BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Penggolongan Piutang
1. Pengertian Piutang
Pada saat sekarang ini penjualan barang dan jasa banyak dilakukan secara kredit sehingga terdapat tenggang waktu antara penyerahan barang atau jasa
sampai pada saat diterimanya uang. Pada saat tenggang waktu tersebut penjual mempunyai tagihan piutang kepada pembeli. Selain dari penjualan barang dan
jasa, tagihan dapat timbul dari berbagai kegiatan lain seperti memberi pinjaman kepada karyawan, pembayaran uang muka dan pengakuan akuntansi karena dasar
waktu accrual basis. Menurut Niswonger, Warren, Reeve, dan Fess 1999:324 : Piutang
receivable meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya.
Dalam arti luas, piutang meliputi semua klaim atau hak untuk menuntut pembayaran kepada pihak lain yang pada umumnya akan berakibat adanya
penerimaan kas di masa yang akan dating. Tagihan atau piutang, biasanya timbul sebagai akibat dar transaksi-transaksi penjualan barang danatau penyerahan jasa,
pemberian pinjaman, pesanan-pesanan yang diterima atau saham dan surat berharga lain yang akan diterbitkan, klaim atas ganti rugi dari perusahaan
asuransi, dan sewa atas aktiva yang dioperasikan oleh pihak lain. Tagihan yang timbul dari transaksi penjualan barang danatau penyerahan jasa kepada
Universitas Sumatera Utara
pelanggan, pada umumnya merupakan sebagian besar dari modal kerja perusahaan. Sebagai akibatnya, masalah pengendalian dan kebijakan kredit, serta
pengumpulan piutang merupakan salah satu faktor yang perlu mendapatkan perhatian serius oleh manajemen.
Perkiraan yang berhubungan dengan piutang antara lain adalah pendapatan atas penjualan, perkiraan kerugian atas piutang seperti penghapusan piutang,
biaya piutang ragu-ragu, barang yang dikembalikan oleh pembeli kepada penjual karena tidak sesuai dengan perjanjian sebelumnya retur penjualan.
2. Penggolongan Piutang
Secara umum piutang dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu piutang dagang dan piutang non dagang.
a. Piutang Dagang Trade Receivable
Piutang dagang adalah jumlah yang terhutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal.
Piutang dagang biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan. Piutang dagang dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Piutang Usaha Accounts Receivable
Piutang usaha merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pelanggan atas penjualan barang dan jasa dalam kegiatan usaha normal. Waktu
pembayaran piutang usaha pada umumnya antara 30 sampai 60 hari. Pemberian kredit ini dilakukan dengan perjanjian informal antara penjual
dan pembeli yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan, seperti
Universitas Sumatera Utara
faktur pesanan penjualan dan kontrak penyerahan. Biasanya piutang dagang tidak dikenakan biaya, walaupun ada kemungkinan bunga ataupun
beban ditambahkan jika pembayaran tidak dilakukan dalam suatu periode yang telah ditentukan yaitu periode dimana debitur wajib melunasi
hutangnya. 2.
Wesel Tagih Notes Receivable Wesel tagih adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang
tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembiayaan, ataupun transaksi lainnya. Tetapi wesel tagih
kebanyakan berasal dari transaksi peminjaman uang yaitu dengan diberikannya trade receivable dengan disertai promes atau wesel. Wesel
tagih bisa bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang. Wesel tagih dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu :
a Wesel tagih berbunga Interest bearing notes
Pada wesel tagih berbunga, dinyatakan berapa persen bunganya dan berapa hari jangka waktu pelunasannya. Pada hari pelunasannya
pihak yang menerima atau memegang wesel harus membayar sejumlah nilai nominal ditambah dengan bunga yang terhutang.
Contoh : PT. X menerima wesel 60 hari dengan bunga 10 tertanggal 11
Desember 2000 sebagai pelunasan kreditnya dengan saldo Rp 9.000.000. Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Keterangan Debit
Kredit Wesel Tagih
Rp 9.000.000 Piutang Dagang
Rp 9.000.000
Pada tanggal 31 Desember 2000. dibuat jurnal penyesuaian untuk mencatat bunga yang akan dibayar dari 11 sampai dengan 31
Desember. Ayat jurnal untuk mencatat pendapatan yang akan diterima sebesar Rp 50.000 20360 x 10 x Rp 9.000.000 adalah
sebagai berikut : Keterangan
Debit Kredit
Piutang Bunga Rp 50.000
Pendapatan Bunga Rp 50.000
b Wesel tagih tanpa bunga Non interest bearing notes
Pada wesel tagih tanpa bunga, dinyatakan jumlah yang harus dibayar dan berapa hari jangka waktu pelunasannya. Dengan demikian
jumlah yang tercantum pada wesel ini merupakan jumlah yang harus diterima pada saat jatuh tempo.
Contoh : PT. Y menerima wesel atas penjualan barang dagangan kepada PT.
Z sebesar Rp 5.000.000 pada tanggal 5 Mei 2000. Wesel tersebut jatuh tempo tanggal 7 Juni 2000. Ayat jurnalnya adalah sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
Keterangan Debit
Kredit Wesel Tagih
Rp 5.000.000 Piutang Dagang
Rp 5.000.000 Kas
Rp 5.000.000 Wesel Tagih
Rp 5.000.000
b. Piutang Non Dagang Non Trade Receivable
Piutang non dagang adalah semua piutang yang timbul dari transaksi- transaksi yang tidak secara langsung berhubungan dengan penjualan
barang atau penyerahan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, termasuk diantaranya :
1 Piutang yang timbul dari transaksi pinjaman, seperti piutang kepada
perusahaan afiliasi, piutang karyawan. 2
Piutang kepada perusahaan asuransi ; atas kerugian-kerugian yang dipertanggungjawabkan.
3 Piutang pajak yang lebih disetor
4 Piutang yang timbul dari pesanan atas penjualan atau penerbitan surat-
surat berharga atau sekuritas seperti piutang pemesan saham, piutang pemesan surat utang obligasi.
5 Piutang yang timbul dan merupakan fungsi waktu dan piutang
pendapatan seperti piutang bunga, sewa, dividen, royalitas.
Universitas Sumatera Utara
B. Pencatatan dan Penilaian Piutang Dagang