103
3. Aspek partisipasi, hasil analisis data menunjukan bahwa masyarakat memiliki
partisipasi yang netral terhadap program-program pembangunan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa ADD, hal ini dapat dilihat melalui turut
sertanya masyarakat dalam proses pembangunan dan ikut menggunakan program-program pembangunan dan pengembangan Desa Johar yang
bersumber dari dana Alokasi Dana Desa ADD yang dibuat oleh Pemerintahan Desa Johar.
4. Berdasarkan hasil keseluruhan, diketahui bahwa respon masyarakat terhadap
program-program pembangunan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa ADD di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang
ialah berkategori positif.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Kepada masyarakat Desa Johar hendaknya untuk lebih bersosialisasi antar
sesama warga untuk mendapatkan informasi-informasi terbaru mengenai Desa Johar. Adapun juga hendaknya lebih perduli akan adanya program-
program pembangunan dan pengembangan Desa Johar untuk dapat berpartisipasi langsung dalam setiap prosesnya.
2. Kepada pihak Pemerintahan Desa Johar untuk dapat lebih terbuka akan
semua informasi program-program pembangunan dan pengembangan yang ada di Desa Johar ke masyarakat. Adapun hendaknya membuat musyawarah
dan sosialisasi dalam setiap kinerja Pemerintahan Desa Johar agar terciptanya kekompakan antara warga dan aparat di Desa Johar.
Universitas Sumatera Utara
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Respon
Kata respon berasal dari Bahasa Inggris yaitu response, yang berarti jawaban,
balasan, reaksi atau tanggapan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia edisi ketiga dijelaskan bahwa definisi respon adalah berupa tanggapan, reaksi dan jawaban.
Respon bermula dari adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu kesan sehingga konsep respon manusia lebih banyak dikemukakan oleh bidang-
bidang ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat.
Menurut Sarlito Wirawan 1991.hal.35 secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu:
1. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan
interprestasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan dan harapannya.
2. Sasaran respon tersebut berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat
sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara ukuran, tindak-tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran
respon turut menentukan cara pandang orang. 3.
Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi dimana respon itu timbul pula mendapat perhatian. Situasi merupakan
faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang.
Universitas Sumatera Utara
16
Respon merupakan reaksi stimuli dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi pada pengamatan masa lampau, masa sekarang, dan masa akan datang.
Respon tidak lahir begitu saja tetapi melalui proses pengambilan keputusan melalui empat tahapan:
1. Kategori primitif, yakni objek atau peristiwa yang diamati dan diisolasi
berdasarkan ciri-ciri khusus. 2.
Mencari tanda, si pengamat secara tepat memeriksa lingkungan untuk mencari informasi-informasi tambahan yang mungkin hanya melakukan
kategorisasi yang tepat. 3.
Konfirmasi, yakni terjadinya setelah objek mendapatkan penggolongan sementara.
4. Konfirmasi tuntas dimana pencaharian tanda-tanda diakhiri dan respon mulai
muncul. Respon seseorang terhadap suatu objek juga dipengaruhi oleh sejauh mana
pemahaman terhadap objek respon tersebut. Suatu objek respon yang belum jelas atau belum nampak sama sekali tidak mungkin akan memberikan makna.Secara
keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap suatu situasi fisik dan non fisik dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu persepsi, sikap, dan tindakan. Simon dalam
Wijaya 2007, membagi respon seseorang atau kelompok terhadap program pembangunan mencakup tiga hal, yaitu:
a. Persepsi berupa tindakan penilaian dalam benak seseorang terhadap baik
buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut.
b. Sikap berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau
menolak objek yang dipersiapkan.
Universitas Sumatera Utara
17
c. Partisipasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan
terhadap suatu
kegiatan yang
terkait dengan
objek tersebut.
http:id.shvoong.com diakses pada tanggal 8 Februari 2016 pukul 11.20 WIB
2.1.1. Persepsi
Menurut Willy F Maramis 2006.hal.15-16, persepsi merupakan keseluruhan proses mulai dari stimulus rangsangan yang diterima panca indera,
kemudian stimulus diantar ke otak dimana ia dikodekan serta diartikan dan selanjutnya mengakibatkan pengalaman yang disadarai. Ada yang mengatakan
bahwa persepsi merupakan stimulus yang ditangkap oleh pancaindera individu lalu diorganisasikan dan kemudian diinterpretasikan, sehingga individu menyadari dan
mengerti apa yang diindera itu. Ada yang dengan singkat mengatakan persepsi adalah yang memberikan makna stimulus inderawi. Jadi persepsi merupakan suatu
proses.
Persepsi menurut McMahon dalam Isbandi Rukminto 1994.hal.105 adalah proses menginterpretasikan rangsang input dengan menggunakan alat penerima
informasi informasi sensor information. Sedangkan menurut Morgan, King dan Robinson persepsi menunjuk pada bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan,
mengecap dan mencium dunia di sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat pula didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia. Berdasarkan hal
tersebut William James menyatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh dari pengolahan ingatan kita kemudian diolah kembali berdasarkan
pengalaman yang kita miliki.
Universitas Sumatera Utara
18
Cara kita mempersepsi situasi sekarang tidak terlepas dari adanya pengalaman sensoris terlebih dahulu. Kalau pengalaman terdahulu itu sering muncul,
maka reaksi kita lalu menjadi salah satu kebiasaan. Mungkin 90 dari pengalaman- pengalaman sensoris kita sehari-hari dipersepsi dengan kebiasaan yang didasarkan
pada pengalaman terdahulu yang diulang-ulang. Jadi, dalam kebanyakan situasi, persepsi itu pada umumnya merupakan proses informasi yang didasarkan atas
pengalaman-pengalaman masa lampau Mahmud, 1990.hal.49. Menurut Krech Crutcfield dalam Rakhmat, 2003.hal.55 faktor-faktor
yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua, yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.
a. Faktor Fungsional
Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dario kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal.
Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memnuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
b. Faktor Struktural
Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yanng ditimbulkan pada sistem saraf individu,
yaitu masyarakat itu sendiri. Menurut Teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang
terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan.
2.1.2. Sikap
Thurstone dalam Bimo Walgito 2000.hal.125 memandang sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya
Universitas Sumatera Utara
19
dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif, yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi tidak menyenangkan. Dengan demikian objek dapat
menimbulkan berbagai macam sikap, dapat menimbulkan berbagai macam tingkatan afeksi pada seseorang. Thurstone melihat sikap hanya sebagai tingkatan afeksi saja,
belum mengkaitkan sikap dengan perilaku. Dengan kata lain dapat dikemukakan Thurstone secara eksplisit melihat sikap hanya mengandung komponen afeksi saja.
Menurut Isbandi Rukminto 1994.hal.135, ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:
a. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek. Tidak ada sikap yang
tanpa objek. Objek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga masyarakat dan sebagainya.
b. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan
pengalaman dan latihan. c.
Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relatif sulit berubah.
d. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.
e. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam sesuai
dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya. f.
Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan.
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Didalam perkembangannya sikap banyak
dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara satu individu dengan individu yang lain karena perbedaan
pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap objek tertentu atau suatu objek. Sikap juga dapat berubah dan
Universitas Sumatera Utara
20
faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan sikap adalah Rukminto, 1994. hal.154:
1. Faktor Internal, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri.
Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap
pengaruh dari luar biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya.
2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang terdapat dari diluar pribadi manusia.
Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok, interaksi antara manusia yang dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melaui alat-alat
komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, majalah dan sebagainya.
2.1.3. Partisipasi
Selain persepsi, sikap dan partisipasi juga menjadi hal yang penting dalam mengukur respon. Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang di dalam
kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Partisipasi juga merupakan proses anggota
masyarakat sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mangambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan , pelaksanaan dan pemantauan
kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka Theodorson
dan Sumarto dalam Soelaeman, 2012.hal.76.
