakarta dan bursa Efek Surabaya. Kemudian pada tanggal 16 Agustus

2005, PT. Bank Inter-Pacific Tbk berubah nama menjadi PT. Bank Artha Graha

Internasional Tbk. Bank Artha Graha Internasional merupakan suatu perseroan


(60)

20. PT. Bank Mayapada Internasional Tbk

Bank ini didirikan berdasarkan akta notaris No. 196 tanggal 7 September

1989. Ruang lingkup serta kegiatan usaha bank adalah melakukan usaha di bidang

perbankan sesuai dengan undang-undang peraturan yang berlaku. Izin usaha

sebagai bank diberikan oleh Menteri Keuangan RI dalam Surat Keputusan No.

342/KMK.013/1990 tanggal 16 Maret 1990. Bank Mayapada mulai beroperasi

secara komersial pada tanggal 3 Juni 1993 sesuai dengan Keputusan Direksi BI

No. 26/26/KEP/DIR.

21. PT. Bank Mega Tbk

Perusahaan ini merupakan perusahaan swasta nasional yang didirikan di

Surabaya pada tahun 1969. Pada tahun 1992 perusahaan mengubah nama menjadi

PT. Mega Bank yang mempunyai kantor pusat di Jakarta. Tahun 2000 perusahaan

kemudian mengubah nama menjadi PT. Bank Mega Tbk dan mencatatkan diri

pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Bank Mega memiliki rating bank dengan

kategori “A” dan merupakan satu dari bank yang mempunyai perkembangan yang

cepat di wilayah Asia.

22. PT. Bank OCBC NISP Tbk

Perusahaan ini didirikan di Bandung pada tahun 1941 dengan nama NV

Nederlandsch-Indische Spaar en Deposito Bank. Pada 1981, sempat berganti

nama menjadi NV. Spaar En Deposito yang diuraikan sebagai Bank Nilai Inti Sari

Penyimpan (disingkat NISP), bank ini kemudian lama dikenal sebagai Bank


(1)

Unstandardized Residual

N 115

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 9.59128930E2 Most Extreme Differences Absolute .177

Positive .177

Negative -.105

Kolmogorov-Smirnov Z 1.896

Asymp. Sig. (2-tailed) .002

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .551a .303 .284 .9845334

a. Predictors: (Constant), LN_Suku_Bunga, LN_Nilai_Tukar, LN_Inflasi

b. Dependent Variable: LN_Harga_Saham

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 45.950 3 15.317 15.802 .000a

Residual 105.654 109 .969

Total 151.604 112

a. Predictors: (Constant), LN_Suku_Bunga, LN_Nilai_Tukar, LN_Inflasi b. Dependent Variable: LN_Harga_Saham


(2)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.681 1.169 2.294 .024

LN_Inflasi -.481 .111 -1.073 -4.339 .000

LN_Nilai_Tukar .086 .071 .225 1.217 .226

LN_Suku_Bunga .660 .144 1.238 4.578 .000


(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 113

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .97125816 Most Extreme Differences Absolute .112

Positive .056

Negative -.112

Kolmogorov-Smirnov Z 1.189

Asymp. Sig. (2-tailed) .118

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data


(4)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.681 1.169 2.294 .024

LN_I -.481 .111 -1.073 -4.339 .000 .104 9.572 LN_NT .086 .071 .225 1.217 .226 .188 5.327 LN_SB .660 .144 1.238 4.578 .000 .087 11.448 a. Dependent Variable: LN_HS

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .411a .169 .154 1.07012

a. Predictors: (Constant), LN_NT, LN_I b. Dependent Variable: LN_HS

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 25.637 2 12.819 11.194 .000a

Residual 125.967 110 1.145

Total 151.604 112

a. Predictors: (Constant), LN_NT, LN_I b. Dependent Variable: LN_HS


(5)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 7.086 .721 9.831 .000

LN_I -.104 .081 -.232 -1.288 .200

LN_NT .229 .069 .599 3.328 .001

a. Dependent Variable: LN_HS

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 7.086 .721 9.831 .000

LN_I -.104 .081 -.232 -1.288 .200 .233 4.283 LN_NT .229 .069 .599 3.328 .001 .233 4.283 a. Dependent Variable: LN_HS

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .411a .169 .154 1.07012 1.937

a. Predictors: (Constant), LN_NT, LN_I b. Dependent Variable: LN_HS


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .122 .416 .292 .771

LN_I .083 .047 .345 1.776 .079

LN_NT -.059 .040 -.287 -1.475 .143