29
POM, 1995.
3.5.5 Pemeriksaan tanin
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna.
Diambil 2 ml larutan dan ditambahkan 1 - 2 tetes pereaksi besi III klorida 1. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya
tanin Harborne, 1987.
3.5.6 Pemeriksaan steroidtriterpenoid
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g, dimaserasi dengan 20 ml n - heksan selama 2 jam, disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap dan pada
sisanya ditambahkan pereaksi Liebermann - Burchard melalui dinding cawan. Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru ungu
atau biru hijau menunjukkan adanya steroidtriterpenoid Ditjen POM, 1995. Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak etanol umbi sarang semut dapat
dilihat pada Tabel 4.2, halaman 35.
3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Umbi Sarang Semut EEUSS
Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut etanol 70. Dimasukkan 10 bagian simplisia ke dalam wadah berwarna gelap,
dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, diserkai, diperas, dicuci ampas
dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya,
selama 2 hari. Dienap tuangkan atau disaring Depkes, 1979. Maserat
Universitas Sumatera Utara
30
diuapkan menggunakan rotary evaporator pada temperatur ± 40°C, kemudian difreeze dyrer pada suhu -40°C.
3.7 Uji Efek Antidiare
Pengujian efek antidiare meliputi penyiapan hewan percobaan, pembutan suspensi CMC 1, pembuatan suspensi loperamid HCl dari tablet
Imodium
®
, pembuatan suspensi ekstrak etanol umbi sarang semut, dan pengujian efek antidiare.
3.7.1 Penyiapan hewan percobaan
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan berat badan 150 - 200 g. Dua minggu sebelum pengujian
dilakukan hewan percobaan harus dipelihara dan dirawat dengan sebaik - baiknya dalam kandang yang mempunyai ventilasi baik, tempat minum dan
lingkungan sekitarnya dijaga kebersihannya setiap hari. Tikus diberi makan pelet dan minum. Hewan yang sehat ditandai dengan pertumbuhan normal dan
suhu badan normal Depkes, 1979. Kandang atau tempat pemeliharaan tikus dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 55.
3.7.2 Pembuatan suspensi CMC 1
Sebanyak 1 g CMC ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi air suling panas sebanyak 20 ml, ditutup dan dibiarkan selama 30 menit hingga diperoleh
massa yang transparan, digerus lalu diencerkan dengan air suling hingga 100 ml Anief, 1998.
3.7.3 Pembuatan suspensi loperamid HCl dari tablet Imodium
®
Satu tablet Imodium
®
mengandung 2 mg loperamid HCl. Sebanyak satu
Universitas Sumatera Utara
31
tablet Imodium
®
digerus dalam lumpang, kemudian ditambahkan suspensi CMC 1 sedikit demi sedikit sambil digerus homogen lalu diencerkan dengan
suspensi CMC 1 hingga 10 ml. Perhitungan dosis loperamid HCl dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 63.
3.7.4 Pembuatan suspensi ekstrak etanol umbi sarang semut
Ekstrak etanol umbi sarang semut dibuat pada satu konsentrasi, yaitu ditimbang sebanyak 100 mg ekstrak etanol umbi sarang semut, kemudian
digerus dalam lumpang, lalu ditambahkan suspensi CMC 1 sedikit demi sedikit sambil digerus homogen, lalu diencerkan dengan suspensi CMC 1
hingga 100 ml. Disetiap melakukan penelitian suspensi ekstrak etanol umbi sarang semut dibuat baru dengan konsentrasi yang sama. Perhitungan volume
pemberian ekstrak etanol umbi sarang semut dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 61 - 62.
3.7.5 Pengujian efek antidiare Hewan percobaan terdiri dari 35 ekor, dibagi dalam 7 kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Semua kelompok diberi perlakuan secara per oral. Pada t = 0 menit kelompok I kontrol negatif diberi suspensi norit 5
sebanyak 1 ml. Kelompok II diberi oleum ricini sebanyak 2 ml dan suspensi norit 5 sebanyak 1 ml dan kelompok III, IV, V dan VI diberi suspensi ekstrak
etanol umbi sarang semut 0,1 masing - masing dosis 2,5, 5, 7,5 dan 10 mgkg bb. Kelompok VII sebagai pembanding diberikan suspensi loperamid HCl
dosis 0,4 mgkg bb. Ekstrak etanol umbi sarang semut dan suspensi loperamid HCl diberikan pada saat t = 0 menit kemudian setelah t = 60 menit semua
Universitas Sumatera Utara
32
hewan diberi oleum ricini sebanyak 2 ml. Pada t = 120 menit semua hewan diberikan suspensi norit 5 sebanyak 1 ml kemudian pada saat t = 180 menit
semua hewan dikorbankan secara dislokasi leher. Usus dikeluarkan secara hati - hati. Diukur panjang usus yang dilalui marker norit mulai dari pilorus sampai
ujung akhir berwarna hitam dan panjang seluruh usus dari pilorus sampai katup ileosekal dari masing - masing hewan. Kemudian dari masing - masing
tikus dihitung persen lintas yang dilalui oleh marker norit terhadap panjang usus seluruhnya Chitme, dkk., 2004. Gambar tikus sebelum dan setelah
dibedah dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 56, dan Gambar usus halus yang dilintasi marker norit dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 57 - 59.
3.8 Pengumpulan Data
Nilai rasio kemudian dirata - rata untuk masing - masing kelompok, dan nilai dari masing - masing kelompok tersebut dibandingkan.
3.9 Analisis Data
Data hasil pengamatan persen lintas marker norit dianalisis secara statistik dengan metode ANAVA analisis variansi pada tingkat kepercayaan
95 dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan nyata antar kelompok perlakuan. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS
Statistical Product and Service Solution versi 17.
Universitas Sumatera Utara
33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor menunjukkan
bahwa sampel adalah tumbuhan sarang semut jenis Myrmecodia tuberosa Jack. sinonimnya Myrmecodia armata DC, suku Rubiaceae.
4.2 Hasil Karakteristik Simplisia
Hasil karakteristik simplisia umbi sarang semut secara makroskopik berupa potongan - potongan yang berlubang atau berongga, berwarna coklat
kehitaman, berbau menyengat, berasa pahit dan agak sepat. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia umbi sarang semut terlihat adanya parenkim,
butir pati dan pembuluh kayu. Menurut Ditjen POM 2000, standarisasi suatu simplisia merupakan
pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan obat dan penetapan nilai untuk berbagai parameter produk. Simplisia yang akan digunakan sebagai bahan obat
harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan Materia Medika Indonesia. Hasil karakteristik
simplisia dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara