Dasar Hukum Tindak Pidana Perjudian Menurut Hukum Pidana Islam dan

3. Pasal 303 bis ayat 1 angka 2, hanya dikenakan terhadap perjudian yang bersifat ilegal, sedangkan perjudian yang legal atau ada izin penguasa sebagai pengecualian sehingga tidak dapat dikenakan pidana terhadap pelakunya. Dalam praktek izin penguasa ini sangat mungkin disalahgunakan, seperti adanya KKN Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dengan pejabat yang berwenang.

B. Dasar Hukum Tindak Pidana Perjudian Menurut Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Positif Dasar hukum dilarangnya perjudian dalam hukum pidana Islam adalah berdasar Al-Qur’an dan hadits Nabi : Surat Al-Baqarah ayat 219 : ☺ ☺ ☺ ⌦ ☺ ☺ ☺ ⌧ ⌧ ⌧ Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir. Adapun sebab turunnya ayat tersebut, yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abi Hurairah sebagai berikut : Ketika Rasulullah SAW. telah bersabda di Madinah di dapati para sahabat ada yang meminum khamar dan berjudi, seba hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak nenek moyang mereka. Kemudian para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW. mengenai hukumnya. Maka turunlah ayat ini. Mereka memahami dari ayat ini bahwa khamar dan judi itu tidak diharamkan oleh agama Islam, hanya dikatakan bahwa bahayanya lebih besar. Sesudah itu maka turunlah ayat yang lebih tegas yang menyuruh mereka berhenti sama sekali dari meminum khamar dan berjudi, yaitu surat Al-Maidah ayat 90-91 ☺ ☺ ☺ ☺ ☺ ☺ ☺ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran meminum khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu dari mengerjakan pekerjaan itu . Sesudah selesai turunnya ayat yang lebih tegas ini mereka berkata : “Ya Tuhan kami , kami pasti berhenti meminum khamar dan berjudi” 8 Dalam riwayat lain, sebab turunnya ayat tersebut diatas karena Umar bin Khattab berdo’a: Imam Ahmad, Abu Daud dan Tirmizi meriwayatkan dari Umar bin Khattab, bahwa ia pernah berdo’a: “Ya Allah terangkanlah kepada kami, tentang hukum khamar dengan keterangan yang jelas, karena itu telah membinasakan harta dan merusak akal”, kemudian turun ayat “mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi”, lalu Umar dipanggil dan dibacakan ayat tersebut, lalu ia berdo’a lagi: “ya Allah, terangkanlah kepada kami, tentang khamar dengan keterangan yang jelas Maka turunlah ayat dalam surat An-Nisa, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk” QS. 4:43. Maka juru panggil Rasulullah apabila shalat hendak didirikan memanggil dengan “ hendaklah sekali-kali orang yang mabuk tidak mengerjakan shalat”, lalu Umar dipanggil, kemudian dibacakan ayat dari surat tadi An-Nisa tadi, kemudian ia berdoa lagi: “ Ya Allah terangkanlah kepada kami tentang khamar dengan keterangan yang jelas”, kemudian turun ayat dalam surat al-Maidah, lalu Umar dipanggil dan dibacakan surat tersebut, 8 Zaini Dahlan, Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995 jilid. 1, hal. 366 maka tatkala sampai pada ayat “ maukah kalian berhenti ?” QS. 5 : 91. Umar berkata : “kami berhenti, kami berhenti. 9 Dalam mengharamkan khamar dan judi Allah tidak mengharamkan sekaligus tetapi dengan proses berangsur-angsur, karena minuman khamar dan berjudi itu bagi orang Arab sudah menjadi adapt dan kebiasaan yang telah mengakar dan mendarah daging semenjak zaman jahiliyah. Seandainya Allah melarangnya sekaligus dikhawatirkan akan sangat memberatkan bagi mereka dan mungkin mereka akan menolak larangan tersebut. Khusus mengenai judi, sebagaimana minuman khamar, Allah melarang main judi sebab bahayanya lebih besar dari pada manfaatnya. Bahaya main judi tidak kurang dari bahaya minum khamar. Judi cepat sekali menimbulkan permusuhan dan kemarahan, dan tiak jarang juga menimbulkan pembunuhan. Bahaya itu sudah terbukti sejak dulu sampai sekarang. Bilamana disuatu tempat sudah berjangkit perjudian, maka di tempat itu selalu terjadi perselisihan, permusuhan maupun pembunuhan. Ini disebabkan hilangnya rasa persahabatan dan solidaritas sesama teman karena rasa dendam dan culas untuk saling mengalahkan di dalam berjudi. Judi adalah perbuatan berbahaya, karena dampaknya, seseorang yang baik dapat menjadi jahat, seseorang yang giat dan taat dapat menjadi jahil, malas bekerja, malas mengerjakan ibadah, dan terjauh hatinya dari mengingat Allah. Dia jadi orang pemalas, pemarah, matanya merah, badannya lemas