Keterangan : A : Berat petridish kosong
B : Berat petridish + contoh sebelum dipanaskan C : Berat petridish + contoh setelah dipanaskan
Air =
67,4751 −67,4614
10,3576
x 100
=
0,0137 10,3576
x 100
= 0,13
4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh hasil kadar kotoran dan kadar air. Rata- rata kadar kotoran yang diperoleh adalah 0,025 sesuai dengan
standar mutu yang ada di pabrik tetapi tidak sesuai dengan standar mutu final produksi. Sedangkan rata – rata kadar air yang diperoleh adalah 0,09 yang
memenuhi standar mutu pa pabrik PT.Socfin Indonesia dan standar mutu final produksi.
Penentuan kadar kotoran secara gravimatri, dimana kadar pengotor dianggap sebagai kotoran dan bahan asing lainnya yang tidak larut dengan pelarut N –
heksan. Namun hasil yang diperoleh setiap kali percobaan mengalami nilai yang berbeda – beda, yang disebabkan oleh penambahan N – heksan yang berlebih
yang mengakibatkan CPO ada yang keluar dari tempat penyaringannya yang mengakibatkan nilai kadar kotoran berkurang. Penentuan kadar kotoran secara
Universitas Sumatera Utara
gravimetri dapat dilakukan dengan cara melarutkan CPO dengan pelarut organik, dimana kotoran yang larut dalam pelarut organik dianggap sebagai zat pengotor
yang terdapat pada CPO. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan berat jenis antara kotoran yang ada pada pelarut organik dengan CPO. Proses ini disebut juga
dengan peroses like disolve like, dimana proses ini terjadi karena pelarut non polar akan larut dengan pelarut nonpolar, sedangkan pelarut polar larut dengan pelarut
polar. Hal inilah yang membuat proses terbentuknya beberapa lapisan berdasarkan berat jenis larutannya. Setelah terbentuk 2 lapisan, lalu kadar kotoran yang
terdapat dalam CPO dipisahkan dengan cara menyaringnya. Kadar kotoran maksimum yang terdapat dalam CPO menghasilkan kualitas yang rendah pada
produk jadinya. Sebab kadar kotoran yang tinggi pada minyak dapat menyebabkan kualitas daya tahan pada minyak akan berkurang. Sedangkan pada
CPO yang memiliki kadar kotoran yang rendah sudah pasti menghasilkan kualitas produk yang lebih baik.
Pengeringan adalah suatu metode untuk menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi
panas. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat secara merata dari bahan tersebut dan uap air dikeluarkan dari
seluruh permukaan bahan, suhu pengeringan, aliran udara dan tekanan uap di udara mempengaruhi pengeringan.
Kadar air adalah banyaknya kandungan air yang terdapat dalam sampel. Kadar air dapat mempengaruhi CPO, semakin tinggi kadar air maka semakin
rendah mutu CPO. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan hidrolisis yang akan merubah minyak menjadi asam – asam lemak bebas sehingga dapat menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
ketengikan. Kadar air yang tinggi didalam CPO dapat disebabkan oleh buah yang rusak atau busuk. Buah yang rusak atau busuk dapat disebabkan pada waktu
pemanenan dan pemotongan yang dilakukan tidak baik, yaitu panen yang tidak tepat waktu misalnya panen yang dilakukan saat buah terlalu masak.
Dari hasil percobaan yang dilakukan di PT. SOCFIN INDONESIA PERKEBUNAN TANAH GAMBUS maka diperoleh data hasil dari kadar
kotoran dan kadar air dari produksi minyak sawit pada tangki timbun seperti tertera pada lampiran, yang menunjukkan kualitas minyak sawit. Kualitas minyak
sawit cenderung naik turun, tetapi mutu minyak sawit masih dalam standar mutu yang ditetapkan oleh pabrik dan dapat dipasarkan.
Kualitas mutu minyak sawit pada PT. Socfin Indonesia perlu di tingkatkan yang mulai dari proses penanaman, pasca panen, proses pengolahan
kebun dan pabrik. Selain itu sistem pengendalian dan sistem pengawasan mutu harus berlangsung dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan metode gravimetri, diperoleh rata – rata maksimal kadar kotoran dalam CPO pada tangki timbun sebesar 0,025 dan
kadar air sebesar 0,09, tetapi mutu minyak sawit masih dalam standar mutu yang ditetapkan oleh pabrik dan dapat dipasarkan.
5.2 Saran
1. Diharapkan untuk kajian lebih lanjut sebaiknya dilakukan juga analisa
untuk beberapa parameter lain dan juga menggunakan metode yang lain untuk membandingkan metode mana yang lebih baik digunakan.
2. Diharapkan kinerja pabrik perlu ditingkatkan dalam hal pengendalian
mutu terhadap produksi dan parameter – parameter lainnya sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan standar mutu nasional.
Universitas Sumatera Utara