Partisipasi secara umum pengertiannya adalah adanya keterlibatan langsung suatu masyarakat dalam melakukan suatu kegiatan. Partisipasi merupakan
keterlibatan masyarakat secara aktif dan terorganisasikan dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap sosialisai, persiapan, perencanaan, pelaksanaan,
Universitas Sumatera Utara
21
pemahaman, pengendalian, evaluasi sehingga pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif
berperan serta dalam proses pembangunan secara menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat untuk terlibat dalam proses
pembangunan ini akan membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi didaerah Suprapto, 2007.hal.20.
Menurut Sudarningrum dalam Sugiyah 2001.hal.38 mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 dua berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu http:rizuan-
ramadhan.blogspot.co.id201312pengertian-partisipasi.html ?m=1 diakses pada tanggal 11 Februari 2016 pukul 22.50 WIB :
1. Partisipasi langsung, yakni partisipasi yang terjadi apabila individu
menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisi[asi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok
permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.
2. Partisipasi tidak langsung, yakni partisipasi yang terjadi apabila individu
mendelagasikan hak partisipasinya. Wujud dari partisipasi dapat berupa saran, jasa, ataupun dalam bentuk
materi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suasana demoratis. Partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan, serta lamanya seseorang
tinggal dalam lingkungan. http:wikipedia.orgwikipartisipasi diakses pada tanggal 11Februari pukul 23.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
22
2.2. Masyarakat 2.2.1. Pengertian Masyarakat
Kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatau jaringan hubungan-hubungan antar
entitas-entitas. Menurut Mac Iver dan Page dalam Soekanto masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai
kelompok dan penggolongan dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan- kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat.
Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. Soekanto, 2007.hal.22
Menurut Hassan Shadily 1993.hal.47, masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara
golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Pengaruh dan pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang sine qua non
yang harus ada dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya orang –
orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.
2.2.2. Masyarakat dan Macamnya
Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yang
tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota
– anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang
– wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa berarti
tunduk kepada hukum –hukum yang telah ditetapkan negara dan sebagainya
Universitas Sumatera Utara
23
dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu.
Menurut Hassan Shadily 1993.hal.50, cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam:
1. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat
tawanan dan sebagainya. 2.
Masyarakat merdeka terbagi dalam : a.
Masyarakat alam nature yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku, golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang
masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia luar.
b. Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau
kepercayaan keagamaan yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi gereja dan sebagainya.
2.2.3. Asal Masyarakat
Menurut Hassan Shadily 1993.hal.52, bermacam –macam penyelidikan
dijalankan, untuk mendapat jawaban tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua pendapat hanya merupakan kira
–kira dan pandangan saja. Antara lain orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup
seorang diri, hidup dalam gua dipulau sunyi umpamanyas selalu ia akan tertarik
kepada hidup bersama dalam masyarakat, karena:
1. Hasrat yang berdasar naluri kehendak diluar pengawasan akal untuk
memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk.
Universitas Sumatera Utara
24
2. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama,
yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersama
–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari dengan tenaga bersama.
3. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu
mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri.
4. Lain dari pada Aristoteles maka Bergson berpendapat, bahwa manusia ini
hidup bersama bukan karena oleh persamaan melainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya, demikian
oleh karena pendapat ini berdasar kepada pelajaran dialektika, yang mencoba melihat kebenaran dalam kenyataan dengan mengadakan
perbedaan dan perbandingan.
2.2.4 Pengembangan Masyarakat
Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri atas
pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumber daya, pemantauan dan pemeliharaan hasil-
hasil yang tercapai Sumodiningrat, 2009.hal.69. Pengembangan masyarakat menurut PBB adalah suatu proses dimana usaha masyarakat bertemu dengan usaha
pemerintah untuk meningkatkan kondisi, baik kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Pengembangan masyarakat tergantung pada inisiatif dan kemampuan
masyarakat lokal dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Kemampuan ini ditunjang oleh keterlibatan anggota masyarakat dalam kegiatan intervensi, sehingga
Universitas Sumatera Utara
25
perlu pembinaan kesadaran dan motivasi pada masyarakat lokal untuk mewujudkan
kemampuan mereka dalam usaha bersama memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Berdasarkan pada jenis tantangan dan kesulitan yang berbeda dan spesifik pada masyarakat tertentu, menuntut adanya arah kegiatan yang berbeda, oleh sebab
itu proses pengembangan masyarakat perlu memperhatikan karakteristik dan perkembangan masyarakat lokal. Pengembangan masyarakat menggambarkan suatu
kesatuan yang terdiri dari beberapa aspek penting. Keberadaan aspek tersebut sebagai persyaratan terlaksananya upaya pengembangan masyarakat. Adapun aspek-
aspek tersebut adalah Sumodiningrat, 2009.hal.83 : 1.
