Pengaruh Agen Sosialisasi terhadap Pola Pencarian Pengobatan Mahasiswa Rumpun Fakultas Non-Eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan Tahun 2013

(1)

PENGARUH AGEN SOSIALISASI TERHADAP POLA PENCARIAN PENGOBATAN MAHASISWA RUMPUN FAKULTAS

NON-EKSAKTA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh

RIFANDI RAFLIS NIM. 091000079

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

PENGARUH AGEN SOSIALISASI TERHADAP POLA PENCARIAN PENGOBATAN MAHASISWA RUMPUN FAKULTAS

NON-EKSAKTA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

RIFANDI RAFLIS NIM. 091000079

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

ABSTRAK

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sosialisasi adalah proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Lewat proses belajar inilah seseorang bisa mengambil keputusan dalam menentukan pola pencarian pengobatannya melalui keluarga, teman bermain, sekolah, dan media massa, namun sekolah tidak dimasukkan kedalam penelitian ini karena pada mahasiswa non-eksakta fakultas tempat mereka belajar tidak membahas tentang kesehatan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh agen sosialisasi terhadap pola pencarian pengobatan mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan tahun 2013, bersifat analitik dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara setambuk 2010-2012 sebesar 10.784 orang, dan sampel sebesar 95 orang diambil secara Proporsional Random Sampling.

Hasil penelitian menunjukkan responden laki-laki (46,3%), perempuan (53,7%), umur 18 (14,7%), umur 19 (18,9%), umur 20 (30,5%), umur 21 (26,3%), umur 22 (9,5%), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (29,5%), Fakultas Hukum (20,0%), Fakultas Ilmu Budaya (17,9%), Fakultas Ekonomi (32,6%).

Hasil uji statistik analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan keluarga dengan pola pencarian pengobatan mahasiswa (p=0,099>0,05), ada hubungan teman bermain dengan pola pencarian pengobatan mahasiswa (p=0,01<0,05), tidak hubungan media massa dengan pola pencarian pengobatan mahasiswa (p=0,420>0,05). Hasil uji statistik multivarat menunjukkan tidak ada pengaruh keluarga dengan pola pencarian pengobatan mahasiswa (p=0,105>0,05), ada pengaruh teman bermain dengan pola pencarian pengobatan mahasiswa (p=0,01<0,05).

Disarankan juga kepada mahasiswa agar meningkatkan pencarian informasi tentang pola pencarian pengobatan yang baik agar bisa ikut berperan sebagai agen sosialisasi dalam mempengaruhi teman-temannya. Selain itu, Universitas Sumatera Utara juga perlu memberikan informasi tentang pola pencarian pengobatan kepada mahasiswanya..


(5)

ABSTRACT

Health development aims to increase awareness, willingness and ability of each person to realize the degree of public health as high. Socialization is the process through which a child learns to be a participating member of society. Through this learning process one can take decisions in determining the searching pattern of medical treatment through family, playmate, school , and mass media, but schools are not included in this research due to non-exact student do not learn about health .

This research was conducted to determine the influence of socialization agents on the searching pattern of medical treatment on clumps student non-exact faculty of University of Sumatera Utara in Medan in 2013. This research is using quantitative research methods. The data was collected through direct interviews with respondents. The population of this research were all student of non-exact faculty year 2010-2012 of University of Sumatera Utara by 10.784 people, and the sample size were 95 people taken with Proportional Random Sampling methods.

The results showed male respondents (46.3%), female (53,7%), age 18 (14,7%), age 19 (18,9%), age 20 (30,5%), age 21 (26,3%), age 22 (9,5%), Faculty of Social and Political Sciences (29,5%), School of Law (20,0%), Faculty of Humanities (17,9%), Faculty of economics (32,6%).

Statistical test of bivariate analysis showed that family were not related with students searching pattern of medical treatment (p=0,099>0,05), playmate were related with students searching pattern of medical treatment (p=0,01<0,05), mass media were not related with students searching pattern of medical treatment (p=0,420>0,05). Statistical test of multivariat showed that family were not influence students searching pattern of medical treatment (p=0,105>0,05), playmate were influence students searching pattern of medical treatment (p=0,01<0,05) .

Students of non-exact faculty of University of Sumatera Utara needs to improve the search of information about searching pattern of medical treatment for himself and to influence his friends as an agents of socialization. University of Sumatera Utara also need to provide information about searching pattern of medical treatment for students .


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih yang telah memberikan nikmat kesehatan serta keselamatan, dan atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Agen Sosialisasi terhadap Pola Pencarian Pengobatan Mahasiswa Rumpun Fakultas Non-Eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan Tahun 2013”.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan saran, masukan, bimbingan, motivasi dengan penuh kesebaran kepada penulis.

4. Ibu Dra.Syarifah,MS, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya untuk membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.


(7)

5. Bapak Drs. Eddy Syahrial, M.S, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukkan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Namora Lumongga Lubis,MSc.Ph.D, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini

7. Ibu Dra.Lina Tarigan,Apt, MS, selaku Dosen Pembimbing Akademik. 8. Bapak Prof.Dr.Badaruddin,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di fakultas yang dipimpin.

9. Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting,SH,M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di fakultas tersebut.

10.Bapak M.Husnan Lubis,M.A,Ph.D, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Budaya telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di fakultas tersebut.

11.Bapak Drs.Ami Dilham,M.Si, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di tersebut. 12.Seluruh staf pengajar dan pegawai FKM USU khususnya staf pengajar

peminatan PKIP, Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM, Ibu dr. Linda T.Maas, M.PH, dan Ibu Lita Sri Andayani, M.Kes, serta pegawai Departemen PKIP Bapak Warsito yang telah banyak membantu penulisan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

13.Orang tua tercinta, Pak Drs.Raflis dan Buk Yosnita,S.Pd, yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dari jauh hingga mampu menyelesaikan


(8)

skripsi sesuai dengan rencana. Kepada Refinda Raflis selaku adik dari penulis yang mampu menjadi penghibur dan penyemangat bagi penulis.

14.Teman-teman penulis Vonny Syarah, Nurmaines Adhyka,SKM, Winda Zulfi, Fahrurrozi Arfad,SKM, dan Faisal Hutama Putra,SKM yang selalu ada di saat penulis membutuhkan semangat dan dorongan di saat penulis membutuhkan. Terima kasih atas disetiap kesempatan yang hadir di kehidapan penulis selama di perantauan Kota Medan.

15.Teman-teman setambuk 2009 tercinta, Juprik, Anggit, Jehan, Mayan, Vina, Witha, Irin, Imay, Tria, dll yang telah sama-sama berjuang menjalani duni perkuliahan di FKM USU tercinta.

16.Keluarga besar HMI KOMISARIAT FKM yang telah mengiringi langkah penulis dalam proses berorganisasi dan berkuliah di FKM USU.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan dalam penyempurnaannya. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemapuan, pengetahaun dan pengalaman yang dimiliki penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2013

Penulis


(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Rifandi Raflis

Tempat,Tanggal lahir : Bukittinggi, 25 Desember 1991

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Nikah Jumlah anggota Keluarga : 4 orang

Anak Ke : 1 dari 2 bersaudara

Alamat rumah : Jln. Nuri no. 214 Perumnas Kubang Putih, Kec. Banuhampu, Kab. Agam, Sumatera Barat Nama Orang Tua : a. Ayah : Drs. Raflis

b. Ibu : Yosnita, S.Pd

Riwayat Pendidikan

Tamat Tahun 2004 : SDN 10 Kec. Banuhampu, Kab. Agam, Sumatera Barat

Tamat Tahun 2007 : MTsN Padang Panjang, Sumatera Barat Tamat Tahun 2009 : SMAN 1 Bukitinggi, Sumatera Barat

Riwayat Organisasi

Tahun 2010-2011 : Departemen Pembinaan Anggota HMI FKM USU

Tahun 2010-2011 : Departemen Pembinaan Anggota PHBI FKM USU Tahun 2011-2012 : Wakil Sekretaris Umum HMI FKM USU

Tahun 2011-2012 : Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Pemuda HMI FKM USU


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1. Tujuan Umum ... 8

1.3.2. Tujuan Khusus ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agen Sosialisasi ... 10

2.1.1. Keluarga ... 10

2.1.2. Teman Bermain ... 13

2.1.3. Sekolah ... 15

2.1.4. Media Massa ... 16

2.2. Perkembangan pada Masa Usia Mahasiswa ... 18

2.3. Perilaku Kesehatan ... 23

2.4. Pola PencarianPengobatan ... 25

2.5. Landasan Teori ... 27

2.5.1. Teori Kognisi Sosial ... 27

2.5.2. Teori Difusi Inovasi ... 28

2.6. Kerangka Konsep ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Lokasi Penelitian ... 32

3.3. Waktu Penelitian ... 32

3.4. Populasi dan Sampel ... 32

3.4.1. Populasi ... 32

3.4.2. Sampel ... 33

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 35

3.6. Defenisi Operasional ... 35

3.7. Aspek Pengukuran dan Instrumen Penelitian ... 36

3.7.1. Aspek Pengukuran ... 36


(11)

