Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.2.6 Kadar Proteinuria

Tabel 5.6 Kadar Proteinuria Kadar Proteinuria Frekuensin Persentase + 3 12 ++ 4 16 +++ 10 40 ++++ 8 32 Total 25 100 Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.6 Kadar Proteinuria terlihat, dari 25 penderita kadar proteinuria ≤ + 3 sebanyak 17 penderita dan + 3 sebanyak 8 penderita. Terdapat sekitar 8 penderita atau 32 yang mempunyai kadar protein tertinggi ++++ dan 3 penderita yaitu 12 mempunyai kadar protein +. Disini juga dapat dilihat bahwa kadar proteinuria +++ adalah terbanyak ditemukan di penderita SN yaitu 10 orang atau 40.

5.2 Pembahasan

Di dalam pembahasan ini akan difokuskan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian dilakukan yaitu untuk mengetahui jumlah kejadian relaps pada penderita sindrom nefrotik pada anak tahun 2011-2012 di RSUP H. Adam Malik, Medan. Dari hasil yang diperoleh, sebanyak 44 anak yang menderita SN dari tahun 2011-2012 hanya 25 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jenis kelamin pasien menunjukkan bahwa laki-laki sebanyak 17 orang yaitu 68 daripada keseluruhan penderita. Sementara perempuan sebanyak 8 orang yaitu 32 daripada keseluruhan penderita. Setelah dianalisa laki-laki lebih banyak menderita sindroma nefrotik dibandingkan perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Constantinescu dkk 2000 yang menyebutkan bahwa perbandingan laki-laki : perempuan = 2 : 1. Dari penelitian Danamik 1997 untuk melihat distribusi penderita SN yang datang berobat di bagian anak RSUP Dr. Sardjito di Yogyakarta selama 10 tahun 1986-1995 didapatkan hasil sejumlah 129 penderita Universitas Sumatera Utara baru SN primer dari 580 anak dengan penyakit ginjal. Penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan yaitu 74.4 dan perempuan 25.6 rasio 2,9 : 1. Dari penelitian ini dapat terlihat rasio SN pada jenis kelamin tidak berbeda jauh antara Indonesia dan negara lain. Berdasarkan kelompok usia penderita yang paling tinggi adalah 1-4 tahun yaitu sebanyak 9 orang atau 36. Sebanyak 5 orang yaitu 20 berusia antara 5-8 tahun dan 9-12 tahun. Sebanyak 6 orang penderita yang berusia antara 13-16 tahun yaitu 16. Berdasarkan dari penelitian berbagai negara, didapatkan insidensi sebesar 2-4 kasus setiap 100.000 populasi per tahun, banyak yang berusia 3 tahun. Hal ini memperkuat hasil penelitian. Di Devisi Ilmu Kesehatan Anak FK UNPADRSHS telah dirawat 129 53,5 pasien SN dari 241 kasus seluruh penyakit ginjal, antara Januari 1995 hingga Juni 1999, rerata usia 6 tahun 4 bulan. Hal ini bertentangan dengan hasil yang diperoleh kerna kelompok usia yang paling tinggi menurut penelitian ini adalah anak dari usia 1-4 tahun. Berdasarkan hasil penelitian edema adalah yang paling tinggi dialami penderita yaitu 13 orang atau 52. Edema biasanya bervariasi dari bentuk ringan sampai berat anasarka. Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan pitting, dan umumnya ditemukan sekitar mata periorbital dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah. Kemudian diikuti dengan gejala klinis yang lain seperti demam, pucat dan batuk. Hal ini sesuai dengan penelitian Betz Cecily, 2002 yang menyebut bahwa manifestasi klinis SN yang utama adalah edema. SN adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein kerna kerusakan glomerulus yang diinfus Luckmans, 1996. SN adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuanemia dan hiperkolestrolemia kadang- kadang terdapat hematuri, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal Ngastiyah, 1997. Pada SN protein hilang lebih dari 2 gram perhari yang terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan hipoalbuanemia, pada umumnya edema muncul bila kadar albumin serum turun dibawah 2,5 gramdl. Mekanisme edema belum diketahui secara fisiologi tetapi kemungkinan edema terjadi kerna penurunan tekanan onkotik atau osmotik intravaskuler yang memungkinkan cairan menembus keruang intertisial, hal ini disebabkan oleh kerna hipoalbuanemia. Universitas Sumatera Utara Keluarnya cairan keruang interstitial menyebabkan edema diakibatkan pergeseran cairan Silvia, 1995. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas penderita mengalami kejadian relaps yaitu 15 orang atau 60. Sebanyak 6 orang penderita SN mengalami relaps jarang yaitu 24. Sebanyak 5 orang penderita mengalami relaps sering yaitu 20. Sebanyak 4 orang penderita mengalami relaps dependen steroid dan yang tidak mengalami relaps 10 orang yaitu 40. Hal ini sesuai dengan penelitian Hogg et al, 2000 yang menyebutkan risiko relaps sebesar 60-75 dengan kemungkinan menjadi relaps frekuen atau relaps tidak frekuen. Anderson melaporkan bahwa jenis kelami laki-laki dan usia onset muda berhubungan dengan resiko terjadinya relaps sering atau dependen steroid pada anak. Malah Fletcher pada tahun 2004 melaporkan waktu terjadinya relaps lebih rendah pada SNDS dan SNRF. Demikian pula Nanjundaswamy HN pada tahun 2002 melaporkan 90 penderita SNSS, penderita SNSS disebut 40 penderita menjadi SNRF dan SNDS. Tetapi ISKDC pada tahun 1982 pernah melaporkan bahwa tidak ada hubungan antara waktu terjadinya relaps dan frekuensi relaps. SN adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permiabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif Donna L. Wong, 2004. Kelainan yang terjadi pada SN yang paling utama adalah proteinuria sedangakan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh kerna kenaikan permibialitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilangnya muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada SN keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerulus dan akhirnya disekresikan dalam urin Husein, 2002. Berdasarkan hasil kadar proteinuria terlihat, dari 25 penderita kadar proteinuria ≥ + 3 dialami sebanyak 17 penderita dan + 3 sebanyak 8 penderita. Terdapat sekitar 8 penderita atau 32 yang mempunyai kadar protein tertinggi ++++ dan 3 penderita yaitu 12 mempunyai kadar protein +. Disini juga dapat dilihat bahwa kadar proteinuria +++ adalah terbanyak ditemukan pada penderita SN yaitu 10 Universitas Sumatera Utara orang atau 40. Penyebab proteinuria SN adalah adanya gangguan sirkulasi protein, peningkatan permiabilitas glomerulus dan berkurangnya reabsorbsi tubulus. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kejadian relaps penderita sindrom nefrotik pada anak tahun 2011-2012 di RSUP H. Adam Malik Medan., diperoleh kesimpulan : 1. Proporsi terbanyak penderita sindrom nefrotik pada anak berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahawa laki-laki sebanyak 17 orang yaitu 68. Sementara perempuan sebanyak 8 orang yaitu 42 daripada keseluruhan penderita. 2. Proporsi terbanyak penderita sindrom nefrotik pada anak berdasarkan kelompok usia paling tinggi adalah 1-4 tahun yaitu sebanyak 9 orang atau 36. Sementara sebanyak 5 orang yaitu 20 penderita berusia 5-8 tahun dan 9-12 tahun masing-masing. Diikuti dengan 6 penderita berusia 13-16 tahun yaitu 16. 3. Proporsi terbanyak penderita sindrom nefrotik pada anak berdasarkan gejala klinis adalah edema yaitu sebanyak 13 orang atau 53. Sebanyak 6 penderita yaitu 24 mengalami gejala klinis demam. Diikuti dengan gejala klinis batuk dan pucat yaitu masing-masing sebanyak 3 orang atau 12. 4. Proporsi terbanyak kadar protein pada air kemih penderita adalah 3+ yaitu sebanyak 10 orang atau 40. Kadar protein 1+ sebanyak 3 orang yaitu 12, 2+ sebanyak 4 orang dan 4+ sebanyak 8 orang yaitu 32. 5. Proporsi terbanyak kejadian relaps adalah relaps jarang yaitu 6 orang atau 24, diikuti dengan relaps sering sebanyak 5 orang yaitu 20 dan relaps dependen steroid dialami oleh 4 orang yaitu 16. Sebanyak 10 orang penderita tidak mengalami relaps yaitu 40. Universitas Sumatera Utara