Masyarakat sebagai unit kegiatan. Masyarakat sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam suatu lokasi yang
sama dan mereka terikat kepentingan dan nilai-nilai yang sama. Terdapat berbagai jenis masyarakat yang ditentukan oleh berbagai tingkatannya dari masyarakat
lingkungan desa, kota dan negara. Anggota masyarakat memiliki konsen dan kepentingan untuk kemajuan kehidupan yang lebih baik yang menuntut keterlibatan
dari semua anggota. Pengembangan masyarakat menempatkan masyarakat sebagai unit dari kegiatan mereka.
2. Inisiatif dan kepemimpinan lokal.
Di dalam masyarakat terdapat sumber daya manusia yang dapat dikembangkan untuk kepentingan masyarakat dalam mewujudkan keinginan akan perubahan dalam
masyarakat lokal, harus memanfaatkan inisiatif dan kepemimpinan secara internal dari sumber-sumber tersebut.
3. Penggunaan sumber-sumber dari dalam dan luar.
Sumber mengacu kepada berbagai kekuatan yang bermanfaat untuk mengadakan perubahan. Orang perlu memahami terlebih dahulu sumber-sumber apa
Universitas Sumatera Utara
26
yang tersedia, dimana dan bagaimana cara menggunakannya untuk memberikan manfaat yang optimal. Sumber tersebut bisa berasal dari dalam atau luar masyarakat
lokal yang menggunakannya secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan. 4.
Partisipasi secara inklusif. Partisipasi secara inklusif berarti memberikan kesempatan kepada semua
kelompok dan segmen dalam masyarakat untuk berperan serta dalam pengembangan masyarakat. Struktur masyarakat harus terbuka yang memungkinkan kelompok-
kelompok baru menjadi bagian dari proses yang berlangsung. Diharapkan bahwa semua anggota masyarakat bisa memainkan peranannya dalam pengembangan
masyarakat. 5.
Pendekatan terorganisir, komprehensif sebagai konsep penyerta dari partisipasi inklusif.
Pendekatan komprehensif merupakan upaya untuk memusatkan perhatian terhadap situasi masyarakat yang luas tidak membatasi pada isu-isu dan perhatian
tertentu yang dihadapi dengan menggunakan sekumpulan sumber-sumber yang luas. Pendekatan komprehensif mencoba untuk memperluas usaha masyarakat dalam
pendekatan yang digunakan, kepentingan masyarakat. Pendekatan ini akan menghasilkan partisipasi yang luas dalam arti keterlibatan yang intensif.
6. Proses pengambilan keputusan secara demokratis, rasional, dan
diorientasikan pada pencapaian tugas yang khusus. Demokratis berarti keputusan diambil dengan suara mayoritas dan tiap orang
memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menyalurkan pendapat mereka. Tidak ada kewenangan tunggal dan terpusat dalam pengambilan keputusan, namun
perlu rasional untuk melihat sejauhmana keputusan tersebut logis dan dapat dilaksanakan. Keputusan diarahkan dalam pelaksanaan tugas yang spesifik.
Universitas Sumatera Utara
27
Pada dasarnya unsur pokok pengembangan masyarakat adalah perencanaan dan integrasi masyarakat. Perencanaan itu merupakan proses untuk menentukan,
menemukan dan memperjelas arti dari suatu masalah, meningkatkan hakekat ruang lingkup masalah, mempertimbangkan berbagai upaya yang diperlukan guna
penanggulangannya, memilih upaya yang kiranya dapat dilaksanakan serta mengadakan yang sesuai dengan upaya yang telah dipilih.Integrasi masyarakat, yaitu
suatu proses dimana menerapkan sikap-sikap dan praktik-praktik kerjasama menghasilkan berbagai peningkatan dalan mengidentifikasi dengan masyarakat
secara keseluruhan, minat dan partisipasi dalam urusan masyarakat dan saling menukar nilai-nilai dan sarana-sarana untuk mengutarakan nilai-nilai.
2.2.5. Model-model Pengembangan Masyarakat
Adapun model-model dalam pengembangan masyarakat sebagai berikut: 1.
Pengembangan Masyarakat Total. Pengembangan masyarakat total adalah proses yang ditujukan untuk
menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan
sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.
2. Perencanaan Sosial
Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu
seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan, kesehatan masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Berbeda dengan pengembangan masyarakat
lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada tujuan tugas.
Universitas Sumatera Utara
28
3. Aksi Sosial
Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses
pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan. Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang
seringkali menjadi korban ketidakadilan stuktur. Mereka miskin karena dimiskinkan, mereka lemah karena dilemahkan, dan tidak percaya karena tidak diberdayakan, oleh
kelompok elit masyarakat yang menguasai sumber-sumber ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses dan tujuan hasil.
Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakan- tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip
demokrasi, kemerataan dan keadilan.
2.2.6. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk mendorong akselerasi penurunan angka kemiskinan yang berbasis partisipasi yang diharapkan
dapat menciptakan proses penguatan sosial yang dapat mengantar masyarakat yang madani, sejahtera, berkeadilan serta berlandaskan iman dan taqwa Sumodiningrat,
2009 : 60.Sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hal yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti
memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya Suharto, 2005.hal.60.
Universitas Sumatera Utara
29
Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa dengan pemerataan tercipta
landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan. Adapun upaya pemberdayaan masyarakat tersebut dilakukan
dengan tiga hal, yaitu : 1.
Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang. Titik tolaknya adalah penekanan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki
potensi-potensi, kemudian diberikan motivasi dan penyadaran bahwa potensi itu dapat dikembangkan.
2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dimana perlu langkah-langkah
yang lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan serta pembukaan berbagai akses kepada peluang yang akan membuat masyarakat mampu dan
memanfaatkan peluang. Pemberdayaan pada jalur ini dapat berupa pemberian berbagai bantuan produktif., pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana baik
fisik maupun sosial dan pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat. 3.
Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan yang
saling menguntungkan.
2.3. Kebijakan Sosial 2.3.1 Defenisi dan Ruang Lingkup Kebijakan Sosial
Secara harfiah, kebijakan sosial merupakan perangkat perundang-undangan yang berfungsi sebagai landasan hukum dan pedoman dasar gerak operasional dalam
segala upaya dan kegiatan kesejahteraan sosial. Dengan demikian kebijakan sosial memberikan azas legalitas bagi bergeraknya usaha kesejahteraan sosial dan azas
Universitas Sumatera Utara
30
aksebilitas bagi setiap penerima pelayanan dslam upsys mewujudkan kesejahteraan sosialnya.
Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang
bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak Suharto, 2008.hal.10.
Kebijakan sosial memiliki fungsi antara lain: 1.
Fungsi preventif pencegahan - mencegah terjadinya masalah sosial 2.
Fungsi kuratif penyembuhan – mengatasi masalah sosial 3.
Fungsi developmental pengembangan – mempromosikan kesejahteraan sebagai wujud kewajiiban negara dalam memenuhi hak-hak sosial
warganya. Dalam garis besar, kebijakan sosail diwujudkan dalam tiga kategori, yakni
perundang-undangan, program pelayanan sosial, dan sistem perpajakan. Berdasarkan kategori ini, maka dapat dinyatakan bahwa setiap perundang-undangan, hukum atau
peraturan daerah yang menyangkut masalah dan kehidupan sosial adalah wujud dari kebijakan sosial. Namun, tidak semua kebijakan sosial berbentuk perundang-
undangan. Sebagai sebuah kebijakan publik, kebijakan sosial memiliki fungsi preventif atau pencegahan, kuratif atau penyembuhan, dan pengembangan atau
developmental. Kebijakan publik, termasuk di dalamnya kebijakan sosial, dapat dijadikan perangkat negara yang penting dalam membangun dan meningkatkan
modal sosial hal.1196. Kebijakan sosial seringkali melibatkan program-program bantuan yang sulit
diraba atau dilihat secara kasat mata. Karenanya, masyarakat luas kadang-kadang sulit mengenali kebijakan sosial dan membedakannya dengan kebijakan publik
Universitas Sumatera Utara
31
lainnya. Secara umum kebijakan publik lebih luas daripada kebijakan sosial. Kebijakan transportasi, jalan raya, air bersih, pertahanan dan keamanan merupakan
beberapa kebijan publik. Sedangkan kebijakan mengenai jaminan sosial, seperti bantuan sosial dan asuransi sosial yang umumnya diberikan bagi kelompok miskin
atau rentan, adalah contoh kebijakan sosial hal.12. Dalam menangani masalah sosial yang ada, maka kebijakan sosial harus
dilakukan secara terencana, terpadu, konsisten dan berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu ditelaah secara singkat mengenai beberapa isu kebijakan sosial yang mungkin
timbul dan perlu dipertimbangkan dalam proses dan mekanisme perumusan kebijakan sosial. Pada dasarnya pemerintah memiliki peran yang besar dalam
perumusan kebijakan sosial tersebut.
2.3.2. Analisis Kebijakan Sosial
Analisis kebijakan sosial adalah ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumentasi untuk menghasilkan informasi yang
relevan dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang mungkin timbul akibat diterapkannya suatu kebijakan Dunn, dalam Suharto, 2007.hal.26. Ada tiga model
analisis kebijakan sosial, yaitu model prospektif, retrospektif dan model integratif. 1.
Model prospektif adalah bentuk analisis kebijakan yang mengarahkan kajiannya pada konsekuensi kebijakan sebelum suatu kebijakan diterapkan. Model ini
dapat disebut sebagai model prediktif karena seringkali melibatkan teknik-teknik peramalan forecasting.
2. Model retrospektif adalah analisis kebijakan yang dilakukan terhadap akibat
kebijakan setelah suatu kebijakan di implementasikan. Model ini biasanya
Universitas Sumatera Utara
32
disebut sebagai model evaluatif karena banyak melibatkan pendekatan evaluasi terhadap dampak kebijakan yang sedang atau telah diterapkan.
3. Model integratif adalah model perpaduan antara kedua model di atas. Model ini
kerap disebut sebagai model komprehensif atau model holistik karena analisis dilakukan terhadap konsekuensi kebijakan yang mungkin timbul, baik sebelum
maupun sesudah suatu kebijakan dioperasikan. Model analisis kebijakan ini biasanya melihat teknik peramalan dan evaluasi secara terintegrasi.
2.4. Kebijakan Alokasi Dana Desa ADD 2.4.1. Latar Belakang ADD
Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bertujuan memberikan pengakuan dan kejelasan kepada desa akan status dan kedudukannya
dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Negara memberikan kewenangan Desa dalam melestarikan adat dan tradisi serta budaya masyarakat Desa. Desa juga
diberikan kewenangan dalam pembangunan untuk memprakarsa dan peran partisipasi yang besar dalam rangka menggali potensi Desa dengan mendorong
Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka serta bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan di Desa dengan tujuan memberikan pelayanan
prima kepada masyarakat yang akhirnya memberikan kesejahteraan bersama dan menempatkan Desa sebagai subjek dari pembangunan. Kedudukan ini memberikan
semangat baru kepada Desa dalam proses percepatan dan pemberdayaan masyarakat di Desa. Tentu kedudukan tersebut harus didukung dengan sumber pembiayaan yang
memadai. Dalam pasal 71 sampai 75 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa mengatur sumber-sumber pembiayaan di Desa, sumber-sumber pendapatan di
Universitas Sumatera Utara
33
Desa seperti Pendapatan Asli Desa, Alokasi dari APBN, Bagi Hasil dari Pajak dan Retribusi Kabupaten, Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Kabupaten, Hibah atau
sumbangan Pihak Ketiga yang tidak mengikat serta lain-lain Pendapatan Desa yang sah. Pendapatan Desa yang tersebut diatas ada beberapa rincian yang menjadi
kewajiban dari Pemerintah Daerah yang apabila tidak dilaksanakan tentu akan berakibat diberikan sanksi oleh Pemerintah Pusat.
Berdasarkan hal tersebut, Desa memiliki kewenangan untuk mengurus kebijakan-kebijakan tentang desa, terutama dalam hal memberikan pelayanan,
peningkatan peran serta masyarakat dan keswadayaan, prakarsa, inovasi dan pemberdayaan masyarakat desa guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Dimana Kebijakan Alokasi Dana Desa ADD ini secara umum bertujuan untuk peningkatan aspek pembangunan baik prasarana fisik maupun non fisik dalam
rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat untuk pemberdayaan dan perbaikan taraf hidupnya yang menjadikan masyarakat desa sebagai pelaku utama
pembangunan tersebut.
2.4.2. Pengertian Alokasi Dana Desa ADD
Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang di transfer melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Ketentuan yang mengatur Dana Desa adalah Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai pelaksanaan dari
Universitas Sumatera Utara
34
ketentuan Pasal 72 ayat 1 huruf b dan ayat 2 dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Alokasi Dana Desa yang dikenal dengan ADD adalah alokasi dana ke desa dengan perhitungan dari Dana Perimbangan yang diterima oleh Kabupaten sebesar
10 setelah dikurangi dengan Dana Alokasi Khusus DAK. Dasar hukum penngalokasian Dana Perimbangan ke Desa sesuai dengan amanat dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 72 ayat 4, jika hal tersebut tidak dilaksanakan maka sanksi tegas dinyatakan dalam Pasal 72 ayat 6, dimana Pemerintah dapat
melakukan penundaan danatau pemotongan sebesar alokasi Dana Perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 96 ayat 3
pengalokasian Dana Desa dihitung dengan pertimbangan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis. Ketentuan mengenai
penggunaan anggarannya sudah diatur dengan jelas.
2.4.3. Tujuan Alokasi Dana Desa
Setiap Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah pasti memiliki tujuan. Adapun tujuan Kebijkan Alokasi Dana Desa ADD antara lain:
a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan
pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan kewenangan.
b. Meningkatkan kemampuan Lembaga Kemasyarakatan di desa dalam
perencanaan pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa.
Universitas Sumatera Utara
35
c. Meningkatkan pemerataan pendapatan kesempatan bekerja dan kesempatan
berusaha bagi masyarakat desa. d.
Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat.
2.4.4. Prinsip Alokasi Dana Desa ADD
Prinsip Alokasi Dana Desa pada setiap kabupatenkota dilakukan secara berkeadilan berdasarkan alokasi dasar dan alokasi yang dihitung dengan
memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis Desa setiap kabupatenkota. Pasal 2 ayat 3 UU No. 6 tahun
2014
2.4.5. Mekanisme Alokasi Dana Desa ADD
Penyaluran Dana Desa dilakukan dengan cara pemidahbukuan dari RKUN Rekening Kas Umum Negara yang merupakan rekening tempat penyimpanan uang
negara yang ditentukan oleh Menteri selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara
pada bank sentral ke RKUD Rekening Kas Umum Daerah, yang merupakan rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh buoatiwalikota
untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan. Dan pada akhirnya dipindahbukukan ke RKD
Rekening Kas Desa, yang merupakan rekening tempat penyimpanan uang Pemerintah Desa yang menampung seluruh penerimaan Desa dan digunakan untuk
membayar seluruh pengeluaran Desa pada bank yang tellah ditetapkan. Sebagaimana bunyi pasal 15 ayat 1 yang kemudian diterangkan lagi presentasenya pada ayat
Universitas Sumatera Utara
36
berikutnya yang paling lambat minggu kedua bulan bersangkutan dari rekening RKUN ke RKUD dan paling lambat 7 hari dari RKUD ke RKD pada setiap tahap.
