matematika siswa antara aktivitas belajar tinggi dan aktivitas belajar sedang. Sedangkan pada uji komparasi antar sel F
21
– F
23
H ditolak sehingga terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika siswa pada kelas kontrol antara aktivitas belajar tinggi dan aktivitas belajar rendah. H
pada uji komparasi antar sel F
22
– F
23
juga ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa pada kelas kontrol antara aktivitas belajar sedang dan aktivitas
belajar rendah.
Tabel 4.10 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom Yang Sama
H F
obs
F
tabel
Keputusan
11
m =
21
m 1,1045
11,05 H
diterima
12
m =
22
m 0,1621
11,05 H
diterima
13
m =
23
m 25,3758
11,05 H
ditolak Hasil uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama pada Tabel 4.9
menunjukkan bahwa hanya uji komparasi antar sel F
13
– F
23
yang menghasilkan H ditolak, sehingga terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa antara
aktivitas belajar rendah pada kelas eksperimen dan aktivitas belajar rendah pada kelas kontrol. Sedangkan dari H
yang diterima dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa antara aktivitas belajar tinggi pada kelas
eksperimen dan aktivitas belajar tinggi pada kelas kontrol serta tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa antara aktivitas belajar sedang pada kelas
eksperimen dan aktivitas belajar sedang pada kelas kontrol.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama menyatakan bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match lebih baik
daripada menggunakan model pembelajaran Direct Instruction pada materi luas bangun datar trapesium dan layang-layang. Dari hasil anava dua jalan sel tak sama
diperoleh F
a
= 7,7368 3,84 = F
α
, sehingga F
a
terletak di daerah kritik maka H
0A
ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
Make A Match di kelas eksperimen dengan siswa yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran Direct Instruction di kelas kontrol pada materi luas bangun datar
trapesium dan layang-layang. Dari rataan marginal baris
1
X
= 74 70 =
2
X
menunjukkan bahwa rataan prestasi belajar siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik Make A Match lebih tinggi daripada rataan prestasi belajar siswa yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran Direct Instruction.
Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini. Jadi, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
Make A Match lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran Direct Instruction pada materi luas bangun datar trapesium dan layang-layang.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua menyatakan bahwa prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki
aktivitas belajar sedang dan rendah, dan prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang lebih baik daripada siswa yang memiliki aktivitas
belajar rendah pada materi luas bangun datar trapesium dan layang-layang. Dari hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh F
b
= 14,7378 3,0000 = F
α
, sehingga F
b
terletak di daerah kritik maka H
0B
ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada materi luas bangun datar trapesium dan
layang-layang ditinjau dari aktivitas belajar siswa dengan kategori tinggi, sedang dan rendah. Selanjutnya dilakukan uji lanjut anava yaitu uji komparasi ganda antar kolom
dan diperoleh hasil yang ditunjukkan Tabel 4.8. a.
Berdasarkan uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 2 diperoleh F
.1-.2
= 0,5457 6,00 = 2F
tabel
, sehingga H diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dengan siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang.
b. Berdasarkan uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 3 diperoleh F
.1-.3
= 19,1843 6,00 = 2F
tabel
, sehingga H ditolak. Artinya terdapat perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dengan siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah.
c. Berdasarkan uji komparasi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 diperoleh F
.2-.3
= 15,1967 6,00 = 2F
tabel
, sehingga H ditolak. Artinya terdapat perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang dengan siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki aktivitas
belajar rendah, serta prestasi belajar matematika siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang memiliki aktivitas
rendah, sedangkan prestasi belajar matematika siswa dengan aktivitas belajar tinggi tidak terdapat perbedaan dengan prestasi belajar matematika siswa dengan aktivitas
belajar sedang pada materi luas bangun datar trapesium dan layang-layang.
3. Hipotesis Ketiga