Faktor Vegetasi Faktor Manusia dan Tindakan Konservasi P

permukaan dua kali lebih curam, banyaknya erosi 2 sampai 2,5 kali lebih besar Sinukaban, 1986. Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau dengan kemiringan lereng berkurang demikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan berkumpul di ujung lereng. Dengan demikian, lebih banyak air yang mengalir akan makin besar kecepatannya di bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar daripada di bagian atas. Akibatnya adalah tanah-tanah di bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar daripada bagian atas . makin panjang lereng permukaan tanah, makin tinggi potensial erosi karena akumulasi air aliran permukaan semakin tinggi. Kecepatan aliran permukaan makin tinggi mengakibatkan kapasitas penghancuran dan deposisi makin tinggi pula Wischmeier dan Smith, 1978.

4. Faktor Vegetasi

Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam lima bagian, yakni a intersepsi hujan oleh tajuk tanaman, b mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air, c pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif, d pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah, dan e transpirasi yang mengakibatkan kandungan air berkurang Arsyad, 2000. Pola pertanaman dan jenis tanaman yang dibudidayakan sangat berpengaruh terhadap erosi dan aliran permukaan karena berpengaruh terhadap penutupan tanah dan produksi bahan organik yang berfungsi sebagai pemantap tanah. Menurut FAO 1974, dikut ip oleh Sinukaban, 1986 pergiliran tanaman terutama dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah lainnya, merupakan cara konservasi tanah yang sangat penting. Tujuannya adalah memberikan kesempatan pada tanah untuk mengimbangi periode pengerusakan tanah akibat penanaman tanaman budidaya secara terus-menerus. Keuntungan dari pergiliran tanaman adalah mengurangi erosi karena kemampuannya yang tinggi dalam memberikan perlindungan oleh tanaman, memperbaiki struktur tanah karena sifat perakaran, dan produksi bahan organik yang tinggi.

5. Faktor Manusia dan Tindakan Konservasi P

Teras adalah timbunan tanah yang dibuat melintang atau memotong kemiringan lahan, yang berfungsi untuk menangkap aliran permukaan, serta mengarahkannya ke outlet yang mantap stabil dengan kecepatan yang tidak erosif. Dengan demikian memungkinkan terjadinya penyerapan air dan berkurangnya erosi Suripin, 2004. Fungsi teras adalah mengurangi panjang lereng, karena itu mengurangi sheet dan riil, mencegah terbentuknya gully, dan menahan aliran permukaan di daerah kurang hujan. Disebagian besar daerah, graded teras lebih efektif dalam mengurangi erosi daripada aliran permukaan runoff, sedangkan level teras lebih efektif dalam mengurangi runoff disamping mengendalikan erosi. Berdasarkan fungsinya, teras dibedakan kedalam dua jenis yaitu : teras intersepsi interseption terrace, dan teras diversi diversion terrace. Pada teras intersepsi, aliran permukaan ditahan oleh saluran yang memotonglereng, sedangkan pada teras disversi berfungsi untuk mengubah arah aliran sehingga tersebar kesaluran lahan dan tidak terkonsentrasikesuatu tempat. Menurut bentuknya teras dibedakan kedalam beberapa bentuk, yaitu teras kredit, teras guludan, teras datar, teras bangku, teras kebun dan teras individu Hardjoamidjojo dan Sukandi, 2008. Kepekan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau lebih buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah yang berlereng curam merupakan pengaruh baik manusia karena dapat mengurangi erosi. Sebaliknya penggundulun hutan di daerah-daerah pegunungan merupakan pengaruh manusia yang jelek karena dapat menyebabkan erosi dan banjir Harjowigeno, 1989. Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah yang diusahakannya akan rusak dan tidak produktif atau menjadi baik dan produktif secara lestari. Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan memperlakukan dan merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana sehingga menjadi lebih baik dan dapat memberikan pendapatan yang cukup untuk jangka waktu yang tidak terbatas, antara lain dengan a luas tanah pertanian yang diusahakan, b tingkat pengetahuan dan penguasaan teknologi, e harga hasil usaha tani, f perpajakan, g ikatan hutang, h pasar dan sumber keperluan usahatani, dan i infrastruktur dan fasilitas kesejahteraan. Pencangkulan dan penanaman searah kontur dapat mengurangi erosi tanah pada lahan miring hingga sampai 50, selanjutnya tanah yang hilang pada strip kontur mengalami penurunan 25-40 Suripin, 2004. Tingkat Bahaya Erosi Tingkat bahaya erosi pada dasarnya dapat ditentukan dari perhitungan nisbah antara laju erosi tanah A dengan laju erosi erosi yang masih dapat ditoleransikan. Menurut Arsyad 2000 evaluasi bahaya erosi atau disebut juga tingkat bahaya erosi ditentukan berdasarkan perbandingan antara besarnya erosi tanah aktual dengan erosi tanah yang dapat ditoleransikan tolerable soil loss. Untuk mengetahui kejadian erosi pada tingkat membahayakan atau suatu ancaman degradasi lahan atau tidak, dapat diketahui dari tingkat bahaya erosi dari lahan tersebut. Lahan Tanaman Pangan di Daerah Aliran Sungai Ada berbagai macam jenis penggunaan lahan yang dimanfaatkan oleh manusia, salah satunya adalah lahan kering. Lahan kering merupakan sumberdaya alam yang mempunyai peluang besar untuk dimanfaatkan secara optimal. Areal lahan kering diIndonesia menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 1998 dalam Haryati 2002 cukup luas yaitu mencapai 52,5 juta ha yang tersebar di pulau Jawa dan Bali 7,1 juta ha, Sumatera 14,8 juta ha, Kalimantan 7,4 juta ha, Sulawesi 5,1 juta ha, Maluku dan Nusa Tenggara 6,2 juta ha, dan Irian Jaya 11,8 juta ha. Potensi yang demikian besar harus dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Namun, pemanfaatan lahan kering tersebut harus berhati-hati karena sebagian besar lahan kering tersebut tersebar di hulu DAS yang bentuk wilayahnya berbukit dengan curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi demikian akan memicu erosi yang berakibat pada degradasi lahan. Lahan kering umumnya menjadikan air sebagai faktor pembatas yang utama dalam pengelolaannya. Oleh karena itu, ketersediaan air menjadi sesuatu yang sangat penting dalam pengelolaanlahan kering Yonky, dkk, 2003. Tanaman pangan merupakan tanaman yang dibudi-dayakan untuk memenuhi kebutuhan makro manusia terhadap karbohidrat, lemak, protein, yang berasal dari bahan pangan nabati. Tanaman pangan di Indonesia meliputi padi, jagung, serealia, ubi-ubian, kacang-kacangan Anonim, 2007. Pemanfaatan lahan kering pada lahan pertanian umumnya ditentukan atas dasar kemiringan dan ketinggian lahan di atas permukaan laut. Lahan berkemiringan 0-15 kiranya cocok untuk pertanian tanaman pangan dan hortikultura secara intensif, lahan kemiringan 15-25 ditempuh pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang dikombinasikan secara baik dengan tanaman kehutanan dan perkebunan, lahan berkemiringan 25 kiranya hanya cocok untuk kehutanan dan perkebunan Sukartiko, 1988.

1. Kemiringan Lahan Tanaman Pangan jagung.