Hubungan minat belajar fikih dengan pengalaman ibadah mahdah siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi'iyah Bukit Duri Jakarta Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Disusun oleh :

Ade Putri Iriani 106011000052

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh : Ade Putri Iriani

106011000052

Di bawah Bimbingan

Drs. H. Aminudin Yakub, M. Ag NIP. 197102141997031001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Saya yang bertanda tangan dibaw ah ini:

Nam a : Ade Put ri Iriani

No. Induk M ahasisw a : 106011000052

Jurusan : Pendidikan Agam a Islam

Alamat :Jl. D Asem Baris Rt . 008 Rw . 04 No. 38 Kebon Baru Jakart a Selat an

Judul Skripsi : Hubungan M inat Belajar Fikih Dengan Pengam alan Ibadah M ahdah Sisw a M adrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri Jakart a Selatan

Dengan ini saya m enyat akan bahwa:

1. Skripsi ini m erupakan karya asli saya sendiri yang diajukan untuk mem enuhi salah sat u persyarat an memperoleh gelar St rat a Sat u (S1) di Fakult as Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayat ullah Jakart a.

2. Sem ua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini t elah saya cantum kan sesuai dengan ket ent uan yang berlaku di Fakult as Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakart a.

3. Jika dikemudian hari t erbukt i bahw a karya ini bukan karya asli saya, m aka saya bersedia m enerim a sanksi yang berlaku di Fakult as Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayat ullah Jakart a.

Jakart a, 10 Desem ber 2010


(4)

Fak/jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul : Hubungan Minat Belajar Fikih Dengan Pengamalan Ibadah Siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri Jakarta Selatan

Minat merupakan salah satu faktor psikis yang membantu dan mendorong individu dalam memberi stimuli suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Minat timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya dan merasakan bahwa sesuatu yang sedang dipelajari dirasakan berarti baginya. Sedangkan pengamalan ibadah yakni perbuatan yang dilakukan seorang hamba sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah swt dengan taat melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Maka apabila siswa memiliki minat yang tinggi terhadap bidang studi Pendidikan Agama Islam terutama pada mata pelajaran fiqih, maka kecenderungan siswa untuk selalu mempelajarinya, memperhatikan dan memperdalam pelajaran fiqih yang diberikan guru dikelas untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan agar dapat mencukupi kebutuhannya dan mampu mempraktekkan serta mengamalkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari

Penelitian ini dilaksanakan di MTs. As-Syafi’iyah Jakarta Selatan Oktober-November 2010 yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa/siswi MTs. As-Syafi’iyah Jakarta kelas VII dengan jumlah 40 orang. Ini merupakan sebagian dari populasi yang berjumlah 140 orang siswa/siswi MTs. As-Syafi’iyah Jakarta Selatan.

Data tentang hubungan minat belajar fikih dengan pengamalan ibadah siswa diperoleh berdasarkan angket yang diisi oleh siswa. Metode yang digunakan adalah korelasi product moment dengan taraf 5 %. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh r hitung sebesar 0,64. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan r tabel dengan df = 38 taraf signifikansi 5 % adalah 0,304 berarti r hitung lebih besar dari r tabel. Dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat belajar fikih dengan pengamalan ibadah siswa ditolak dan sebaliknya hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara minat belajar fikih dengan pengamalan ibadah siswa diterima.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengamalan ibadah siswa Madrasah Tsanawiyah dalam kehidupan sehari-hari salah satunya dapat dipengaruhi oleh minat belajar fikih, sehingga pengamalan ibadah memiliki kaitan yang erat dengan minat belajar fikih.


(5)

melalui proses yang cukup panjang, pada akhirnya skripsi in dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan sahabatnya demikian juga para pengikutnya yang setia mengikuti jejak Rasul.

Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril dan materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M. A, selaku dosen seminar Proposal beserta seluruh staffnya.

2. Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta seluruh staffnya.

3. Bapak Drs. H. Aminudin Yaqub, M.Ag yang telah sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga bapak dan ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.

5. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua Orang Tua penulis yang tercinta, Ayahanda H.Anda.St.Bagindo dan ibunda Hj.Yulmaita serta keluarga penulis yang dengan segala pengorbanannya yang tak pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka berdua


(6)

7. Bapak pimpinan beserta para staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakulatas Tarbiyah dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-temanku Mahasiswa UIN khususnya anak-anak tarbiyah jurusan pendidikan agama Islam Kelas B angkatan 2006, teman-teman dekatku Dini, dahria, ani, dewi, aisyah, aminah, siti, sarifah dll yang selalu memberikan support yang semangat.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal alamin.

Jakarta, 25 November 2010


(7)

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL ...vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah...6

C. Pembatasan Masalah...6

D. Perumusan Masalah...7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian...7

BAB II : KAJIAN TEORI A. Minat Belajar Fikih 1 Pengertian Minat Belajar...9

2 Konsep Pelajaran Fikih...12

3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Minat Belajar...15

4 Pengukuran Minat...17

5 Minat Belajar Fikih dalam Pengamalan Ibadah...17

B. Pengamalan Ibadah 1. Pengertian Ibadah...18

2. Pengertian Pengamalan Ibadah...20

3. Ruang Lingkup Ibadah...20

4. Tujuan Ibadah...22


(8)

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian...27

B. Tempat dan Waktu Penelitian...27

C. Variabel Penelitian...27

D. Populasi dan Sampel...28

E. Alat Pengumpulan Data...28

F. Instrument Penelitian...29

G. Teknik Pengolahan Data...30

H. Teknik Analisis Data...31

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah 1. Sejarah Berdirinya MTs. As-Syafi’iyah…….………...34

2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah as-Syafi’iyah………....35

3. Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan……….37

4. Kurikulum yang digunakan...40

5. Sarana dan Prasarana di MTs As-Syafi’iyah………...43

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian...46

C. Analisa Data ...65

D. Interprestasi Data………..68

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan………71

B. Saran-saran………72 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Daftar Tabel Hal

Tabel 1 Kisi-kisi Intrumen Penelitian 28

Tabel 2 Jawaban dalam Skoring 29

Tabel 3 Jawaban dalam Skoring 30

Tabel 4 Biografi MTs. As-Syafi’iyah 34

Tabel 5 Personal Madrasah 35

Tabel 6 Keadaan Peserta Didik 35

Tabel 7 Jumlah Rombongan Belajar 36

Tabel 8 Data Siswa sesuai usia, kelas dan jenis kelamin 36 Tabel 9 Data Tenaga Pendidik & Kependidikan 37 Tabel 10 Daftar Mata Pelajaran dan jam pelajaran 40 Tabel 11 Struktur Kurikulum KTSP MTs As-Syafi’iyah 41

Tabel 12 Ruangan Madrasah 42

Tabel 13 Sarana Mebel 43

Tabel 14 Sarana Administrasi 43

Tabel 15 Sarana Olah Raga dan Seni 44

Tabel 16 Hasil Perhitungan Angket 45


(10)

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan cara/jalan untuk mengembangkan dan mengarahkan diri menjadi sosok manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan sempurna. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam kehidupannya, sehingga semakin maju suatu masyarakat maka akan semakin penting pula adanya pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bersamaan dengan itu Islam memandang pendidikan sebagai dasar utama seseorang diutamakan dan dimuliakan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Qur'an Surat al-Mujadilah ayat 11























...

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat….” (QS.Al Mujadilah:11)1

Pada dasarnya, pendidikan dalam persfektif Islam berupaya untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik seoptimal mungkin, baik

1

Departemen Agama RI, Al- Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV J-Art, 2007), h. 543.


(12)

menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah: akal dan akhlak. Dengan optimalisasi seluruh potensi yang dimilikinya, Pendidikan Islam berupaya untuk mengantarkan peserta didik ke arah kedewasaan pribadi secara paripurna, yaitu yang beriman dan berilmu pengetahuan. Kesemua itu diharapkan saling mempengaruhi antara satu sama yang lain dalam mencapai perkembangan pendidikan yang diinginkan.2

Dari pernyataan di atas menjadi jelas bahwa pendidikan dalam persfektif Islam adalah sebuah upaya mencerdaskan akal membentuk jiwa Islami, sehingga akan terwujud sosok pribadi muslim sejati yang berbekal pengetahuan dalam segala aspek kehidupan. Namun pada pelaksanaannya Pendidikan Islam yang berlangsung masih banyak yang penekanannya pada aspek kognitif semata. Tanpa mengembangkan pada dua aspek yang lain yakni aspek afektif dan psikomotor.

Diakui bahwa persoalan-persoalan yang selalu menyelimuti dunia pendidikan Islam sampai pada saat ini selalu berada dalam lingkaran : tujuan yang tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat, metode pengajaran yang statis dan kaku, sikap dan mental pendidik, kurikulum yang tidak progresif dan lain sebagainya. Padahal pendidikan seyogyanya memiliki landasan-landasan yang didasarkan pada perbedaan-perbedaan dan orientasi yang ada pada masyarakatnya.

Ilmu pengetahuan menurut agama Islam bukan saja sangat penting untuk perbaikan kehidupan dan kemajuan manusia, tetapi juga untuk mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena pada dasarnya Al-Qur'an pun telah memberikan suatu dorongan kepada pemeluknya untuk menguasai ilmu pengetahuan, ini terlihat dari ayat-ayat Al-Qur'an yang mengajak untuk berfikir, melakukan penalaran, dan bahkan menyanjung orang-orang yang suka menggunakan akalnya.

Manusia diciptakan Allah selain menjadi hamba-Nya, juga menjadi penguasa (khalifah) di atas bumi. Selaku hamba dan "khalifah", manusia telah

2

Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001), h. 7


(13)

diberi kemampuan jasmaniah (fisiologis) dan rohaniah (mental psikologis) yang dapat ditumbuh-kembangkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang berdaya guna dalam ikhtiar kemanusiaannya untuk melaksanakan tugas pokok kehidupan di dunia.

Untuk mengembangkan atau menumbuhkan kemampuan dasar jasmaniah dan rohaniah tersebut, pendidikan merupakan sarana (alat) yang menentukan sampai di mana titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut dapat dicapai.

Lebih jauh lagi, Zakiah Daradjat mengungkapkan dalam bukunya Ilmu pendidikan Islam, bahwa manusia adalah makhluk pedagogik yakninya makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik.3 Dialah yang memiliki potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa bentuk atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. Pikiran, perasaan dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah itu.

Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang utuh, serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya. Firman Allah dalam surat Az-Zariyat ayat 56, yang berbunyi:

ﺎَﻣَو

ُﺖْﻘَﻠَﺧ

ﱠﻦِﺠْﻟا

َﺲْﻧِﺈْﻟاَو

ﺎﱠﻟِإ

ِنوُﺪُﺒْﻌَﯿِﻟ

)

تﺎﯾراﺬﻟا

:

٥٦

(

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". (Q.S. Az-Zariyat: 56)4

Al-Qur'an mengajarkan kepada manusia agar dapat memantau dan mengatur tata kehidupan serta memanfaatkan perkembangan yang terjadi, sesuai dengan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi. Itulah sebabnya Al-Qur'an mencela sikap fanatik orang jahiliyah terhadap pandangan kuno yang mereka pusakai dari peninggalan nenek moyang mereka.

3

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h. 16 4

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Diponegoro, 2004), h. 523


(14)

Secara tegas Allah SWT memerintahkan manusia untuk beribadah kepada-Nya dengan Firman-kepada-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 21 yaitu:



























)

ةﺮﻘﺒﻟا

:

٢١

(

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa”. (Q.S. Al-Baqarah: 21).5 Perintah itu adalah esensi dari semua tugas manusia sehingga tugas pendidikan juga merupakan salah satu tugas dalam rangka beribadah kepada-Nya.

Ilmu tentang ibadah dimuat dalam Ilmu Fikih. Ibadah adalah wajib, mempelajari ilmu tentang ibadah wajib pula, karena tidak mungkin seseorang melaksanakan ibadah itu hanya mengetahui esensi dari ibadah saja tanpa mengetahui cara melakukan ibadah tersebut.

Madrasah Tsanawiyah sebagai salah satu lembaga pendidikan islam yang diakui oleh pemerintah. Di madrasah ini diajarkan teori dan praktek ibadah sesuai dengan yang termuat dalam kurikulum bidang studi Fikih. Isi dari bidang studi ini merupakan bahan pengajaran yang berdiri sendiri sebagai mata pelajaran atau bidang studi pokok.

Tujuan mempelajari materi bidang studi ini yang tercantum didalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah setelah mempelajari materi bidang studi Fikih, siswa harus mengetahui bagaimana cara melaksanakan ibadah yang baik dan benar, mereka juga terdorong untuk melaksanakan pengamalan ibadah yang sesuai dengan materi pelajaran Fikih yang diajarkan kepada mereka di sekolah.

Siswa yang duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah, secara umum berusia 13-15 Tahun dan pengamalan ibadah yang dilakukan oleh mereka dalam kehidupan sehari-hari terutama yang berkaitan dengan pengamalan ibadah wajib pada umumnya hanya pada shalat lima waktu, zakat serta puasa di bulan Ramadhan.

5


(15)

Untuk peningkatan kualitas siswa di bidang iman dan takwa, pengajaran ilmu fikih dijadikan sebagai salah usaha mencapainya. Melalui pembelajaran Fikih diharapkan dapat meningkatkan iman dan takwa siswa dan mereka dapat merealisasikannya dalam sikap dan prilaku hidupnya sesuai dengan tujuan pembelajaran mata pelajaran Fikih. Disamping itu Madrasah Tsanawiyah as-Syafi’iyah Bukit Duri juga memiliki kegiatan keagamaan yang rutin dan terprogram seperti pelaksanaan shalat zuhur secara berjamaah. Selain itu Madrasah Tsanawiyah as-Syafi’iyah Bukit Duri juga memiliki sarana dan prasana beribadah yang memadai serta kontrol yang baik terhadap pelaksanaan ibadah siswa-siswinya.

Keberhasilan suatu proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh kesiapan pendidik dan peserta didik (siswa). Jika di antara keduanya atau salah satunya tidak ada kesiapan, maka keberhasilan suatu proses pendidikan sukar dicapai. Untuk mengetahui kesiapan peserta didik (siswa) dapat dilihat dari minat belajarnya.

Dengan adanya minat pada diri peserta didik (siswa) dalam mempelajari suatu pelajaran khususnya mata pelajaran Fikih akan membantu siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan belajarnya. Keberhasilan belajar yang dicapai bukan hanya berupa nilai atau prestasi melainkan juga adanya perubahan tingkah laku.

Dengan demikian jelas bahwa minat memiliki fungsi yang penting dalam mencapai prestasi belajar. Mustahil apabila siswa yang tekun belajar nilainya tidak akan memuaskan, demikian pula dengan minat belajar pada mata pelajaran Fikih. Apabila siswa berminat pada mata pelajaran Fikih maka ia akan terus tekun mempelajarinya yang pada akhirnya prestasi yang dicapai akan memuaskan. Prestasi yang diraih bukan hanya dalam bentuk nilai melainkan juga pengamalan dari isi atau tujuan pembelajaran mata pelajaran Fikih yang diaktualisasikan dalam bentuk pengamalan ibadah yang ditunjukkan oleh siswa.

Dengan melihat pentingnya pembelajaran Fikih yang diberikan kepada siswa, maka ada beberapa hal yang mendorong penulis tertarik untuk meneliti


(16)

permasalahan tersebut yang dituangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul. “Hubungan Minat Belajar Fikih dengan Pengamalan Ibadah Siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri”.

B. Identifikasi Masalah

Setelah penulis melakukan penelitian tentang “Hubungan minat belajar fiqih dengan pengamalan ibadah siswa MTs As-Syafi’iyah” ini ternyata banyak masalah yang muncul, masalah tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Minat belajar siswa di sekolah pada mata pelajaran fikih. 2. Pengamalan ibadah siswa dalam kehidupan sehari-hari. 3. Minat belajar fiqih dan kaitannya dengan pengamalan ibadah. 4. Pelaksanaan pengajaran Fikih Madrasah Tsanawiyah as-Syafi’iyah. 5. Keteladanan guru di sekolah dalam mempengaruhi pengamalan ibadah

siswa di Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah. C. Batasan Masalah

Untuk memudahkan dalam mencapai sasaran yang ingin dicapai maka penulis memberikan batasan masalah pada berbagai aspek permasalahan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pengajaran Fikih Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri.

2. Pengamalan ibadah dan minat belajar Fikih siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri.

3. Kendala yang dihadapi guru mengenai minat belajar Fikih dengan pengamalan ibadah siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri.

4. Usaha yang dilaksanakan oleh guru mengenai minat belajar Fikih dengan pengamalan ibadah siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan diatas, penulis mengemukakan rumusan masalah : “Adakah hubungan minat belajar Fikih


(17)

dengan pengamalan ibadah siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri”?.

E. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk dapat mengetahui gambaran umum Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri.

b. Untuk dapat mengetahui pelaksanaan pengajaran Fikih Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri.

c. Untuk dapat mengetahui Pengamalan ibadah dan minat belajar Fikih siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri.

d. Untuk dapat mengetahui Kendala yang dihadapi guru mengenai minat belajar Fikih dengan pengamalan ibadah siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri.

e. Untuk dapat mengetahui usaha yang dilaksanakan oleh guru mengenai minat belajar Fikih dengan pengamalan ibadah siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Dapat berguna terutama bagi pihak pengelola pendidikan dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar khususnya dalam bidang studi fiqih demi peningkatan kualitas pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

b. Menjadi acuan bagi guru dan orang tua dalam meningkatkan minat belajar Fikih dan pengamalan ibadah siswa sehari-hari.

c. Dengan adanya penelitian ini, di harapkan dapat berguna terutama bagi diri penulis untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan dapat pula menjadi bahan masukan bagi calon guru khususnya bidang studi Fikih.


(18)

BAB II

KAJIAN TEORI

Dalam bab II ini akan dijabarkan tentang kajian teori yang terkait dengan minat belajar dan pengamalan ibadah.

A. Minat Belajar Fiqih

1. Pengertian Minat Belajar

Setiap individu mempunyai kecendrungan dasar untuk berhubungan dengan sesuatu yang ada di sekitar lingkungannya. Apabila sesuatu itu memberikan rasa senang, bahagia, dan bermanfaat kepada dirinya, kemungkinan ia akan berminat terhadap sesuatu tersebut.

Minat timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya dan merasakan bahwa sesuatu yang sedang dipelajari dirasakan berarti baginya.

Minat merupakan salah satu faktor psikis yang membantu dan mendorong individu dalam member stimuli suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Di dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer dinyatakan bahwa “ minat berarti kemauan yang terdapat dalam hati atas sesuatu : gairah, keinginan”1

Dari segi bahasa minat dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang

1

Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, ( Jakarta: modern English, 1991), h.979


(19)

tertinggi terhadap sesuatu gairah atau keinginan.2

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa minat merupakan kecendrungan yang terdapat dalam hati yang diharapkan tinggi terhadap sesuatu sehingga menimbulkan gairah atau keinginan terhadap sesuatu itu. Sesuatu yang dilakukan penuh minat akan mengahsilkan sesuatu yang baik.

Sedangkan minat menurut istilah yang dikemukakan oleh beberapa ahli psikologi, diantaranya sebagai berikut:

Menurut Doyles Fryer “ minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu”3

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.4 Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.

Menurut Alisuf Sabri, minat adalah “suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu yang secara terus menerus, minat ini erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu”.5

Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa, minat ialah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada

2

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet. Ke-4, hal. 744.

3

Wayan Nurkencana dan P.P.N Sumartana, Evaluasi Pendidikan, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h.229

4

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, ( Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet ke-1, h.182.

5

Alisuf sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta :Pedoman Ilmu Jaya, 1995), cet. Ke-2. Hal. 84.


(20)

umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu.6

Elizabeth B.Hurlock juga mengemukakan bahwa, minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Minat itu berperan sebagai “motivating force” yaitu sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar.7

Dengan demikian segala aktifitas atau kegiatan bila dilakukan dengan minat maka akan mendatangkan perasaan senang dan tidak bosan, karena kegiatan tersebut pada dasarnya tidak bertentangan dengan keinginan seseorang. Termasuk dalam menjalani kegiatan proses belajar mengajar, sehingga dalam hal ini siswa dapat memahami materi yang diberikan oleh guru dengan baik tanpa adanya hambatan yang sifatnya dari dalam diri siswa tersebut. Dan seorang guru harus berusaha memotivasi siswanya. Karena siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap belajar, akan mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan belajar.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Menurut Chaplin, yang dikutip oleh Muhibbin Syah mengartikan bahwa belajar adalah “perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.”8

Sedangkan menurut Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan pancainderanya.9

6Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-ma’arif,

1992), cet ke-8, h. 73.

7

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan , (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet ke-2, h. 85 8

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 90. 9

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan ,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 231.


(21)

Senada dengan pendapat diatas James Wittaker mendefenisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.10

2. Konsep Pelajaran Fiqih a. Pengertian pelajaran Fiqih

Fiqih menurut bahasa berarti tahu atau faham. Dalam Al-Qur’an disebutkan :

















































Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (at-Taubah : 122).

Ayat di atas menunjukkan bahwa fiqih berarti tahu, yaitu pengatahuan yang mendalam tentang agama.

Kata “fiqh”, secara etimologis berarti “paham yang mendalam”. Sedangkan secara definitif, fikih berarti ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili.”11

Quraisy Shihab mengemukakan bahwa fiqih yang pada mulannya dimaksudkan sebagai pengetahuan yang menyeluruh tentang agama mencakup hukum, keimanan, akhlak, al-Qur’an dan Hadis, tetapi istilah itu kemudian dipakai khusus mengenai pengetahuan tentang hukum agama saja.12

Dari sini dapat diketahui, bahwa pembahasan ilmu fikih adalah hukum yang terinci pada setiap perbuatan manusia, baik halal, haram, makruh atau wajib

10

Fadhilah Suralaga, dkk. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 62.

11

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih Jilid I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 2. 12


(22)

beserta dalilnya masing-masing.13

Secara definitif Ibnu Subki dalam kitabnya Jamu al-Jawami “fiqih” berarti ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil tafsili.14

Saefuddin al Amidiy, memberikan definisi fiqih yang berbeda dengan definisi diatas yaitu: “ilmu tentang seperangkat hukum, hukum syara’ yang bersifat furu’iyah, yang berhasil didapatkan melalui penalaran atau istidlal”.15

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan sederhana bahwa fiqih adalah pengetahuan hukum-hukum amalan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci. Dalam perkembangan selanjutnya fiqih dapat diartikan dengan sekumpulan hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan yang diketahui melalui dalil-dalilnya yang terperinci dan dihasilkan dengan jalan ijtihad para ulama.

Fiqih merupakan ilmu yang harus dipelajari agar seorang muslim dapat mengetahui dari apa yang dilakukannya, baik dalam masalah ibadah maupun dalam perbuatan sehari-hari. Karena dengan mempelajari fiqih, ibadah kita akan lebih sempurna dan tentu kita akan selamat dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah.

Sedangkan ilmu fikih itu sendiri adalah ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan norma-norma hukum dasar yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan ketentuan-ketentuan umum yang terdapat dalam sunah nabi yang direkam dalam kitab-kitab hadis.16

Di MTs as-Syafi’iyah mata pelajaran Fiqih memiliki jam pelajaran yang lebih banyak di bandingkan SMP lain, sehingga mereka dapat mempelajari materi Fiqih secara lebih luas dan mendalam. Mengenai pengertian pelajaran fiqih dapat dilihat sebagai berikut :

Mata pelajaran fiqih adalah salah satu bagian mata pelajaran pendidikan

13

Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2007), cet ke-10, h.3.

14

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Kencana: 2003), h. 5. 15

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih,… h.7.

16

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam di Indonesia, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), h. 48.


(23)

agama islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.17

b. Dasar-dasar fiqih

Mempelajari ilmu fiqih akan membawa manusia mencapai tujuan hidup yang lebih baik, diantaranya memelihara agama, memelihara diri dan memelihara keturunan serta kehormatan.

Adapun dasar-dasar fiqih antara lain: 1) Al-Qur’an

2) Hadits

3) Ijma’ mujtahidin 4) Qiyas.18

Dasar-dasar itu ditinjau dari pengambilannya terbagi menjadi empat, yaitu: 1) Hukum yang diambil dari nas yang jelas

2) Hukum yang diambil dari nas yang tidak jelas 3) Hukum yang tidak ada nasnya

Hukum yang tidak ada nas, baik qath’i maupun dzanni dan tidak pula ada kesepakatan mujtahidin atas hukum itu.19

c. Tujuan dan Ruang Lingkup pelajaran Fiqih

Tujuan diajarkannya mata pelajaran fiqih di Sekolah Menengah Pertama Islam memiliki tujuan yang sama dengan di madrasah Tsanawiyah, diantaranya untuk membekali peserta didik agar dapat :

1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan social.

17

Departemen Agama RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Islam, 2004), hal. 46.

18

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: PT. Sinar Baru Algensido, 2006), cet ke-39, h. 1.

19


(24)

2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan benar. Pengamalan terebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan dalam menjalankan hukum islam, disiplin dan tanggung jawab social yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.20

Berdasarkan tujuan di atas, diharapkan mata pelajaran fiqih mampu menjadi mata pelajaran Fiqih mampu menjadi mata pelajaran yang diminati siswa sehingga semua tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik agar dapat menjadi pedoman hidup mereka.

Ruang lingkup pelajaran fiqih di SMP Islam juga sama dengan di MTs, yang meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara: hubungan manusia dengan Allah swt, hubungan manusia dengan sesame manusia dan hubungna manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan.