dan lesu dan hanya berangan- 9 Muhammad Ali as-Shabuni, Tafsir Ayat al-Ahkam,Surabaya : PT. Bina Ilmu 1985, cet. 1, alih bahasa, Muhammad Hamidy dan Imron A. Manan, h. 216 angan kosong. Dan dengan sendirinya akhlaknya rusak, tidak mau bekerja mencari rizki dengan jalan yang baik, selalu mengharap-harap kalau-kalau mendapat kemenangan. Dalam sejarah perjudian, tidak ada orang kayak arena berjudi. Malah sebaliknya yang terjadi, banyak orang yang kaya tiba-tiba jatuh miskin karena judi, banyak pula rumah tangga yang aman dan bahagia tiba-tiba hancur karena judi. 10 Timbulnya bahaya-bahaya tersebut pada orang yang suka meminum khamar dan judi tak dapat diinkari lagi. Kenyataan yang dialami oleh orang-orang semacam itu cukup menjadi bukti. Khususnya bagi orang-orang yang suka bermain judi, mereka selalu berharap akan memperoleh kemenangan, oleh sebab itu mereka tidak pernah jera dari perbuatan itu, selagi ia masih mempunyai uang, atau barang yang dipertaruhkannya. Dan pada saat ia kehabisan uang atau barang, ia akan berusaha untuk menambil milik orang lain dengan jalan yang tidak sah. Setelah menjelaskan bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh khamar dan judi, maka Allah SWT. dengan nada bertanya memperingatkan orang-orang mukmin : Maka maukah kalian berhenti menjalankan perbuatan itu ?. maksudnya adalah setelah mereka diberitahu tentang bahaya yang demikian besar dari perbuatan- perbuatan itu, maka hendaklah menghentikan dengan segera. Apabila mereka tidak 10 Zaini Dahlan, dkk, UII, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995 jilid. 1, hal. 386 mau menghentikannya setelah diberi tahu bahaya-bahayanya, maka mereka sendirilah yang akan menanggung akibatnya, yaitu kerugian di dunia dan di akhirat. 11 Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu musa al-Asy’ari berikut ini: : ☺ Artinya: Dari Abi Musa, dari Nabi Saw. bersabda : siapa bermain dadu, maka sungguh berarti dia itu durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya . HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Imam Malik dalam al-Muwaththa’. Dan hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah : ⌧ : Artinya : Dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw., beliau bersabda : Siapa bersumpah yang dalam sumpahnya itu mengatakan “ demi berhala Latta dan ‘Uzza “, maka hendaklah dia susul dengan mengucapkan kalimat “ la ilaaha illallaah “, dan siapa yang mengajak kawannya “ mari bermain judi “, maka hendaklah dia tebus dengan bersedekah. H.R. Ahmad, Bukhari dan Muslim 11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsir, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al- Qur’an, 1983 jilid 3 h. 20-22 Perkataan “maka hendaklah dia tebus dengan bersedekah” itu, menunjukan dilarangnya bermain judi. Karena sedekah yang diperintahkan itu sebagai tebusan untuk suatu perbuatan dosa. Begitu juga hadits yang diriwayatkan oleh Buraidhah : ☺ : 12 Artinya: Dari Buraidhah, bahwa Nabi Saw. bersabda: Siapa bermain dadu, maka seolah-olah dia mencelupkan tangannya ke dalam adonan daging babi dan darahnya. HR. Ahmad, Muslim dan Abu Daud Dasar hukum dilarangnya perjudian dalam hukum pidana Positif adalah Ordonansi tanggal 7 Maret1912 Staatsblad Tahun 1912 Nomor 230 yang telah beberapa kali dirubah dan ditambah, terakhir dengan Ordonansi tanggal 31 Oktober 1935 Staatsblad Tahun 1935 Nomor 526, KitabUndang-Undang Hukum Pidana Kitab KUHP Pasal 303 ayat 1, 2 dan 3 dan Pasal 542 ayat 1 dan 2, dan Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian. Pasal 303 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana 1 Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun atau pidana denda paling banyak enam ribu rupiah. berdasarkan UU No. 7 Tahun 1974 jumlah 12 Mu’amal Hamidi, dkk, Terjemah Nailul Authar Himpunan Hadits-Hadits hukum, jilid 6, Surabaya, P.T. Bina Ilmu, 2005, h. 2988-2989. pidana tel diubah mnjadi sepuluh tahun atau denda menjadi dua puluh lima juta rupaiah, barangsiapa tanpa mendapat izin 1. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai pencarian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu. 2. Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata cara. Dalam rumusan kejahatan di atas, ada lima macam kejahatan mengenai perjudian, dimuat dalam ayat 1 yaitu : Pertama , kejahatan yang melarang orang tanpa izin dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk bermain judi dan menjadikannya sebagai mata pencaharian. kejahatan ini, terdiri dari unsur-unsur objektif dan subjektif. Unsur objektif : a Perbuatannya yaitu menawarkan kesempatan dan memberikan kesempatan. b objeknya adalah untuk bermain judi tanpa izin dan dijadikan sebagai mata pencaharian. Adapun unsur subjektifnya adalah dengan sengaja Kedua , kejahatan melarang orang yang tanpa izin dengan sengaja turut serta dalam suatu kejahatan usaha permainan judi, terdiri dari unsur-unsur objektif : a perbuatannya : turut serta. b objek : dalam suatu kegiatan usaha permainan judi tanpa izin. Unsur subjektifnya adalah dengan sengaja Ketiga , melarang orang yang tanpa izin dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi. Dengan demikian terdiri dari unsur-unsur unsur-unsur objektif : a perbuatannya yaitu menawarkan dan memberikan kesempatan, objeknya adalah kepada khalayak umum dan untuk bermain judi. Unsur subjektifnya adalah dengan sengaja Keempat, larangan dengan sengaja turut serta dalam menjalankan kegiatan usaha perjudian tanpai izin. Unsur-unsurnya adalah unsur objektif : a perbuatannya : turut serta , b Objek : dalam kegiatan usaha permainan judi tanpa izin. Unsur subjektifnya adalah dengan sengaja Kelima , melarang orang yang melakukan perebuatan turut serta dalam permainan judi tanpa izin yang dijadikannya sebagai mata pencaharian. Unsur- unsurnya adalah Perbuatannya : turut serta, Objeknya : dalam permainan judi tanpa izin, sebagai mata pencaharian. 13 Pasal 303 ayat 2 Kitab Undang-undang Hukum Pidana 2 Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian itu. 13 Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada, 2005 h. 158-165 Pada ayat 2 dikatan diancam pidana pencabutan hak menjalankan pencarian barang siapa yang melakukan lima macam kejahatan mengenai perjudian tersebut di atas dalam menjalankan pencahariannya. Pasal 303 ayat 3 Kitab Undang-undang Hukum Pidana 3 Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung kepada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan tentang perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya. Pada ayat 3 diterangkan tentang arti perjudian, yakni : “Tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung kepada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir .” 14 Seperti beberapa permainan kuis untuk mendapatkan hadiah yang ditayangkan pada televise termasuk juga pengertian perjudian menurut Pasal ini. Tetapi perminan kuis itu tidak termasuk permainan judi yang dilarang, apabila terlebih dulu telah mendapat izin dari instansi atau pejabat terkait Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 303 bis. 14 Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada, 2005 h. 166 1 Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sepuluh juta rupiah. 1. Barangsiapa menggunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan melanggar pasal 303; 2. Barang siapa ikut main judi di jalan umum atau dipinggir jalan umum atau ditempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali kalau ada izin dari penguasa yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu. Mengenai kejahatan perjudian dimuat dalam ayat 1, sedangkan pada ayat 2 pengulangannya yang merupakan dasar pemberatan pidana. Kejahatan dalam ayat 1 ada dua bentuk sebagaiman dirumuskan pada butir 1 dan 2, yaitu pada bentuk pertama ini terdapat unsur-unsur sebagai berikut: perbuatannya : bermain judidan dengan menggunakan kesempatan yang diadakan dengan melanggar Pasal 303. Kejahatan memberi kesempatan seperti pada Pasal 303, bisa dilakukan oleh satu orang, karena si pembuat bukanlah orang yang bermain judi. Akan tetapi, pada kejahatan menurut Pasal 303 bis, tidaklah dapat dilakukan oleh satu orang, karena perbutan bermain judi tidak mungkin terwujud tanpa hadirnya minimal dua orang. Kejahatan ini termasuk penyertaan mutlak. Penyertaan mutlak adalah suatu tindak pidana yang karena sifatnya untuk terjadinya mutlak diperlukan dua orang. Dalam kejahatan permainan judi ini, kedua-duanya dipertanggungjawabkan dan dipidana yang sama. Pada bentuk ke dua terdapat unsur-unsur sebagai berikut : Perbutannya : Ikut serta bermain judi, tempatnya yaitu di jalan umum, di pinggir jalan, di tempat yang dapat dikunjungi umum, dan perjudian itu tanpa mendapat izin dari penguasa yang berwenang

C. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian dalam Hukum