Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository © 2009
1.5. Manfaat Penelitian
Untuk dapat memperoleh dan memberikan informasi ilmiah tentang kadar kafein yang terdapat dalam secangkir teh dari cara menyeduh teh yang biasa dilakukan
masyarakat, sehingga masyarakat dapat mengetahui takaran dalam menyeduh teh dan efek rangsangan yang dirasakan.
1.6. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Dasar LIDA, Laboratorium Kimia Polimer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FMIPA dan
Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara USU Medan.
1.7. Metodologi Penelitian
1. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium
2. Pengambilan sampel bubuk teh dilakukan secara acak di pasaran daerah Padang
Bulan. 3.
Perolehan kafein dari bubuk teh dipisahkan dengan cara ekstraksi dimana sampel diseduh dalam air panas. Kemudian disaring dan diekstraksi dengan kloroform,
tiap-tiap perolehan kafein ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer UV Visibel.
4. Data pengukuran panjang gelombang maksimum dari kafein standard dan
perolehan kadar masing-masing sampel bubuk teh setiap perlakuan disajikan dalam tabel.
Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Teh
Tanaman teh pertama kali ditemukan di daratan China. Diperkirakan di propinsi Szechwan. Daerah tersebut berbatasan dengan wilayah China bagian Barat Daya
bagian Timur Laut India, Birma, Siam dan Indocina.
Ada beberapa versi dalam cerita legenda tentang pertama kali ditemukannya tanaman teh. Dalam salah satu legenda diceritakan bahawa dalam suatu perjalanannya
ke hutan, seorang raja China menyempatkan diri untuk beristirahat melepas lelah. Sambil beristirahat mereka menjerang air untuk minuman, secara tidak terduga
terbanglah sehelai daun dan masuk dalam air mendidih itu. Pada saat raja menghirup minuman itu dirasakan sebagai suatu minuman yang cukup menyegarkan. Maka sejak
itulah dikenal minuman teh di China. Masa itu bertepatan dengan masa sesudah pemerintahan dinasti Han, atau kira-kira tahun 221-265 sesudah masehi Djiman dkk,
1996. Telah didokumentasikan bahwa di bawah kepemimpinan kaisar Han 202SM- 1M, pohon teh ditanam secara independen oleh para biarawan.
Pasokan pertama yang mencapai Inggris terjadi pada tahun 1652 hingga 1654. Seperti halnya rempah-rempah tropis, teh yang awalnya merupakan barang dagangan
yang sangat mahal, merupakan produk eksklusif yang hanya bisa dijangkau oleh para aristokrat dan para saudagar kaya. Ketika Inggris terlibat dalam perdagangan teh,
volume perdagangan yang menjangkau Eropa dan Amerika juga meningkat, seiring
Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository © 2009
dengan ketatnya persaingan antar berbagai dermaga. Secara berangsur-angsur teh menjadi bisa terjangkau oleh masyarakat kelas menengah. Meskipun demikian Inggris
mengalami ‘demam teh’ lebih besar dibanding negara-negara lain.
2.1.1. Nama Teh
Nama asli teh di Asia semuanya hampir sama satu sama lain. Di Cina namanya ‘ch’a, di India ‘tsch’, di Jepang ‘cha’ dan di Rusia ‘caj’, dalam bahasa Inggris ‘tea’ dan
dalam bahasa Jerman ‘tee’. Pada fase awal sejarah Eropa, minuman teh juga disebut ‘cha’ di Inggris, Belanda, dan Portugal. Pada akhir abad ke 17, kata ‘cha’ menjadi
‘tay’ dan tidak lama kemudian menjadi ‘tee’ dan ‘tea’ Stephen Fulder, 2004.
2.1.2. Perkembangan Teh di Indonesia
Munculnya teh di Indonesia berawal ketika Dr. Andreas Cleyer, seorang berkebangsaan Belanda, yang membawa bibit tanaman teh untuk dijadikan tanaman
hias pada tahun 1686. Mulai tahun 1728, bibit teh dari Cina mulai dibudidayakan di Pulau Jawa. Usaha tersebut baru berhasil pada tahun 1824, saat Dr. Van Siebold, yang
meneliti teh di Jepang, mempromosikan bibit teh asal Jepang. Sementara perkebunan teh di Indonesia baru dimulai tahun 1828 dan dipelopori oleh Jacobson.
Teh kemudian menjadi komoditas yang menguntungkan. Dengan demikian, pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosch, rakyat dipaksa untuk menanam
teh melalui politik tanam paksa. Setelah Indonesia merdeka, usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil pemerintah Noni Soraya, 2007.