3.8. Teknik Analisa Data ... 37

3.8.1. Analisa Univariat ... 37

3.8.2. Analisa Bivariat ... 38

3.8.3. Analisa Multivariat ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi penelitian ... 40

4.2. Analisis Univariat ... 42

4.2.1. Gambaran Karakteristik Responden ... 42

4.2.2. Gambaran Pengaruh Keluarga ... 43

4.2.3. Gambaran Pengaruh Teman ... 44

4.2.4. Gambaran Pengaruh Media Massa ... 46

4.2.5. Gambaran Pola Pencarian Pengobatan ... 48

4.3. Analisis Bivariat ... 50

4.4. Analisis Multivariat ... 52

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Keluarga terhadap Pola Pencarian Pengobatan ... 54

5.2. Pengaruh Teman terhadap Pola Pencarian Pengobatan ... 57

5.3. Pengaruh Media Massa terhadap Pola Pencarian Pengobatan ... 60

5.4. Pola Pencarian Pengobatan Mahasiswa Rumpun Fakultas Non-Eksakta ... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 64

6.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Mahasiswa Fakultas Non-Eksakta

Universitas Sumatera Utara ... 34

Tabel 3.2 Jumlah Sampel pada tiap-tiap Fakultas Berdasarkan Proporsi ... 36

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 42

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengaruh Keluarga ... 43

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengaruh Teman ... 44

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengaruh Media Massa ... 46

Tabel 4.5 Distribusi Fekuensi Gambaran Pola Pencarian Pengobatan ... 48

Tabel 4.6 Hasil Analisis Bivariat Uji Korelasi Spearman Hubungan Pengaruh Agen Sosialisasi terhadap Pola Pencarian Pengobatan Mahasiswa Rumpun Fakultas Non-Eksakta Universitas Sumatera Utara ... 51

Tabel 4.7 Hasil Analisis Multivariat Regresi Linear Pengaruh Agen Sosialisasi terhadap Pola Pencarian Pengobatan Mahasiswa Rumpun Fakultas Non-Eksakta Universitas Sumatera Utara ... 52


(13)

ABSTRAK

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sosialisasi adalah proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Lewat proses belajar inilah seseorang bisa mengambil keputusan dalam menentukan pola pencarian pengobatannya melalui keluarga, teman bermain, sekolah, dan media massa, namun sekolah tidak dimasukkan kedalam penelitian ini karena pada mahasiswa non-eksakta fakultas tempat mereka belajar tidak membahas tentang kesehatan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh agen sosialisasi terhadap pola pencarian pengobatan mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan tahun 2013, bersifat analitik dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara setambuk 2010-2012 sebesar 10.784 orang, dan sampel sebesar 95 orang diambil secara Proporsional Random Sampling.

Hasil penelitian menunjukkan responden laki-laki (46,3%), perempuan (53,7%), umur 18 (14,7%), umur 19 (18,9%), umur 20 (30,5%), umur 21 (26,3%), umur 22 (9,5%), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (29,5%), Fakultas Hukum (20,0%), Fakultas Ilmu Budaya (17,9%), Fakultas Ekonomi (32,6%).

Hasil uji statistik analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan keluarga dengan pola pencarian pengobatan mahasiswa (p=0,099>0,05), ada hubungan teman bermain dengan pola pencarian pengobatan mahasiswa (p=0,01<0,05), tidak hubungan media massa dengan pola pencarian pengobatan mahasiswa (p=0,420>0,05). Hasil uji statistik multivarat menunjukkan tidak ada pengaruh keluarga dengan pola pencarian pengobatan mahasiswa (p=0,105>0,05), ada pengaruh teman bermain dengan pola pencarian pengobatan mahasiswa (p=0,01<0,05).

Disarankan juga kepada mahasiswa agar meningkatkan pencarian informasi tentang pola pencarian pengobatan yang baik agar bisa ikut berperan sebagai agen sosialisasi dalam mempengaruhi teman-temannya. Selain itu, Universitas Sumatera Utara juga perlu memberikan informasi tentang pola pencarian pengobatan kepada mahasiswanya..


(14)

ABSTRACT

Health development aims to increase awareness, willingness and ability of each person to realize the degree of public health as high. Socialization is the process through which a child learns to be a participating member of society. Through this learning process one can take decisions in determining the searching pattern of medical treatment through family, playmate, school , and mass media, but schools are not included in this research due to non-exact student do not learn about health .

This research was conducted to determine the influence of socialization agents on the searching pattern of medical treatment on clumps student non-exact faculty of University of Sumatera Utara in Medan in 2013. This research is using quantitative research methods. The data was collected through direct interviews with respondents. The population of this research were all student of non-exact faculty year 2010-2012 of University of Sumatera Utara by 10.784 people, and the sample size were 95 people taken with Proportional Random Sampling methods.

The results showed male respondents (46.3%), female (53,7%), age 18 (14,7%), age 19 (18,9%), age 20 (30,5%), age 21 (26,3%), age 22 (9,5%), Faculty of Social and Political Sciences (29,5%), School of Law (20,0%), Faculty of Humanities (17,9%), Faculty of economics (32,6%).

Statistical test of bivariate analysis showed that family were not related with students searching pattern of medical treatment (p=0,099>0,05), playmate were related with students searching pattern of medical treatment (p=0,01<0,05), mass media were not related with students searching pattern of medical treatment (p=0,420>0,05). Statistical test of multivariat showed that family were not influence students searching pattern of medical treatment (p=0,105>0,05), playmate were influence students searching pattern of medical treatment (p=0,01<0,05) .

Students of non-exact faculty of University of Sumatera Utara needs to improve the search of information about searching pattern of medical treatment for himself and to influence his friends as an agents of socialization. University of Sumatera Utara also need to provide information about searching pattern of medical treatment for students .


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangungunan kesehatan ini diselenggarakan berdasarkan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, gender, dan nondiskriminatif dan norma-norma agama (UU Kesehatan RI,2009).

Setiap manusia berkeinginan untuk hidup sehat atau berusaha untuk mempertahankan status sehat yang dimilikinya. Kesehatan masyarakat hanya sedikit yang akan dapat dicapai tanpa adanya kesadaran individu untuk secara mandiri menjaga kesehatannya. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan Pembangunan Kesehatan dengan misi membuat rakyat sehat (Sirlan, 2006).

Cara pandang masyarakat tentang sehat-sakit sangat dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Kadang-kadang seseorang tidak pergi berobat atau menggunakan sarana kesehatan yang tersedia sebab dia tidak merasa mengidap penyakit. Atau jika si individu merasa bahwa penyakitnya itu disebabkan oleh makhluk halus, maka dia akan memilih untuk berobat kepada “orang


(16)

pandai” yang dianggap mampu mengusir makhluk halus tersebut dari tubuhnya sehingga penyakitnya itu akan hilang (Sarwono,2007).

Suchman dalam Sarwono (2007) menganalisis pola proses pencarian pengobatan dari segi individu maupun petugas kesehatan. Menurut pendapatnya, ada lima macam reaksi dalam proses pencarian pengobatan (1) Shopping yaitu mencari alternatif sumber pengobatan guna menemukan sesorang yang dapat memberikan diagnosis dan pengobatan sesuai dengan harapan (2) Fragmentation yaitu proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama, misalnya berobat ke dokter, sekaligus ke sinse dan dukun (3) Procrastination yaitu proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan (4) Self Medication yaitu pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat-obatan yang dinilainya tepat dan (5) Discontinuity yaitu penghentian proses pencarian pengobatan.

Sebagian anggota masyarakat dalam mencari pemecahan masalah kesehatan atau kebiasaan mencari pengobatan (health seeking behavior) dengan mencoba mengobati sendiri terlebih dahulu kalau sakit dengan cara atau bahan tradisional yang sehari-hari dipergunakan di lingkungan keluarga atau meminta pertolongan kepada dukun. Kalau belum berhasil baru mereka pergi ke tempat-tempat pelayanan kesehatan, hasilnya akan jauh lebih baik daripada tidak mengobati (Agoes & Jacob, 1996).

Holt, Gary A. & Edwin L. Hall dalam Hidayat (2012) menyatakan bahwa dampak yang sering terjadi atas perilaku pencarian pengobatan dengan mengobati sendiri adalah pemilihan obat yang salah, pemakaian obat tidak sesuai dengan aturan,


(17)

pemborosan biaya dan waktu jika pengobatan yang dipilih tidak tepat, serta kemungkinan timbulnya reaksi obat yang tidak diinginkan, misalnya sensitivitas, efek samping atau resistensi, penggunaan obat yang salah akibat informasi yang kurang lengkap dari iklan obat, tidak efektif akibat salah diagnosis dan pemilihan obat, dan sulit berpikir dan bertindak objektif karena pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya.

Data hasil penelitian Tukiman dan Jumirah dalam Hidayat (2012) tentang “Perilaku masyarakat terhadap timbulnya gejala penyakit” diketahui bahwa ketika mengalami sakit ada sebanyak 5% yang membiarkan penyakitnya tanpa melakukan pengobatan, 5% melakukan pengobatan dengan cara sendiri, 9% diobati dengan jamu, 63% memakai obat bebas, dan 18% pergi ke dokter/puskesmas.

Hasil penelitian Tinendung (2009) pada masyarakat Suku Pak-Pak di Kelurahan Sidikalang, dapat dilihat bahwa ada sebagian masyarakat yang langsung memberikan pengobatan langsung ketika sakit, ada juga yang tidak melakukan tindakan khusus untuk pengobatan. Terdapat 4 pola pencarian pengobatan di suku tersebut yaitu, mengobati diri sendiri, berobat ke pengobatan tradisional (orang pintar), berobat ke pelayanan kesehatan dan kombinasi dari pengobatan tradisional dan pengobatan medis.

Perilaku sakit merupakan suatu pola dari reaksi sosio-budaya yang dipelajari. Pada saat individu dihadapkan pada gejala suatu penyakit, gejala itu akan dikenal, dinilai, ditimbang untuk diputuskan apakah akan bereaksi atau tidak, tergantung dari penghayatan/definisi individu tentang situasi tersebut. Definisi individu itu dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya dan pola sosialisasi yang berlaku,


(18)

sehingga reaksi invidu dalam suatu komunitas tertentu mungkin berbeda dengan individu dari komunitas lain yang menganut norma sosial dan budaya yang berbeda. (Sarwono,2007)

Orang yang sakit memiliki dua hak dalam lingkungan sosialnya. Hak yang pertama adalah dibebaskan dari tanggung jawab sosial dan pekerjaan sehari-hari. Sedangkan hak kedua adalah hak untuk menuntut bantuan atau perawatan dari orang lain. Biasanya orang sakit itu berada dalam kondisi lemah sehingga membutuhkan bantuan orang lain unuk merawat dirinya agar kesehatannya dapat dipulihkan. Keluarga atau lingkungannya wajib memberikan bantuan kepada orang yang sakit tersebut. Setidaknya bantuan tersebut adalah berupa saran dalam mencari pengobatan yang sesuai untuk mengobati penyakit yang dideritanya (Sarwono,2007).

Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan universitas pertama yang berdiri di Pulau Sumatera. Universitas ini berdiri pada tanggal 4 juni tahun 1952 oleh Gubernur Sumatera Utara. Saat ini, USU memiliki 14 fakultas yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Kedokteran Gigi, Ekonomi, Ilmu Budaya, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi, Keperawatan dan Sistem Informatika dan Ilmu Komputer. Jumlah program studi yang ada di Universitas Sumatera Utara sebanyak 135, terdiri dari 19 tingkat doktoral, 32 magister, 18 spesialis, 5 profesi, 46 sarjana, dan 15 diploma.

Universitas Sumatera Utara memiliki empat fakultas yang masuk kategori non-eksakta, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Budaya, dan Fakultas Ekonomi.


(19)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) resmi berdiri di Universitas Sumatera Utara pada tahun 1982. Pada masa awal berdirinya, FISIP USU hanya terdiri dari enam jurusan, yaitu urusan Sosiologi, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Antropologi, MKDU, Ilmu Administrasi, dan Ilmu Komunikasi. Sekarang FISIP USU sudah terbagi menjadi enam departemen dan dua program studi, yaitu Departemen Ilmu Administrasi Negara, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik, Antropologi, dan Sosiologi, serta Program Studi Ilmu Administrasi Biaga/Bisnis dan Diploma III Administrasi Perpajakan.

Fakultas Hukum berdiri pada tahun 1954 dengan nama Fakultet Hukum dan Pengetahuan masyarakat. Pada tahun 1955 berganti nama menjadi Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat. Saat ini Fakultas Hukum USU memiliki enam departemen, yaitu Departemen Hukum Ekonomi, Hukum Internasional, Hukum Administrasi Negara, Hukum Kepersataan, Hukum Tata Negara, dan Hukum Pidana.

Fakultas Ilmu Budaya berdiri pada tahun 1965 dengan nama Fakultas Sastra. Nama Fakultas Ilmu Budaya digunakan sejak tahun 2011 berdasarkan surat keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara. Saat ini Fakultas Ilmu Budaya memiliki sembilan departemen dan empat program studi, yaitu Departemen Sastra Indonesia, Sastra Inggris, Sejarah, Sastra Daerah, Etnomusikologi, Sastra Arab, Sastra Jepang, Ilmu Perpustakaan, dan Sastra Cina, serta Program Studi DIII Bahasa Jepang, DIII Bahasa Inggris, DIII Pariwisata, dan DIII Perpustakaan.

Fakultas Ekonomi resmi menjadi bagian Universitas Sumatera Utara pada tahun 1961, dimana sebelumnya berlokasi di Banda Aceh sejak tahun 1959. Fakultas Ekonomi terdiri dari tiga departemen, yaitu Departemen Ekonomi Pembangunan,


(20)

Manajemen, dan Akuntansi.selain itu juga terdapat program Diploma Keuangan, Akuntansi, dan Kesekretariatan.

Di Universitas Sumatera Utara terdapat satu buah poliklinik kesehatan yang ditujukan untuk civitas akademika dan masyarakat sekitaran universitas. Beberapa pelayanan yang disediakan poliklinik tersebut bisa dimanfaatkan mahasiswa secara gratis. Pelayanan yang disediakan poliklinik tersebut diantaranya adalah pelayanan dokter umum, dokter gigi, spesialis mata, spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokkan (THT), dokter kulit dan kelamin, dan apotek.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan di Poliklinik USU dari tahun ke tahun semakin meningkat, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan jumlah kunjungan dimana jumlah kunjungan pada tahun 2008 adalah 16077 kunjungan dan pada tahun 2009 menjadi 15817 kunjungan. Lalu pada tahun tahun 2010 menjadi 15722 kunjungan. Dari data yang diperoleh dari poliklinik usu pada tahun 2010, kunjungan terbanyak berasal dari mahasiswa sebanyak 9468 (60,3%), sedangkan kunjungan dari dosen dan pegawai sebanyak 2601 (16,5%) dan dari masyarakat luar sebanyak 3653 (23,2%) (Lawolo, 2011).

Pihak universitas telah menyediakan sarana pelayanan kesehatan berupa poliklinik di dalam lingkungan universitas, namun keputusan dalam memilih sumber pengobatan tetap tergantung pada masing-masing individu. Proses pengambilan keputusan dalam memilih sumber pengobatan ini dimulai dengan menerima informasi, memproses berbagai kemungkinan dan dampaknya, kemudian mengambil keputusan dari berbagai alternatif, dan melaksanakannya. Hal mendasar dalam proses pengambilan keputusan ini adalah pengetahuan individu tentang upaya pencarian


(21)

pengobatan. Pada mahasiswa fakultas non-eksakta, pengetahuan tersebut tidak mungkin didapat dari proses belajar minat studinya. Namun pengetahuan tersebut hanya bisa didapat dari proses sosialisasi dengan lingkungannya.

Menurut Berger dalam Kamanto Sunarto (2004) sosialisasi adalah proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Lewat proses belajar inilah seseorang bisa mengambil keputusan dalam menentukan pola pencarian pengobatannya. Fuller dan Jacob dalam Sunarto (2004) mengidentifikasikan empat agen sosialisasi, yaitu keluarga, teman bermain, sekolah, dan media massa. Bagi mahasiswa non-eksakta, agen sosialisasi yang dimaksud hanyalah keluarga, teman bermain, dan media massa, karena sekolah atau fakultas tempat mereka belajar tidak ada membahas tentang bidang kesehatan.

Narwoko & Suyanto (2010) menyatakan bahwa keluarga memiliki pengaruh besar dalam pembentukan perilaku, termasuk perilaku pencarian pengobatan. Seringnya tatap muka dan kuatnya ikatan emosional antara anggota keluarga memberikan pengaruh yang kuat dalam pembentukan suatu perilaku. Teman bermain juga memiliki pengaruh besar dalam membentuk pola-pola perilaku seseorang. Ini dikarenakan proses soialisasi dengan teman bermain bersifat ekualitas, dimana posisi seseorang dengan teman bermainnya sederajat.

Dalam kehidupan zaman sekarang media massa merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk menerima dan menyampaikan informasi. Karlinah dalam Ardianto & Erdinaya (2004) manyatakan bahwa masyarakat terpengaruh oleh informasi yang dilihatnya sehingga tanpa sadar melakukan tindakan sesuai dengan informasi tersebut.


(22)

Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik dan merasa perlu untuk mengetahui dan meneliti pengaruh agen sosialisasi terhadap pola pencarian pengobatan pada mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan tahun 2013.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di diatas, dapat dirumuskan yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh agen sosialisasi terhadap pola pencarian pengobatan mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan tahun 2013.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh agen sosialisasi terhadap pola pencarian pengobatan mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh keluarga terhadap pola pencarian pengobatan mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan tahun 2013.

2. Untuk mengetahui pengaruh teman bermain terhadap pola pencarian pengobatan mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan tahun 2013.


(23)

3. Untuk mengetahui pengaruh media massa terhadap pola pencarian pengobatan mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan tahun 2013.

4. Untuk mengetahui agen sosialisasi mana yang paling berpengaruh terhadap pola pencarian pengobatan mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan tahun 2013.

1.4 Manfaat penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukkan bagi Universitas Sumatera Utara dalam upaya optimalisasi pemanfaatan pelayanan kesehatan.

2. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan tahun 2013 dalam pengambilan keputusan untuk memilih pola pencarian pengobatan yang terbaik.

3. Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan penulisan dalam mempraktekkan ilmu yang didapat selama berkuliah di FKM USU.

4. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi dan sumber informasi bagi pihak lain yang membutuhkan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agen Sosialisasi

Menurut Zande dalam Su’adah (2003), sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui dimana kita mengenal cara-cara berpikir,berperasaan dan berperilaku sehingga dapat berperan secara efektif dalam masyarakat.

