14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT
A. Pengertian dan Unsur-Unsur Kredit
1. Pengertian Kredit
Menurut HMA Savelberg dalam Mariam Darus Badrulzaman, menyatakan
bahwa kredit mempunyai arti :
7
a. Sebagai dasar dari setiap perikatan dan seseorang berhak menuntut sesuatu
dari orang lain ; b.
Sebagai jaminan dan seseorang menyerahkan sesuatu pada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan.
Kata kredit berasal dari bahasa Romawi “credere” yang artinya “percaya”.Dalam bahasa Belanda istilahnya “vertrouwen”, dalam bahasa Inggris
“believe”atau “trust” atau “confidence”, yang kesemuanya berarti percaya,
8
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 angka 11 menyebutkan pengertian kredit yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat
di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
jika dihubungkan maka terkandung pengertian bahwa bank selaku pemberi kredit
percaya untuk meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah karena debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka
waktu tertentu.
7
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal. 21.
8
Ibid., hal. 23.
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan atau pembagian hasil tertentu.
9
Hasibuan, mengemukakan pengertian kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati.
10
Selanjutnya Latumerissa, menyatakan kredit adalah Penyerahan sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan,
sebagai pengganti sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis yang sepadan dihari kemudian.
11
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
Pengertian yang serupa diatur pada Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pembiayaan adalah penyediaan
dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik; c.
Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna; d.
Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e.
Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah danatau UUS
dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai danatau diberi fasilitas
9
Undang-Undang tentang Perbankan Pasal 1 angka 11 Nomor 10 Tahun 1998
10
Melayu SP. Hasibuan. Dasar-dasar Perbankan. Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hal 87
11
Julius R. Latumerissa, Mengenal Aspek-Aspek Bank Umum. Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hal 45.
dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Dengan demikian, kreditpembiayaan berdasarkan prinsip syariah merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang yang dilakukan antara bank
dengan pihak lain dalam hal ini nasabah peminjam dana. Perjanjian mana dibuat atas dasar kepercayaan bahwa peminjam dalam tenggang waktu tertentu akan
melunasi atau mengembalikan uang atau tagihan tersebut kepada bank disertai bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas perbedaannya pada bentuk kontra prestasi yang diberikan oleh debitur kepada pihak bank selaku kreditur atas
pemberian kredit atau pembiayaan yang dimaksud. Pada bank prinsip konvensional kontra prestasi yang diberikan debitur adalah berupa bunga
sedangkan pada bank dengan prinsip syariah kontra prestasinya berupa imbalan atau bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama.
2. Unsur-unsur kredit