Adapun ruang lingkup mata pelajaran fiqih terfokus pada aspek : fiqih ibadah, fiqih muamalah, fiqih jinayah, dan fiqih siyasah. Sedangkan ruang lingkup pelajaran fiqih di SMP dan MTs terfokus pada aspek ibadah saja.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Minat Belajar Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat, terutama minat yang tinggi. Minat tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat menimbulkan pengembangan minat anak terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru bidang studi. Crow & Crow mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan minat belajar, antara lain:

a. Motivasi

Motivasi seseorang, baik yang bersifat internal maupun eksternal berhubungan erat dengan bangkitnya minat belajar. Menurut D.P Tampubolon, bahwa “minat merupakan perpaduan antara keinginan yang dapat berkembang jika ada motivasi.21

20

Departemen Agama RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, hal. 47

21

D.P Tampubolon, Mengembangkan Minat Membaca pada Anak, (Bandung: Angkasa, 1993), cet. Ke-1. hal. 41.


(25)

Motivasi ada dua macam22 yaitu motivasi intrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajarnya, misalnya ingin memahami suatu konsep. Yang kedua motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu, atau motivasi yang tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, misalnya belajar karena takut kepada guru.

Dengan demikian siswa yang memiliki motivasi yang tinggi kepada pengetahuan Agama Islam, maka siswa itu akan berkeinginan atau berminat memperdalam Pengetahuan Agama Islam, dengan tekun belajar, membaca buku tentang agama islam, mengikuti kegiatan-kegiatan yang islami, berdiskusi, dan sebagainya.

b. Kebutuhan

Kebutuhan dapat menjadi faktor timbulnya minat, menguti pendapat Zakiah Daradjat bahwa semakin besar kebutuhan yang dirasakan mereka, semakin kuat pula minat yang dimiliki.

c. Belajar

Dengan belajar akan bertambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas. Dalam proses belajar, siswa yang semula tidak senang terhadap suatu pelajaran tertentu lama kelamaan dengan bertambahnya pengetahuan mengenai pelajaran tersebut, maka minat pun akan tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Singgih Gunarsa dan NY. Singgih Gunarsa, bahwa “minat akan timbul dari sesuatu yang kita ketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula bidang minat.”23

d. Bahan Pelajaran dan Guru

Minat belajar dapat timbul dari mata pelajaran yang disampaikan oleh guru terhadap anak didik. Minat tersebut akan muncul apabila pendidik dapat mengemas pelajaran yang akan disampaikan dengan baik. Baham pelajaran yang dapat menarik minat belajar anak, maka akan sering dipelajari oleh anak

22

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan , (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet ke-2, h.85 23

Singgih D Gunarsa dan Ny. SInggih D Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), cet. Ke-2. hal. 69.


(26)

tersebut.

Seorang guru yang pandai, baik, ramah, disiplin serta disenangi siswa sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat belajar siswa. Oleh karena itu, minat kepada bahan pelajaran dan guru dapat menunjang dalam belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Alisuf Sabri bahwa “minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada bahan/mata pelajaran dan kepada guru yang mengajarnya. Apabila siswa tidak berminat kepada bahan /mata pelajaran juga kepada gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar. Oleh karena itu apabila siswa tidak berminat sebaiknya dibangkitkan sikap positif (sikap menerima) kepada pelajaran dan gurunya, agar siswa mau belajar memperhatikan pelajaran.

e. Keluarga

Orang tua adalah orang terdekat dalam keluarga. Oleh karenanya keluarga sangat besar pengaruhnya dalam mengembangkan minat belajar anaknya, karena tidak semua anak memulai studi baru karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelasnya, atau orangtuanya

4. Pengukuran Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatudi luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan keduanya tersebut senmakin besar pula minat.

Minat juga dapat diekspresikan melalui pertanyaan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal dari pada hal yang lain, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalm suatu aktivitas. Seseorang yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu

Adapun indikator yang dapat dijadikan pedoman dalam pengukuran minat adalah perasaan senang, perhatian, serta kecenderungan hati bersungguh-sungguh dalam belajar dan juga dalam beribadah.


(27)

5. Minat Belajar Fiqih Dalam Pengamalan Ibadah

Peran memiliki arti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat

Menurut W.S.Winkel, “minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu.24

Penulis berpendapat bahwa minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang ada sangkut paut dengan dirinya dan berguna bagi dirinya, sehingga timbul gairah atau keinginan. Keinginan atau gairah disini yaitu keinginan belajar fiqih.

Dengan demikian, minat merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Minat akan menjadikan siswa lebih giat belajar. Semakin tinggi minat belajar siswa, semakin tinggi pula kemauan untuk mendalami mata pelajaran fiqih dan mereka akan mengamalkannya dalam ibadah mereka sehari-hari.

Dari pengertian-pengertian di atas penulis melihat antara definisi yang satu dengan yang lainnya memiliki titik persamaan bahwa fikih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf yang diistinbatkan dari dalil-dalil yang tafsili.

Jadi yang dimaksud dengan minat belajar fikih adalah kecenderungan untuk selalu mengingat dan memperhatikan secara terus menerus terhadap ilmu yang menerangkan tentang segala hak dan kewajiban seorang mukallaf (ilmu fikih) yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta membuktikannya dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang sifatnya menetap.

B.Pengamalan Ibadah 1. Pengertian Ibadah

24


(28)

Secara etimologi kata “ibadah” diambil dari bahasa arab kata ‘Abada- ya’budu- ‘ibaadatan yang berarti beribadah atau menyembah.25

Al-Azhari berkata: perkataan ‘abada- ya’budu-‘ibadatan, tidak boleh dipakai melainkan untuk orang yang menyembah kepada Allah, dan orang yang menyembah kepada Tuhan selain Allah adalah termasuk orang-orang yang merugi.26

Yusuf al-Qhardhawi juga menjelaskan bahwa, kata “ibadah” diambil dari bahasa arab yang secara etimologi berasal dari akar kata “Abada” yang berarti taat, tunduk patuh,dan merendahkan diri. Kesemuanya itu memiliki makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut ‘abid (yang beribadah). Budak disebut abd, karena dia harus tunduk dan patuh serta merendahkan diri terhadap majikannya.27

Ahli lughat (ahli bahasa) mengartikan kata ibadah dengan taat, arti ini dipergunakan dalam firman Allah swt yang berbunyi :



























Bukankah Aku Telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu". (Q.S. Yassin : 60).

Menurut Al-Jurjani, ibadah adalah perbuatan yang dilakukan oleh mukallaf, tidak menurut hawa nafsunya, untuk memuliakan Tuhannya.

Adapun pengertian ibadah secara terminology adalah ibadah itu nama yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhoi oleh Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan mapun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah dan mengharapkan palaha-Nya”.28

Pengertian umum ibadah tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang dapat dipahami maknanya (ma’qulat al-ma’na) seperti yang menyangkut

25 Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Indonesia-Arab, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika), cet. Ke-5. h. 1268.

26

Yusuf Al-Qardlawi, Ibadah Dalam Islam, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1998), h. 37. 27

Zurinal. Z & Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2008), h.26.

28


(29)

dengan muamalat pada umumnya, maupun yang tidak dipahami maknanya (ghairu ma’qulat al-ma’na), seperti thaharah dan shalat, baik yang berhubungan dengan anggota badan seperti rukuk dan sujud maupun yang berhubungan dengan lidah seperti zikir dan yang berhubungan dengan hati seperti niat.

2. Pengertian Pengamalan Ibadah

Pengamalan adalah dari kata amal, yang berarti perbuatan, pekerjaan, segala sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan.29

Dari pengertian di atas,pengamalan berarti sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan, dari hal di atas pengamalan masih butuh objek kegiatan.

Menurut kamus istilah fiqih, ibadah yaitu memperhambakan diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala perintahnya dan anjurannya, serta menjauhi segala larangan-Nya, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan, amupun perbuatan. Orang beribadah berusaha melengkapi dirinya dengan perasaan cinta, tunduk dan patuh kepada Allah swt.30

Dari uraian di atas, menggabungkan pengertian pengamalan dan pengertian ibadah, maka pengertian pengamalan ibadah yakni perbuatan yang dilakukan seorang hamba sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah swt dengan taat melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.

3. Ruang Lingkup ibadah

Ibadah itu mensyukuri nikamt Allah, atas dasar inilah tidak diharuskan baik oleh syara’, maupun oleh akal beribadah kepada selain Allah, karena Allah sendiri yang berhak menerimanya, lantaran Allah sendiri yang memberikan nikmat yang paling besar kepada kita yaitu hidup, wujud, dan segala yang

29

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), cet. ke-8, hal. 33.

30

M. Abdul Majieb et. El, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1995), cet. ke-2, hal. 109.


(30)

berhubungan dengan-Nya.

Untuk meyakini ruang lingkup ibadah ini tidak terlepas dari pemahaman terhadap pengertian itu sendiri. Oleh sebab itu menurut ibnu Taimiyah (661-728 H/1262-1327 M) seperti yang telah dikuti oleh Ahmad Ritonga, ibadah mencakup semua bentuk cinta dan kerelaan kepada Allah swt, baik dalam perkataan maupun perbuatan, lahir dan batin, maka yang termasuk ke dalam hal ini adalah shalat, zakat, puasa, haji, benar dalam pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat baik kepada orang tua, menhubung tali silaturahmi, memneuhi janji, amar ma’ruf nahi munkar, dan lain sebagainya.

Ruang lingkup ibadah yang dikemukakan ibnu Taimiyah di atas cakupannya sangat luas, bahkan menurut beliau seluruh ajaran agama itu termasuk ibadah. Bila mana diklasifikasikan kesemuanya dapat menjadi beberapa kelompok, yaitu :

a. Kewajiban-kewajiban atau rukun-rukun syariat seperti shalat, puasa, zakat, dan haji

b. Yang berhubungan dengan (tambahan dari) kewajiban-kewajiban di atas dalam bentuk ibadah-ibadah sunnah, seperti zikir, membaca al-qur’an, doa dan istigfar.

c. Semua bentuk hubungan social yang baik serta pemenuhan hak-hak manusia, baik seperti berbuat baik kepada orang tua, menjalin silaturahmi, berbuat baik kepada sesame.

d. Akhlak insaniyah, (bersifat kemanusiaan), seperti benar dalam berbicara, menjalankan amanah, dan menepati janji.

e. Akhlak Rabbaniyah (bersifat ketuhanan), seperti mencintai Allahswt, dan rasul-rasul-Nya, takut kepada-Nya, ikhlas dan sabar terhadap hukuman-Nya.31

Lebih khusus lagi ibadah dapat diklasifikasikan menjadi ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai ruang lingkup yang amat luas, yaitu mencakup segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niatb ikhlas dan

31

A. Rahman Ritonga, Fiqh Ibadah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2002), cet, ke-2, hal. 6.


(31)

sulit untuk mengemukakan sistematikanya. Tetapi ibadah khusus ditentukan oleh syara’ (nash), bentuk dan caranya. Oleh Karen aitu dapat dikemukakan sistematikannya secara garis besar sebagai berikut :

1) Thaharah 2) Shalat

3) Penyelenggaraan jenazah 4) Zakat

5) Puasa

6) Haji dan umrah 7) Iktikaf

8) Sumpah dan kafarat 9) Nazar, qurban dan aqiqah

4. Tujuan Ibadah

Ibadah mempunyai tujuan pokok dan tujuan tambahan. Tujuan pokoknya adalah menghadapkan diri kepada Allah yang Maha Esa dan mengkonsentrasikan niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan itu seseorang akan mencapai derajat yang tinggi di akhirat.

Sedangkan tujuan tambahan adalah agar terciptanya kemaslahatan diri manusia dan terwujudnya usaha yang baik. Shalat umpamanya, disyari’atkan pada dasarnya bertujuan untuk menundukkan diri kepada Allah swt dengan ikhlas, mengingatkan diri dengan berzikir. Sedangkan tujuan tambahannya antara lain adalah untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar, sebagaiman dipahami dalam firman Allah swt :















































“ Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang


(32)

lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Ankabut : 45).

5. Dasar Hukum Ibadah

Jika kita renungi hakikat ibadah, kita pun yakin bahwa perintah beribadah itu pada hakikatnya berupa peringatan, memperingatkan kita menunaikan kewajiban terhadap Allah yang telah melimpahkan karunianya.

Firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah : 21



























“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,”32

Ibadah itulah ghayah (tujuan) dijadikannya jin, manusia dan makhluk lainnya. Firman Allah swt :















”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

6. Macam-macam Ibadah

Dalam kaitan dengan maksud dan tujuan persyariatannya ulam fiqih membaginya kepada tiga macam, yakni: ibadah mahdah, ibadah ghair mahdah dan ibadah zi al-wajhain.33

a. Ibadah mahdah adalah ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah swt semata-mata, yakni hubungan vertical. Ibadah ini hanya sebatas pada-pada khusus. Cirri-ciri ibadah mahdah adalah semua ketentuan dan aturan pelaksanaanya telah ditetapkan secara rinci melalui penjelasan-penjelasan Al-Qur’an dan hadits. Ibadah mahdah dilakukan semata-mata bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

32

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : CV Penerbit J-Art, 2005), hal.5 33

Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve,1999), cet. ke-3, jilid II. hal. 592.


(33)

b. Ibadah ghair mahdah ialah ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut hubungan kepada Allah swt, tetapi juga berkaitan dengan sesame makhluk (habl minallah wa habl mi an-nas), Di samping hubungan vertikal juga ada hubungan horizontal. Hubungan sesama makhluk ini tidak hanya terbatas pada hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan lingkungannya, seperti ayat yang artinya : “dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya…” (Q.A 7 : 56).

c. Ibadah zi al-wajhain ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu mahdah dan ghairu mahdah. Maksudnya adalah sebagian dari maksud dan tujuan persyariatannya dapat diketahui dan sebagian lainnya tidak dapat diketahui, seperti nuikah dan iddah.

Dari segi ruang lingkupnya ibadah dapat di bagi kepada dua macam, yaitu: 1) Ibadah khassah, yakni ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh nash, seperti shalat, zakat, puasa, haji dan lain sebagainya.

2) Ibadah ‘ammah, yakni semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik dan semata-mata karena Allah swt (ikhlas), seperti makan dan minum, bekerja, maar ma’ruf nahi munkar, berlaku adil berbuat baik kepada orang lain dan sebagainya.34

C.Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka penulis dapat merumuskan kerangka berfikir.

Minat adalah rasa suka dan perhatian seseorang terhadap sesuatu maupun manusia, benda atau kegiatan yang membuat orang tersebut merasa terikat dan memberikan perhatian penuh terhadap suatu objek yang disukainya tanpa adanya perintah atau paksaan dari luar.

Siswa yang memiliki minat terhadap suatu pelajaran, maka sudah pasti ia

A. Rahman Ritonga, Fiqih Ibadah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2002), cet, ke-2, hal. 6.


(34)

akan memberikan perhatian penuh terhadap pelajaran tersebut, perasaan senang, rasa tertarik, giat belajar, mengerjakan tugas dan mentaati peraturan pada proses pelajaran tersebut agar proses belajarnya berjalan dengan baik dan tidak terganggu dengan apapun yang dapat merusak proses belajar. Minat dan belajar tidak dapat dipisahkan, karena keduanya adalah satu kesatuan. Belajar tanpa minat, maka proses tersebut tidak akan berjalan dengan baik.

Pengamalan adalah sesuatu pekerjaan yang bermaksud berbuat kebaikan. Pengamalan ibadah yakni perbuatan yang dilakukan seorang hamba sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah swt dengan taat melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.

Minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada bahan atau mata pelajaran. Apabila siswa tidak berminat kepada bahan atau mata pelajaran, maka siswa tidak akan mau belajar. Adapun minat belajar yang dimaksud disini adalah minat belajar terhadap bahan atau mata pelajaran fiqih. Mata pelajaran fiqih merupakan unsur dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada pada Madrasah Tsanawiyah, karena itu apabila siswa tidak berminat sebaiknya dibangkitkan sikap positif (sikap menerima) kepada pelajaran tersebut, agar siswa mau belajar memperhatikan pelajaran.

Dengan demikian yang menjadi dasar pemikiran penulis adalah bahwa apabila siswa memiliki minat yang tinggi terhadap bidang studi Pendidikan Agama Islam terutama pada mata pelajaran fiqih, maka kecenderungan siswa untuk selalu mempelajarinya, memperhatikan dan memperdalam pelajaran fiqih yang diberikan guru dikelas untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan agar dapat mencukupi kebutuhannya dan mampu mempraktekkan serta mengamalkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Seperti melakukan ibadah shalat, zakat, puasa serta haji jika mampu.

D. Perumusan Hipotesis

Setelah penulis melakukan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan angket, data yang berhasil diperoleh oleh penulis kemudian diolah melalui tahapan editing, scoring, dan tabulating. Kemudian untuk


(35)

mengetahui koefisien korelasi antara dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini penulis memasukkan hasil penjumlahan skor angket kedalam rumus “r” product moment. Setelah angka korelasinya diketahui penulis kemudian mencocokkannya dengan tabel nilai “r” product moment sehingga dapat diketahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pengamalan ibadah siswa dan variabel minat belajar fikih, atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pengamalan ibadah siswa dan variabel minat belajar fikih.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan kedalam suatu hipotesis sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara minat belajar fiqih dengan pengamalan ibadah siswa di Madrasah Tsanawiyah as-Syafi’iyah Bukit Duri.

Ha: Terdapat korelasi yang signifikan antara minat belajar fiqih dengan pengamalan ibadah siswa di Madrasah Tsanawiyah as-Syafi’iyah Bukit Duri.


(36)

(37)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yang bersifat Deskriptif Kuantitatif (Usaha menggambarkan kegiatan di lapangan). Penelitian ini dilakukan untuk dapat menggambarkan kenyataan yang ada serta bagaimana sebetulnya hubungan minat belajar Fikih dengan pengamalan ibadah siswa Madrasah Tsanawiyah as-Syafi’iyah Bukit Duri.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul skripsi ini maka penelitian akan dilakukan di lokasi Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Jalan Bali Matraman No.17 Bukit Duri Jakarta Selatan 12860.

Penelitian ini akan dilaksanakan di pada tanggal 22 sampai 30 Oktober 2010.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakter dari unit observasi yang mempunyai variasi atau segala sesuatu yang dijadikan objek penelitian. Sedangkan penelitian yang berjudul “Hubungan Minat Belajar Fikih dengan Pengamalan Ibadah Siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri”, variabelnya sebagai berikut:


(38)

- Variabel bebas (independent variable) yakni Minat Belajar Fiqih sebagai variabel X

- Variabel terikat (dependent variable) yakni Pengamalan Ibadah sebagai variabel Y

D. Populasi dan Sampel

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penyusunan penelitian ini, maka penulis mengadakan penelitian langsung ke Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri, sedangkan yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas VII. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling, yaitu dengan cara mengambil angka secara acak disetiap kelas yang dapat mewakilli jumlah keseluruhan.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs. As-as-Syafi’iyah tahun ajaran 2009-2010 yang terbagi dari 4 kelas yang berjumlah 140 siswa. Peneliti mengambil 25 % dari jumlah siswa. Jadi yang menjadi sampelnya adalah 40 siswa dalam penelitian ini

Tabel 1 Populasi dan Sampel

NO Kelas Populasi Sampel

1 A 40 10

2 B 40 10

3 C 40 10

4 D 40 10

Jumlah 160 40

Adapun teknik yang penulis gunakan dalam pengambilan sampel adalah Random Sampling artinya pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak, dengan teknik itu setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sample. Dari penarikan sample dengan teknik random sampling sebagai berikut:


(39)

Misalnya kita mempunyai populasi sebanyak 160 orang dan sampelnya kita tentukan 40 orang. Setelah seluruh subjek diberi nomor, yaitu nomor 1 sampai dengan 160, maka sampel random kita lakukan dengan salah satu cara yaitu undian atau untung-untungan1 maksudnya pada kertas kecil-kecil kita tuliskan nomor subjek, satu nomor untuk setiap kertas. Kenudian kertas itu digulung. Kemudian kita mengambil 40 gulungan kertas, sehingga nomor-nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subjek sampel penelitian kita.

E. Alat Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini, dipergunakan kiat dan teknik untuk mengumpulkan data, Caranya sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara penulis lakukan terhadap kepala sekolah serta guru mata pelajaran fikih Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri tentang hubungan minat belajar Fikih dengan pengamalan ibadah siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri.

2. Observasi

Dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dan memperhatikan keadaan atau situasi yang penulis jadikan masalah

3. Angket.

Digunakan untuk memperoleh data tentang siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri, dalam bentuk pertanyaan tertulis dan dijawab oleh para siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri.

F.Instrument Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan variabel minat belajar fiqih dengan pengamalan ibadah siswa. Adapun kisi-kisi instrumentnya sebagai berikut:

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,(Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2006), cet. ke-13, h. 136.


(40)

Tabel 2

Kisi-kisi Instrument Penelitian

Variabel Dimensi Variabel Indikator Variabel No. Item Variabel X

Minat Belajar fikih

a. Perasaan senang

b. Perasaan tertarik

c. Perhatian

d. Partisipasi aktif dalam KBM

e. Ketekunan

1. Mengikuti pelajaran dengan senang

2. kehadiran siswa dikelas 1. Sikap siswa terhadap

pelajaran fiqih

2. Arti penting materi pelajaran fikih bagi siswa

1. Memperhatikan Penjelasan Guru

1. Terlibat aktif dalam diskusi kelas.

1. Bertanya 2. Giat Belajar

1,2,3 4 5 6,7,8,9 10,11 12,13 14 15 Variabel Y Pengamalan Ibadah Siswa

a. Ibadah Wajib

b. ibadah Sunnah

1. Melaksanakan shalat lima waktu dan shalat berjamaah

2. Zakat fitrah

3. Melaksanakan puasa di bulan ramadhan 1. Baca Al-qur’an 2. Do’a sehari-hari 3. Shalat sunnah

16,17,18,19 20 21,22 23 24,25 26,27


(41)

4. Puasa sunnah 5. Shadaqah

28 29,30

Untuk mengukur variabel minat belajar fikih digunakan skala sikap, dengan menyediakan alternatif jawaban yaitu sangat Setuju (SS), Setuju (S), Sangat Tidak Setuju (STS).

G. Teknik Pengolahan Data

Setelah semua angket dikumpulkan dengan lengkap, maka penulis mengolah data dengan teknik :

1. Editing

Hasil angket diperiksa satu persatu 2. Klasifikasi data

Setelah semua angket diperiksa dan diberi tanda selanjutnya data tersebut dikelompokkan dan diklasifikasiakn sesuai dengan aspek masalah.

3. Skoring yaitu tahap untuk menentukan skor dalam hasil penelitian, tetapkan bahwa untuk responden yang menjawab diberi bobot nilai sebagai berikut:

Tabel 2

Skor Dan Alternatif Jawaban Untuk Varibel Minat Belajar Siswa

Alternatif Jawaban Positif Negatif

Sangat setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak setuju 2 3


(42)

Tabel 3

Skor Dan Alternatif Jawaban Untuk Varibel Pengamalan Ibadah Siswa

Alternatif Jawaban Positif Negatif

Selalu 4 1

Sering 3 2

Kadang-kadang 2 3

Tidak Pernah 1 4

4. Tabulasi data

Setelah dihitung persentasenya, selanjutnya adalah memasukkan data tersebut ke dalam tabel.

5. Prosentase

Prosentase artinya data diprosentasikan setelah ditabulasikan dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternatif jawaban. Rumusnya adalah :

P = 100% N

F

Keterangan :

P = Persentase untuk setiap kategori jawaban F = Frekuensi jawaban responden

N = number of cases 6. Analisa data

Adapun teknik pelaksanaan atau analisanya adalah dengan memeriksa jawaban-jawaban dari tiap responden, kemudian dijumlah dan menghasilkan (dibuat tabel), seterusnya data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat masing-masing satu tabel.

Kemudian dari data presentase tersebut dianalisa menggunakan teknik analisa korelasi product moment untuk mendapatkan hasil seberapa besar


(43)

kontribusi minat belajar fiqih terhadap pengamalan ibadah siswa di madrasah As-Syafi’iyah Bukit Duri. Dengan rumus sebagai berikut :2

rxy=

  

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N          

rxy =Angka indeks korelasi antara variable X dan variable Y N =Number of cases

XY =Jumlah hasil perkalian X dan Y X =Jumlah skor X

Y =Jumlah skor Y

Memberikan interpretasi terhadap rxy, yaitu:

Interprestasi sederhana dengan mencocokkan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment seperti dibawah ini:

Besar “r” product momen “rxy” interprestasi: 0,00-0,20 : tidak terdapat korelasi

0,20-0,40 : terdapat korelasi yang lemah 0,40-0,70 : terdapat korelasi yang sedang 0,70-0,90 : terdapat korelasi yang tinggi

0,90-1,00 : terdapat korelasi yang sangat tinggi (sempurna)

Setelah diberikan interpretasi terdapat angka indeks korelasi “r”

product moment dengan jalan berkonsultasi pada nilai product moment, maka prosedur selanjutnya secara berturut-turut adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan atau membuat hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil

atau hipotesis nol (Ho).

2. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang diajukan dengan cara membandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dalam

2


(44)

prosespenghitungan atau “r” observasi (ro) dengan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya (d) yang rumusnya:

Df = N – nr

Df = Degrees of feedom

N = Number of cases

nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan

Setelah hasilnya dicocokan dengan pedoman nilai koefisien korelasi “r” product moment baik pada taraf signifikansi 5 % ataupun pada taraf signifikansi 1 % kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak


(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Sejarah Singkat MTs. As-Syafi’iyah

1. Sejarah Berdirinya MTs. As-Syafi’iyah

Madrasah Tsanawiyah as-Syafi’iyah didirikan oleh KH. Abdullah Syafi’i. beliau adalah anak dari H. Syafi’i bin H. Sairan. Beliau adalah orang yang sangat cerdas dan aktif dalam setiap pengajian/keagamaan, buktinya ia sering diundang untuk mengisi ceramah dan mengajar disetiap masjid atau acara di Jakarta dan sekitarnya.

Sampai akhirnya beliau dapat membangun madrasah-madrasah. Pada tahun 1957 mendirikan Madrasah Tsanawiyah as-Syafi’iyah, Madrasah Tsanawiyah as-Syafi’iyah yang terletak di Kampung Balimatrman Jakarta Selatan. Tidak hanya itu saja, pada tahun 1963 beliau juga mendirikan yayasan pendidikan islam As-Syafi’iyah yang membangun Akademi Pendidikan Islam (AKPI). Tahun 1967 didirikan Radio as-Syafi’iayh . AKPI ditingkatkan menjadi Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) tahun 1969.

Yayasan perguruan As-syafi’iyah didirikan pada tahun 1971 untuk mengasuh seluruh kegiatan. Pemberian nama as-Syafi’iyah dilatar belakangi oleh


(46)

keinginan untuk mengabdikan nama ayahnya Haji Syafi’ie (Nashaban) dan mazhab yang dianut yaitu mazhab Imam Syafi’ie (Madzhaban).

Yayasan dipimpin langsung oleh K.H Abdullah Syafi’ie. Kegiatan terus dikembangkan. Berbagai lembaga dibidang pendidikan, dakwah dan usaha social dibangun untuk menambah atau memperluas yang ada. Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dibangun sekaligus tahun 1970. Dibangun pula kompleks pendidikan As-syafi’iyah di Jalan Bukit Duri Selatan tahun 1974.

Dalam rangka mematuhi Undang-Undang No. 8 tahun1985, dilakukan penataan kembali perangkat yayasan. Nama yayasan dipertegas dengan menambahkan perkataan islam menjadi “Yayasan Perguruan Islam As-Syafi’iyah” peristilahanpun dimantapkan. Bidang dakwah diubah menjadi Pembina ma’ah, bidang sosial menjadi pembinaan Maslahatul Ummah, sedangkan bidang pendidikan tetap.

Tabel 4

NAMA MADRASAH MTs As-Syafi’iyah

Tahun Berdiri 1957

Status Terakreditasi A

Tahun Akreditasi 2005

Jumlah Guru 24

Tenaga Kependidikan 5

Jumlah Siswa (2009/2010) 432

2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah as-Syafi’iyah Visi :

Mendidik manusia yang berwawasan IMTAQ dan IPTEK serta mandiri Misi :


(47)

a) Mewujudkan lingkungan belajar yang aman, nyaman, bernuansa agamis dan akademis

b) Menciptakan kultur kreatifitas dan kemandirian siswa dalam kegiatan belajar mengajar

c) Meningkatkan kualitas SDM baik guru maupun karyawan di lingkungan MTs As-Syafi’iyah 01

d) Menciptakan kultur penerapan nilai-nilai agama yang menitik beratkan pada aqidah dan ibadah

Tabel 5 Personal Madrasah

No Personal Jumlah

Lk Pr Total

1 Kepala madrasah 1 - 1

2 Wakil kepala madrasah 1 - 1

3 Guru mata pelajaran umum 2 12 14

4 Guru BK 1 - 1

5 Guru Pendidikan Agama 6 1 7

6 Kepala TU 1 - 1

7 Administrasi (TU) 1 - 1

8 Pustakawan - 1 1

9 Laboran - 1 1

10 Instruktur ekskul 4 - 4

11 Personil lainnya 1 - 1


(48)

3. Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan a) Keadaan Siswa

Keadaan siswa pada tahun ajaran 2009/2010 Tabel 6

No Keadaan siswa Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Lk Pr Lk Pr Lk Pr

1. Jumlah siswa 94 75 47 58 31 35

2. Siswa berkebutuhan

khusus - - - - - -

3 Rombel 4 3 2

Jumlah siswa dan Rombongan belajar menurut waktu belajar tahun pelajaran saat ini

Tabel 7

Uraian Pagi Siang Jumlah

Lk Pr Lk Pr Lk Pr

Jumlah siswa 172 168 - - 172 168

Total 340 - 340

Rombel 9 - 9

Siswa berdasarkan usia, kelas, dan jenis kelamin tahun pelajaran saat ini

Tabel 8

No Keadaan siswa

Kelas VII Kelas

VIII Kelas IX Jumlah Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Jml 1 <13 Tahun 67 47 9 5 - - 76 52 128 2 13 Tahun 19 19 34 33 5 5 58 57 115


(49)

3 14 Tahun 6 9 9 14 18 27 33 50 83

4 15 Tahun 2 - 1 5 5 5 8 10 18

5 >15 Tahun - - - 1 - 1 1

Total 94 75 53 52 28 34 175 161

169 105 66 340

b) Keadaan Guru dan Karyawan

Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah adalah salah satu madrasah yang dikelola oleh yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dan social keagamaan. Keberadaan guru dan karyawan menjadi tanggung jawab yayasan sepenuhnya, yang diangkat dan digaji oleh yayasan. Oleh karena itu semua guru dan karyawan adalah seseorang yang mau mengabdikan dirinya dengan tulus dan ikhlas untuk mencari ridha Allah semata, untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis cantumkan daftar guru dan karyawan Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah :

Tabel 9

No. Nama Guru/Karyawan Jabatan Pend. Terakhir

Mulai Bertugas di Sekolah ini 1 Drs.Ahmad Kosasi Kepala

Sekolah S1 Januari 1994 2 Dra.Siti Khadijah Guru aqidah S1 Juni 1990

3 Drs. Ali Alhimam Guru PLKJ SM Juni 1974

4 Sugiarti Spd Guru IPS S1 Juli 1995

5 Hj.T.Puji Astuti Guru al-qur’an

hadits SM

September 1996

6 Nurlaela Musa Guru IPA SM Juli 1998

7 Zainal Arifin S.Ag Guru Bhs.Arab S1 April 2002 8 Abdurrahman Nasuha Guru B.Inggris SM Juli 2004


(50)

9 Wasilatun BA Guru PKN SM Agustus 2002

10 Nury Sobirin Guru TI S1 Agustus 2004

11 Sarinurlita Guru Seni

Budaya S1 Agustus 2004

12 M.Taufik Hidayat Guru penjaskes S1 Sep-04 13 Drs.Maman Chotaman MM Guru S2 Juli 2004

14 Suroyah S,Pd Guru IPA S1 Juli 2005

15 Lestari S,Pd Guru

matematika S1 Juli 2005

16 Nona Eva Nurmala sari S,Pd Guru

Bhs.Indonesia S1 Juli 2005

17 Sholakhudin Spd Guru

Bhs.Indonesia S1 Juli 2005

18 Fitriyanti S,Pd Guru IPS S1 Juli 2005

19 Zulmansyah Guru

Bhs.Inggris SM

September 2005

20 Nurrahmawati FZA S,Pd Guru

matematika S1

September 2005

21 Abdul Aziz R S,Ag Guru BP S1 Juli 2005

22 Firmansyah FZA S.PdI Guru Fiqih S1 Juli 2006

23 Aef Abdullah Guru tahfiz SM Juli 2006

24 Arifin Abdullah LC.MA Guru SKI S1 Juli 2006

25 Zainal Arifin AM BA Karyawan SM September 1983

26 SitiKomariah Karyawan SMEA Juli 2004

27 Hamidah Karyawan SMEA Juli 2005

28 Muhammad Idrus Karyawan ALIYAH Desember 2005 29 Yosep Hardiansyah Karyawan MTS Juli 2006


(51)

Adapun guru bidang studi mata pelajaran fikih pada Madrasah Tsanawiyah as-Syafi’iyah Jakarta Selatan adalah 1 orang dan bertugas pada 3 kelas, yaitu kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga.

4. Kurikulum yang Digunakan

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.1. isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkuta, dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk disesuaikan dengan program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi daerah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum terbaru di Indonesia yang disarankan untuk dijadikan rujukan oleh para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan.2 KTSP merupakan kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi, oleh sebab itu kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum berbasis kompetensi atau KBK (kurikulum 2004).

a. Landasan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun agar dapat memberi kesempatan peserta didik

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI, SKL, dan panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP);

3) UU No. 20/2003 dan PP No. 19/2005

1

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009),cet. ke-9, h. 18.

2


(52)

b. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dirumuskan mengacu pada tujuan umum berikut ini.

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Sedangkan tujuan pengajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah As-syafi’iayah itu sendiri adalah siswa mengetahui dan memahami tentang hal-hal yang menjadi bahasan didalam ilmu fikih, serta mendapatkan informasi tentang hukum islam secara benar, khususnya dalam masalah ubudiyah, sehingga dalam prakteknya tidak terjadi kesalahan atau pemahaman yang berbeda.3

c. Data Kurikulum dan Kegiatan Belajar

Tabel 10

Tabel daftar mata pelajaran dan jam pelajaran per-minggu (JP) MTs As-Syafi’iyah

No Mata Pelajaran

Kelas VII

Kelas

VIII Kelas IX

JP JP JP UAM UAN

1. Pendidikan Agama Islam

a. Al-Qur’an Hadist 2 2 2

b.Aqidah Akhlak 2 2 2

c. Fiqih 2 2 2

d.Bahasa Arab 3 3 3

e. Sejarah Kebudayaan

Islam 2 2 2

2. Pend. Kewarganegaraan 2 2 2

3

Firmansyah Fza, S.Pd.I, Guru Mata Pelajaran Fikih, Wawancara Pribadi, Ruang Guru Madrasah Tsanawiyah As-Sysfi’iyah, 22 Oktober 2010.


(53)

3. Bahasa Indonesia 6 6 6

4. Bahasa Inggris 6 6 6

5. Matematika 6 6 6

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

8. Seni Dan Budaya 2 2 2

9. Pend. Jasmani & Kesehatan 2 2 2

10. Keterampilan 2 2 2

11. Teknologi informasi &

komunikasi 2 2 2

12. Muatan local 2 2 2

Selain kegiatan formal di MTs As-Syafi’iyah ini juga mengadakan kegiatan non formal atau yang biasa disebut ekstrakulikuler. Kegiatannya diantaranya pramuka, kesenian, marawis, baca al-Qur’an (Rohis), dan paskibra. Kegiatan ini diadakan setelah pelajaran formal.berakhir. Dan MTs As-syafi’iyah juga sering mengikuti perlombaan dan sering juga mendapatkan juara, prestasi yang diraih diantaranya:

 Juara umum lomba mentari se-DKI Jakarta tahun 2001 (pidato, MTQ, dan nasyid)

 Juara umum LAGANDIKNAS (muratal, kaligrafi, MTQ, dan pidato ) tahun 2003.

 Lomba PORSEMA KKM 23 (footsal, pidato, basket ball, dan marawis juara 1 & 2) tahun 2005

 Cerdas cermat bahasa arab tingkat DKI Jakarta

 Lomba marawis juara III di MAN VI, tahun 2007

 Lomba marawis juara I di SMA 17 Agustus 1945, tahun 2007

 Lomba pencak silat juara I, tahun 2007.


(1)

34 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 4 4 3 4 53

35 4 3 3 1 3 3 3 3 4 4 2 4 2 4 4 47

36 3 3 3 4 3 3 3 1 4 4 4 3 1 3 3 45

37 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 2 1 4 4 4 44

38 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 50

39 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 50

40 3 3 3 2 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 52


(2)

PEDOMAN WAWANCARA

Hasil wawancara dengan kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah

Jakarta Selatan

Tempat Wawancara : MTs. As-Syafi’iyah Bukit Duri

Hari/tanggal

: Selasa, 20 Oktober 2010

Responden

: Kepala Sekolah MTs. As-Syafi’iyah Bukit Duri

Daftar Pertanyaan!

1.

Sejak kapan lembaga ini berdiri dan siapa pendirinya?

2.

Bagaimana sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah ini berada didalam lembaga

atau yayasan As-Syafi’iyah ini?

3.

Berapa luas wilayah Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah?

4.

Bagaimana keadaan pendidik atau tenaga kependidikan disekolah ini?

Jakarta, 20 Oktober 2010

Interviewer

Interviewee

Kepala sekolah


(3)

1.

Yayasan Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah berdiri sejak tahun 1957.

Dan Madrasah Tsanwiyah As-syafi’iyah ini didirikan oleh KH. Abdullah

Syafi’i. Sekolah ini sudah berdiri selama 53 tahun.

2.

Sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah ini pada awalnya KH. Abdullah

Syafi’I adalah orang yang sangat aktif dikalangan masyarakat. Selain

mengajar beliau juga memimpin pengajian di masjid Al-Barkah. Awalnya

beliau hanya membangun sebuah madrasah yang dinamakan madrasah

islamiyah, baik fasilitas maupun pendidikannya. Disediakan asrama

pelajar, perumahan guru dan karyawan. System pendidikan madrasah

dikembangkan. Berdatanglah para siswa-siswi/santri dari berbagai

penjuru terutama dari daerah Jakarta, bahkan ada yang dari singapura dan

Malaysia. Nah dengan berkembangnya waktu dan zaman, beliau akhirnya

membangun yayasan yang diberi nama As-Syafi’iyah, dan pada tahun

1957 didirikan MTs As-syafi’iyah dan MA As-syafi’iyah.

3.

Luas bangunan MTs As-syafi’iyah 560 meter.

4.

Keadaan pendidik atau tenaga kependidikan sangat baik sampai saat ini

sudah ada kurang lebih 40 orang tenaga kependidikan termasuk karyawan


(4)

PEDOMAN WAWANCARA Wawancara ke : 2

Hari/tanggal : Selasa, 22 Oktober 2010 Tempat Wawancara : MTs. As-Syafi’iyah Bukit Duri Responden : Guru bidang study fiqih

Pertanyaan

1. Sudah berapa lama bapak mengajar disekolah ini?

2. Kurikulum apa yang diterapkan dalam mengajar mata pelajaran fikih? 3. Metode apa yang bapak gunakan dalam megajarkan mata pelajaran fikih? 4. Apakah menurut bapak pengamalan ibadah siswa MTs As-Syafi’iyah

Bukit Duri memiliki hubungan dengan minat belajar fikih?

5. Menurut bapak, apakah siswa MTs As-Syafi’iyah memiliki minat yang tinggi terhadap mata pelajaran fikih?

6. Usaha apa yang bapak lakukan untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran fikih?

7. Kendala apa yang dihadapi guru mengenai minat belajar dengan pengamalan ibadah siswa MTs As-Syafi’iyah?

8. Usaha apa yang dilakukan sekolah untuk mengetahui sejauh mana pengamalan ibadah siswa MTs As-Syafi’iyah?

Jawaban

1. Saya sudah mengajar disekolah ini selama 4 Tahun

2. Kurikulum yang saya pakai dalam pelajaran fikih adalah kurikulum yang berbasis kompetensi sesuai dengan PERMENAG RI No. 2 Tahun 2008 3. Metode yangb saya gunakan bervariatif, sesuai dengan materi yang akan

disampaikan diantaranya: ceramah, diskusi, Tanya jawab dan terkadang dengan demonstrasi.

4. Di MTs As-Syafi’iyah ini jelas sekali terjadi adanya hubungan yang kuat antara minat siswa mempelajari fikih dengan pengamalan ibadahnya. Hal yang demikian itu dapat dilihat dan diamati dengan sangat antusiasnya mereka mengikuti pelajaran dan banyak teori-teori yang sudah mulai diterapkan didalam kehidupan sehari-hari.

5. Menurut saya siswa MTs As-syafi’iyah memiliki minat yang besar terhadap pelajaran fikih, hal ini terlihat dari semangat mereka ketika


(5)

cukup bagus.

6. Usaha yang saya lakukan untuk meningkatkan minat siswa mempelajari fikih diantaranya :

 Melakukan praktek ibadah

 Memberikan wawasan yang benar tentang hukum mempelajari fikih

 Menjelaskan betapa pentingnya fikih untuk menunjang sahnya suatu ibadah

7. Kendala yang saya hadapi mengenai minat belajar fikih dengan pengamalan ibadah siswa, diantaranya:

 Factor umur/usia yang masih dalam masa peralihan, sehingga siswa agak sulit untuk diajak berfikir serius.

 Faktor teman, yang terkadang siswa masih banyak terpengaruh dengan yang lainnya.

8. Setelah mengetahui sejauh mana tingkat minat belajar siswa terhadap pelajaran fikih, maka usaha yang akan dilakukan sekolah untuk mengetahui sejauh mana pengamalan ibadah siswa adalah dengan cara mengikut sertakan siswa dalam kegiatan-kegiatan keagamaan seperti: sholat dhuha diwaktu istirahat, shalat zuhur berjamaah, acara-acara santunan kepada anak yatim, mengadakan Qurban dan membentuk panitia qurban.

Jakarta, 22 Oktober 2010 Interwiewer interwiewee

Guru Fikih


(6)