Setelah bahan-bahan kain tadi dipotong dan digulung-gulung per satu pis, maka selanjutnya kain bahan tadi dijahit sesuai dengan potongan
pola yang sudah dipotong tadi menjadi pakaian jadi. c.
Buang Benang Pada proses ini, kain bahan yang sudah dijahit menjadi pakaian jadi
tadi, tentunya mempunyai sisa-sisa benang yang masih tersisa dijahitan pakaian. Sisa-sisa benang dari proses penjahitan ini,
dibersihkan dan dirapihkan. Kemudian disetrika supaya memudahkan dalam pengepakan barang
d. Pengemasan
Setelah semua pakaian rapi di lipat dan disetrika, tahap berikutnya yaitu tahap pengemasan. Pakaian-pakaian tadi dikemas dalam plastik
yang di tata rapi, setelah itu dimasukkan ke dalam karung dan pakaian jadi pun siap untuk didistribusikan.
3.
Mesin dan Peralatan
Dalam sebuah kegiatan produksi di sebuah industri biasanya menggunakan tenaga manusia, selain itu juga dibutuhkan mesin dan peralatan-peralatan
yang diperuntukkan supaya mempermudah dalam proses produksi itu sendiri.
Home industri konveksi ini mempunyai 11 mesin jahit yang semuanya menggunakan tenaga listrik. Selain itu dibutuhkan juga alat-alat jahit
lainnya seperti: alat pemotong kain, gunting, meteran, dan kapus kain untuk
memberi tanda batasan dalam proses penjahitan.
64
BAB IV PENGUPAHAN TERHADAP KARYAWAN HOME INDUSTRI KONVEKSI
MENURUT PERSPEKTIF FIQIH MUAMALAH
A. Mekanisme Pengupahan di Home Industri Konveksi
Mekanisme upah merupakan suatu prosedur penetapan upah yang diambil oleh pengusaha dalam memberikan imbalan atas jasa karyawannya.
Biasanya pengusaha melakukan pengupahan berdasarkan kebijakan yang disesuaikan dengan langkah-langkah dari usaha tersebut.
Banyak metode pengupahan yang menjadi pertimbangan bagi pengusaha dalam menentukan imbalan terhadap karyawannya. Secara umum,
ada tiga sistem upah yang dapat diterapkan pada UMKM, yaitu upah menurut waktu, upah menurut hasil, dan upah premi. Pembahasan detailnya sebagai
berikut.
1
1. Upah Menurut Waktu
Sistem ini ditentukan berdasarkan waktu kerja, yaitu upah per jam, per hari, per minggu, atau per bulan. Dengan sistem ini, urusan pembayaran gaji
lebih mudah. Namun kelemahan dari sistem pengupahan disini tidak ada
1
Sistem Pembagian Upah Dalam UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah, di akses pada tanggal 14 juni 2011 dari situ http:binaukm.com201106sistem-pembagian-upah-dalam-umkm-
usaha-mikro-kecil-dan-menengah
perbedaan antara karyawan yang prestasi atau tidak, sehingga efek negatif
yang mungkin timbul pada karyawan dorongan bekerja lebih baik tidak ada.
2. Upah Menurut Hasil
Sistem pengupahan menurut hasil ditentukan menurut jumlah hasil produksi atau pencapaian target yang diperoleh dari masing-masing
karyawan. Karyawan yang rajin akan mendapat upah lebih tinggi, dan demikian sebaliknya. Kelemahan dari sistem ini, apabila tidak ada kontrol
dengan ketat atas hasil produksi maka akan dihasilkan mutu barang yang rendah. Untuk itu, sebagai solusinya perlu dibuat standar mutu untuk
menetapkan besarnva upah.
3. Upah Premi
Upah premi dikenal dengan upah tambahanbonus, yaitu upah yang diberikan kepada karyawan yang bekerja dengan baik atau menghasilkan
lebih banyak dalam satuan waktu sama. Sisitem ini memacu karyawan untuk bekerja lebih optimal dan efisien.
Mekanisme pengupahan karyawan di home industri konveksi yang ada di daerah Pulo Kalibata Jakarta Selatan ini menggunakan istilah upah borongan.
Di mana para karyawannya di upah berdasarkan hasil dari kegiatan produksi yang dihasilkannya. Sebagaimana yang diungkapkan pimpinan konveksi ini:
“Sistem upah disini borongan, jadi berdasarkan banyaknya. Itu pun bermacam-macam. Kalau ibu berdasarkan size-nya atau ukuran. Mana
yang digarapnya lebih sulit, itu lebih mahal. Kalau lebih mudah itu lebih murah.
”
2
Adapun prosedur pelaksanaannya akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Prosedur Pengupahan
Penentuan upah pada home industri konveksi di Pulo Kalibata ini, dibedakan berdasarkan bidang pekerjaan karyawan tersebut. Secara garis
besar karyawan dibagi menjadi 3 bagian menurut bidang pekerjaannya. a.
Bagian Pemotongan Kain dan Bahan. Pembayaran upah bagi karyawan dibidang ini dilakukan pada setiap hari
sabtu, malam minggu. Pada karyawan di bagian ini, jumlah upahnya dihitung berdasarkan banyaknya jumlah kain yang bisa dipotongnya
dalam waktu satu minggu. Kain dipotong menurut pola yang sudah dibentuk berdasarkan pakaian yang akan dibuat. Semakin banyak kain
yang dipotong, semakin besar upah yang diterimanya. Nominal yang diterimanya berkisar antara Rp 300
– Rp 350 per potong pakaian, atau Rp 7000
– Rp 8000 per kodi pakaian yang dibayarkan dalam satu minggu.
Jadi, jika karyawan bisa memotong kain rata-rata sebanyak 800 potong pakaian dalam seminggu dengan upah perpotongnya Rp 350, maka
karyawan tersebut bisa memperoleh upah Rp 280.000 perminggu atau Rp 1.120.000 perbulan.
2
Wawancara pribadi dengan Pimpinan home industri konveksi di Pulo Kalibata Jakarta Selatan tanggal 24 Mei 2011