Menurut tahapannya sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap, yaitu:

1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, dalam tahap ini terjadi pembentukan kepribadian anak. Dalam tahap ini yang berperan sebagai agen sosialisasi adalah keluarga.

2. Sosialisasi sekunder, didefinisikan sebagai proses lanjutan sosialisasi yang memperkenalkan individu ke dunia luar. Dalam tahap ini juga individu berinteraksi dengan orang atau kelompok diluar keluarganya. Agen sosialisasi yang berpean dalam tahap ini adalah teman bermain,sekolah dan media massa. Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi. Fuller dan Jacob dalam Kamanto (2004) mengidentifikasikan empat agen sosialisasi utama, yaitu keluarga, teman bermain, sekolah, dan media massa. Agen sosialisasi biasa juga disebut dengan media sosialisasi (Narwoko & Suyanto,2010).

2.1.1 Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,1988). Keluarga merupakan agen


(25)

sosialisasi pertama yang dijumpai manusia sejak awal kehidupannya. Keluarga merupakan intitusi yang paling berpengaruh terhadap proses sosialisasi manusia. Hal ini dikarenakan orang tua memiliki posisi yang tinggi untuk mempengaruhi anak-anaknya dan hubungan sosial dalam keluarga yang tetap.

Menurut Khairudin dalam Su’adah (2003) ciri-ciri keluarga adalah:

1. Kebersamaan, keluarga merupakan bentuk yang paling universal diantara bentuk-bentuk organisasi sosial lainnya dan dapat ditemukan disemua masyarakat

2. Dasar-dasar emosional, hal ini didasarkan pada suatu kompleks dorongan sangat mendalam dari sifat organis kita seperti perkawinan, menjadi ayah, kesetiaan akan material dan perhatian orang tua.

3. Pengaruh perkembangan, hal ini merupakan lingkungan kemasyarakatan yang paling awal dari semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi, termasuk manusia dan pengaruh perkembangan yang paling besar dalam kehidupan.

4. Ukuran yang terbatas, keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannya yang dibatasi oleh kondisi-kondisi biologis yang tidak dapat lebih tanpa kehilangan patrialkal, struktur sosial secara keseluruhan dibentuk oleh satuan-satuan keluarga.

5. Tanggung jawab para anggota, keluarga memiliki tuntutan yang lebih besar dan kontinue daripada yang biasa dilakukan oleh asosiasi-asosiasi lainnya. 6. Aturan kemasyarakatan, hal ini khususnya terjaga dengan adanya hal-hal yang

tabu didalam masyarakat dan auran-aturan sah yang dengan kaku menentukan kondisi-kondisinya.


(26)

7. Sifat kekekalan dan kesetaraan, sebagai instruksi keluarga merupakan suatu yang demikian permanen dan universal, dan sebagai asosiasi merupakan organisasi menjadi terkelompok disekitar keluarga yang menuntut perhatian khusus.

Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit keluarga. Namun struktur atau bentuknya berbeda antara satu masyarakat dan masyarakat lainnya. Bahkan dalam satu masyarakat sekalipun bisa terdapat perbedaan struktur atau bentuk kluarga, ini bisa disebabkan oleh perbedaan kelas dalam masyarakat tersebut.

Secara umum,ada 2 tipe keluarga yang utama,yaitu: 1. Nuclear family (keluarga inti)

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah,ibu dan anak yang belum dewasa atau belum menikah. Dari segi falsafah hidup, akan ditemukan keluarga modern dan keluarga tradisional. Keluarga modern memiliki pandangan yang rasional dan menata masa depan dengan penuh perhitungan. Sedangkan keluarga tradisional masih mendahulukan tradisi lama untuk dipertahankan dan sulit untuk dirubah.

2. Extended familu (keluarga besar)

Keluarga besar adalah gabungan dari beberapa keluarga inti yang masih memiliki hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu rumah. Misalnya terdiri dari paman,sepupu,kakek,nenek, dan biasanya terdiri dari tiga generasi dalam satu garis keturunan.

Menurut Horton dalam Su’adah (2003), keluarga memiliki tiga fungsi utama, yaitu:


(27)

1. Fungsi pengaturan seksual, keluarga berfungsi sebagai lembaga pokok yang mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual.

2. Fungsi reproduksi, yaitu keluarga befungsi untuk memproduksi anak dan melanjutkan keturunan.

3. Fungsi afeksi, yaitu keluarga berfungsi sebagai penyedia kebutuhan manusia akan kasih sayang dan rasa cinta.

2.1.2 Teman Bermain

Teman bermain pertama kali didapatkan seseorang ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu. Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya.

Teman bermain dalam proses sosialisasi memiliki fungsi sebagai berikut. 1. Terjadinya proses akulturasi dan asimilasi budaya, karena dalam satu

kelompok teman sebaya terdiri dari beberapa orang yang memiliki latar belakang budaya pribadi dan budaya daerah asal yang berbeda-beda.

2. Kelompok teman bermain mengajarkan mobilitas sosial, yaitu pergerakan posisi seseorang secara dinamis baik vertikal maupun horisontal dalam struktur organisasi kelompok.


(28)

3. Kelompok teman bermain memicu kesempatan seorang anak dalam memperoleh peran dan status baru. Hal ini dapat terjadi sehubungan dengan adanya perubahan posisi yang menyebabkan terjadinya perubahan peran. Misalnya, seorang anak dipercaya oleh teman-temannya menjadi ketua di antara mereka, maka dia berperan sebagai pemimpin dalam kelompoknya Di dalam masyarakat, kelompok teman bermain dapat berbentuk chums, cliques, crowds, dan kelompok terorganisasi.

1. Chums adalah kelompok yang terdiri atas dua atau tiga orang sahabat karib. Pada umumnya, anggota kelompok ini mempunyai kesamaan dalam hal jenis kelamin, bakat, minat, dan kemampuan.

2. Cliques adalah kelompok yang terdiri atas empat sampai lima orang sahabat karib, dan mempunyai kesamaan dalam hal jenis kelamin, minat, kemauan, dan kemampuan yang sama. Cliques juga merupakan kelompok gabungan dari beberapa sahabat karib.

3. Crowds adalah kelompok teman bermain yang terdiri atas banyak remaja yang memiliki minat sama. Pada umumnya, mereka juga anggota chums chums dan cliques. Karena jumlah anggotanya banyak, maka sering terjadi ketegangan emosional di antara mereka.

4. Kelompok terorganisir adalah kelompok yang sengaja dibentuk dan direncanakan oleh orang dewasa. Kelompok tersebut dikelola melalui lembaga formal dengan aturan-aturan sistematis dan dipatuhi anggotanya.


(29)

2.1.3 Sekolah

Sekolah merupakan lembaga penting dalam proses sosialisasi. Sebagai agen sosialisasi, sekolah memiliki fungsi dan peran sebagai berikut:

a. Sekolah menjadi media transmisi kebudayaan. Kebudayaan yang diteruskan dapat berupa ilmu pengetahuan, kecakapan, maupun nilai dan sikap

b. Sekolah mengajarkan peranan sosial. Dalam berbagai kegiatan di sekolah, seseorang diajari berbagai kecakapan. Mereka juga berkesempatan memegang peran dalam berbagai organisasi

c. Sekolah menciptakan integrasi sosial. Sekolah mengajarkan nilai-nilai hidup bersama dan tolerans. Nilai-nilai tersebut diterapkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Bentuknya dapat berupa pemberian perlakuan, kesempatan, dan pelayanan yang sama kepada setiap orang.

d. Sekolah melahirkan terobosan-terobosan baru. Proses belajar mengajar di sekolah memungkinkan terciptanya hal-hal baru yang positif.

e. Sekolah membentuk kepribadian. Seseorang dibiasakan tertib, berpikir logis dan maju, hidup terencana, bekerja sama, berpacu dalam prestasi, saling menghargai dan tenggang rasa.

Didalam lingkungan sekolah inilah terjadi kegiatan pendidikan. Menurut Agustiani (2009), ada tujuh ciri kegiatan pendidikan, yaiu:

1. Bersifat fundamental, artinya kegiatan pendidikan membantu penemuan makna hidup seseorang, penemuan pola nilai yang dihayati, serta mengarahkan tingkah lakunya, dan dikuasainya seperangkat bentuk ingkah


(30)

laku produktif atau keterampilan kerja selaras dengan tunutan sosial budayanya.

2. Perkembangan diri peserta didik hendaknya meliputi seluruh daya hidupnya yang secara berangsur-angsur serta terpadu selalu dapat dan perlu ditingkatkan mutunya.

3. Perkembangan diri seseorang dari lahir sampai dewasa adalah tugas hidup seorang yang perlu diselesaikannya dalam waktu yang lama.

4. Perkembangan diri seseorang ecara esensial memerlukan layanan pendidikan. 5. Proses dan hasil pendidikan yang dialami setiap orang dapat dipandang

sebagai investasi dan bersifat antisipatif. Proses pematangan diri seseorang dengan bantuan layanan pendidikan hendaknya semakain bermuta dari satu tahap ketahap berikutnya.

6. Pendidikan selalu terjasdi dalam relasi sosial dan dalam situasi sosial yang selalu berubah-ubah.

7. Dengan merujuk pada faktor-faktor yang terkait dalam pendidikan, sulit untuk menstandarisasikan masukan-masukan pendidikan.

2.1.4 Media Massa

Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.

Effendy (2000) menyatakan bahwa media masa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah surat kabar, majalah,


(31)

radio, televisi dan lain sebagainya yang bersifat dalam bidang informasi, edukasi, rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan, artinya sebuah pesan dapat diterima oleh komunikan dengan jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif dalam merubah sikap, perilaku dan pendapat komunikan.

Karakteristik media massa menurut Cangara (2006) yaitu:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media massa terdiri dari banyak orang. Mulai dari pengumpulan,pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalaupun terjadi umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya.

5. Bersifat terbuka, artinya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin dan suku bangsa.

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi ataupun organisasi. Pesan yang disampaikan melalui media massa


(32)

bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum.kemampuan media massa dapat menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.

Fungsi media masa ada empat, yaitu:

1. Fungsi pengawasan (surveilance), penyediaan informasi tentang lingkungan. 2. Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi

untuk suatu masalah.

3. Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan.

4. Fungsi hiburan (entertainment).

2.2 Perkembangan pada Masa Usia Mahasiswa

Usia mahasiswa dimulai pada umur 18 tahun. Usia ini masuk pada fase perkembangan tahap remaja. Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini terjadi berbagai perubahan, baik perubahan fisik maupun psikis. Pada masa ini pula seseorang melepaskan diri secara emosional untuk menjalankan peran sosialnya di masyarakat.

Menurut Konopka (1973) dalam Agustiani (2009), masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan


(33)

terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.

2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Pada masa ini seseorang mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini individu berusaha memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa juga menjadi ciri tahap ini. Usia pada masa mahasiswa masuk dalam kelompok ini.

Masa remaja memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan masa lain dalam perkambangan usia manusia. Keunikan tersebut berasal dari kedudukan masa remaja sebagai masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Antara masa dewasa dan masa anak-anak memiliki perbedaan yang signifikan, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Pada masa remaja perubahan besar tersebut terjadi. Sehingga dapat dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol pada masa remaja adalah perubahan tersebut.


(34)

Menurut Lerner & Hultsch (1983) dalam Agustiani (2009) proses perubahan masa remaja dapat dikelempokkan sebagai berikut:

1. Perubahan fisik

Merupakan perubahan yang paling tampak paling jelas dialami oleh remaja. Perubahan ini berlangsung pada umur 11-15 pada pria dan 12-16 tahun pada wanita.

2. Perubahan emosional

Perubahan fisik yang terjadi menyebabkan perubahan emosional pada remaja. Selain itu perubahan emosional ini juga dipengaruhi oleh pengaruh-pengaryh sosial seperti dari teman sebaya, media massa, dan minat pada jenis kelamin lain, remaja menjadi terorientasi secara seksual. Ini menuntut kemampuan pengendalian dan pengaturan baru atas perilakunya.

3. Perubahan kognitif

Perubahan kognitif merupakan perubahan dalam kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir baru memungkinkan individu unuk berpikir secara abstrak, hipotetis dan kontrafaktual, yang pada gilirannya kemudian memberi peluang kepada individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal. Hal ini bisa terkait pada kondisi masyarakat, diri sendiri, aturan-aturan orang tua, atau apa yang akan dilakukan dalam hidupnya.

4. Implikasi psikososial

Secara psikologis proses-proses dalam diri remaja semuanya tengah mengalami perubahan, dan komponen-komponen fisik, fisiologis, emosional, dan kognitif sedang mengalami perubahan besar.


(35)

Pada masa remaja juga terjadi perkembangan hubungan sosial yang didasari oleh rasa ingin tahu. Hubungan sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang disekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan tersebut terhadap dirinya. hubungan sosial ini mula-mula dimulai dari lingkungan rmah sendiri, kemudia berkembang lebih luas lagi ke lingkungan sekolah, dan dilanjutkan kepada lingkungan yang lebih luas lagi. Dalam menjalani hubungan sosial, juga terjadi proses interaksi sosial. Interaksi sosial didefinisikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat didalamnya memainkan peran secara aktif (Ali & Asrori,2004).

Menurut Ali dan Asrori (2004), ada empat karakteristik dalam perkembangan sosial remaja, yaitu:

1. Berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan akan pergaulan Masa remaja bisa juga disebut sebagai masa pergaulan, karena sepanjang masa remaja hubungan sosial semakin tampak jelas dan dominan. Kesadaran akan kesunyian membuat remaja berusaha mencari hubungan dengan orang lain.

2. Adanya upaya memilih nilai-nilai sosial

Ada dua kemungkinan yang dilakukan remaja dalam menghadapi nilai-nilai sosial tertentu, yaitu menyesuaikan diri dengan nilai tersebut atau tetap pada pendiriannya dengan segala akibatnya.

3. Meningkatnya ketertarikan akan lawan jenis

Remaja sangat peduli tentang pandangan lawan jenis terhadap dirinya. hubungan sosial pada masa anak-anak yang tidak terlalu menghiraukan


(36)

perbedaan jenis kelamin, pada masa remaja terjadi peralihan kearah hubungan sosial yang dihiasi dengan perhatian terhadap perbedaan jenis kelamin.

4. Mulai kecenderungan memilih karier tertentu

Ketika memasuki remaja akhir, mulai tampak kecenderungan untuk memilih karier walaupun untuk mencapai karier tersebut masih mengalami kesulitan. Sesuai dengan perkembangannya, interaksi antara remaja memiliki keunikan tersendiri. Jersild,Brook & Brook (1998) dalam Ali & Asrori (2004) mengatakan bahwa interaksi antara remaja dan orang tua dapat digambarkan sebagai drama tiga tingkat (three act drama).

Drama tingkat pertama (the first act drama), pada tingkat ini interaksi antara remaja dan orang tua berlangsung sebagaimana terjadinya interaksi pada masa anak-anak. Masih terdapat ketergantungan kepada orang tua dan sangat dipengaruhi oleh orang tua. Namun remaja sudah mulai menyadari keberadaan dirinya sebagai seorang pribadi.

Drama tingkat kedua (the second act drama), disebut juga dengan perjuangan untuk emansipasi. Pada masa ini remaja mulai melakukan perjuangan untuk membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang tua. Ketika berinteraksi dengan orang tua, remaja mulai berusaha meninggalkan kemanjaan dirinya kepada orang tua dan semakin bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

Drama tingkat ketiga (the third act drama), pada tingkat ini remaja berusaha menempatkan dirinya berteman dengan orang dewasa dan berinteraksi dengan mereka. Namun usaha remaja ini seringkali memperoleh hambatan, karena pengaruh orang tua sebenarnya masih belum bisa dilepaskan oleh remaja secara penuh.


(37)

Dalam konteks interaksi remaja dan orang tua, ada aspek objektif dan subjektif dalam proses ineraksi tersebut. Aspek objektif adalah keadaan nyata dari peristiwa yang terjadi pada saat interaksi berlangsung. Sedangkan aspek subjektif adalah keadaan nyata yang dipersepsi oleh remaja pada saat interaksi berlangsung. Contoh dari persepsi subjektif remaja adalah ketika orang tua bertindak agak keras kepada remaja karena merasa cemas dan khawatir, namun remaja justru memiliki persepsi bahwa orang tua memarahinya. Maka pemahaman terhadap interaksi remaja dan orang tua perlu memerhatikan bagaimana persepsi remaja atas interaksi tersebut, tidak hanya memerhatikan interaksi nyata.

2.3 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok (Notoatmodjo, 2007):

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu:

a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.


(38)

c. Perlu gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri.

Dalam menentukan reaksi/tindakan sehubungan dengan gejala penyakit yang dirasakannya, menurut suchman individu berproses melalui tahap-tahap berikut ini: Tahap pengenalan gejala, tahap asumsi peran sakit ,tahap kontak dengan pelayanan kesehatan, tahap ketergantungan si sakit, tahap penyembuhan atau rehabilitasi.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakatnya.


(39)

2.4. Pola Pencarian Pengobatan

Pola pencarian pengobatan adalah respon seseorang ketika sakit. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003) ada enam respon ketika sakit, yaitu:

1. Tidak bertindak apa-apa (no action)

Alasannya antara lain karena kondisi tersebut tidak mengganggu aktivitas sehari-hari dan gejala sakit itu akan hilang dengan sendirinya. Alasan lain adalah fasilitas kesehatan yang jaraknya jauh, tenaga kesehatan tidak ramah, atau biaya berobat yang mahal.

2. Mengobati sendiri (self treatment)

Alasannya adalah orang tersebut merasa bisa melakukan pengobatan sendiri berdasarkan pengalaman-pengalaman lalu dimana pengobatan sendiri berhasil mendatangkan kesembuhan.

3. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy) Untuk masyarakt pedesaan khususnya, pengobatan tradisional masih menduduki tempat teratas dibandingkan pengobatan-pengobatan lain. Pengobatan tradisional sudah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat, sehingga masyarakat merasa lebih dekat dan lebih diterima oleh masyarakat daripada dokter,bidan,mantri,dan tenaga kesehatan profesional lainnya.

4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung obat (chemist shop) dan sejenisnya, termasuk ke tukang jamu

Obat-obat yang didapatkan umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga susah untuk dikontrol. Namun sampai sejauh ini belum


(40)

mengakibatkan masalah serius ditengah masyarakat. Khusu mengenai jamu sebagai sesuatu untuk pengobatan makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat.

5. Mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan modern yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta

Fasilitas ini dapat dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.

6. Mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine)

Suchman memberikan batasan perilaku sakit sebagai tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak (discomfort) atau rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu. Suchman menganalisa pola proses pencarian pengobatan dari segi individu maupun pola proses pencarian pengobatannya, terhadap lima macam reaksi dalam proses mencari pengobatan:

a. Shoping adalah proses mencari alternatif sumber pengobatan yang menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosa atau pengobatan sesuai dengan harapan si sakit.

b. Figmentation adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama.

c. Procrastination adalah proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan.

d. Self medication adalah pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat – obatan yang dinilainya tepat baginya.


(41)

2.5 Landasan Teori 2.5.1 Teori Kognisi Sosial

Teori yang digunakan adalah Teori Kognisi Sosial. Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura yang semula dikenal sebagai Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory). Teori ini menekankan bahwa perilaku manusia merupakan hasil interaksi yang terus-menerus antara suatu perilaku, pengetahuan, dan lingkungan.

Menurut Bandura (1997) dalam buku Komunikasi Kesehatan dan Perubahan Perilaku (Graeff, Judith 1996), mengatakan bahwa lingkungan merupakan tempat seseorang membentuk dan mempengaruhi perilakunya. Menurutnya dalam teori pembelajaran sosial, lingkungan memang membentuk perilaku, namun perilaku juga membentuk lingkungan dimana terjadi hubungan/interaksi antara lingkungan, perilaku dan proses psikologi seseorang.

Proses hubungan/interaksi tersebut digambarkan seperti bagan dibawah ini :

Setiap orang akan mengalami proses observasi, dimana ia akan melihat pengalaman orang lain, dan proses tersebut akan memengaruhi orang dalam berperilaku. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa, bila kita melihat sebuah perilaku, maka kemampuan kita meniru perilaku tersebut menjadi bertambah.

PERSON


(42)

2.5.2 Teori Difusi Inovasi

Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers (1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial (the process by which an innovation is communicated through certain channels overtime among the members of a social system).

Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut.

Dari kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah suatu proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.

Dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu: suatu inovasi, dikomunikasikan melalui saluran komunikasi, dalam jangka waktu tertentu dan terjadi diantara anggota-anggota suatu sistem sosial.

1. Inovasi (gagasan, tindakan atau barang) yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam penelitian ini yang menjadi suatu inovasi adalah pola pencarian pengobatan.


(43)

2. Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Saluran komunikasi bisa berupa media massa ataupun komunikasi interpesonal.

3. Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya.

4. Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Keluarga dan teman bermain merupakan bagian dari sistem sosial.

Salah satu faktor yang memengaruhi proses keputusan inovasi adalah agen perubahan (change agent). Agen perubahan adalah orang-orang yang mempu memengaruhi sikap orang lain untuk menerima sebuah inovasi. Hal yang paling penting dalam memengaruhi sikap orang lain untuk menerima sebuah inovasi adalah hubungan komunikasi. Komunikasi yang baik akan mempermudah agen perubahan dalam memengaruhi orang lain untuk menerima suatu inovasi.

Agen sosialisasi yang memiliki peran dalam proses pembelajaran manusia secara alami memiliki peran sebagai agen perubahan. Agen sosialisasi diharapkan dapat menanamkan suatu inovasi kepada klien. Rogers (1983) menyatakan bahwa salah satu yang memengaruhi kesuksesan agen perubahan adalah empati terhadap klien, keluarga sudah pasti memiliki empati terhadap sesama anggota keluarganya,maka dari itu keluarga sebagai agen sosialisasi sangat cocok memiliki peran sebagai agen perubahan.


(44)

Rogers (1983) juga menyebutkan bahwa agen perubahan melakukan kontak paling sering dengan orang yang paling mirip dengan mereka. Agen sosialisasi, yaitu keluarga dan teman, memiliki beberapa kemiripan dengan klien. Keluarga sebogai organisasi terkecil yang telah dimiliki manusia sejak lahir sudah pasti mewariskan sifat-sifat yang sama terhadap klien. Begiu juga dengan teman, seringnya terjadi interaksi antara teman dan klien membuat mereka saling meniru sifat masing-masing sehingga timbullah kemiripan diantara mereka.

Dalam proses difusi inovasi, terdapat 5 kategori adopter, yaitu: a. Innovators (inovator)

Inovator aadalah sekelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Hubungan sosial mereka lebih erat dibandingkan dengan kelompok sosial lainnya. Orang-orang seperti ini dapat menjalin komunikasi dengan baik walaupun terpisah jarak secara geografis. Biasanya orang-orang ini memiliki gaya hidup dinamis dan memiliki banyak teman atau relasi.

b. Early Adopters (adopter awal)

Kelompok ini lebih bersifat lokal dibandingkan kelompok inovator. Kategori adopter ini menghasilkan lebih banyak opini dibandingkan kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka yang termasuk kategori ini sangat disegani dan dihormati dalam kelompoknya karena kesuksesan dan keinginan mereka untuk mencoba inovasi baru.

c. Early Majority (mayoritas awal)

Kategori pengadopsi ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Mereka akan berkompromi


(45)

secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi sebuah inovasi. Orang-orang dalam kategori ini memiliki peran penting dalam melegitimasi sebuah inovasi untuk menentukan bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.

d. Late Majority (mayoritas akhir)

Kelompok ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Tekanan dari anggota kelompok bisa memotivasi mereka dalam mengadopsi suatu inovasi, atau kepentingan ekonomi juga bisa memaksa mereka mengadopsi suatu inovasi.

e. Laggards (terlambat)

Kategori ini merupakan orang yang terakhir dalam mengadopsi suatu inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional dan segan untuk mencoba hal-hal baru. Mereka lebih suka mengikuti hal-hal dari masa lalu. Kelompok ini lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. Kelompok dalam kategori ini mengadopsi suatu inovasi jauh setelah kebanyakan orang mengadopsi inovasi terebut, sehingga kebanyak orang menganggap mereka kolot dan ketinggalan zaman.


(46)

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori kognisi sosial yang menyatakan bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari interaksi antara seseorang dengan lingkungannya,maka agen sosialisasi yang merupakan bagian dari lingkungan memiliki peran dalam pembentukan perilaku seseorang. Interaksi yang terjadi antara seseorang dengan agen sosialisasi menimbulkan proses observasi yang akan memengaruhi dalam berperilaku.

Berdasarkan teori difusi inovasi, yang menjadi suatu inovasi dalam penelitian ini adalah pola pencarian pengobatan. Pola pencarian pengobatan tersebut disampaikan melalui saluran komunikasi berupa media massa dan komunikasi interpersonal melalui keluarga dan teman bermain. Keluarga dan teman bermain juga merupakan bagian dari sistem sosial responden.

Dari kerangka konsep diatas kita dapat melihat responden mendapat pengaruh dari agen sosialisasi yaitu keluarga, teman bermain, sekolah, dan media massa. Lalu akan dilihat apakah responden dapat menerima pengaruh tersebut atau menolaknya. Dari sikap tersebut maka akan muncul respon dari responden berupa tindakan pencarian pengobatannya.

Agen Sosialisasi ‐ Keluarga ‐ Teman bermain ‐ Media massa


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, untuk mengetahui pengaruh agen sosialisasi terhadap pola pencarian pengobatan mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara di Kota Medan tahun 2013.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Budaya, dan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan fakultas-fakultas tersebut termasuk dalam rumpun ilmu yang sama, yaitu rumpun fakultas non-eksakta. Fakultas-fakultas tersebut sama sekali tidak mempelajari kesehatan dalam bidang ilmunya, sehingga sumber informasi tentang upaya pencarian pengobatan hanya didapat dari lingkungannya.

3.3 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus tahun 2013. 3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang terdaftar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Budaya, dan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang berjumlah 10784 orang . Jumlah mahasiswa setiap fakultas adalah sebagai berikut:


(48)

Tabel 3.1 Tabel Distribusi Mahasiswa Fakultas Non-Eksakta Universitas Sumatera Utara

No. Fakultas Total Jumlah

Mahasiswa 1. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 3129

2. Hukum 2163

3. Ilmu Budaya 1958

4. Ekonomi 3534

3.4.2 Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara tahun 2013. Jumlah sampel yang diteliti dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow (1994), sebagai berikut:

 

dimana:

N = Jumlah populasi n = Jumlah sampel

d = Jumlah presisi yang ditetapkan (0,1) Z = Tingkat kepercayaan (90% = 1,96) p = Proporsi populasi (ditentukan = 0,5) maka besar sampel:

    ) 1 ( 2 / . ) 1 .( ). 1 ( . 2 / 1 2 2 2 p p Z N d N p p Z n      

) 5 , 0 1 ( 5 , 0 . 96 , 1 ) 1 10784 .( 1 , 0 10784 ). 5 , 0 1 ( 5 , 0 . 96 , 1 2 2 2      n


(49)

     

  Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus diatas maka diketahui jumlah sampel dari populasi sebanyak 10784 orang didapat sampel penelitian sebanyak 95 orang responden.

Cara pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah dengan cara stratified random sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan proporsi yang sama pada setiap fakultas.

Penghitungan besar sampel untuk setiap fakultas dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1. Menetapkan besar proporsi berdasarkan perbandingan besar sampel dengan jumlah populasi, yaitu:

Dengan demikian didapatlah proporsi sebesar 0,00881%,

2. Menghitung besar sampel masing-masing fakultas sesuai dengan proporsi yang telah didapat sebelumnya.

7904 , 108

954 , 10356  n

95  n

% 00881 , 0 10784

95


(50)

Tabel 3.2. Jumlah sampel pada tiap-tiap fakultas berdasarkan proporsi

No. Fakultas Populasi Proporsi Jumlah Sampel

1. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 3129 0,00881% 28

2. Hukum 2163 0,00881% 19

3. Ilmu Budaya 1958 0,00881% 17

4. Ekonomi 3534 0,00881% 31

Jumlah 10784 95

Kriteria responden yang akan menjadi sampel:

1. Mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara. 2. Pernah sakit dalam 1 tahun terakhir dan mencari pengobatannya. 3.5 Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan metode wawancara langsung dengan kuesioner yang telah dipersiapkan untuk mengetahui pengaruh agen sosial terhadap pola pencarian pengobatan mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara. Pemilihan responden dilakukan dengan cara accidental sampling.

3.6 Definisi Operasional

Sebagai pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai fokus penelitian, digunakan definisi operasional yang dekembangkan sebagaimana uraian dibawah ini:

1. Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi, yaitu keluarga, teman bermain, sekolah, dan media massa. Namun dalam penelitian ini agen sosialisasi yang akan dibahas hanyalah keluarga, teman bermain, dan media massa, karena fakultas non-eksakta tidak memiliki peran dalam pola


(51)

pencarian pengobatan pada mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara.

2. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan

3. Teman bermain adalah sekelompok orang yang memiliki usia yang hampir sama dan melakukan aktivitas secara bersama-sama

4. Media massa adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis.

5. Pencarian pengobatan adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pelayanan kesehatan untuk mengobati suatu penyakit.

3.7 Aspek Pengukuran dan Instrumen Penelitian 3.7.1 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan sesuai kuesioner yang telah diberi skor.

1. Pengaruh keluarga

Pengaruh keluarga dapat diukur dengan skoring terhadap pertanyaan sesuai kuesioner yang telah diberi bobot dengan jumlah pertanyaan sebanyak 5. Jawaban tetinggi mendapat nilai = 1 dan jawaban terendah mendapatkan nilai = 0. Total nilai teringggi yang mungkin didapatkan adalah = 5 dan nilai terendah adalah = 0.

2. Pengaruh teman bermain

Pengaruh teman bermain dapat diukur dengan skoring terhadap pertanyaan sesuai kuesioner yang telah diberi bobot dengan jumlah pertanyaan sebanyak 5.


(52)

Jawaban tetinggi mendapat nilai = 1 dan jawaban terendah mendapatkan nilai = 0 . Total nilai teringggi yang mungkin didapatkan adalah = 5 dan nilai terendah adalah = 0.

3. Pengaruh media massa

Pengaruh media massa dapat diukur dengan skoring terhadap pertanyaan sesuai kuesioner yang telah diberi bobot dengan jumlah pertanyaan sebanyak 5. Jawaban tetinggi mendapat nilai = 1 dan jawaban terendah mendapatkan nilai = 0. Total nilai teringggi yang mungkin didapatkan adalah = 5 dan nilai terendah adalah = 0.

4. Pola pencarian pengobatan

Pola pencarian pengobatan dapat diukur dengan skoring terhadap pertanyaan sesuai kuesioner yang telah diberi bobot dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 dengan total skor tertinggi adalah = 10 dan skor terendah adalah = 0

3.7.2 Instrumen Penelitian

Alat yang dipakai untuk pengumpulan data adalah kuesioner dengan bentuk tertutup.

3.8. Teknik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul diolah dengan dengan menggunakan program komputer SPSS.

3.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang meliputi pengaruh keluarga, pengaruh teman bermain, pengaruh sekolah, pengaruh media massa, dan pola pencarian pengobatan.


(53)

3.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel independen yang meliputi pengaruh keluarga, pengaruh teman bermain, pengaruh sekolah, dan pengaruh media massa dengan variabel dependen yaitu pola pencarian pengobatan. Teknik analisis yang digunakan adalah uji korelasi Pearson dengan tingkat kepercayaan 95%.

3.8.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui faktor yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap tindakan pencarian pengobatan pada mahasiswa rumpun fakultas non-eksakta Universitas Sumatera Utara. Uji statistik yang digunakan adalah regresi linear.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi penelitian

Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan sebuah yayasan yang didirikan pada tahun 1952 dipersiapkan menjadi pusat pendidikan tinggi di kawasan barat Indonesia, kemudian beralih status menjadi PTN pada tahun 1957.

USU memiliki visi menjadi University for Industry (UfI), dengan misi: (1) mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat bermoral dengan kemampuan akademik dan/atau profesional dan/atau vokasional untuk menerapkan, mengembangkan, dan memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (2) mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan seni terutama pada kerjasama berbasis industri, dan pengembangan aplikasinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional; dan (3) mendukung pengembangan masyarakat sipil yang demokratis melalui peran USU sebagai suatu kekuatan moral yang otonom untuk mencapai kemampuan yang kuat dalam lingkungan kompetisi global melalui pengelolaan secara profesional sumber daya manusia, memperluas partisipasi dalam pembelajaran, memenuhi kebutuhan nasional dalam pembelajaran, dan memodernisasi cara pembelajaran.

Saat ini USU memiliki 14 fakultas yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Kedokteran Gigi, Ekonomi, Ilmu Budaya, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi, Keperawatan dan Ilmu Komputer. Jumlah program studi yang ada di Universitas


(55)

Sumatera Utara sebanyak 135, terdiri dari 19 tingkat doktoral, 32 magister, 18 spesialis, 5 profesi, 46 sarjana, dan 15 diploma.

Universitas Sumatera Utara memiliki 4 fakultas yang termasuk rumpun non-eksakta, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Ilmu Budaya (FIB), dan Fakultas Ekonomi (FE).

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) terbagi menjadi 6 departemen dan dua program studi, yaitu Departemen Ilmu Administrasi Negara, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik, Antropologi, dan Sosiologi, serta Program Studi Ilmu Administrasi Biaga/Bisnis dan Diploma III Administrasi Perpajakan.

Fakultas Hukum memiliki 6 departemen, yaitu Departemen Hukum Ekonomi, Hukum Internasional, Hukum Administrasi Negara, Hukum Kepersataan, Hukum Tata Negara, dan Hukum Pidana.

Fakultas Ilmu Budaya 9 departemen dan empat program studi, yaitu Departemen Sastra Indonesia, Sastra Inggris, Sejarah, Sastra Daerah, Etnomusikologi, Sastra Arab, Sastra Jepang, Ilmu Perpustakaan, dan Sastra Cina, serta Program Studi DIII Bahasa Jepang, DIII Bahasa Inggris, DIII Pariwisata, dan DIII Perpustakaan.

Fakultas Ekonomi terdiri dari 3 departemen, yaitu Departemen Ekonomi Pembangunan, Manajemen, dan Akuntansi.selain itu juga terdapat program Diploma Keuangan, Akuntansi, dan Kesekretariatan.


(56)

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Gambaran Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa USU yang kuliah di fakultas non-eksakta, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Ilmu Budaya (FIB), dan Fakultas Ekonomi (FE), setambuk 2010, 2011, dan 2012 yang pernah sakit dalam satu tahun terakhir dan mencari pengobatannya. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 95 orang. Karakteristik responden mencakup jenis kelamin, umur, dan fakultas. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No Karakteristik N %

1 Jenis Kelamin N %

1. Laki-laki 44 46,3

2. Perempuan 51 53,7

Jumlah 95 100

2 Umur N %

1. 18 2. 19 3. 20 4. 21 5. 22 14 18 29 25 9 14,7 18,9 30,5 26,3 9,5

Jumlah 95 100

3 Fakultas N %

1. FISIP 28 29,5

2. FH 19 20,0

3. FIB 17 17,9

4. FE 31 32,6

Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 51 orang (53,7%) dan sisanya adalah laki-laki sebanyak 44 orang (46,3%). Umur responden yang paling banyak adalah 20 tahun


(57)

sebanyak 29 orang (30,5%) dan umur yang paling sedikit adalah 22 tahun sebanyak 9 orang (9,5%). Berdasarkankan fakultas, responden paling banyak berasal dari Fakultas Ekonomi sebanyak 31 orang (32,6%) dan yang paling sedikit berasal dari Fakultas Ilmu Budaya sebanyak 17 orang (17,9%).

4.2.2 Gambaran Pengaruh Keluarga

Distribusi gambaran pengaruh keluarga terhadap pola pencarian pengobatan responden dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengaruh Keluarga terhadap Pola Pencarian Pengobatan Mahasiswa Rumpun Fakultas Non-Eksakta Universitas Sumatera Utara

1 Keluarga memberikan saran dalam hal pengobatan

N %

Ya 87 91,6

Tidak 8 8,4

Jumlah 95 100

2 Keluarga menyarankan untuk datang kepelayanan kesehatan jika sakit

N % Ya Tidak 85 10 89,5 10,5

Jumlah 95 100

3 Mendatangi pelayanan kesehatan jika ada anggota keluarga yang menyarankan

N % Ya Tidak 82 13 86,3 13,7

Jumlah 95 100

4 Pengalaman berobat anggota keluarga menjadi acuan dalam berobat

N % Ya Tidak 70 25 73,7 26,3

Jumlah 95 100

5 Anggota keluarga membantu mengontrol dalam meminum obat N % Ya Tidak 80 15 84,2 15,8


(58)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2, untuk pernyataan keluarga memberi saran dalam hal pengobatan, responden terbanyak menyatakan ya sebanyak 87 orang (91,6%), sisanya menyatakan tidak sebanyak 8 orang (8,4%).