Adapun tahap-tahap tersebuut adalah: 1.
Tahap I, pada bulan April sebesar 40 empat puluh per seratus 2.
Tahap II, pada bulan Agustus sebesar 40 empat puluh per seratus, dan 3.
Tahap III, pada bulan Oktober sebesar 20 dua puluh per seratus.
2.5. Kerangka Pemikiran
Indonesia memiliki permasalahan Ketimpangan Pembangunan antar wilayah perdesaan dengan perkotaan. Disadari bahwa pembangunan pedesaan yang telah
berjalan hingga saat ini belum memuaskan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Maka pembangunan untuk wilayah perdesaan seharusnya
dilihat bukan hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek pembangunan. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa dan disusul dengan Kebijakan Alokasi Dana Desa menjadi jawaban baru atas persoalan pembangunan di pedesaan. Dimana Kebijakan Alokasi Dana Desa ADD
ini secara umum bertujuan untuk peningkatan aspek pembangunan baik prasarana fisik maupun non fisik dalam rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat untuk
pemberdayaan dan perbaikan taraf hidupnya yang menjadikan masyarakat desa sebagai pelaku utama pembangunan tersebut.
Pelaksanaan rogram-program pembangunan desa yang pendanaanya bersumber dari Alokasi Dana Desa ADD telah memberi kewenangan sutuhnya
kepada Pemerintahan Desa dalam mengelola pendanaannya untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Maka penulis tertarik untuk
Universitas Sumatera Utara
37
mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap program-program pembangunan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa tersebut, yang dalam hal ini penelitian
dilakaukan di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang. Berdasarkan kajian pustaka sebelumnya dapat diketahui bahwa respon
masyarakat memiliki indikator variabel berupa persepsi, sikap, dan partisipasi. Adapun kategori penilaian pada masing-masing indikator respon masyarkat dalam
penelitian ini adalah kategori negatif, netral, dan positif. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa respon masyarakat, apakah berkategori
negatif, netral, atau positif terhadap program-program pembangunan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa ADD di Desa Johar Kecamatan Karang Baru
Kabupaten Aceh Tamiang.
Universitas Sumatera Utara
38
Untuk menjelaskannya, peneliti membuat bagan yang berisikan alur dari kerangka pemikiran diatas.
Bagan 1 Kerangka Pemikiran
Program-program pembangunan yang
Bersumber dari Alokasi Dana Desa ADD di Desa Johar:
Pembangunan saluran beton, Pembangunan rabat beton,
Belanja Pegawai
Pemerintahan Desa, termasuk: Kepala Desa,
operasional kantor Kepala Desa dan perangkat Desa,
Penambahan modal BUMD Badan Usaha Milik Desa
dalam bentuk usaha sewa tenda,
Pengadaan Alat Permainan Edukatif APE untuk
PAUD, Bantuan Operasional
TPATPQ, Pembinaan Posyandu dalam
bentuk pemberian makanan tambahan,
Revitalisasi Posyandu, Biaya pembinaan PKK,
Penambahan biaya acara
keagamaan. RESPON MASYARAKAT
DESA JOHAR KECAMATAN KARANG BARU KABUPATEN
ACEH TAMIANG
Positif, Netral, Negatif
Respon mencakup tiga hal, yaitu: 1. Persepsi, yang meliputi:
- Pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan dana ADD dalam
pembangunan infrastruktur pengembangan desa, yang meliputi
tujuan dan manfaat kebijakan tersebut.
- Atensi masyarakat dalam pemanfaatan kebijakan tersebut.
2. Sikap, yang meliputi:
- Penilaian masyarakat tentang pemanfaatan dana ADD.
- Apakah masyarakat menerimamenolak pemanfaatan
ADD ini. - Apakah masyarakat mengharapkan
pemanfaatan dana ADD.
3. Partisipasi, yang meliputi:
- Keikutsertaan masyarakat dalam menikmati pemanfaatan dana ADD.
- Mengikuti ketentuan pemanfaatan dana ADD sesuai dengan
kesepakatan masyarakat yang diterapkan.
Universitas Sumatera Utara
39
2.6. Defenisi Konsep