Cahaya merupakan akselerator terhadap timbulnya ketengikan, sedangkan kombinasi dari oksigen dan cahaya dapat mempercepat proses oksidasi. Sebagai contoh ialah lemak yang
disimpan tanpa udara, tetapi dikenai cahaya, sehingga menjadi tengik. Hal ini disebabkan karena dekomposisi peroksida yang secara alamiah terdapat dalam lemak. Cahaya berpengaruh sebagai
akselerator pada oksidasi konstituen tidak jenuh dalam lemak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan oksidasi lemak dapat dilihat pada Tabel 6.
Table 6. Faktor mempercepat atau memperlambat oksidasi.
No. Akseptor
Dicegah dengan
1. Suhu tinggi
Suhu rendah REFRIGRASI 2.
Sinar UV dan biru dan ionisasi sinar radiasi α,β,γ dan x
Wadah berwarna atau opak, bahan pembungkus
3. Peroksida termasuk lemak yang dioksidasi
Menghindarkan oksigen
4. Enzim lipoksidase
Merebus blanching 5.
K atalis Fe-Organik Anti oksidan
6. K atalis logam Cu, Fe, dsb
Metal deactivator
Ketaren,1986
2.9. Standar Mutu
Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia. Di dalam perdagangan kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua arti.
Universitas Sumatera Utara
Yang pertama adalah mutu sawit dalam arti benar-benar murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lain.
Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, antara lain titik lebur angka penyabunan, dan bilangan yodium. Sedangkan yang kedua,
yaitu mutu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar asam
lemak bebasALB,FFA, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang kedua lebih
penting.Tim Penulis,1992
2.10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit. 2.10.1 Asam Lemak Bebas ALB
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak
turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.
2.10.2 Kadar zat menguap dan kotoran
Meskipun kadar asam lemak bebas dalam minyak sawit kecil, tetapi hal itu belum menjamin mutu minyak sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan cara
membuang kotoran dan zat menguap. Hal ini dilakukan dengan peralatan pemurnian modern.
2.10.3 Kadar logam
Universitas Sumatera Utara
Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara lain besi, tembaga, dan kuningan..Mutu dan kualitas minyak sawit yang mengandung logam-
logam tersebut akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam-logam itu dapat menjadi katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit. Reaksi ini dapat dimonitor
dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang semakin gelap dan akhirnya menyebabkan ketengikan.
2.10.4 Angka Oksidasi
Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif akan mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna menjadi semakin gelap. Keadaan ini
jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun. Dari angka ini dapat diperkirakan sampai sejauh mana proses oksidasi berlangsung sehingga dapat pula dinilai
kemampuan minyak sawit untuk menghasilkan barang jadi yang memiliki daya tahan dan daya simpan yang lama. Angka oksidasi dihitung berdasarkan angka peroksida.
2.10.5 Pemucatan
Berdasarkan standar mutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat lovibond dapat diketahui dosis bahan-bahan pemucatan yang dibutuhkan, biaya, serta rendemen
hasil akhir yang akan diperoleh. Untuk standar mutu didasarkan pada warna merah 3,5 dan warna kuning 3,5.
Standar mutu untuk pemasaran minyak sawit, minyak inti sawit, inti sawit secara lebih terinci tersaji dalam Tabel 7
Tabel 7. Standar Mutu Minyak Inti Kelapa Sawit
Karakteristik Minyak Inti Kelapa
Sawit Keterangan
Universitas Sumatera Utara
Asam lemak bebas 3,5
maksimal Kadar kotoran
0,02 maksimal
Kadar zat menguap 0,2
maksimal Bilangan peroksida
2,2 meq maksimal
Bilangan iodine 10,5 – 18,5
maksimal Kadar logam Fe,Cu
- Lovibond
- Kadar minyak
- Kontaminasi
- Kadar pecah
- Sumber :; Direktorat Jenderal Perkebunan, 1989
Tim Penulis,1992
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat
— Neraca analitik dengan ketelitian 0,01 gr.
— Titrator dosimat dengan magnetic stirrer.
— Pipet volume 0,5 ml.
pyrex —
Spatula —
Beaker glass 50 ml pyrex
— Gelas ukur 100 ml
pyrex —
Gelas ukur 500 ml pyrex
— Beaker glass 600 ml
pyrex —
Jam alarm —
Botol aquadest —
Labu erlenmeyer bertutup 250 ml pyrex
— Labu erlenmeyer 1 L
pyrex
3.1.2. Bahan-bahan
— Asam asetat glasial
— Kloroform
—
Natrium tiosulfat
— Kalium iodida
Universitas Sumatera Utara
— Indicator kanji
— Kalium dikromat
— Aquadest
— Asam klorida
3.2. Pembuatan Larutan
— Asam asetat : Kloroform 3:1
Campurkan 300 ml asam asetat dengan 100 ml kloroform, aduk dengan stirer di dalam beaker.
— Larutan Kalium iodida dalam keadaan fresh
Larutkan kristal Kalium iodida berlebih di dalam air. Pipet larutan atas dari kristal.
— Larutan kanji
Buat pasta dari 1 gram kanji dan sedikit air suling, sambil diaduk tambahkan 200 ml air suling panas. Pindahkan 5 ml larutan ini kedalam 100 ml air suling. Tambahkan
0,05 ml larutan iodine 0,1 N, warna biru pekat harus hilang dengan penambahan 0,05 ml Na
2
S
2
O
3
0,1 N.
— Larutan Natrium tiosulfat Na
2
S
2
O
3
0,1 N Larutkan 24,8 gram Natrium tiosulfat dalam aquadest dan encerkan sampai 1 liter.
Standarisasi dengan menggunakan Kalium dikromat dengan tepat.
Universitas Sumatera Utara
— Larutan Kalium Iodida 15
Larutkan 15 gram kristal kalium iodida dalam 100 ml aquadest. —
Larutan HCl 1:1 Campurkan HCl dengan aquadest dengan perbandingan yang sama.
— Larutan Kalium dikromat.
Kristal kalium dikromat, reagen grade, digiling halus dan dikeringkan pada suhu 110
C
o
sebelum digunakan.
3.3. Prosedur Standarisasi Na