Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan

2. Perilaku sakit yaitu aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan untuk menemukan pengobatan mandiri yang tepat. 3. Perilaku peran-sakit yaitu aktivitas yang dilakukan untuk tujuan mendapatkan kesejahteraan oleh individu yang mempertimbangkan diri mereka sendiri sakit, hal ini mencakup mendapatkan pengobatan dari ahli terapi yang tepat.

2.4 Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan

Need terhadap pelayanan kesehatan dapat didasari kepada pengertian tentang merit goods. Margolis 1982 dalam Tjiptoherijanto 2008 mengatakan merit goods ini adalah setiap bentuk pengeluaran masyarakat yang nampaknya secara umum dapat dipahami akan tetapi sulit untuk diperhitungkan dengan menggunakan teori permintaan yang biasa. Diargumentasikan bahwa need terhadap pelayanan kesehatan merupakan fungsi dari need terhadap kesehatannya sendiri, dengan didasari oleh pengalaman masa lalunya. Pembahasan mengenai need yang perlu digaris bawahi adalah bahwa tidak seluruh need akan dapat dipenuhi, dengan demikian akan terdapat sebuah ranking need dalam pengertian ceteris paribus. Kita akan lebih memilih satu need untuk dipenuhi dibanding need yang lain, bila need yang dipilih tadi akan memberikan manfaat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dipilih tetapi kemungkinan untuk memenuhi suatu need merupakan fungsi dari biaya dan manfaat yang terkandung dibelakangnya yaitu biaya dan manfaat yang lebih besar. Need Universitas Sumatera Utara bukan merupakan sesuatu yang absolut maupun terbatas. Need adalah sesuatu yang dinamis dan cenderung untuk terus tumbuh bersama dengan berjalannya waktu dan dalam kasus ini pertumbuhan need tersebut akan bisa dilihat merupakan sebagian dari perkembangan penawaran fasilitas pelayanan kesehatan Tjiptoherijanto, 2008. Konsep need merangkum beberapa penilaian efektifitas, potensi untuk mempertimbangkan berbagai cara untuk memenuhi need dengan segala akibat yang ditimbulkannya dan pengakuan akan adanya keterbatasan sumber daya serta dapat juga merupakan bentuk dasar bagi alokasi sumber daya. Pada umumnya akan lebih baik untuk memasukkan sekaligus need ketika melakukan pengujian beroperasinya suatu pelayanan kesehatan tertentu. Mengingat need dapat memberikan dasar yang cukup bagi pengambilan keputusan yang tepat. Alokasi sumber daya sektor kesehatan tetap kurang efisien tanpa adanya beberapa koreksi yang menyangkut, pertama penyatuan kesepakatan tentang benefits value yang sering masih berbeda antara satu orang dan yang kedua menyangkut informasi yang benar tentang segi biayanya. Bidang social policy pada umumnya dan pelayanan kesehatan khususnya, masyarakat sering dikatakan berada dalam keadaan membutuhkan in need, namun seringkali apa yang dimaksud dengan need tidak jelas. Spek dan Bradshaw dalam Tjiptoherijanto 2008, telah mencoba untuk membuat suatu kerangka pikir tentang siapakah yang sebenarnya mengatakan melakukan, tentang apa bagi siapa. Formula Spek melibatkan tiga kelompok yaitu masyarakat, ahli medis, dan perorangan untuk menjawab pertanyaan : ”Apakah seseorang itu sakit?” dan ”apakah seseorang itu sedang membutuhkan pelayanan umum?”. Dan pertanyaan ketiga Universitas Sumatera Utara mengenai : ”Apakah seseorang itu meminta pelayanan umum?”. Bradshaw mengatakan ada empat definisi yang berbeda mengenai need yang lazim digunakan oleh peneliti dan praktisi social policy, yaitu : a. Normative Need terjadi manakala masyarakat memiliki standar pelayanan kesehatan yang berada di bawah definisi desirable oleh para ahli. standar desirable disini bisa saja bervariasi antara satu ahli dengan yang lain. b. Felt Need terjadi manakala masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan, hal ini berkaitan dengan persepsi perorangan tentang pelayanan kesehatan, sehingga dengan jelas akan berbeda dengan persepsi orang lainnya. c. Expressed Need adalah need yang dirasakan tadi kemudian dikonversikan ke dalam permintaan. Misalnya mencari pelayanan kesehatan ke dokter puskesmas permintaan disini tidak harus selalu seperti apa yang didefinisikan oleh para ekonom yang mencakup persoalan wiilingness to pay dan ability to pay terhadap pelayanan kesehatan. d. Comparative Need terjadi manakala satu kelompok orang di masyarakat dengan status kesehatan tertentu tidak mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan kelompok yang lain dengan status kesehatan yang identik itu ternyata mendapatkan pelayanan kesehatan Tjiptoherijanto, 2008. Kebutuhan seseorang terhadap pelayanan kesehatan adalah sesuatu yang subjektif, karena merupakan wujud dari masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat yang tercermin dari gambaran pola penyakit. Dengan demikian untuk Universitas Sumatera Utara menentukan perkembangan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan dapat mengacu pada perkembangan pola penyakit di masyarakat. Adapun tuntutan kesehatan adalah sesuatu yang subjektif, oleh karena itu pemenuhan terhadap tuntutan kesehatan sedikit pengaruhnya terhadap perubahan derajat kesehatan, karena sifatnya yang subjektif, maka tuntutan terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh status sosial masyarakat itu sendiri. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan baik, maka banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perkembangan pelayanan kesehatan secara umum dipengaruhi oleh besar kecilnya kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat yang sebenarnya merupakan gambaran dari masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat tersebut Jefkins, 2002. Kebutuhan adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan yang disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa dan keinginan yang tidak disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa Tjiptoherijanto, 2008. Pelayanan kesehatan didirikan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat membutuhkannya. Namun kenyataannya masyarakat baru mau mencari pengobatan atau pelayanan kesehatan setelah benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa. Hal ini bukan berarti mereka harus mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern puskesmas dan sebagainya tetapi juga ke fasilitas pengobatan tradisional dukun dan sebagainya yang kadang-kadang menjadi pilihan masyarakat yang Universitas Sumatera Utara pertama. Itulah sebab rendahnya penggunaan puskesmas atau tidak digunakannya fasilitas-fasilitas pengobatan modern seperti puskesmas dengan ruang rawat inap Depkes RI, 2004. 2.5 Landasan Teori Perilaku pencarian pengobatan oleh masyarakat di Kecamatan Medan Kota sebagai fokus penelitian ini mengacu kepada teori pola pencarian pengobatan yang dikemukakan oleh Anderson dan Green dalam Notoatmodjo 2007 yang secara umum mencakup seluruh aspek, maka dalam penelitian ini difokuskan pada aspek sosio demografi umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan sikap, sosioekonomi pekerjaan dan penghasilan serta kebutuhan kebutuhan yang dirasakan.

2.6 Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Perilaku Pencarian Pengobatan Terhadap Nyeri Odontogenik Pada Masyarakat Di Kelurahan Gundaling Ii Kecamatan Berastagi

1 95 52

Pengaruh Agen Sosialisasi terhadap Pola Pencarian Pengobatan Mahasiswa Rumpun Fakultas Non-Eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan Tahun 2013

0 33 85

Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Pola Pencarian Pengobatan di Desa Doloksaribu Lumban Nabolon, Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2015

6 98 91

PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN RUMAH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DAN FAKTOR PERILAKU MANUSIA TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KECAMATAN BUMI WARAS KOTA BANDAR LAMPUNG

1 12 66

Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Masyarakat Suku Mandailing di Desa Menaming Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2016

0 1 16

Pengaruh Faktor Motivasi dan Faktor Komi

0 0 13

KUESIONER Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi dan Kebutuhan Terhadap Perilaku Masyarakat dalam Pencarian Pengobatan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013

0 0 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Pencarian Pengobatan - Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi Dan Kebutuhan Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pencarian Pengobatan Di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013

0 0 15

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi Dan Kebutuhan Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pencarian Pengobatan Di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013

0 0 8

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM POLA PENCARIAN PENGOBATAN DI DESA DOLOKSARIBU LUMBAN NABOLON KECAMATAN ULUAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2015 SKRIPSI

0 0 13