32
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN DAN HAK GUNA USAHA
A. Tinjauan Umum tentang Jaminan
1. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan
Istilah jaminan merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau cautie, yaitu kemampuan debitur untuk memenuhi atau melunasi utangnya kepada
kreditur, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitur
terhadap krediturnya. Perspektif hukum perbankan istilah jaminan ini dibedakan dengan istilah
agunan dibawah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, tidak dikenal istilah agunan yang ada istilah jaminan. Sementara
dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan
memberikan pengertian yang tidak sama dengan istilah jaminan, menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967.
Arti jaminan menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 diberi istilah agunan atau tanggungan, sedangkan jaminan Undang-Undang Nomor 7
tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, diberi arti lain yaitu keyakinan atas iktikad dan
kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan yang dimaksud sesuai dengan diperjanjikan.
Sehubung dengan itu penjelasan Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 tahun 1998 menyatakan sebagai berikut untuk mengurangi risiko tersebut jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan diperjanjikan merupakan faktor
penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang
seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur.
Adapun istilah agunan ketentuan Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, diartikan sebagai berikut agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka
pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Istilah agunan sebagai terjemahan dari istilah collateral merupakan bagian
dari istilah jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah artinya pengertian jaminan lebih luas dari pada agunan, di mana agunan berkaitan
dengan barang sementara jaminan tidak hanya berkaitan dengan barang tetapi berkaitan pula dengan character, capacity, capital dan condition of economy dari
nasabah debitur yang bersangkutan.
41
41
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal 66- 67.
Menurut M. Bahsan, hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan yang mengatur atau berkaitan dengan penjaminan dalam rangka utang piutang
pinjaman uang yang terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.
42
Sementara itu, Salim HS memberikan perumusan hukum jaminan adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan
penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.
43
2. Asas-asas hukum jaminan