Jawaban responden terbanyak untuk pernyataan keluarga menyarankan untuk datang kepelayanan kesehatan jika sakit adalah ya sebanyak 85 orang (89,5%), sisanya menjawab tidak sebanyak 10 orang (10,5%).

Jawaban responden terbanyak untuk pernyataan mendatangi pelayanan kesehatan jika ada anggota keluarga yang menyarankan adalah ya sebanyak 82 orang (86,3%), sisanya menyatakan tidak sebanyak 13 orang (13,7%)

Jawaban responden terbanyak untuk pernyataan pengalaman berobat anggota keluarga menjadi acuan dalam berobat adalah ya sebanyak 70 orang (73,7%), sisanya menyatakan tidak sebanyak 25 orang (26,3%).

Jawaban responden terbanyak untuk pernyataan anggota keluarga membantu mengontrol dalam meminum obat adalah ya sebanyak 80 orang (84,2%), sisanya menyatakan tidak sebanyak 15 orang (15,8%).

4.2.3 Gambaran Pengaruh Teman

Distribusi gambaran pengaruh teman terhadap pola pencarian pengobatan responden dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengaruh Teman terhadap Pola Pencarian Pengobatan Mahasiswa Rumpun Fakultas Non-Eksakta Universitas Sumatera Utara

1 Teman memberikan saran dalam hal pengobatan

N %

Ya 73 76,8

Tidak 22 23,2


(59)

2 Teman menyarankan untuk datang kepelayanan kesehatan jika sakit

N % Ya Tidak 72 23 75,8 24,2

Jumlah 95 100

 

3 Mendatangi pelayanan kesehatan jika ada teman yang menyarankan

N % Ya Tidak 71 24 74,7 25,3

Jumlah 95 100

4 Pengalaman berobat teman menjadi acuan dalam berobat N % Ya Tidak 52 43 54,7 45,3

Jumlah 95 100

5 Teman membantu mengontrol dalam meminum obat N % Ya Tidak 38 57 40,0 60,0

Jumlah 95 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3, untuk pernyataan teman memberi saran dalam hal pengobatan, responden terbanyak menyatakan ya sebanyak 73 orang (76,8%), sisanya menyatakan tidak sebanyak 22 orang (23,2%).

Jawaban responden terbanyak untuk pernyataan teman menyarankan untuk datang kepelayanan kesehatan jika sakit adalah ya sebanyak 72 orang (75,8%), sisanya menjawab tidak sebanyak 23 orang (24,2%).

Jawaban responden terbanyak untuk pernyataan mendatangi pelayanan kesehatan jika ada teman yang menyarankan adalah ya sebanyak 71 orang (74,7%), sisanya menyatakan tidak sebanyak 24 orang (25,3%).


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adhyka, Nurmaines. 2013. Gambaran Perilaku Mahasiswa Serumpun Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara terhadap Proses Pencarian Pengobatan di Kota Medan Tahun 2013. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Agoes, A dan Jacob. 1996. Antropologi Kesehatan Indonesia, Jilid 1. Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Agustiani, hendriati. 2009. Psikologi perkembangan (pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja), cetakan kedua. Refika Aditama, Bandung

Ali, Mohammad dan Asrori. 2004. Psikologi Remaja (perkembangan peserta didik). Bumi aksara, Jakarta

Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiati Komala. 2004. Komunikasi Massa (Suatu Pengantar). Simbiosa Rekatama Media, Bandung

Azrul, Azwar. 1995. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Dahlan, Muhammad Sopiyudin. 2011. Statistik unuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika, Jakarta

Damanik, Hotmelia. 2012. Pengaruh Paparan Media Internet dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja SMA XYZ Tahun 2012. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Dimara, Samuel Octavianus. 2012. Dampak Iklan Obat terhadap Perilaku Konsumsi Obat. Karya Tulis Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang

Hidayat, Ahmad. 2012. Pengaruh Persepsi Individu dan Dukungan Sosial Terhadap Pencarian Pengobatan pada Masyarakat Kampung Nelayan XII Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan


(2)

Kamanto, Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. FEUI, Jakarta

Lemeshow, S. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Lawolo, Arif Kristian. 2011. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Mahasiswa USU Terhadap Pemanfaatan Poliklinik USU Tahun 2011. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Narwoko, Dwi dan Suyanto, Bagong. Sosiologi (Teks Pengantar dan Terapan). Kencana, Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta

Pakpahan, Peranika R. 2012. Pengaruh Media Sosialisasi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Mahasiswi Tentang Pentingnya Pap Smear di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Tahun 2011. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta, Bandung

Rogers, Everett M. 1983. Diffusion of Innovation (Third Edition). The Free Press A Division of Macmillan Publishing Co.Inc, New York

Sarwono, Solita. 2007. Sosiologi Kesehatan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Sirlan F, 2006. Survey pengetahuan sikap dan praktek masyarakat di Jawa Barat terhadap kesehatan mata tahun 2005. Ophthalmologica Indonesiana; Jakarta

Su’adah. 2005. Sosiologi Keluarga. Universitas Muhamadiyah Malang Press, Malang

Tiolena, Ristarolas, 2009, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan pada Wanita Penderita Kanker Payudara di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan


(3)

Tinendung, Ariyanto. 2009. Pola Pencarian Pengobatan pada Masyarakat Suku Pak-Pak di Kelurahan Sidiangkat Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Sumatera Utara Tahun 2009. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan


(4)

KUESIONER PENGARUH AGEN SOSIALISASI TERHADAP POLA PENCARIAN PENGOBATAN MAHASISWA RUMPUN FAKULTAS

NON-EKSAKTA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

I. Identitas Responden

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Fakultas :

II. Pengaruh Keluarga

Pilihlah jawaban Ya atau Tidak dari pertanyaan berikut dengan cara memberikan tanda ceklis / centrang (√) pada kolom yang telah disediakan.

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah keluarga saudara/i memberikan saran dalam hal

pengobatan?

2. Apakah keluarga saudara/i menyarankan untuk datang kepelayanan kesehatan jika saudara/i sakit ?

3. Apakah saudara/i akan mendatangi pelayanan kesehatan jika ada anggota kelurga yang menyarankan ?

4. Apakah pengalaman berobat anggota keluarga saudara/i menjadi acuan saudara/i dalam berobat ?

5. Apakah anggota keluarga saudara/i membantu mengontrol saudara/i dalam meminum obat ?

III. Pengaruh Teman

Pilihlah jawaban Ya atau Tidak dari pertanyaan berikut dengan cara memberikan tanda ceklis / centrang (√) pada kolom yang telah disediakan.

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak 1. Apakah Teman saudara/i memberi saran kepada saudara/i

dalam hal pengobatan?

2. Apakah teman saudara/i menyarankan untuk datang kepelayanan


(5)

3. Apakah saudara/i akan mendatangi pelayanan kesehatan jika ada

teman saudara/i yang menyarankan ?

4. Apakah pengalaman berobat teman saudara/i menjadi acuan

saudara/i dalam berobat ?

5. Apakah teman saudara/i membantu mengontrol saudara/i dalam

meminum obat ?

IV. Pengaruh Media Massa

Pilihlah jawaban Ya atau Tidak dari pertanyaan berikut dengan cara memberikan tanda ceklis / centrang (√) pada kolom yang telah disediakan.

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah saudara/i mendapat informasi tentang pengobatan

dari media massa ?

2. Apakah informasi dari media massa mempengaruhi

saudara/i dalam pencarian pengobatan ?

3. Apakah saudara/i mendapat informasi dari media massa

tentang tempat-tempat pelayanan kesehatan ?

4. Apakah saudara/i mendapat informasi dari media massa

tentang obat-obatan untuk mengobati penyakit saudara/i ?

5. Apakah media massa menjadi acuan utama saudara/i dalam

pencarian pengobatan ? V. Pola Pencarian Pengobatan

Pilihlah jawaban Ya atau Tidak dari pertanyaan berikut dengan cara memberikan tanda ceklis / centrang (√) pada kolom yang telah disediakan.

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah saudara/i segera mencari pengobatan jika saudara/i

sakit?

2. Apakah saudara/i akan segera mencari pengobatan jika merasakan gejala sakit ?

3. Apakah saudara/i menggunakan obat warung?

4. Apakah saudara/i berobat ke pelayanan medis?

5. Apakah saudara/i berobat ke pengobatan tradisional?  

6. Apakah saudara/i menggunakan pelayanan medis dan

tradisional secara bersamaan?


(6)

penyakit sekaligus? (jika ya lanjut pertanyaan 8, jika tidak lanjut pertanyaan 9)

8. Apakah saudara/i berobat ditempat yang sama?

9. Apakah saudara/i meminum obat sesuai dengan ketentuan ?