Amin Abdullah, Dinamika Islam Kultural: Pemetaan Atas Wacana Keislaman Syafi’I Ma’arif, Independensi Muhammadiysah di Tengah Pergumulan Pemikiran

lebih banyak didasarkan pada lokasi-lokasi dimana terdapat beberapa surau di beberapa tempat, dimana tenaga pengajarnya adalah para pemuda yang telah melaksanakan ibadah haji dan menetap beberapa saat di sana untuk mempelajari agama, dan setelah mereka pulang ke kampung halamannya mereka mengajar agama di tempat mereka berasal. 12 Sebagaimana visi rantau Minangkabau untuk menuntut ilmu di luar dan kembali untuk mengembangkan daerahnya. Munculnya organisasi itu seiring dengan tantangan zaman yang mengimpit umat Islam dengan adanya pendidikan umum yang diselenggarakan oleh kolonial Hindia-Belanda. 13 Gerakan Islam yang telah timbul sejak masa kolonial telah tumbuh di Indonesia. Ormas-ormas Islam maupun nasional terus berupaya untuk mencerdaskan bangsa dan organisasi ini mendirikan sekolah yang dapat dijadikan alat untuk mencerdaskan rakyat Indonesia untuk mengimbangi sekolah yang dibangun oleh kolonial Belanda. 14 Begitu banyak tokoh-tokoh perjuangan bangsa Indonesia dimulai dari Minangkabau seperti Syekh Ahmad Khatib, Syekh Taher Jamaluddin, Syekh Muhammad Djamil Djambek, Haji Abdul Karim Amrullah Haji Rasul, ia yang mempunyai hubungan erat dengan para pemimpin-pemimpin Sarekat Islam SI dan Muhammadiyah, dan ia pula yang mengenalkan Muhammadiyah di Minangkabau pada tahun 1925, 15 dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya. 12 Paricia. C. Brown, “Antara Kauman dan Surau,” Panji Masyarakat, no. 353 Oktober 1982: h. 47 13

M. Amin Abdullah, Dinamika Islam Kultural: Pemetaan Atas Wacana Keislaman

Kontemporer Bandung: Mizan, 2000, h. 95 14

A. Syafi’I Ma’arif, Independensi Muhammadiysah di Tengah Pergumulan Pemikiran

Islam dan Politik Jakarta: Pustaka Cidesindo, 2000, h. 3 15 Noer, Gerakan Modern, h. 38 Muhammadiyah lahir sebagai organisasi yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ini merupakan organisasi yang memberikan pemikiran-pemikiran yang segar dan menekankan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Muhammadiyah bersinggungan dengan bidang-bidang sosial, politik, budaya dan juga bidang- bidang kehidupan lain, oleh karena itu di dalam setiap pergerakan Muhammadiyah tidak lepas dari watak keislamannya. 16 Muhammadiyah berusaha untuk melakukan pembaharuan dengan pola pemikiran yang berorientasi kedepan, tetapi tidak beranjak dari keimanan. Sejak awal, gerakan Muhammadiyah telah berkecimpung dalam bidang sosial, terutama pendidikan. Sekolah yang pertama didirikan oleh KH. A. Dahlan pada tahun 1911 di Yogyakarta diselenggarakan dengan sangat sederhana. Sekolah ini yang akhirnya menjadi embrio munculnya organisasi formal pada tahun 1912 di bawah pimpinan KH. Ahmad Dahlan sendiri. Oleh karena itu sejak Muhammadiyah didirikan selalu membangaun sekolah-sekolah, madrasah- madrasah dan mengadakan tabligh-tabligh, dan juga mendirikan majalah-majalah yang berdasarkan Islam. Setelah resmi menjadi organisasi, Muhammadiyah terus berangsur-angsur mengembangkan sayapnya melalui berbagai aktivitas sosial. Mulai dari pendidikan, pelayanan masyarakat, kesehatan dan lain-lain sehingga pada akhirnya aktivitas dalam bidang sosial ini dapat menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan yang memperoleh sukses besar. 16 Hery Sucipto dan Najmuddin Ramly, Tajdid Muhammadiyah dari Ahmad Dahlan Hingga A. Syafi’I Ma’arif Jakarta: Grafindo, 2005, h. 146-147 Berdirinya Muhammadiyah merupakan suatu kemunculan gerakan iman, ilmu, dan amal. Sebagai gerakan iman, Muhammadiyah dapat dilihat kepeloporannya dalam usaha mengembalikan paham agama kepada ajaran tauhid murni tanpa dicampuri oleh unsur-unsur syirik, takhayul, dan khurafat. Dan banyak yang menyebut Muhammadiyah sebagai gerakan purifikasi. Sebagai gerakan ilmu dapat dilihat pada komitmen Muhammadiyah terhadap persoalan pendidikan, disamping keberaniannya mendobrak tradisi lama untuk membuka kembali pintu ijtihad. Sebagai gerakan amal, Muhammadiyah berhasil mengubah pola amal individu menjadi amalan kelompok dalam kehidupan masyarakat, terutama dapat dilihat dalam usahanya menyantuni kaum dhu’afa, pelayanan kesehatan masyarakat dan lain-lain 17 . Muhammadiyah berupaya mengaktualisasikan cita-citanya dengan sistem berorganisasi yang bersifat responsif dan adaptif terhadap perubahan zaman. 18 Salah seorang yang penting bagi Muhammadiyah adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah HAMKA. Hamka merupakan seorang pembaharu dalam Islam di Indonesia. Sejak ayahnya Haji Rasul memelopori “Islam kaum muda Minangkabau,” Hamka sudah terbiasa dengan pembicaraan mengenai dunia keilmuan sejak kecil. Hamka sejak usia dini sudah banyak belajar dari tokoh- tokoh besar nasional seperti Ki Bagushadikusumo, Haji Oemar Said Tjokroaminoto, RM. Supyopranoto, dan KH. Fakhruddin. Hamka sudah mampu untuk mendirikan sebuah Tabligh Muhammadiyah tahun 1925, dalam perjalanan karirnya ia telah memangku beberapa jabatan mulai 17 Sutarmo, Muhammadiyah Gerakan Sosial-Keagamaan Modernis Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2005, h. 122-123 18 Abdullah, Dinamika, h. 137 dari tahun 1928 sebagai anggota kongres Muhammadiyah di Solo, kemudian sebagai Ketua Taman Pustaka, Ketua Majlis Tabligh dan sampai akhirnya ia memangku jabatan sebagai Ketua Muhammadiyah cabang Padang Panjang. Tahun 1934 ia diangkat menjadi Majlis Konsul Muhammadiyah di Sumatera Tengah. 19 Hamka banyak disebut sebagai sejarahwan dengan banyaknya karya-karya Hamka yang ditulis mengenai dirinya sendiri seperti karyanya tentang Kenang- Kenangan Hidup, kemudian mengenai orang tuanya seperti Ayahku. Dalam bidang agama ia pun juga menulis tentang Tasawwuf: Perkembangan dan Pemurniannya, kemudian Tasawwuf Modern. kemudian tentang sejarah, sebagaimana hasil karya Hamka seperti Sejarah Umat Islam. Hamka sebagai seorang sastrawan dengan mengeluarkan beberapa karyanya tentang roman seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah 1938, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk 1939, Merantau ke Deli 1940, Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Dajlah. Hamka dalam sejarah kehidupannya berperan sebagai patriot pada masa pra dan masa awal berdirinya republik ini, berdiri pada barisan depan pembendung arus pengaruh kaum komunis zaman Orde Lama dan tampil sebagai figur ulama-demokrat pada masa Orde Baru. 20 Hamka pada masa Soekarno pernah di penjara sekitar selama dua tahun empat bulan 1964-1966 karena berbeda pandangan politik dengan Presiden Soekarno, terutama mengenai Pancasila sebagai dasarfalsafah negara. Hamka dituduh melakukan tindakan subversif terhadap pemerintah. 19 Sucipto dan Ramly, Tajdid Muhammadiyah, h. 140-142 20 Adnan Buyung Nasution, Hamka: Figur Yang Langka, dalam Nasir Tamara, dkk., Hamka di Mata Hati Umat , 2 nd ed. Jakarta: Sinar harapan, 1984, h. 286-287 Hamka pada zaman pergerakan merupakan salah satu singa podium karena ia fasih berbicara dan lancar menulis dengan mengutamakan rajin menimba ilmu. Dengan kepiawannya itu ia pernah memimpin sebuah redaksi dwi mingguan “Panji Masyarakat” di Medan. 21 Hamka pernah menjadi tenaga pengajar di beberapa Universitas diantaranya Perguruan Tinggi Islam Negeri PTAIN di Yogyakarta, Universitas Islam Jakarta, Fakultas Hukum dan Falsafah Muhammadiyah di Padang Panjang, Universitas Muslim Indonesia UMI di Makassar, dan Universitas Islam Sumatera Utara UISU di Medan. Pada tahun 1955 Hamka pernah memberikan ceramah agama di California, Amerika Serikat sebagai anggota delegasi perwakilan Indonesia. Hamka juga mendapat kehormatan dalam bidang intelektual yaitu mendapat gelar Doktor Honoris Causa HC dari Universitas Kairo, kemudian pada tahun 1974 ia mendapat lagi gelar dari Universitas Kebangsaan Malaysia. 22 Hamka pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia MUI dari tahun 1975-1981. 23 Berbagai karya yang dimiliki Hamka mulai dari karya sastra, politik dan juga agama, kemudian terjadinya pembaharuan dalam bidang politik, sosial keagamaan di Indonesia, khususnya Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi pembaharuan di Indonesia membuat saya ingin mengambil tema peranan Hamka dalam organisasi Muhammadiyah di Indonesia.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah