Pengaruh Metode Pembobotan Nilai Komoditi Berdasarkan Formula Laspeyres dan Paasche dalam Menentukan Tingkat Inflasi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009- 2010.

(1)

BERDASARKAN FORMULA LASPEYRES DAN

PAASCHE DALAM MENENTUKAN TINGKAT

INFLASI DI KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2009-2010

SKRIPSI

MELATI SIMANJUNTAK

090823007

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2011


(2)

ii

PENGARUH METODE PEMBOBOTAN NILAI KOMODITI

BERDASARKAN FORMULA LASPEYRES DAN

PAASCHE DALAM MENENTUKAN TINGKAT

INFLASI DI KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2009-2010

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana Sains

MELATI SIMANJUNTAK

090823007

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2011


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH METODE PEMBOBOTAN NILAI

KOMODITI BERDASARKAN FORMULA LASPEYRES DAN PAASCHE DALAM MENENTUKAN TINGKAT INFLASI DI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009-2010

Kategori : SKRIPSI

Nama : MELATI SIMANJUNTAK

Nomor Induk mahasiswa : 090823007

Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2011 Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Pengarapen Bangun, M.Si Drs. Djakaria Sebayang, M.Si NIP.19560815 198503 1 005 NIP. 19511227 198503 1 002

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

Prof. Dr. Tulus, M.Si


(4)

iv

PERNYATAAN

PENGARUH METODE PEMBOBOTAN NILAI KOMODITI BERDASARKAN FORMULA LASPEYRES DAN PAASCHE DALAM MENENTUKAN

TINGKAT INFLASI DI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009-2010

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2011

Melati Simanjuntak NIM. 09082300


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Allah Bapa di sorga, dengan berkat dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk melengkapi syarat memperoleh gelar sarjana Matematika oleh seluruh mahasiswa matematika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara. Pada skripsi ini penulis mengambil judul skripsi tentang Pengaruh Metode Pembobotan Nilai Komoditi Berdasarkan Formula Laspeyres dan Paasche dalam Menentukan Tingkat Inflasi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010.

Penulis juga menyadari keterlibatan berbagai pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini. Karena itu terima kasih penulis ucapkan kepada : 1. Bapak Drs. Djakaria Sebayang, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak drs.

Pengarapen Bangun, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak bimbingan , kritikan dan saran serta penuh kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

2. Bapak Drs. Rachmad Sitepu, M.Si dan Bapak Ujian Sinulingga, M.Si selaku anggota komisi pembanding/penguji atas masukan dan saran-saran yang telah diberikan demi selesainya tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.

4. Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si dan Ibu Dra. Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU.

5. Suamiku tercinta Variantoni Tampubolon, S.Si dan anak-anakku tersayang Nathanael dan Ivana, atas doa, dukungan semangat, pengertian dan pengorbanan yang sudah diberikan sehingga saya bisa menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini dengan baik.

6. Bapak Ir. Hulman Siagian, MM Kepala BPS Kabupaten Deli Serdang yang sudah memberikan dukungan, ijin belajar buat penulis untuk melanjutkan perkuliahan.


(6)

vi

7. Bapak/Ibu, Kasi/Kasubbag TU dan rekan-rekan kerja di BPS Kab. Deli Serdang, yang sudah memberikan dukungan semangat yang sangat berarti buat saya dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.

8. Seluruh keluarga yang turut memberikan doa dan dukungan semangat bagi saya untuk menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini dengan baik

9. Rekan-rekan mahasiswa Matematika Ekstensi FMIPA USU angkatan 2009, Bang Toni Ismail, Hendra, Sarah, Lastri, dll yang turut membantu dan atas kerjasama yang baik selama perkuliahan dan dalam penyelesaikan tugas akhir, sukses untuk kita semua.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, baik dalam teori maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan positif yang mendukung untuk perbaikan bagi penulis. Semoga semua kebaikan dan dukungan yang sudah diberikan diberkati Tuhan untuk kebaikan kita semua.

Akhir kata, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Hormat saya, Penulis

Melati Simanjuntak


(7)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode pembobotan nilai dari tiap komoditi dalam mengukur tingkat inflasi dengan menggunakan formula Laspeyres yang dimodifikasi dan formula Paasche, dengan menggunakan data harga Kabupaten Deli Serdang yang diwakili Kota Lubuk Pakam tahun 2009-2010. Dengan metode Laspeyres yang dimodifikasi diperoleh inflasi untuk tahun 2009 sebesar 2,95 dan tahun 2010 meningkat tajam sebesar 11,38. Sedangkan laju inflasi dengan metode Paasche untuk tahun 2009 diperoleh sebesar 1,38 dan untuk tahun 2010 sebesar 0,98.


(8)

viii

ABSTRACT

The purpose of this riset was to determine the differences in weighting methods influence the value of each commodity in measuring the rate of inflation by using a modified Laspeyres formula and Paasche formulas, using price data Deli Serdang Regency, represented by the city Lubuk Pakam 2009 - 2010. With a modified method derived Laspeyres inflation for the year 2009 of 2.95 and in 2010 rose sharply by 11.38. While the inflation rate by the method of Paasche for 2009 is obtained at 1.38 and 0.98 for the year 2010.


(9)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGHARGAAN ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Perumusan Masalah ... 2

B. Tinjauan Pustaka ... 2

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Kontribusi Penelitian ... 6

F. Metode Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1. Pengertian Angka Indeks ... 7

2.2. Macam-Macam Indeks ... 8

2.1.1 Indeks Harga Konsumen ... 8

2.1.2 Indeks Harga Perdagangan Besar ... 8

2.1.3 Indeks Nilai Tukar Petani ... 9

2.1.4 Indeks Produktivitas ... 9

2.3 Penghitungan Indeks Harga Konsumen ... 9

2.3.1 Indeks Laspeyres ... 10

2.3.2 Indeks Paasche ... 12

2.4 Tahun Dasar Dalam Penghitungan Angka Indeks ... 13

2.5 Inflasi ... 16

2.5.1 Penyebab Inflasi ... 16

2.5.2 Dampak Sosial Inflasi ... 17


(10)

x

2.5.4 Tujuan dan Kegunaan Penghitungan Inflasi ... 19

BAB III PEMBAHASAN ... 21

3.1 Pengumpulan Data ... 21

3.1.1 Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data ... 21

3.1.2 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.2 Penghitungan Indeks Harga Konsumen ... 23

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa ... 22 Tabel 2. Indeks Harga Konsumen (IHK) menurut Metode Laspeyres yang

dimodifikasi dan Metode Paasche Di Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2009 ... 27 Tabel 3. Indeks Harga Konsumen (IHK) menurut Metode Laspeyres yang

dimodifikasi dan Metode Paasche Di Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2010 ... 29 Tabel 4. Laju Inflasi menurut Metode Laspeyres yang dimodifikasi dan


(12)

vii

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode pembobotan nilai dari tiap komoditi dalam mengukur tingkat inflasi dengan menggunakan formula Laspeyres yang dimodifikasi dan formula Paasche, dengan menggunakan data harga Kabupaten Deli Serdang yang diwakili Kota Lubuk Pakam tahun 2009-2010. Dengan metode Laspeyres yang dimodifikasi diperoleh inflasi untuk tahun 2009 sebesar 2,95 dan tahun 2010 meningkat tajam sebesar 11,38. Sedangkan laju inflasi dengan metode Paasche untuk tahun 2009 diperoleh sebesar 1,38 dan untuk tahun 2010 sebesar 0,98.


(13)

ABSTRACT

The purpose of this riset was to determine the differences in weighting methods influence the value of each commodity in measuring the rate of inflation by using a modified Laspeyres formula and Paasche formulas, using price data Deli Serdang Regency, represented by the city Lubuk Pakam 2009 - 2010. With a modified method derived Laspeyres inflation for the year 2009 of 2.95 and in 2010 rose sharply by 11.38. While the inflation rate by the method of Paasche for 2009 is obtained at 1.38 and 0.98 for the year 2010.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

Laju pertumbuhan inflasi harus selalu diwaspadai dan dikendalikan, karena berdampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan. Inflasi yang tinggi mempunyai pengaruh agregatif terhadap perekonomian makro sebagai faktor eksternal dunia industri serta berdampak luas pula terhadap sektor perekonomian mikro yang merupakan faktor internal dunia bisnis.

Inflasi yang tinggi akan melemahkan daya beli masyarakat terutama terhadap produksi dalam negeri yang selanjutnya dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang nasional. Oleh sebab itu, pengendalian inflasi merupakan upaya antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah yang saling bersinergi.

Meningkatkan daya beli masyarakat merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan. Peningkatan daya beli masyarakat jika diiringi dengan tingkat harga yang stabil dan terkendali akan menambah kesejahteraan mereka. Tingkat harga yang stabil dan terkendali ini dapat dipantau setiap saat, dan salah satu indikatornya adalah angka inflasi. Oleh sebab itu, penghitungan angka inflasi di kabupaten/kota sangat diperlukan pada era otonomi daerah. Tingkat inflasi juga merupakan salah satu variabel dalam menyusun Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Hal ini juga menjadi tanggung jawab semua pihak, terutama pemerintah daerah untuk mengendalikan inflasi agar tidak terjadi angka inflasi di daerahnya yang melebihi asumsi APBN tersebut.

Inflasi ataupun Deflasi adalah merupakan gambaran kenaikan maupun penurunan harga yang diperoleh dari perhitungan angka Indeks Harga Konsumen (IHK) beberapa kelompok dan subkelompok pengeluaran. Angka indeks atau sering disebut indeks saja, pada dasarnya merupakan suatu angka yang dibuat sedemikian


(15)

rupa, sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan antara kegiatan yang sama (produksi, ekspor, hasil penjualan, jumlah uang beredar, dan lain sebagainya) dalam waktu yang berbeda (J. Supranto, 1990). Di dalam membuat angka indeks diperlukan dua macam waktu, yaitu waktu dasar (base period) dan waktu yang bersangkutan atau sedang berjalan (current period). Waktu dasar adalah waktu dimana suatu kegiatan (kejadian) yang dipergunakan untuk dasar perbandingan, sedangkan waktu yang bersangkutan ialah waktu dimana suatu kegiatan (kejadian) akan diperbandingkan terhadap kegiatan (kejadian) pada waktu dasar. Sementara ruang lingkup perhitungan diagram timbangan dan penyusunan paket komoditas Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan hasil Survei Biaya Hidup yang dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) kelompok pengeluaran yaitu : kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, rokok dan tembakau; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi, olahraga, serta kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis memberi judul tulisan ini ”Pengaruh Metode Pembobotan Nilai Komoditi Berdasarkan Formula Laspeyres dan Paasche Dalam Menentukan Tingkat Inflasi” dengan memakai data Harga Konsumen Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010.

A. PERUMUSAN MASALAH

Dalam penelitian ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah metode pembobotan nilai dari tiap komoditi yang mempengaruhi indeks harga konsumen dengan formula Laspeyres yang dimodifikasi dan formula Paasche dalam menentukan tingkat inflasi.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam menentukan indeks harga, metode yang paling sering dan umum digunakan adalah metode Laspeyres dan metode Paasche. Pada kedua metode tersebut, didefenisikan sebuah rataan harga (unit value) atau volume relatif yang mempunyai


(16)

3

bobot masing-masing yang berasal dari nilai individu tiap barang, yang selanjutnya nilai value pada periode tertentu dibandingkan dengan periode berikutnya apakah terjadi kenaikan atau penurunan. Indeks harga tak tertimbang, khususnya pada metode agregat tak tertimbang menganggap bahwa semua item barang adalah sama atau setara. Padahal tidak mungkin semua item barang tersebut dikonsumsi pada satuan dan jumlah yang sama. Karena itu diperlukan sebuah timbangan atau bobot untuk membedakan antara item barang yang dikonsumsi oleh masyarakat. Bobot atau timbangan tersebut biasanya adalah jumlah barang yang dibeli/dijual, dan metode semacam itu dinamakan metode tertimbang (Singgih Santoso, 2003).

INDEKS LASPEYRES

Pengukuran dengan indeks ini merupakan salah satu alat pengukuran yang paling populer.

Rumus :

I

L

=

.100

. . 0 0 0

Q P Q Pn

Dengan : IL = Indeks Laspeyres Pn = Harga Tahun ke n P0 = Harga Tahun Dasar

Q0 = Jumlah jenis barang yang dikonsumsi pada tahun dasar (Timbangan / bobot)

Formula yang digunakan untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia adalah Indeks Laspeyres yang telah dimodifikasi. Adapun formula Indeks Laspeyres yang telah dimodifikasi adalah sebagai berikut :

I

n

=

    k i i i i i n k i n ni Q P Q P P P 1 0 0 0 ) 1 ( 1 ( 1)

. . .

. 100


(17)

Dengan : In = Indeks harga konsumen bulan/tahun ke n Pni = Harga jenis barang i bulan/tahun ke n P(n-1)i = Harga jenis barang i bulan/tahun ke (n-1)

P(n-1)i.Qoi = Nilai konsumsi jenis barang i pada bulan/tahun ke (n-1) Poi.Qoi = Nilai konsumsi jenis barang i pada tahun dasar

k = Banyaknya jenis barang paket komoditas dalam sub kelompok

Untuk memperoleh persentase (%) perubahan indeks atau laju inflasi setiap bulan, dengan mengurangkan indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu bulan dengan bulan indeks (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya dikalikan 100 atau indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu bulan dibandingkan dengan indeks harga konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya, hasilnya dikurangi dengan 1 dan dikalikan 100. atau dapat dijabarkan dengan rumus sebagai berikut :

L(I)

n

=

.100% )

1 (

) 1 (

 

n n n

I I I

Atau

L(I)

n

=

( 1).100% )

1 (

n

n I

I

Dengan : L(I)n = Laju inflasi bulan/tahun ke n In = Indeks bulan/tahun ke n I(n-1) = Indeks bulan/tahun (n-1)

INDEKS PAASCHE

Pada penghitungan indeks harga dengan formula Paasche menggunakan bobot tahun berjalan atau nilai terakhir pada tiap periode tertentu dan bukan tahun dasar sebagai bobot, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :


(18)

5

I

P

=

.100

. .

0

ni i

ni ni

Q P

Q P

Dengan : IP = Indeks Paasche

Pni = Harga jenis barang i bulan ke n P0i = Harga jenis barang i pada tahun dasar

Qni = Banyaknya jenis barang i paket komoditas dalam sub kelompok sebagai pembobot (W)

Dari rumus diatas terdapat rumus utama yaitu perkalian antara indeks pertumbuhan harga dengan bobot dari tiap komoditi pada periode tertentu dan tidak terdapat periode dasar yang menjadi acuan. Dengan formula Paasche nilai indeks harga yang dihasilkan akan lebih detail mengikuti pertumbuhan nilai yang dibobotkan tersebut, sehingga gejolak kenaikan atau penurunan angka indeks harga akan lebih terlihat mengikuti perkembangan nilai total dari komoditi tersebut.

C. BATASAN MASALAH

Untuk memperjelas dan memudahkan penelitian ini agar tidak menyimpang dari sasaran yang dituju maka penulis membuat pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Angka indeks yang dibahas adalah indeks harga konsumen dengan metode

tertimbang.

2. Penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan pengaruh formula Laspeyres yang dimodifikasi dengan formula Paasche dalam hal pembobotan nilai komoditi yang dipakai untuk mengukur tingkat inflasi.

3. Data yang akan digunakan pada kedua formula tersebut adalah data harga konsumen Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010.

D. TUJUAN PENELITIAN


(19)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode pembobotan nilai dari tiap komoditi dalam mengukur tingkat inflasi dengan menggunakan Formula Laspeyers yang dimodifikasi dan formula Paasche

E. KONTRIBUSI PENELITIAN

Kesimpulan yang diperoleh setelah dilakukan penelitian ini, diharapkan :

1. Memberikan gambaran tentang perkembangan harga yang menjadi paket komoditas Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan memakai formula Laspeyres yang dimodifikasi dan formula Paasche

2. Secara teoritis akan memberikan tambahan wawasan kepada penulis dalam hal ilmu Statistika Deskriptif terutama tentang perhitungan laju inflasi dengan formula Laspeyres yang dimodifikasi dan formula Paasche

3. Diharapkan memberikan manfaat untuk bidang ilmu yang berkaitan dengan Indeks Harga dengan Formula Laspeyres yang dimodifikasi dan formula Paasche seperti untuk praktisi ekonomi, pemerintah dan publik umum.

F. METODA PENELITIAN

Uraian metode yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji macam-macam indeks

2. Mengkaji beberapa cara mengukur indeks harga

3. Mengkaji indeks harga tertimbang dengan formula Laspeyres yang dimodifikasi dan formula Paasche

4. Menghitung laju inflasi dengan formula Laspeyres yang dimodifikasi dan formula Paasche


(20)

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Angka Indeks

Setiap kegiatan selalu mengalami kemajuan dan kemunduran, kadang-kadang produksi meningkat kadang-kadang menurun, hasil penjualan suatu perusahaan dapat meningkat dan juga menurun, hasil penerimaan devisa mengalami naik turun, pendapatan nasional kadang-kadang naik kemudian merosot lagi, juga harga, gaji, biaya hidup mengalami naik turun. Untuk mengetahui maju mundurnya suatu usaha (perusahaan ingin mengetahui maju mundurnya hasil penjualan, pemerintah ingin mengetahui maju mundurnya penerimaan Negara, penerimaan devisa, dan lain sebagainya) diperlukan angka indeks.

Angka indeks atau sering disebut indeks saja, pada dasarnya merupakan suatu angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan antara kegiatan yang sama (produksi, ekspor, hasil penjualan, jumlah uang beredar, dan lain sebagainya) dalam waktu yang berbeda (J. Supranto, 1990). Dari angka indeks bisa diketahui maju mundurnya atau naik turunnya suatu usaha atau kegiatan. Jadi tujuan pembuatan angka indeks sebetulnya untuk mengukur secara kuantitatif terjadinya suatu perubahan dalam dua waktu yang berlainan, misalnya indeks harga untuk mengukur perubahan harga (berapa persen kenaikan dan penurunannya), indeks produksi untuk mengetahui perubahan yang terjadi di dalam kegiatan produksi, indeks biaya hidup sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi dan lain sebagainya. Dengan demikian angka indeks sangat diperlukan untuk siapa saja yang ingin mengetahui maju mundurnya kegiatan atau usaha yang dilaksanakan.

Ciri khas dari angka indeks ini adalah perhitungan rasio (pembagian), dimana hasil rasio tersebut selalu dikalikan dengan bilangan 100 untuk menunjukkan


(21)

perubahan tersebut dalam persentase. Dengan demikian, basis dari angka indeks apapun selalu 100, (Singgih Santoso, 2003)

Di dalam membuat angka indeks diperlukan dua macam waktu, yaitu waktu dasar (base period) dan waktu yang bersangkutan atau sedang berjalan (current period). Waktu dasar adalah waktu dimana suatu kegiatan (kejadian) dipergunakan untuk dasar perbandingan, sedangkan waktu yang bersangkutan ialah waktu dimana suatu kegiatan (kejadian) akan diperbandingkan terhadap kegiatan (kejadian) pada waktu dasar, (J. Supranto, 1990)

2.2. Macam -Macam Indeks

Beberapa macam indeks yang umum dipakai dalam perekonomian, yaitu :

2.2.1 Indeks Harga Konsumen

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indeks yang memperhatikan harga-harga yang harus dibayar konsumen baik di perkotaan maupun pedesaan, (Suharyadi, Purwanto S.K, 2003). IHK mengukur rata-rata perubahan harga dari suatu paket komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat/rumah tangga di suatu daerah (urban) dalam kurun waktu tertentu. Persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) bisa bernilai positif atau negatif. Bila persentase perubahan IHK positif dapat dikatakan terjadi inflasi (kenaikan harga eceran secara umum) dan sebaliknya bila persentase perubahan IHK bernilai negatif berarti terjadi deflasi (penurunan harga secara umum). Kegunaan Indeks Harga Konsumen antara lain :

a. Dapat digunakan sebagai barometer nilai tukar rupiah atau sebagai indikator inflasi.

b. Dipakai sebagai landasan untuk memperbaiki/menyesuaikan gaji dan upah karyawan.

c. Merupakan pengukur perubahan harga konsumen. d. Indikator perubahan pengeluaran rumah tangga.


(22)

9

Indeks harga perdagangan besar merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perekonomian suatu negara, yang pada hakekatnya menyangkut komoditi yang diperjualbelikan di suatu negara pada tingkat perdagangan besar/grosir.

Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) di Indonesia mencakup lima sektor yaitu pertanian (44 komoditas), pertambangan dan penggalian (6 komoditas), ekspor (53 komoditas) dan impor (38 komoditas).

2.2.3 Indeks Nilai Tukar Petani

Untuk melihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani dari tahun ke tahun digunakan indeks harga yang diterima petani, yang merupakan rata-rata harga produsen dari hasil produksi petani sebelum farm gate atau yang disebut dengan harga di sawah setelah petik. Dengan membandingkan indeks yang diterima petani (IT) terhadap indeks harga yang dibayar petani (IB), maka akan diperoleh nilai tukar petani. Indeks harga yang diterima petani (IT) merupakan suatu ukuran perubahan harga yang terjadi pada rata-rata harga yang diterima petani untuk produksi pertaniannya. Sedang indeks yang dibayar petani (IB) merupakan ukuran perubahan harga yang dibayar petani untuk barang dan jasa baik untuk keperluan rumah tangga maupun produksi pertanian. Apabila Nilai Tukar Petani (NTP) lebih dari 100, maka kondisi petani lebih baik dari tahun dasar dan begitu sebaliknya.

2.2.4 Indeks Produktivitas

Produktivitas merupakan rasio antara output atau produksi dengan input. Produktivitas input bisa mencerminkan jenisnya seperti produktivitas tenaga kerja, produktivitas modal dan produktivitas mesin. Namun demikian pada saat teknologi berkembang, sumbangan input sudah tidak dapat dipisahkan, maka sebutan produktivitas diarahkan pada produktivitas total. Apabila indeks lebih dari 100, menunjukkan bahwa produktivitas lebih baik dari tahun dasar.

2.3 Penghitungan Indeks Harga Konsumen

Indeks harga termasuk yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, karena secara langsung mencerminkan pergerakan harga berbagai jenis barang.


(23)

Dalam pengukurannya indeks harga bisa dicari dengan metode tak tertimbang, metode tertimbang, metode relatif atau metode rantai.

Indeks harga tak tertimbang atau unweighted melakukan penghitungan indeks langsung dengan menilai uang dari barang tertentu, dan bukannya mempertimbangkan satauan barang tersebut, seperti berat barang (kilogram), panjang kain (meter) dan sebagainya. Dianggap semua variabel yang akan diukur indeksnya mempunyai nilai yang sama. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan praktis dalam mengukur sebuah angka indeks (bisa indeks harga, indeks kuantitas atau jenis indeks yang lain).

Jika pada metode tertimbang atau tak tertimbang, proses perhitungan dimulai dengan menjumlah seluruh komponen yang ada kemudian dilakukan rata-rata, maka metode relatif memulai dengan menghitung setiap indeks komponen, kemudian baru melakukan rata-rata dari semua indeks individe yang didapat. Pada metode rantai menghitung indeks secara berantai, misal dari tahun 1998 dibandingkan dengan tahun 1997, kemudian tahun 1999 dibandingkan dengan tahun 1998 dan seterusnya.

Berbeda dengan cara sederhana dari metode tak tertimbang, pada metode indeks harga tertimbang ada bobot yang digunakan untuk membedakan variabel yang satu dengan yang lain. Seperti adanya penimbang yang berupa kuantitas barang yang terjual untuk berbagai jenis barang yang berlainan harganya. Mengapa harus diberikan bobot yang berbeda? Karena pada dasarnya setiap barang dan jasa mempunyai tingkat utilitas (manfaat dan kepentingan) yang berbeda. Contoh, beras mungkin dirasakan lebih penting dibandingkan sayuran atau jenis barang yang lain. Indeks harga tertimbang biasa digunakan untuk indeks agregat di mana banyak jenis komoditi, sehingga tiap komoditi mempunyai bobot yang berbeda. Metode ini dalam praktek masih dibagi dalam beberapa cara perhitungan indeksnya, seperti metode Laspeyres, Paasche, Fisher dan lain sebagainya.

2.3.1. Indeks Laspeyres

Entienne Laspeyres mengembangkan metode ini pada akhir abad ke – 18 dalam menentukan sebuah indeks tertimbang dengan menggunakan bobot sebagai penimbang yaitu periode dasar. Pengukuran dengan indeks ini merupakan salah satu


(24)

11

alat pengukuran yang paling populer. Indeks tertimbang Laspeyres dirumuskan sebagai berikut :

I

L

=

.100

. .

0 0

0

Q P

Q Pn

Dengan : IL = Indeks Laspeyres Pn = Harga Tahun ke n P0 = Harga Tahun Dasar

Q0 = Jumlah jenis barang yang dikonsumsi pada tahun dasar (Timbangan / bobot)

Penghitungan Indeks Harga Konsumen pada tahun dasar dilakukan setelah melalui tahapan-tahapan seperti pembentukan paket komoditas, pengumpulan harga tahun dasar dan pembentukan diagram timbang dasar. Setelah melakukan penghitungan IHK bulan berjalan. IHK bulan berjalan tersebut akan digunakan untuk menghitung laju inflasi/deflasi setiap bulan/tahun.

a) Relatif Harga (RH)

Relatif Harga (RH) adalah Rasio perbandingan harga suatu komoditas pada suatu periode waktu tertentu terhadap harga pada periode waktu sebelumnya. RH perbulan untuk setiap jenis barang/jasa digunakan untuk memperoleh Nilai Konsumsi (NK) perbulan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

100

.

) 1 (n ij

nij nij

P

P

RH

Dimana :

RH nij = Relatif harga bulan ke-n untuk jenis barang i dengan kualitas j Pnij = Harga bulan ke-n untuk jenis barang i dengan kualitas j

P(n-1)ij = Harga bulan sebelumnya (n-1) untuk jenis barang i dengan kualitas j

b) Nilai Konsumsi (NK)


(25)

Nilai Konsumsi (NK) adalah nilai-nilai yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memperoleh suatu komoditas untuk konsumsi. Nilai konsumsi merupakan perkalian harga suatu komoditas dengan kuantitas yang dikonsumsi pada periode dasar. Ada dua macam nilai konsumsi yaitu nilai konsumsi pada periode dasar dan nilai konsumsi pada periode berjalan. Nilai Konsumsi dihitung dengan rumus :

100

.

) 1

(n i ni ni

RH

NK

NK

Dengan :

NKij = Nilai konsumsi bulan ke-n, jenis barang i NK(n-1)i = Nilai konsumsi sebelumnya (n-1), jenis barang i RHni = Relatif Harga bulan ke-n, jenis barang i

c) Indeks Laspeyres yang Dimodifikasi

Formula yang digunakan untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia adalah Indeks Laspeyres yang telah dimodifikasi. Adapun formula Indeks Laspeyres yang telah dimodifikasi adalah sebagai berikut :

I

L

=

    k i i i i i n k i n ni Q P Q P P P 1 0 0 0 ) 1 ( 1 ( 1)

. . .

. 100

Dengan : IL = Indeks harga konsumen bulan/tahun ke n Pni = Harga jenis barang i bulan/tahun ke n P(n-1)i = Harga jenis barang i bulan/tahun ke (n-1)

P(n-1)i.Qoi = Nilai konsumsi jenis barang i pada bulan/tahun ke (n-1) Poi.Qoi = Nilai konsumsi jenis barang i pada tahun dasar

k = Banyaknya jenis barang paket komoditas dalam sub kelompok


(26)

13

Indeks Harga Paasche (Hermann Paasche) berbanding terbalik dengan formula Laspeyres, formula Paasche menggunakan nilai terakhir atau tahun berjalan pada tiap periode tertentu tersebut dan bukan tahun dasar sebagai bobot untuk menjadi bobot pada perhitungan. Formula Paasche lebih berupa rataan harmonik yang relatif dengan perubahan nilai suatu komoditi di tiap periodenya. Berikut rumus atau formula untuk menghitung indeks harga dengan menggunakan metode Paasche

I

P

=

.100

. .

0

ni i

ni ni

Q P

Q P

Dengan : IP = Indeks Paasche

Pni = Harga jenis barang i bulan ke n P0i = Harga jenis barang i pada tahun dasar

Qni = Banyaknya jenis barang i paket komoditas dalam sub kelompok sebagai pembobot (W)

Dari rumus diatas terdapat rumus utama yaitu perkalian antara indeks pertumbuhan harga dengan bobot dari tiap komoditi pada periode tertentu dan tidak terdapat periode dasar yang menjadi acuan. Dengan formula Paasche nilai indeks harga yang dihasilkan akan lebih detail mengikuti pertumbuhan nilai yang dibobotkan tersebut, sehingga gejolak kenaikan atau penurunan angka indeks harga akan lebih terlihat mengikuti perkembangan nilai total dari komoditi tersebut.

2.4 TAHUN DASAR DALAM PENGHITUNGAN ANGKA INDEKS

Di dalam pembuatan angka indeks pada suatu waktu tertentu (minggu tertentu, bulan tertentu, triwulan tertentu, tahun tertentu), harus ditentukan terlebih dahulu waktu dasar (base period) yaitu waktu dimana suatu kegiatan akan dipergunakan sebagai dasar perbandingan (J. Supranto, 1990). Waktu dasar dapat berupa suatu waktu tertentu (at a point of time), misalnya bulan Oktober 1996, tahun 1996, tahun 2002, atau berupa suatu jangka waktu atau periode tertentu.


(27)

Apabila kita hanya membandingkan suatu kegiatan dari 2 waktu saja (2 bulan, 2 tahun misalnya), maka hal ini tidak sukar, sebab tinggal memilih satu di antara dua, misalnya untuk indeks harga 9 bahan pokok pada bulan Agustus 2009 dengan waktu dasar Juli 2009, atau produksi padi tahun 2009 dengan waktu dasar 2008, hal ini dinamakan Binary Comparison (J. Supranto, 1990). Akan tetapi dalam prakteknya kita harus membuat angka indeks dari data berkala selama 10 tahun atau lebih, katakanlah antara 1995-2010, dan lain sebagainya. Untuk ini kita harus memilih satu waktu tertentu.

Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam menentukan atau memilih waktu dasar tersebut :

1. Waktu seyogyanya menunjukkan keadaan perekonomian yang stabil, dimana harga tidak berubah dengan cepat sekali. Di dalam keadaan inflasi orang biasanya istilah kenaikan harga tetapi pergantian harga, mengingat kenaikan itu tidak wajar, sering melebihi 100%. Antara tahun 2000-2009, angka indeks Badan Pusat Statistik didasarkan pada tahun 2002 sebagai waktu dasar, mengingat keadaan perekonomian selama periode tersebut relatif stabil.

2. Waktu jangan terlalu jauh dibelakang, kalau bisa usahakan paling lama 10 tahun atau lebih baik kurang dari 5 tahun. Khususnya untuk indeks tertimbang, dimana timbangannya terdiri dari beberapa barang, seperti indeks biaya hidup. Timbangan yang dipergunakan untuk membuat indeks biaya hidup, merupakan suatu hasil penelitian biaya hidup (cost of living survey). Di dalam penelitian itu ditanyakan sejumlah barang atau komoditi (basket of commodities) yang dikonsumsi oleh golongan masyarakat tertentu (misalnya pendapatannya rendah). Komoditi meliputi barang dan jasa yang harus dibeli untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi anggota rumah tangga. Komoditi-komoditi tersebut pada umumnya dikelompokkan menjadi 7 kelompok yaitu bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; sandang; kesehatan; pendidikan, rekreasi dan olah raga; transport komunikasi dan jasa keuangan. Kalau waktu dasarnya terlalu lama, maka barang dan jasa yang dahulunya dikonsumsi sudah tidak ada lagi di pasaran (sudah tidak diproduksi) atau kemungkinan ada barang dan jasa yang dahulunya belum dikonsumsi. Ingat


(28)

15

bahwa dengan kemajuan teknologi dapat diciptakan barang-barang baru dan di samping itu selera masyarakat juga berubah dengan cepat, selalu mengikuti mode (pakaian, hiburan dan lain sebagainya). Itulah sebabnya waktu dasar harus up to

date (mutakhir), tidak boleh terlalu jauh di belakang.

3. Waktu di mana terjadi perisiwa penting, misalnya saja jika suatu perusahaan dalam membuat indeks produksi atau hasil penjualan menggunakan waktu dasar pada saat direktur produksi/pemasaran yang baru diangkat. Dengan demikian dapat diketahui apakah dengan penggantian pimpinan yang baru itu terjadi perbaikan-perbaikan (kenaikan produksi dan penjualan) yang tercermin dengan angka indeks yang selalu lebih besar dari 100% serta meningkat terus. Peristiwa penting lainnya adalah dilaksanakannya kebijakan baru dalam perekonomian, dalam pemasaran dan lain sebagainya. Kalau harus berpegang pada kestabilan (keadaan perekonomian yang normal), mungkin sulit sekali mencari waktu dasar, akan tetapi sangat mudah untuk menentukan waktu di mana terjadi peristiwa penting.

4. Waktu dimana tersedia data untuk keperluan timbangan. Hal ini biasanya juga tergantung kepada tersedianya biaya untuk melakukan penelitian (pengumpulan data).

Pada suatu ketika apabila waktu dasar dari suatu angka indeks dianggap sudah

out of date, karena sudah terlalu lama atau terlalu jauh ketinggalan, maka perlu

diadakan pergeseran waktu dasar (shifting the base period). Ada tiga cara untuk melakukan pergeseran itu, yaitu sebgai berikut :

1. Apabila data asli masih tersedia, maka angka pada waktu atau tahun tertentu yang akan dipakai sebagai tahun dasar yang baru itu diberi nilai 100%. Sedangkan angka-angka lainnya dibagi dengan angka dari waktu tersebut, kemudian dikalikan dengan 100%

2. Dibuat berdasarkan indeks yang lama. Indeks pada tahun yang akan dipilih sebagai waktu dasar diberi nilai 100%, kemudian indeks pada tahun-tahun lainnya dibagi dengan indeks dari tahun dasar baru, dan mengalikannya dengan 100%. Cara ini sering digunakan kalau data aslinya sudah tidak ada lagi. Sebaiknya cara


(29)

ini dipergunakan kalau angka indeks memenuhi pengujian sirkuler (circular test), atau kalau terpaksa harus menggeser waktu dasar tetapi data aslinya sudah tidak ada lagi, seperti telah diuraikan di atas.

3. Harus dilakukan suatu penelitian baru, untuk membuat timbangan bagi indeks tertimbang, seperti angka indeks biaya hidup. Penelitian harus dilakukan pada waktu atau tahun dasar yang baru, misalnya Badan Pusat Statistik melakukan Survei Biaya Hidup (SBH) pada tahun 2007 untuk membuat timbangan bagi angka indeks biaya hidup yang baru, dengan waktu dasar 2007 sebagai pengganti indeks biaya hidup yang lama.

2.5 INFLASI

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu-waktu sebelumnya dan berlaku di mana-mana dan dalam rentang waktu yang cukup lama. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

2.5.1 Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya produksi. Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu


(30)

17

kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.

Inflasi desakan biaya terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji,misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang. dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa

2. Tuntutan kenaikan upah dari pekerja. 3. Kenaikan harga barang impor

4. Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru

5. Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. akibatnya angka inflasi mencapai 70%.

2.5.2 Dampak Sosial Dari Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan

investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990,

uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003


(31)

atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan gangguan pada stabilitas ekonomi di mana para pelaku ekonomi enggan untuk melakukan spekulasi dalam perekonomian berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan akibat menurunnya daya beli masyarakat secara


(32)

19

umum akibat harga-harga yang naik. Selain itu distribusi pendapatan pun semakin buruk akibat tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan inflasi yang terjadi.

2.5.3 Penghitungan Inflasi

Untuk memperoleh persentase (%) perubahan laju inflasi setiap bulan, dengan mengurangkan indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu bulan dengan bulan indeks (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya dikalikan 100 atau indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu bulan dibandingkan dengan indeks harga konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya, hasilnya dikurangi dengan 1 dan dikalikan 100. atau dapat dijabarkan dengan rumus sebagai berikut :

L(I)

n

=

.100% )

1 (

) 1 (

 

n n n

I I I

Atau

L(I)

n

=

( 1).100% )

1 (

n

n I

I

Dengan : L(I)n = Laju inflasi bulan/tahun ke n In = Indeks bulan/tahun ke n I(n-1) = Indeks bulan/tahun (n-1)

2.5.4 Tujuan dan Kegunaan Penghitungan Inflasi

Data statistik harga-harga pada umumnya dan data statistik harga konsumen pada khususnya terutama yang telah disusun dalam bentuk indeks dapat digunakan sebagai indikator atas terjadinya perubahan harga. Selain itu dapat digunakan sebagai alat untuk melihat seberapa besar tingkat kestabilan harga yang terjadi di suatu negara/daerah. Hal ini menjadi wajar apabila pemerintah baik pusat maupun daerah dan konsumen data lainnya akan selalu memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi atas harga-harga konsumen dan indeksnya.


(33)

Adapun secara garis besarnya kegunaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sebagai petunjuk dalam penyusunan kebijaksanaan ekonomi secara umum oleh pemerintah, yaitu dalam merumuskan kebijaksanaan pengambilan keputusan dan penetapan peraturan yang menyangkut harga, tarip, subsidi, rencana produksi/pengadaan barang dan lain sebagainya.

2. Digunakan untuk indeksasi upah dan tunjangan gaji pegawai (wage indexation).

3. Digunakan untuk penyesuaian upah buruh oleh pimpinan perusahaan, karena dengan tersedianya data tersebut merupakan bantuan yang besar dalam penetapan atau penyesuaian upah yang riil, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

4. Untuk beberapa analisa ekonometri seperti : analisa pasar, analisa penjualan atas barang-barang konsumen dan lain-lain.

5. Sebagai indikator maka indeks harga ini juga dipakai untuk mengambil keputusan dalam kebijaksanaan fiskal dan moneter, penyesuaian nilai kontrak (contractual

payment), dan ekskalasi nilai proyek (project escalation), penentuan target inflasi

(inflation targeting), dan indeksasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (budgeting indexation).

6. Digunakan sebagai proxi perubahan biaya hidup (proxy of cost of living).

7. Digunakan sebagai indikator dini tingkat bunga, valuta asing(valas), dan indeks harga saham.


(34)

21

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. PENGUMPULAN DATA

Indeks Harga Konsumen merupakan hasil pengolahan data Harga Konsumen (HK) di setiap kota yang dihitung indeksnya. Data harga konsumen meliputi barang dan jasa dengan kualitas/merek yang umumnya banyak dikonsumsi oleh masyarakat di kota yang bersangkutan.

3.1.1 Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data

Adapun yang menjadi lokasi atau tempat penelitian untuk memperoleh data Harga Konsumen dilaksanakan di Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Deli Serdang yang beralamat di Jl. Karya Utama Kompleks Pemkab Deli Serdang, Lubuk Pakam, telp. (061) 7951326, email : bps1212@mailhost.bps.go.id. Sedangkan tahun data yang akan dipergunakan pada penelitian ini adalah data tahun 2009-2010.

3.1.2 Metode Pengumpulan Data

Data harga konsumen diperoleh dari responden/pedagang eceran terpilih. Pemantauan data harga konsumen meliputi 300 jenis barang dan jasa hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2002 Kota Medan, dengan asumsi kondisi Kota Lubuk Pakam (dalam hal ini mewakili Kabupaten Deli Serdang) mendekati Kota Medan yang diwakili oleh 1-3 kualitas/merek untuk setiap komoditasnya. Asumsinya bahwa pola konsumsi masyarakat di Kota Lubuk Pakam sama dengan pola konsumsi kota SBH terdekat.

Jumlah jenis barang dan jasa dipilih berdasarkan kriteria tertentu, sedangkan kualitas/merek sesuai dengan yang dikonsumsi masyarakat Kota Lubuk Pakam.


(35)

Dalam pengolahan data Harga Konsumen atau penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun 2009-2010 di Kabupaten Deli Serdang menggunakan tahun dasar 2007 = 100.

Komoditas yang dicakup dalam pengumpulan data harga konsumen didasarkan pada paket komoditas yang telah disusun berdasarkan paket komoditas dari SBH terdekat dari lokasi Kota Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 1. Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa Kelompok/Sub Kelompok Pengeluaran

(1) (2)

I BAHAN MAKANAN

- Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasil-hasilnya - Daging dan Hasil-hasilnya

- Ikan Segar - Ikan Diawetkan

- Telur, Susu dan hasil-hasilnya - Sayur-sayuran

- Kacang-kacangan - Buah-buahan - Lemak dan Minyak - Bahan Makanan Lainnya

II MAKANAN JADI, MINUMAN , ROKOK DAN TEMBAKAU

- Makanan Jadi

- Minuman yang tidak Beralkohol - Tembakau dan Minuman Beralkohol

III PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR - Biaya Tempat Tinggal

- Bahan Bakar, Penerangan dan Air - Perlengkapan Rumah Tangga


(36)

23

IV. SANDANG - Sandang Laki-Laki - Sandang Wanita - Sandang Anak-Anak

- Barang Pribadi dan Sandang Lainnya V. KESEHATAN

- Jasa Kesehatan - Obat-Obatan

- Jasa Perawatan Jasmani

- Perawatan Jasmani dan Kosmetik

VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA

- Jasa Pendidikan

- Kursus-kursus / Pelatihan

- Perlengkapan / Peralatan Pendidikan - Rekreasi

- Olahraga

VII. TRANSPORT, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN

- Transport

- Komunikasi dan Pengiriman - Sarana dan Penunjang Transport - Jasa Keuangan

3.2. PENGHITUNGAN INDEKS HARGA KONSUMEN

Penghitungan IHK tahun 2009 dan 2010 disini penulis memakai tahun 2007 sebagai tahun dasar dengan alasan supaya tidak terlalu jauh di belakang, dan terdapat data yang dibutuhkan untuk penghitungan inflasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang (terlampir) dapat dilakukan proses penghitungan inflasi untuk tahun 2009 dan 2010 sebagai berikut :


(37)

1. Metode Laspeyres yang Dimodifikasi

dilakukan setelah melalui tahapan-tahapan seperti pembentukan paket komoditas, pengumpulan harga tahun dasar dan pembentukan diagram timbang dasar. Setelah melakukan penghitungan IHK bulan berjalan, IHK bulan berjalan tersebut akan digunakan untuk menghitung laju inflasi/deflasi setiap bulan/tahun.

d) Relatif Harga (RH)

Setelah diperoleh data pertama sekali adalah menentukan angka Relatif Harga (RH) perbulan untuk setiap jenis barang/jasa digunakan untuk memperoleh Nilai Konsumsi (NK) perbulan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

100

.

) 1 (n ij

nij nij

P

P

RH

Dengan :

RH nij = Relatif harga bulan ke-n untuk jenis barang i dengan kualitas j Pnij = Harga bulan ke-n untuk jenis barang i dengan kualitas j

P(n-1)ij = Harga bulan sebelumnya (n-1) untuk jenis barang i dengan kualitas j

Sebagai contoh salah satu komoditi yang dipakai untuk penghitungan inflasi adalah beras. Pada bulan Januari 2009 diketahui rata-rata harga beras adalah Rp.7.100,- dan rata-rata harga bulan sebelumnya yaitu Desember 2008 adalah Rp.6.853,- jadi dapat dicari relatif harga untuk Januari 2009 :

100

.

des Januari Jan

P

P

RH

100

.

853

.

6

100

.

7

Jan

RH

=

103,60

Sehingga diperoleh RH untuk bulan Januari 2009 sebesar 103,60 demikian seterusnya hingga diperoleh RH untuk bulan desember 2010 untuk semua komoditi.


(38)

25

e) Nilai Konsumsi (NK)

Untuk komoditi yang sama yaitu beras dapat dicari Nilai Konsumsi sebagai berikut :

100

.

) 1

(n i ni ni

RH

NK

NK

Diperoleh NK untuk komoditi beras pada bulan Januari 2009 adalah 204.714,98 hal ini juga berlaku untuk semua komoditi yang dipakai pada penghintungan inflasi.

f) Indeks Laspeyres yang Dimodifikasi

Setelah diperoleh RH dan NK untuk setiap komoditi, maka langkah selanjutnya adalah mencari angka Indeks. Jadi untuk angka indeks untuk komoditi beras sesuai dengan Indeks Laspeyres yang telah dimodifikasi adalah sebagai berikut :

I

L

=

    k i i i i i n k i n ni Q P Q P P P 1 0 0 0 ) 1 ( 1 ( 1)

. . .

. 100

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh angka indeks untuk komoditi beras adalah sebesar 103,65. Dan rumus ini berlaku untuk setiap komoditi yang dihitung angka indeksnya dalam proses perhitungan Inflasi.

2. Metode Paasche

Pada metode Paasche, penghitungan IHK menggunakan nilai terakhir atau tahun berjalan pada tiap periode tertentu tersebut dan bukan tahun dasar sebagai bobot untuk menjadi bobot pada perhitungan. Untuk melihat perbandingan angka indeks dari hasil penghitungan dengan metode Laspeyres yang dimodifikasi dan indeks paasche, berikut akan dicari indeks untuk komoditi beras dengan rumus atau formula Paasche, dengan memakai data yang sama ;

I

P

=

.

.

100

.

0

ni i ni ni

Q

P

Q

P


(39)

I

P

=

100 78 , 605 . 297 . 402 . 1

00 , 350 . 476 . 453 . 1

x

= 103,65

Dari perhitungan diatas diperoleh angka indeks untuk komoditi beras adalah sebesar 103,65 demikian seterusnya untuk semua komoditi yang sama yang dipakai dalam metode Paasche.

Dalam metode Laspeyres yang dimodifikasi dan metode Paasche IHK dibuat secara bertahap yaitu dihitung IHK untuk tiap sub kelompok, kemudian IHK kelompok dan terakhir IHK umum. Apabila nilai konsumsi sub kelompok yang tercakup dalam suatu kelompok dikumulatifkan disebut nilai konsumsi kelompok, apabila dibagi dengan kumulatif nilai konsumsi tahun dasar dari beberapa sub kelompok yang sama yang tercakup dalam kelompok dan hasilnya dikalikan 100, maka diperoleh indeks kelompok. Sedangkan untuk mendapatkan indeks umum, nilai konsumsi kelompok dikumulatifkan maka didapat nilai konsumsi umum kemudian dibagi dengan kumulatif nilai konsumsi umum tahun dasar dan hasilnya dikalikan 100.

Pada tabel dibawah ini, akan terlihat hasil dari penghitungan indeks menurut kedua metode yang dipakai untuk penghitungan angka indeks yang selanjutnya nanti akan dicari besar laju inflasi umum. Berikut adalah tabel hasil perhitungan indeks dengan menggunakan kedua metode tersebut untuk tahun 2009 dan tahun 2010 :


(40)

27

Tabel 2.

Indeks Harga Konsumen (IHK) menurut Metode Laspeyres yang dimodifikasi dan Metode Paasche Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

No Sub Kelompok Pengeluaran

IHK

Januari Februari Maret

Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan, rekreasi dan Olah raga Transport, komunikasi dan Jasa Keuangan 117,67 114,40 103,68 98,99 105,92 176,97 107,41 112,92 121,28 125,30 89,15 105,63 144,15 100,81 118,37 114,70 103,68 101,26 103,92 176,97 107,41 113,95 123,71 125,31 93,60 105,63 144,15 100,81 117,74 114,40 103,68 102,26 105,92 176,97 107,41 113,75 123,71 125,30 95,38 105,63 144,15 100,81

Tabel 2. Lanjutan

No Sub Kelompok Pengeluaran

IHK

April Mei Juni

Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan, rekreasi dan Olah raga Transport, komunikasi dan Jasa Keuangan 116,00 114,47 106,46 102,44 107,25 176,97 107,41 111,03 124,53 125,19 95,47 105,81 144,15 100,81 117,54 117,05 106,46 101,13 107,25 176,97 107,41 111,10 125,50 125,19 92,90 105,81 144,15 100,81 117,61 118,76 109,52 100,95 107,17 176,97 107,41 111,28 126,94 126,00 92,81 109,53 144,15 100,81


(41)

Tabel 2. Lanjutan

No Sub Kelompok Pengeluaran

IHK

Juli Agustus September

Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan, rekreasi dan Olah raga Transport, komunikasi dan Jasa Keuangan 117,59 118,76 109,52 100,95 107,17 176,97 107,41 111,17 126,94 126,00 92,81 109,53 144,15 100,81 116,94 116,94 112,36 100,90 106,48 184,60 103,46 111,07 123,48 127,60 92,80 108,87 149,14 160,80 116,32 117,07 112,36 100,51 107,51 185,37 103,46 111,01 122,85 127,60 92,05 109,06 149,13 160,80

Tabel 2. Lanjutan

No Sub Kelompok Pengeluaran

IHK

Oktober November Desember

Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan, rekreasi dan Olah raga Transport, komunikasi dan Jasa Keuangan 116,19 116,84 112,40 99,98 107,51 185,37 103,46 111,25 122,70 129,90 94,50 109,06 149,13 160,80 116,08 117,20 113,51 99,98 107,51 187,07 103,46 109,73 122,98 129,92 91,50 109,06 149,14 160,80 116,38 117,20 113,51 99,98 107,51 187,07 103,46 109,68 122,98 129,92 94,50 109,06 149,14 160,80


(42)

29

Tabel 3.

Indeks Harga Konsumen (IHK) menurut Metode Laspeyres yang dimodifikasi dan Metode Paasche Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No Sub Kelompok Pengeluaran

IHK

Januari Februari Maret

Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan, rekreasi dan Olah raga Transport, komunikasi dan Jasa Keuangan 131,54 121,17 115,37 108,85 105,38 187,07 103,46 122,44 126,38 132,63 109,31 109,49 149,14 100,80 134,31 120,77 115,40 108,23 105,38 187,07 103,48 126,79 125,71 132,63 107,55 109,49 149,14 100,80 128,89 120,91 115,40 108,23 105,38 187,07 103,48 119,49 125,93 132,63 107,55 109,49 149,14 100,80

Tabel 3. Lanjutan

No Sub Kelompok Pengeluaran

IHK

April Mei Juni

Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan, rekreasi dan Olah raga Transport, komunikasi dan Jasa Keuangan 128,65 120,91 115,40 108,23 105,38 187,07 103,48 119,35 125,93 132,63 107,55 109,49 149,14 100,80 130,19 120,77 115,40 108,85 105,38 187,07 103,48 121,23 125,71 132,63 108,98 109,49 149,14 100,80 151,67 120,63 115,40 110,71 105,38 187,07 103,48 160,00 125,50 132,66 113,34 109,49 149,14 100,80


(43)

Tabel 3. Lanjutan

No Sub Kelompok Pengeluaran

IHK

Juli Agustus September

Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan, rekreasi dan Olah raga Transport, komunikasi dan Jasa Keuangan 166,01 126,77 115,40 110,71 105,38 187,07 103,48 204,33 132,81 132,66 113,34 109,49 149,14 100,80 143,61 127,18 115,40 110,06 105,38 187,07 103,48 138,17 133,20 132,66 111,79 109,49 149,14 100,80 125,19 127,18 115,40 110,09 105,38 187,07 103,48 115,61 133,20 132,66 111,79 109,49 149,14 100,80

Tabel 3. Lanjutan

No Sub Kelompok Pengeluaran

IHK

Oktober November Desember

Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan, rekreasi dan Olah raga Transport, komunikasi dan Jasa Keuangan 125,46 127,73 115,40 110,50 105,38 187,07 103,48 116,19 134,02 132,66 112,76 109,49 149,14 100,80 136,60 127,73 115,40 111,93 105,38 187,07 103,48 127,17 134,02 132,66 116,16 109,49 149,14 100,80 159,36 127,80 115,40 115,96 105,38 187,07 103,48 162,32 134,13 132,66 126,24 109,49 149,14 100,80


(44)

31

3.2 PENGHITUNGAN INFLASI

Setelah mendapatkan angka indeks berdasarkan metode Laspeyres yang Dimodifikasi dan Metode Paasche, dapat dihitung laju inflasi. Untuk memperoleh persentase (%) perubahan indeks atau laju inflasi setiap bulan, dengan mengurangkan indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu bulan dengan bulan indeks (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya dikalikan 100 atau indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu bulan dibandingkan dengan indeks harga konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya, hasilnya dikurangi dengan 1 dan dikalikan 100. atau dapat dijabarkan dengan rumus sebagai berikut :

L(I)

n

=

.100% ) 1 ( ) 1 (    n n n I I I

Atau

L(I)

n

=

( 1).100% ) 1 (   n n I I

Rumus diatas berlaku untuk metode Laspeyres yang dimodifikasi dan juga metode Paasche. Dimana untuk tahun 2009 dan 2010 memakai tahun 2007 artinya 2007 = 100, maka perhitungannya akan dimulai dari Januari 2008 dengan I(n-1) = 100. Sebagai contoh perhitungan sebagai berikut :

1. Untuk Indeks Laspeyres :

L(I)

Januari 2008

=

( 1).100% ) 1 (   n n I I

= 1).100% 100

17 , 103

( 

= 3,17


(45)

L(I)

Januari 2009

=

( 1).100% 2008

2009 

Des Jan

I I

= 1).100% 58

, 111

09 , 112

( 

= 0,46

2. Untuk Indeks Paasche :

L(I)

Januari 2008

=

( 1).100% )

1 (

n

n I

I

= 1).100% 100

19 , 100

( 

= 0,19

L(I)

Januari 2009

=

( 1).100% 2008

2009 

Des Jan

I I

= 1).100% 60

, 105

97 , 105

( 

= 0,35

Demikian berlaku untuk setiap bulannya hingga diperoleh angka atau laju inflasi/deflasi untuk setiap bulan selama tahun 2009 dan 2010 seperti dalam tabel berikut:


(46)

33

Tabel 4.

Laju Inflasi menurut Metode Laspeyres yang dimodifikasi dan Metode Paasche Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 - 2010

No Bulan

Laju Inflasi

2009 2010

Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 0,46 0,32 -0,07 0,52 0,47 1,01 -0,00 -0,03 -0,06 -0,08 0,36 0,06 0,35 0,03 -0,01 -0,04 0,01 0,18 0,00 -0,37 -0,00 0,48 0,00 0,00 4,49 0,46 1,02 -0,05 -0,31 4,25 3,47 4,01 3,45 0,15 2,24 4,54 0,67 0,00 -0,03 0,00 0,02 0,19 0,20 -0,29 -0,09 0,01 0,07 0,23

INFLASI UMUM 2,95 1,38 11,38 0,98

Dari perhitungan diperoleh laju inflasi secara umum dengan metode Laspeyres yang dimodifikasi untuk tahun 2009 sebesar 2,95 dan tahun 2010 meningkat tajam sebesar 11,38. Sedangkan laju inflasi dengan metode Paasche untuk tahun 2009 diperoleh sebesar 1,38 dan untuk tahun 2010 sebesar 0,98.


(47)

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi pada bab sebelumnya maka dengan demikian dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

1. Dari perhitungan diperoleh laju inflasi secara umum dengan metode Laspeyres yang dimodifikasi untuk tahun 2009 sebesar 2,95 dan tahun 2010 meningkat tajam sebesar 11,38. Sedangkan laju inflasi dengan metode Paasche untuk tahun 2009 diperoleh sebesar 1,38 dan untuk tahun 2010 sebesar 0,98.

2. Kedua rumus tersebut menggunakan timbangan/bobot yang sangat berbeda. Laspeyres menggunakan nilai konsumsi pada waktu dasar, oleh sebab itu indeks tidak akan terpengaruhi untuk mengikuti perubahan bobot dari periode ke periode. Karena bobot yang digunakan adalah bobot tahun tertentu sebagai dasar. Sehingga perhitungan indeks harga yang menggunakan formula Laspeyres ini cenderung akan bernilai lebih tinggi dibandingkan hasil perhitungan indeks harga dengan formula Paasche.

3. Sedangkan Paasche menggunakan nilai konsumsi pada waktu t (waktu yang

bersangkutan sebagai timbangan) oleh sebab itu perubahan yang dihasilkan pada perhitungan akan mengikuti perubahan bobotnya, dalam hal ini bobot tiap periode akan berubah, dan nilai indeks harganya pun akan mengikuti perubahan bobot tersebut. Sehingga indeks harga ini cenderung akan meredam perubahan harga dikarenakan ada pengaruh perubahan bobot tersebut

4. Dilihat dari segi praktis, Laspeyres lebih baik karena timbangan tidak berubah-ubah akan tetapi secara teoritis kurang baik, sebab yang mempengaruhi harga sebetulnya nilai konsumsi pada waktu yang bersangkutan. Sebaliknya di lihat dari segi teoritis rumus Paasche sangat baik. Perubahan nilai konsumsi selalu


(48)

35

diperhitungkan pengaruhnya terhadap perubahan harga, akan tetapi dari segi praktis susah sekali diterapkan. Khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, untuk mendapatkan data nilai konsumsi yang sama up to date - nya

akan sulit sekali.

4.2. SARAN

Dari hasil penelitian maka penulis menyarankan sebagai berikut ;

1. Kedua rumus yang dibahas baik metode Laspeyres yang dimodifikasi maupun metode Paasche memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing, dan bisa dipergunakan apabila memilki data yang cukup up to date untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan mendekati kondisi sebenarnya di masyarakat.

2. Perhitungan laju inflasi harus dilakukan dengan cara cermat dan dengan data yang cukup up to date (bila memungkinkan)

3. Metode Laspeyres yang dimodifikasi dapat dipakai apabila data nilai konsumsi tidak memungkinkan diperoleh untuk tiap tahunnya.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

http://unstats.un.org/, Indeks Harga dengan Formula Laspeyres dan Paasche, 8 Maret

2011

http://encyclopedia2.thefreedictionary.com, Indeks Kuantitas, 8 Maret 2011

Ir. M. Iqbal Hasan (1999), Pokok-Pokok Materi Statistika 1(Statistik Deskriptif)

J. Supranto, M.A (1990), Statistik Teori dan Aplikasi, edisi kelima jilid 1, Penerbit

Erlangga

Nana Danapriatna, Rony Setiawan (2005), Pengantar Statistika, Penerbit Graha Ilmu

edisi pertama

Singgih Santoso (2003), Statistik Deskriptif Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel dan SPSS, Penerbit Andi Jogjakarta

Suharyadi, Purwanto S.K (2003), Statistika Untuk Ekonomi & Keuangan Modern,

Buku I, Penerbit Salemba Empat Jakarta

(2008), Penghitungan Inflasi di Luar Empat Kota Terpilih Nasional di Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara

(2005-2009), Indikator Ekonomi Kabupaten Deli Serdang, Badan Pusat Statistik


(1)

3.2 PENGHITUNGAN INFLASI

Setelah mendapatkan angka indeks berdasarkan metode Laspeyres yang Dimodifikasi dan Metode Paasche, dapat dihitung laju inflasi. Untuk memperoleh persentase (%) perubahan indeks atau laju inflasi setiap bulan, dengan mengurangkan indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu bulan dengan bulan indeks (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya dikalikan 100 atau indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu bulan dibandingkan dengan indeks harga konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya, hasilnya dikurangi dengan 1 dan dikalikan 100. atau dapat dijabarkan dengan rumus sebagai berikut :

L(I)

n

=

.100%

) 1 (

) 1 (

  

n n n

I I I

Atau

L(I)

n

=

( 1).100%

) 1 (

 

n n I

I

Rumus diatas berlaku untuk metode Laspeyres yang dimodifikasi dan juga metode Paasche. Dimana untuk tahun 2009 dan 2010 memakai tahun 2007 artinya 2007 = 100, maka perhitungannya akan dimulai dari Januari 2008 dengan I(n-1) = 100. Sebagai contoh perhitungan sebagai berikut :

1. Untuk Indeks Laspeyres :

L(I)Januari 2008

=

( 1).100%

) 1 (

 

n n I

I

= 1).100% 100

17 , 103

( 


(2)

L(I)

Januari 2009

=

( 1).100%

2008 2009 

Des Jan I I

= 1).100% 58

, 111

09 , 112

( 

= 0,46

2. Untuk Indeks Paasche :

L(I)

Januari 2008

=

( 1).100%

) 1 (

 

n n I

I

= 1).100% 100

19 , 100

( 

= 0,19

L(I)

Januari 2009

=

( 1).100%

2008 2009 

Des Jan I I

= 1).100% 60

, 105

97 , 105

( 

= 0,35

Demikian berlaku untuk setiap bulannya hingga diperoleh angka atau laju inflasi/deflasi untuk setiap bulan selama tahun 2009 dan 2010 seperti dalam tabel berikut:


(3)

Tabel 4.

Laju Inflasi menurut Metode Laspeyres yang dimodifikasi dan Metode Paasche Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 - 2010

No Bulan

Laju Inflasi

2009 2010 Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 0,46 0,32 -0,07 0,52 0,47 1,01 -0,00 -0,03 -0,06 -0,08 0,36 0,06 0,35 0,03 -0,01 -0,04 0,01 0,18 0,00 -0,37 -0,00 0,48 0,00 0,00 4,49 0,46 1,02 -0,05 -0,31 4,25 3,47 4,01 3,45 0,15 2,24 4,54 0,67 0,00 -0,03 0,00 0,02 0,19 0,20 -0,29 -0,09 0,01 0,07 0,23

INFLASI UMUM 2,95 1,38 11,38 0,98

Dari perhitungan diperoleh laju inflasi secara umum dengan metode Laspeyres yang dimodifikasi untuk tahun 2009 sebesar 2,95 dan tahun 2010 meningkat tajam sebesar 11,38. Sedangkan laju inflasi dengan metode Paasche untuk tahun 2009 diperoleh sebesar 1,38 dan untuk tahun 2010 sebesar 0,98.


(4)

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi pada bab sebelumnya maka dengan demikian dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

1. Dari perhitungan diperoleh laju inflasi secara umum dengan metode Laspeyres yang dimodifikasi untuk tahun 2009 sebesar 2,95 dan tahun 2010 meningkat tajam sebesar 11,38. Sedangkan laju inflasi dengan metode Paasche untuk tahun 2009 diperoleh sebesar 1,38 dan untuk tahun 2010 sebesar 0,98.

2. Kedua rumus tersebut menggunakan timbangan/bobot yang sangat berbeda. Laspeyres menggunakan nilai konsumsi pada waktu dasar, oleh sebab itu indeks tidak akan terpengaruhi untuk mengikuti perubahan bobot dari periode ke periode. Karena bobot yang digunakan adalah bobot tahun tertentu sebagai dasar. Sehingga perhitungan indeks harga yang menggunakan formula Laspeyres ini cenderung akan bernilai lebih tinggi dibandingkan hasil perhitungan indeks harga dengan formula Paasche.

3. Sedangkan Paasche menggunakan nilai konsumsi pada waktu t (waktu yang bersangkutan sebagai timbangan) oleh sebab itu perubahan yang dihasilkan pada perhitungan akan mengikuti perubahan bobotnya, dalam hal ini bobot tiap periode


(5)

diperhitungkan pengaruhnya terhadap perubahan harga, akan tetapi dari segi praktis susah sekali diterapkan. Khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, untuk mendapatkan data nilai konsumsi yang sama up to date - nya akan sulit sekali.

4.2. SARAN

Dari hasil penelitian maka penulis menyarankan sebagai berikut ;

1. Kedua rumus yang dibahas baik metode Laspeyres yang dimodifikasi maupun metode Paasche memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing, dan bisa dipergunakan apabila memilki data yang cukup up to date untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan mendekati kondisi sebenarnya di masyarakat.

2. Perhitungan laju inflasi harus dilakukan dengan cara cermat dan dengan data yang cukup up to date (bila memungkinkan)

3. Metode Laspeyres yang dimodifikasi dapat dipakai apabila data nilai konsumsi tidak memungkinkan diperoleh untuk tiap tahunnya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

http://unstats.un.org/, Indeks Harga dengan Formula Laspeyres dan Paasche, 8 Maret 2011

http://encyclopedia2.thefreedictionary.com, Indeks Kuantitas, 8 Maret 2011

Ir. M. Iqbal Hasan (1999), Pokok-Pokok Materi Statistika 1(Statistik Deskriptif)

J. Supranto, M.A (1990), Statistik Teori dan Aplikasi, edisi kelima jilid 1, Penerbit Erlangga

Nana Danapriatna, Rony Setiawan (2005), Pengantar Statistika, Penerbit Graha Ilmu edisi pertama

Singgih Santoso (2003), Statistik Deskriptif Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel dan SPSS, Penerbit Andi Jogjakarta

Suharyadi, Purwanto S.K (2003), Statistika Untuk Ekonomi & Keuangan Modern, Buku I, Penerbit Salemba Empat Jakarta

(2008), Penghitungan Inflasi di Luar Empat Kota Terpilih Nasional di Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara