Bentuk-Bentuk Jual Beli yang Dilarang

14 f. Objek jual beli diketahui oleh kedua belah pihak saat akad. g. Harga harus jelas saat transaksi.

4. Bentuk-Bentuk Jual Beli yang Dilarang

Jual beli yang dilarang terbagi dua :Pertama, jual beli yang dilarang dan hukumnya tidak sah batal, yaitu jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya. Kedua, jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan rukunnya, tetapi ada beberapa faktor yang menghalangi kebolehan proses jual beli. 6 a. Jual beli terlarang karena tidak memenuhi syarat dan rukun. Bentuk jual beli yang termasuk dalam kategori ini sebagai berikut : 1 Jual barang yang zatnya haram, najis, atau tidak boleh diperjualbelikan. Barang yang najis atau haram dimakan, maka haram juga untuk diperjualbelikan, seperti babi, berhala, bangkai, dan khamr minuman yang memabukkan. 2 Jual beli yang belum jelas Sesuatu yang bersifat spekulasi atau samar-samar haram untuk diperjualbelikan, karena dapat merugikan salah satu pihak, baik penjual maupun pembeli.Yang dimaksud samar-samar adalah tidak jelas, baik barangnya, harganya, kadarnya, masa pembayarannya, 6 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat,Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010,edisi 1, cet 2, h 80 15 maupun ketidakjelasan yang lainnya. Jual beli yang dilarang karena samar-samar antara lain: a. Jual beli barang yang belum tampak. Misalnya menjual ikan dikolamlaut. 3 Jual beli bersyarat Jual beli yang ijab kabulnya dikaitkan dengan syarat-syarat tertentu yang tidak ada kaitannya dengan jual beli atau unsur- unsur yang merugikan dan dilarang oleh agama. 4 Jual beli yang menimbulkan kemadharatan Segala sesuatu yang dapat menimbulkan kemadharatan, kemaksiatan, bahkan kemusyrikan dilarang untuk diperjualbelikan, seperti jual beli patung, salib, buku-buku bacaan porno, dan lain sebagainya, karena memperjualbelikan barang ini dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan maksiat. 5 Jual beli yang dilarang karena dianiaya Maka tidak sah segala bentuk jual beli yang mengakibatkan penganiayaan, dan hukumnya adalah haram.Seperti menjual anak binatang yang masih membutuhkan induknya. 6 Jual beli Muhaqalah yaitu menjual tanam-tanaman yang masih di sawah atau diladang. Hal ini dilarang karena masih samar-samar. 7 Jual beli mukhadharah yaitu jual beli buah-buahan yang masih hijau, hal ini dilarang karena jual beli ini masih samar. 16 8 Jual beli mulamasah yaitu jual beli secara sentuh menyentuh. Misalnya seseorang menyentuh sehelai kain diwaktu malam atau siang hari, maka orang yang menyentuh berarti telah membeli kain ini. Hal ini dilarang karena mengandung tipuan dan kemungkinan akan menimbulkan kerugian dari salah satu pihak. 9 Jual beli munabadzah yaitu jual beli secara lempar melempar. Seperti seseorang berkata : ” lemparkan kepadaku apa yang ada padamu, nanti kulemparkan pula kepadamu apa yang ada padaku ”. Setelah terjadi lempar-melempar terjadilah jual beli. Hal ini dilarang agama karena mengandung tipuan dan tidak ada ijab Kabul. 10 Jual beli muzabanah, yaitu menjual buah buah yang basah dengan buah yang kering. Seperti menjual padi kering dengan bayaran padi basah sedang ukurannya dengan ditimbang sehingga akan merugikan pemilik padi kering. b. Jual beli terlarang karena ada faktor lain yang merugikan pihak-pihak terkait. 1 Jual beli dari orang yang masih dalam tawar menawar Apabila ada dua orang masih tawar menawar atas sesuatu barang, maka terlarang bagi orang lain membeli barang itu, sebelum penawar pertama diputuskan. 2 Jual beli dengan menghadang dagangan diluar kotapasar. 17 Maksudnya adalah menguasai barang sebelum sampai kepasar agar dapat membelinya dengan harga murah, sehingga ia kemudian menjual dipasar dengan harga yang juga lebih murah. 3 Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun, kemudian akan dijual ketika harga naik karena kelangkaan barang tersebut. 4 Jual beli barang rampasan atau curian.

B. Kredit

1. Definisi Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan. 7 atau dalam bahasa latin “creditum”yang berarti kepercayaan atau kebenaran, atau credo, yang berarti I believe, I trust. Saya percaya atau saya menaruh kepercayaan. 8 Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu. Kredit menurut istilah adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang diminta, atau pada 7 Rachman F dan Maya F. Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah Kebijakan dan Aplikasinya, Bandung : Alfabeta, 2013 , h. 15 8 Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, cet ke 3 h. 32