2.2. Taksonomi Teh
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Trantroemiaccae
Family : Theaceae
Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository © 2009
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis L
Djiman dkk, 1996
2.2.1. Tanaman Teh
Tanaman teh umumnya ditanam di perkebunan, dipanen secara manual, dan dapat tumbuh pada ketinggian 200 – 2.300 m dpl. Teh berasal dari kawasan India bagian
Utara dan Cina Selatan. Ada dua kelompok varietas teh yang terkenal, yaitu Camellia sinensis var. Assamica yang berasal dari Assam dan Camellia sinensis var. Sinensis
yang berasal dari cina. Varietas assamica daunnya agak besar dengan ujung yang runcing, sedangkan varietas Sinensis daunnya lebih kecil dan ujungnya agak tumpul.
Pohon kecil, karena seringnya pemangkasan maka tampak seperti perdu. Bila tidak dipangkas, akan tumbuh kecil ramping setinggi 5 – 10 m, dengan bentuk tajuk
seperti kerucut. Batang tegak, berkayu, bercabang – cabang, ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berseling, helai daun
kaku seperti kulit tipis, bentuknya elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus, pertulangan menyirip, panjang 6 – 18 cm, lebar 2 – 6 cm, warnanya
hijau,permukaannya mengilap. Bunga di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu, berkelamin dua, garis tengah 3 -4 cm, warnanya putih cerah
dengan kepala sari berwarna kuning, harum. Buahnya buah kotak, berdinding tebal, pecah menurut ruang, masih muda hijau, setelah tua cokelat kehitaman. Biji keras, 1-
3. Pucuk dan daun muda yang digunakan untuk pembuatan minuman teh. Perbanyakan dengan biji, setek, sambungan atau cangkokan Setiawan Dalimartha,
2002.
2.3. Jenis dan Pengolahan Teh
Komoditas teh dihasilkan dari pucuk daun tanaman teh Camellia sinensis melalui proses pengolahan tertentu. Secara umum berdasarkan cara atau proses
pengolahannya, teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau, teh oolong dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktifasi enzim oksidase
atau fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan atau
Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository © 2009
penguapan menggunakan uap panas, sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Teh hitam dibuat dengan cara memanfaatkan terjadinya oksidasi
enzimatis terhadap kandungan katekin teh. Sementara, teh oolong dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses rolling atau penggulungan
daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi, yang memiliki karakteristik khusus dibandingkan teh hitam dan teh hijau Arif Hartoyo, 2003
2.3.1. Pengolahan Teh Hitam
Teh hitam terbaik di dunia dihasilkan di India Assam, Darjeeling, dan Nilgiri, Sri Lanka Ceylon, serta Cina. Di negara-negara barat, konsumsi tehnya lebih dari 80
menggunakan teh hitam. Khusus di Amerika, konsumsi teh jenis ini mencapai lebih dari 90.
Cara pengolahannya, daun dirajang dan dijemur di bawah panas matahari sehingga mengalami perubahan kimiawi sebelum dikeringkan. Perlakuan tersebut
akan menyebabkan warna daun menjadi cokelat dan memberikan cita rasa teh hitam yang khas. Tahap-tahap pengolahan teh hitam sebagai berikut :
a. Pelayuan dalam ruangan
Pelayuan dalam ruangan dilakukan selama 12 – 18 jam. Selama proses pelayuan yang lama ini, kadar air daun berkurang dan menjadi lembut
sehingga daun-daun mudah digiling. b.
Penggilingan Penggilingan bertujuan agar membran daun hancur sehingga
mengeluarkan minyak atsiri yang menimbulkan aroma yang khas. c.
Fermentasi penuh Selama proses fermentasi, warna daun menjadi gelap dan sarinya menjadi
kurang pahit. Proses fermentasi dihentikan saat aroma dan rasanya sudah maksimal.
d. Pengeringan
Proses pengeringan untuk mengurangi kadar air sebanyak 2-5.. sarinya mengering pada permukaan daun dan bertahan relatif tetap sampai
dilepaskan oleh air panas selama penyeduhan.
Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository © 2009
e. Sortasi
Selama proses produksi, banyak daun teh robek atau remuk sehingga produk teh akhir terdiri atas daun utuh, daun robek, dan partikel-partikel
yang lebih kecil Noni Soraya, 2007.
2.4. Komposisi Kimia Teh
Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30 dari berat kering. Teh hijau dan teh putih
mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga mengandung kafein
sekitar 3 dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir, teofilin dan teobromin dalam jumlah sedikit http:id.wikipedia.orgwikiTeh.
Daun mengandung kafein 2 – 3, theobromin, theofilin, tannin, xanthine, adenine, minyak atsiri, kuersetin, naringenin, dan natural fluoride.
Tabel 2.1. Kandungan Kimia dalam 100 gram Teh
No Komponen
Jumlah 1
Kalori 17 kJ
2 Air
75 – 80
3 Polifenol
25 4
Karbohidrat 4
5 Serat
27 6
Pektin 6
7 Kafein
2,5 – 4,5
8 Protein
20
Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository © 2009
Setiawan Dalimartha, 2002.
2.4.1. Senyawa alkaloid
Di alam terdapat beberapa senyawa alkaloid santin, antara lain 1,3-dimetilsantin theophillin, 3,7-dimetilsantin theobromine yang banyak terdapat dalam biji coklat
dan 1,3,7-trimetilsantin kafein dalam kopi dan teh. Kafein 1,3,7-trimetilsantin
Gambar 2.1. Struktur kafein
Kafein adalah basa sangat lemah dalam larutan air atau alkohol tidak terbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai jarum mengkilat
putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Kafein larut dalam air 1:50, alkohol 1:75 atau kloroform 1:6 tetapi kurang larut dalam eter. Kelarutan naik dalam air panas
1:6 pada 80
o
C atau alkohol panas 1:25 pada 60
o
C Wilson and Gisvold, 1982.
Kafein merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi, cokelat, kola dan beberapa minuman penyegar lainnya. Kafein dapat berfungsi sebagai stimulan dan
beberapa aktifitas biologis lainnya. Kandungan kafein dalam teh relatif lebih besar daripada yang terdapat dalam kopi, tetapi pemakaian teh dalam minuman lebih encer
dibandingkan dengan kopi Sudarmi, 1997.
2.4.2. Sifat Kafein
Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository © 2009
Kafein berbentuk anhidrat. Mengandung tidak kurang dari 98,5 dan tidak lebih dari 101,0 C
8
H
10
N
4
O
2
.
Serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih, biasanya menggumpal, tidak berbau, rasa pahit. Larutan bersifat netral terhadap kertas lakmus. Bentuk hidratnya mekar di
udara.
Kelarutan agak sukar larut dalam air, dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, sukar larut dalam eter Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995.
2.5. Farmakologi Kafein
Kafein merupakan perangsang susunan saraf pusat dapat menimbulkan diuresis, merangsang otot jantung dan melemaskan otot polos bronchus. Secara klinis biasanya
digunakan berdasarkan khasiat sentralnya, meransang semua susunan sarafpusat mula- mula korteks kemudian batang otak, sedangkan medula spinalis hanya dirangsang
dengan dosis besar Sudarmi, 1997.
Dalam dosis standar antara 50 – 200 mg, kafein utamanya mempengaruhi lapisan luar otak. Pengaruh ini bisa mengurangi kelelahan. Dalam dosis yang lebih
besar, pusat vasomotor dan pernafasan terpengaruh. Fakta menunjukkan hal ini pun tidak mempengaruhi tekanan darah karena pembuluh darah jantung dan pembuluh-
pembuluh darah yang ada di kulit dan ginjal terbuka secara simultan.
Tekanan darah tinggi hanya disebabkan oleh konsumsi kafein dengan dosis yang sangat tinggi. Dosis yang berlebihan menyebabkan rasa gelisah, pikiran tidak
tenang dan detak jantung yang tidak normal. Keracunan yang semata-mata disebabkan oleh kafein sangat jarang terjadi. Tetapi, rangkaian medis telah membenarkan bahwa
dosis konsumsi kafein yang sangat membahayakan jiwa manusia sekitar 10 g. Ini berarti bahwa mengkonsumsi sekitar 80 cangkir kopi atau 140 cangkir teh dalam
waktu yang sangat singkat seketika dapat menyebabkan kematian.
Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository © 2009
Selama masa hamil, jika terlalu sering overdosis kafein, lebih dari 600 mg per hari, bisa berakibat gugurnya kandungan. Tetapi, jumlah kafein yang setara dengan
angka di atas, maka harus mengkonsumsi teh sedikitnya 14 cangkir setiap hari dengan kanndungan kafein setinggi mungkin Stephen Fulder, 2004
2.6. Ekstraksi