12
2.3.2 Cara panas
a. Digesti
Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50 C.
b. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90
C selama 15 menit. c.
Dekoktasi Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90 C selama 30 menit.
d. Refluks
Refluks adalah proses penyarian simplisia pada temperatur titik didihnya menggunakan alat dengan pendingin balik dalam waktu tertentu dimana pelarut
akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu. e.
Sokletasi Sokletasi adalah proses penyarian menggunakan pelarut yang selalu baru,
dilakukan dengan menggunakan alat khusus soklet dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel.
2.4 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah setiap molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan.radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah
menjurus ke reaksi yang tidak terkontrol, menghasilkan ikatan dengan DNA,
Universitas Sumatera Utara
13
protein, lipida atau kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang penying pada biomolekul ini.perubahan ini akan menyebabkan proses penuaan. Radikal bebas
juga terlibat dan berperan dalam patologi dari berbagai penyakit degenerative, yakni kanker, aterosklerosis, rematik, jantung koroner, katarak dann penyakit
degenerasi saraf seperti Parkinson Silalahi, 2006 Kerusakan sel akan menyebabkan dampak negatif pada struktur dan
fungsinya.Semakin besar ukuran biomolekul yang mengalami kerusakan, semakin parah akibatnya.Secara biologis senyawa biomolekul memiliki fungsi yang sangat
penting. Oleh sebab itu, adanya kerusakan struktur dan fungsi sel akan sangat menggangu sistem kerja organ secara umum Winarsi, 2007.
Tubuh memiliki mekanisme pertahan antioksidan dalam bentuk enzim antioksidan dan antioksidan untuk menetralisir radikal bebas. Perkembangan
industri yang pesat menyebabkan manusia berkontak dengan berbagai radikal bebas yang berasal dari lingkungan dan dari kegiatan fisik yang tinggi
menyebabkan sistem pertahanan antioksidan dalam tubuh tidak memadai Silalahi, 2006.
2.5 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalm tubuh. Antioksidan bekerja dengan mendonorkan
satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas oksidan tersebut bias dihambat.
Penyebab utama kerusakan oksidatif didalam tubuh adalah senyawa oksidan, baik yang berbentuk radikal bebas ataupun bentuk senyawa oksigen
reaktif lain yang bersifat sebagai oksidator. Kerusakan oksidatif terjadi sebagai
Universitas Sumatera Utara
14
akibat dari rendahnya antioksidan dalam tubuh sehingga tidak dapat mengimbangi reaktivitas senyawa oksidan.
Khasiat antioksidan untuk mencegah berbagai penyakit akibat pengaruh oksidatif akan lebih efektif jika kita mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan yang kaya akan antioksidan dan berbagai jenis dari pada menggunakan antioksidan tunggal. Efek antioksidan dari sayur-sayuran dan buah-buahan lebih
efektif daripada suplemen antioksidan yang diisolasi dikarenakan oleh adanya komponen lain dalam sayur-sayuran dan buah-buahan yang berperan secara
positif Silalahi, 2006. Secara umum, antioksidan dikelompokkan menjadi 2, yaitu antioksidan
enzimatis dan non-enzimatis. Antioksidan enzimatis misalnya enzim superoksida dismutase SOD, katalse dan glutation peroksidase. Antioksidan non-enzimatis
masih dibagi dalam 2 kelompok lagi: a.
antioksidan larut lemak, seperti tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, dan bilirubin.
b. Antioksidan larut air,asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam, dan
protein pengikat heme. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan menjadi 3
kelompok, yaitu antioksidan primer, sekunder dan tersier. a.
Antioksidan primer meliputi superperoksida dismutase SOD, katalase dan glutation perosidase GSH-Px. Antioksidan primer disebut juga antioksidam
enzimatis. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan primer, apabila dapat memberikan atom hidrogen secara cepat kepada senyawa radikal, kemudian
radikal antioksidan yang terbentuk segera berubah menjadi senyawa yang lebih stabil.
Universitas Sumatera Utara
15
b. Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogenus atau non-enzimatis.
Antioksidan dalam kelompok ini juga disebut sistem pertahanan preventif. Dalam sistem pertahanan ini, terbentuknya senyawa oksigen reaktif dihambat
dengan cara merusak pembentukannya. Antioksidan sekunder meliputi vitamin E, vitamin C, β-karoten,flavonoid, asam urat, bilirubin, dan albumin.
c. Antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas Winarsi, 2007.
2.5.1 Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus molekul C
6
H
8
O
6
. Pemerian vitamin C adalah hablur atau serbuk berwarna putih atau agak kekuningan. Pengaruh cahaya lambat laun menyebabkan berwarna
gelap, dalam keadaan kering stabil di udara namun dalam larutan cepat teroksidasi. Vitamin C mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol,
praktis tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen Depkes RI, 1979. Rumus bangun vitamin C dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Rumus vitamin C
Vitamin C merupakan suatu antioksidan penting yang larut dalam air.Vitamin C mempunyai potensi sebagai antioksidan dengan mendonorkan
hidrogen dari gugus hidroksilnya kepada radikal bebas dan berperan dalam
Universitas Sumatera Utara
16
pencegahan penyakit jantung koroner, mencegah kanker, meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi virus dan bakteri dan berperan dalam regenerasi
vitamin E Silalahi, 2006.
2.6 Spektrofotometer UV-Visibel
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan absorpsi cahaya padapanjan gelombang tertentu melalui suatu larutan
yang mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Prinsip keja dari metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding
dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan Lestari, 2009. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis berdasarkan penyerapan cahaya
atau energi radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara
kuantitatif Triyati, 1985. Panjang gelombang untuk sinar ultraviolet antara 200- 400 nm sedangkan panjang gelombang untuk sinar tampakvisible antara 400-750
nm Gandjar dan Rohman, 2007. Metode spektrofotometri ultra-violet dan sinar tampak visible telah
banyak diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk penetuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil. Dalam
suatu larutan, gugus molekul yang dapat mengabsorpsi cahaya dinamakan gugus kromofor. Molekul-molekul yang mengandung satu gugus kromofor dapat
mengalami perubahan padapanjang gelombang. Molekul mengandung dua gugus kromofor atau lebih akan mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang yang
hampir sama dengan molekul yang hanya mempunyai satu gugus kromofor
Universitas Sumatera Utara
17
tertentu, tetapi intensitas absorpsinya adalah sebanding dengan jumlah kromofor yang ada Triyati, 1985.
2.7 Metode Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH