77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh deferred tax liabilities
, deferred tax asset dan akrual terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2014. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah sebanyak 20 perusahaan pada periode tahun 2013-2014 dimana total pengamatan adalah 40
perusahaan. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan di bab empat, maka
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara parsial, variabel independen deferred tax liabilities, deferred tax
asset dan akrual tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
2. Secara simultan variabel independen deferred tax liabilities, deferred tax asset
dan akrual tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut: 1.
Variabel independen dalam penelitian ini yang menganalis pengaruh variabel tersebut terhadap manajemen laba hanya menggunakan tiga
variabel yaitu deferred tax liabilities, deferred tax asset dan akrual.
Universitas Sumatera Utara
78
2. Periode dalam penelitian ini cukup singkat hanya 2 tahun yaitu tahun
2013 sampai 2014.
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu :
1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan periode
pengamatan yang lebih lama sehingga akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh kondisi yang sebenarnya.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain yang
mempengaruhi manajemen laba. 3.
Menambah kategori perusahaan yang akan diteliti sehingga akan mencerminkan reaksi Bursa Efek secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Keagenan Agency Theory
Agency theory merupakan bidang yang populer akhir-akhir ini.
“Teori ini menyebutkan bahwa perusahaan adalah tempat atau intersection point
bagi hubungan kontrak yang terjadi antara manajemen, pemilik, kreditor, dan pemerintah Harahap, 2013:532”. Teori ini bercerita tentang
monitoring berbagai macam biaya dan memaksakan hubungan diantara kelompok ini. Audit misalnya dianggap sebagai alat meyakinkan diri
bahwa laporan keuangan harus tergantung pada pemeriksaan dari aspek pengawasan intern. Seandainya laporan hasil pemeriksaan akuntan adalah
wajar, ini berarti bahwa penyajiannya telah sesuai dengan prinsip akuntansi. Dalam hal ini audit memberikan keyakinan pada pihak luar,
pemilik, dan kreditor tentang pengelolaan perusahaan oleh manajemen sebagai agen.
Salah satu hipotesis dalam teori agency ini adalah bahwa manajemen akan mencoba memaksimalkan kesejahteraannya sendiri dengan
cara meminimalisasi berbagai biaya agency. Hipotesis ini tidak sama artinya
dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa manajemen mencoba memaksimalkan nilai perusahaan value of the firm. Oleh karena itu,
Universitas Sumatera Utara
13
manajemen diasumsikan akan memilih prinsip akuntansi yang sesuai dengan tujuannya memaksimalkan kepentingannya.
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham stakeholder sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen.
Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka
pihak manajemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham.
Menurut Anthony dan Govindarajan 1995 dalam Suranggane 2007:80 “teori keagenan adalah economic rational man dan kontrak antar prinsipal
dan agen dibuat berdasarkan angka akuntansi sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen
”. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau
lebih orang prinsipal memerintah orang lain agen untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen
membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai
perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal. Masalah keagenan potensial terjadi apabila
kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen. Dengan proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan
membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan
Universitas Sumatera Utara
14
bukan untuk memaksimumkan perusahaan. Inilah yang nantinya menyebabkan biaya keagenan agency cost.
Dalam suatu perusahaan, konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen salah satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran
kas excess cash flow. Kelebihan arus kas cenderung diinvestasikan dalam hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Ini
menyebabkan perbedaan kepentingan karena pemegang saham lebih menyukai
investasi yang
berisiko tinggi
yang juga
menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi dengan risiko yang lebih rendah.
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Agen diasumsikan akan menerima
kepuasaan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang terlibat dari hubungan suatu agensi, seperti waktu luang
yang banyak, kondisi kerja yang menarik, keanggotaan klub dan jam kerja yang fleksibel. Prinsipal pemegang saham, dipihak lain diasumsikan
hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka disuatu perusahaan.
Agen biasanya memiliki sebagian besar dari kekayaan mereka terikat dengan kekayaan perusahaan. Kekayaan ini terdiri baik dari
kekayaan keuangan maupun modal manusia mereka. Modal manusia merupakan nilai manajer sebagaimana dipandang oleh pasar dan
dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Karena semakin menurunnya utilitas
Universitas Sumatera Utara
15
atas kekayaan dan besarnya jumlah modal agen yang bergantung pada perusahaan, agen diasumsikan akan bersikap enggan menghadapi risiko
risk averse. Sedangkan, prinsipal termotivasi untuk menyejahterakan
dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomis dan
psikologisnya. Teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba
dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan oleh agen dengan prinsipal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Prinsipal tidak memiliki informasi yang mencukupi mengenai kinerja agen, maka
prinsipal tidak pernah merasa pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Dengan demikian prinsipal berada
sebagai asimetri informasi karena agen lebih mengetahui kinerja dan aktivitas perusahaan dibandingkan prinsipal.
Adanya perbedaan kepentingan dan informasi antara prinsipal dan agen memacu agen untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi yang
dihasilkan dapat lebih memaksimalkan kepentingannya. Cara yang dapat dilakukan agen untuk mempengaruhi angka-angka akuntansi dapat berupa
rekayasa laba atau manajemen laba dalam laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
16
2.1.2 Manajemen Laba Earning Management
“Earning Management dalam kamus akuntansi dikenal dalam berbagai istilah: ada yang menyebut
“window dressing” atau “lipstick accounting” untuk menciptakan laporan keuangan lebih cantik Harahap,
2013:552”. Ada istilah cooked book atau income smoothing untuk mengatur laba dengan menu yang diinginkan sponsor. Semua istilah itu
berkonotasi negatif karena ingin menciptakan angka laba yang distortif inflatif
tidak sesuai dengan kenyataan. Akhirnya akuntansi dituduh tidak memberikan informasi yang akurat dan reliable lagi bahkan dinilai
membingungkan. Upaya mengatur laba ini kadang bisa didukung oleh standar
akuntansi yang dipakai. Artinya dengan menerapkan standar akuntansi yang diterima umum saat ini kita bisa mengatur laba supaya sesuai dengan
keinginan sponsor. Sifat akuntansi yang banyak mengandung taksiran estimasi, pertimbangan judgment dan sifat accrual membuka peluang
untuk bisa mengatur laba. Taksiran penyusutan, bad debts, nilai persediaan, pemilihan standar penilaian persediaan misalnya FIFO, LIFO,
standar penyusutan misalnya straight line, double declining bisa mengubah angka laba. Sistem akrual bisa mempengaruhi alokasi waktu
dari hasil dan biaya yang menimbulkan perubahan laba periodik. Praktik- praktik Earning Management di BEI menurut beberapa penelitian
menunjukkan eksistensinya. Tetapi di Indonesia belum melihat dampak
Universitas Sumatera Utara
17
dan regulasi yang mencoba untuk mengikat para pelaku untuk tidak melakukan earning management yang merugikan publik ini.
Dikalangan akademisi sendiri sebenarnya ada upaya untuk keluar dari konvensi standar akuntansi yang ada sekarang. Menurut Tom Lee,
menganjurkan “cash flow accounting” atau akuntansi berbasis kas yang
tidak menggunakan basis akrual untuk menghindari manajemen laba melalui sistem akrual.
Manajemen laba earning management merupakan bagian dari Teori Akuntansi Positif Positive Accounting Theory. Positive Accounting
Theory merupakan teori yang membahas mengenai pemilihan prinsip
akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer bereaksi atas standar akuntansi yang dianjurkan Scott, 2003 dalam Kusuma, 2014. Dalam
perkembangannya, positive accounting theory mencoba menjelaskan dan memprediksikan praktik akuntansi yang dilakukan didalam perusahaan
salah satunya adalah praktik earning management. Beberapa peneliti terdahulu mengartikan manajemen laba dengan
bahasa berbeda-beda. Namun demikian pada intinya adalah sama yaitu menentukan laba sedemikian rupa dengan mempermainkan pos-pos
pendapatan dan biaya dalam laporan laba rugi baik melalui pemanfaatan pemilihan alternatif metode maupun melalui operasi.
Terdapat tiga hipotesis terkait dengan positive accounting theory, yang didasarkan pada pemikiran bahwa manajer akan memilih standar
Universitas Sumatera Utara
18
akuntansi yang paling menguntungkan mereka sendiri. Ketiga hipotetis tersebut adalah:
1. Bonus Plan Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan bonus plan
yang didasarkan pada besarnya laba yang dicapai akan cenderung memilih standar akuntansi yang akan meningkatkan laba tahun
berjalan atau melakukan perataan laba income smoothing. 2.
Debt Covenant Hypothesis Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan dengan debt covenant
yang didasarkan pada angka-angka laporan keuangan, akan menghindari kondisi gagal bayar default dengan cara menggeser
laba dimasa mendatang untuk dilaporkan sebagai laba tahun berjalan. 3.
Political Cost Hypothesis Hipotesis ini menyatakan semakin besar political cost yang dihadapi
perusahaan apabila melaporkan laba, manajer akan cenderung menunda pengakuan laba. Perusahaan-perusahaan besar atau
perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri tertentu memiliki kecenderungan untuk menarik perhatian publik dan pemerintah.
Apabila perusahaan-perusahaan ini melaporkan profitabilitas yang tinggi, dapat menimbulkan kebijakan pemerintah baru yang akan
mengurangi profitabilitasnya misalnya kebijakan dibidang pajak. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan tersebut untuk melakukan
Universitas Sumatera Utara
19
kebijakan manajemen laba yang mengurangi laba income decreasing earnings management
.
2.1.3 Deferred Tax Liabilities Kewajiban Pajak Tangguhan
Dalam Akuntansi Pajak Pengahsilan PPh, laba dibedakan antara laba akuntansi accounting profit, laba komersial dengan laba fiskal
taxable profit, atau penghasilan kena pajak. Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak yang
dihitung berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan lebih ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi, sedangkan laba fiskal adalah
labarugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan Peraturan Perpajakan dan lebih ditujukan untuk menjadi dasar penghitungan PPh.
Tahun 1998, Ikatan Akuntan Indonesia IAI menerbitkan Penyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 PSAK 46 mengenai akuntansi
PPh. Penerapan PSAK 46 ini diharapkan dapat menjembatani antara Peraturan Perpajakan dengan ketentuan akuntansi Sukrisno Agoes,
2007:197. Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan adalah
efek atau konsekuensi pajak periode mendatang dari perbedaan temporer. Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang
untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Kewajiban pajak tangguhan berasal dari beda temporer kena pajak.
Kewajiban pajak tangguhan deferred tax liabilities timbul apabila beda
Universitas Sumatera Utara
20
waktu menyebabkan terjadinya koreksi negatif sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut peraturan
perpajakan. Kewajiban pajak tangguhan ditimbulkan oleh beban pajak tangguhan deferred tax expense.
Menurut Yulianti 2005, “beban pajak tangguhan timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi yaitu laba dalam laporan
keuangan untuk kepentingan pihak eksternal dengan laba fiskal laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak”. Perbedaan antara
laporan keuangan akuntansi dan fiskal disebabkan dalam penyusunan laporan keuangan dimana standar akuntansi lebih memberikan keleluasaan
bagi manajemen dalam menentukan prinsip dan asumsi akuntansi dibandingkan dengan yang diperbolehkan oleh peraturan perpajakan.
“Pengakuan pajak penghasilan dalam PSAK No.46, telah menetapkan metode akuntansi pajak penghasilan secara komprehensif dengan
pendekatan aktiva kewajiban atau balance-sheet approach Wijayanti, 2006 dalam Kusuma, 2014”. Metode akuntansi pajak penghasilan yang
berorientasi pada neraca mengakui kewajiban dan aktiva pajak tangguhan terhadap konsekuensi fiskal masa depan yang disebabkan oleh adanya
perbedaan temporer dan sisa kerugian yang belum dikompensasikan. Untuk itu, perbedaan temporer yang dapat menambah jumlah pajak dimasa
depan akan diakui sebagai utang pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya biaya pajak tangguhan deferred tax expense, yang
berarti bahwa kenaikan utang pajak tangguhan konsisten dengan
Universitas Sumatera Utara
21
perusahaan yang mengakui pendapatan lebih awal atau menunda biaya untuk pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak. Sebaliknya,
perbedaan temporer yang dapat mengurangi jumlah pajak dimasa depan akan diakui sebagai aset pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui
adanya keuntungan atau manfaat pajak tangguhan deferred tax benefit, yang berarti bahwa kenaikan aset pajak tangguhan konsisten dengan
perusahaan yang mengakui biaya lebih awal atau menangguhkan pendapatannya untuk tujuan pelaporan keuangan dibandingkan pelaporan
pajak. Yulianti 2005 menyatakan “bahwa semakin besar perbedaan
antara laba yang dilaporkan perusahaan laba komersial dengan laba fiskal menunjukkan “red flagbendera merah” bagi pengguna laporan
keuangan”. Hal ini berarti pengguna laporan keuangan harus berhati-hati dalam menggunakan laporan keuangan tersebut dalam pengambilan
keputusannya. Semakin besar persentase beban pajak tangguhan terhadap total beban pajak perusahaan menunjukkan pemakaian standar akuntansi
yang semakin liberal Yulianti, 2005.
Menurut Philips, Pincus and Rego 2003 mengatakan bahwa Beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat perbedaan
temporer antara laba akuntansi yaitu laba dalam laporan keuangan untuk kepentingan pihak eksternal dengan laba fiskal laba yang digunakan
sebagai dasar perhitungan pajak.
Universitas Sumatera Utara
22
Menurut Zain 2007 dalam Jayanto dan Kiswanto 2009: Pajak tangguhan terjadi akibat perbedaan antara PPh terutang
pajak penghasilan yang dihitung berbasis pada penghasilan kena pajak yang sesungguhkan dibayar kepada pemerintah dengan beban pajak
penghasilan pajak penghasilan yang dihitung berbasis penghasilan sebelum pajak sepanjang menyangkut perbedaan temporer.
2.1.4 Deferred Tax Asset Aset Pajak Tangguhan
Aset pajak tangguhan disebabkan jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat perbedaan temporer
yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian Purba, 2009:32. Besarnya aset pajak tangguhan dicatat apabila dimungkinkan adanya
realisasi manfaat pajak dimasa yang akan datang. Oleh karena itu dibutuhkan judgement untuk menaksir seberapa mungkin aset pajak
tangguhan tersebut dapat direalisasikan. Aset pajak tangguhan adalah aset yang terjadi apabila perbedaan waktu menyebabkan koreksi positif yang
berakibat beban pajak menurut akuntansi komersial lebih kecil dibanding beban pajak menurut Undang-Undang Pajak.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, nilai tercatat Aset Pajak Tangguhan harus ditinjau kembali pada tanggal neraca. Perusahaan harus
menurunkan nilai tercatat apabila laba fiskal tidak mungkin memadai untuk mengkompensasi sebagian atau semua aset pajak tangguhan.
Penurunan tersebut harus disesuaikan kembali apabila besar kemungkinan laba fiskal memadai. Dengan adanya kewajiban untuk melakukan
peninjauan kembali pada tanggal neraca, maka setiap tahun manajemen harus mebuat suatu penilaian untuk menentukan saldo aset pajak
Universitas Sumatera Utara
23
tangguhan dan pencadangan aset pajak tangguhan, sedangkan penilaian manajemen untuk melakukan saldo cadangan aset pajak tangguhan
tersebut bersifat subjektif Suranggane, 2007:81. Dengan diberlakukannya PSAK No.46 yang mensyaratkan para
manajer untuk mengakui dan menilai kembali aset pajak tangguhan yang dapat disebut pencadangan nilai aset pajak tangguhan. Peraturan ini dapat
memberikan kebebasan manajemen untuk menentukan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian aset pajak tangguhan pada
laporan keuangannya, sehingga dapat digunakan untuk mengiindikasikan ada tidaknya rekayasa laba atau manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan dalam laporan keuangan yang dilaporkan dalam rangka menghindari penurunan atau kerugian laba.
2.1.5 Akrual
Dalam buku Pengantar Akuntansi Warren Reeve Fees Accounting
, pada waktu akuntan menyiapkan laporan keuangan, mereka berasumsi bahwa umur ekonomi suatu bisnis dapat dibagi dalam beberapa
periode waktu. Dengan menggunakan konsep periode akuntansi accounting period concept
ini, akuntan harus menentukan dalam periode mana pendapatan dan beban bisnis akan dilaporkan. Untuk menentukan
periode yang tepat, akuntan akan menggunakan akuntansi dasar kas atau akuntansi dasar akrual.
Universitas Sumatera Utara
24
Pada dasar kas cash basis, pendapatan dan beban dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode dimana kas diterima atau dibayar.
Misalnya, penghasilan dicatat ketika kas diterima dari klien, dan upah dicatat ketika kas dibayarkan kepada karyawan. Laba rugi bersih
merupakan selisih antara penerimaan kas pendapatan dan pengeluaran kas beban.
Pada dasar akrual accrual basis, pendapatan dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode saat pendapatan tersebut dihasilkan
earned. Misalnya pendapatan dilaporkan pada saat jasa diberikan kepada pelanggan tanpa melihat apakah kas telah diterima atau belum dari
pelanggan selama periode ini. Konsep yang mendukung pelaporan pendapatan ini disebut konsep pengakuan pendapatan revenue recognition
concept. Pada dasar akrual, beban dan pendapatan yang saling terkait
dilaporkan pada periode yang sama. Sebagai contoh, upah karyawan dilaporkan sebagai beban pada periode dimana karyawan memberikan jasa
bukan pada saat upah dibayarkan. Pada buku Akuntansi Intermediate Kieso Weygandt Warfield, 2008 dijelaskan bahwa sebagian besar
perusahaan menggunakan akuntansi dasar akrual dimana perusahaan itu mengakui pendapatan ketika dihasilkan dan mengakui beban pada periode
terjadinya, tanpa memperhatikan waktu penerimaan atau pembayaran kas. Namun, sejumlah perusahaan kecil dan pembayar pajak individu rata-rata
menggunakan pendekatan dasar kas murni atau yang telah dimodifikasi. Menurut akuntansi dasar kas murni strict cash basis, pendapatan hanya
Universitas Sumatera Utara
25
diakui pada saat kas diterima dan beban hanya diakui pada saat kas dibayarkan. Penentuan laba menurut dasar kas tergantung pada penagihan
pendapatan serta pembayaran beban. Dasar kas mengabaikan prinsip pengakuan pendapatan serta prinsip penandingan. Akibatnya, laporan
keuangan dasar kas tidak sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. Sehingga, tidak jarang laporan keuangan dengan dasar kas
dikonversi menjadi laporan keuangan dasar akrual untuk tujuan penyajian kepada para investor dan kreditor. Akuntansi dasar akrual secara teoritis
lebih disukai karena menyediakan informasi tentang arus kas masuk dan arus kas keluar yang berhubungan dengan aktivitas operasi sepanjang arus
kas ini dapat diestimasi dengan tingkat kepastian yang memadai. Menurut PSAK, Laporan keuangan disusun berdasarkan akrual.
Dengan dasar ini pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian dan bukan pada saat kas dan setara kas diterima atau dibayar
dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Konsep Akrual dibedakan
menjadi 2 yaitu: 1.
Discretionary Accrual Adalah pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan
merupakan pilihan kebijakan manajemen. 2.
Non Discretionary Accrual Adalah sebaliknya, pengakuan akrual laba yang wajar yang tunduk
suatu standard atau prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Universitas Sumatera Utara
26
Model yang digunakan untuk menghitung total akrual yaitu Modified Jones Model
dengan formula: TA
it
= NI
it
– CFO
it
Dimana: TA = Total Akrual
NI
it
= Laba bersih perusahaan i dalam periode t CFO
it
= Arus kas operasi perusahaan i dalam periode t
2.2 PSAK No.46 Tentang Akuntansi Pajak Penghasilan
2.2.1 Tujuan Dari PSAK No.46
Tujuan dari dikeluarkannya PSAK No.46 tentang akuntansi pajak penghasilan antara lain:
1. Mengatur perlakuan akuntansi pajak penghasilan
2. Dalam akuntansi pajak penghasilan, agar dilakukan pengakuan
recognition terhadap future tax effect yang timbul sebagai akibat adanya transaksi dan peristiwa yang telah diakui dalam laporan
keuangan dan SPT. Disamping itu agar dilakukan pengakuan terhadap future tax effect
dari kompensasi kerugian fiskal yang belum digunakan apabila persyaratan tertentu terpenuhi.
3. Pengakuan future tax effect dilakukan dengan mengakui adanya aset
pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan dalam PSAK No.46 dilakukan dengan menggunakan Balance Sheet Liability Method.
4. Mengatur tentang penyajian pajak penghasilan pada laporan keuangan
serta pengungkapan informasi yang relevan.
Universitas Sumatera Utara
27
2.2.2 Terminologi Yang Digunakan Dalam PSAK No.46
Dalam PSAK No.46 terdapat istilah baru yang digunakan, antara lain:
1. Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan
perpajakan dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan.
2. Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang bersifat final,
yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak
digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan
terhadap jenis penghasilan, transaksi atau usaha tertentu. 3.
Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak.
4. Penghasilan kena pajak atau laba fiskal taxable profit atau rugi pajak
tax loss adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar perhitungan
pajak penghasilan. 5.
Beban pajak tax expense atau penghasilan pajak tax income adalah jumlah agregat pajak kini current tax dan pajak tangguhan deferred
tax yang dihitung dalam laba atau rugi satu periode. .
6. Pajak kini current tax adalah jumlah pajak penghasilan terutang atas
penghasilan kena pajak satu periode.
Universitas Sumatera Utara
28
7. Kewajiban pajak tangguhan deferred tax liabilities adalah jumlah
pajak penghasilan terutang payable untuk periode mendatang akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
8. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan
recoverable pada periode mendatang sebagai akibat adanya: a.
Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan b.
Sisa kompensasi kerugian 9.
Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau kewajiban dengan DPP-nya. Perbedaan temporer dapat berupa:
a. Perbedaan temporer kena pajak taxable temporary differences
adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat
nilai tercatat aset dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi.
b. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan deductible temporary
differences adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu
jumlah yang boleh dikurangkan deductible amounts dalam perhitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat
aset dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban dilunasi. 10.
Dasar Pengenaan Pajak DPP aset atau kewajiban adalah nilai aset atau kewajiban yang diakui oleh Direktorat Jenderal Pajak DJP
dalam penghitungan laba fiskal.
Universitas Sumatera Utara
29
11. Surat Ketetapan Pajak adalah surat yang diterbitkan oleh DJP yang
dapat berupa: a.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat keputusan yang menentukan besar jumlahnya pajak terutang, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat
keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak
seharusnya terutang. d.
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pajak terutang sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. 12.
Surat Tagihan Pajak adalah surat yang diterbitkan oleh DJP untuk melakukan tagihan pajak danatau sanksi administrasi berupa bunga
atau denda.
2.2.3 Akuntansi Pajak Penghasilan
Masalah timbul ketika adanya perbedaan-perbedaan antara laba kena pajak taxable income sebagaimana yang ditentukan oleh DJP
Universitas Sumatera Utara
30
dengan laba sebelum kena pajak yang ditentukan berdasarkan SAK, apakah perlu diadakan alokasi pajak penghasilan terhadap pengaruh pajak
tax effects atas perbedaan-perbedaan tersebut. Disini muncul dua pendapat berbeda diantara para akuntan. Beberapa menyatakan bahwa
pajak yang dilaporkan dalam laporan keuangan adalah pajak yang benar- benar terjadi atau dikenakan pada tahun yang bersangkutan. Sehingga
tidak perlu adanya pengakuan secara akuntansi atau pengakuan terhadap tax effects
atas perbedaan-perbedaan tersebut. Pendapat ini merupakan dukungan terhadap nonallocation method flow-through.
Di pihak lain kelompok kedua menyatakan perlu adanya alokasi pajak penghasilan atas perbedaan-perbedaan tersebut, dengan argumen-
argumen sebagai berikut: 1.
Pajak penghasilan berasal dari transaksi atau kejadian yang terjadi akibatnya, beban pajak penghasilan harus berdasarkan hasil dari
transaksi atau kejadian yang dimasukkan dalam laba akuntansi keuangan.
2. Pajak penghasilan adalah beban dalam melakukan usaha, dan
seharusnya dimasukkan konsep akrual, penangguhan dan estimasi yang sama yang diterapkan dalam beban-beban lainnya.
3. Perbedaan waktu pengakuan beban dan pendapatan yang berakibat pada
perbedaan temporer akan berbalik dimasa depan. Peluasan usaha, bisnis yang berkembang sehingga meningkatkan saldo aset dan liabilities.
Universitas Sumatera Utara
31
Aset lama diterima, kewajiban lama dilunasi dan yang baru digantikan. Pajak tangguhan pun bertambah dengan cara yang sama.
4. Alokasi pajak interperiode membuat net income perusahaan lebih
berguna sebagai dasar pengukuran long-term earning power dan mencegah adanya periodik yang berasal dari peraturan pajak
penghasilan. 5.
Non-alokasi atas beban pajak penghasilan menyulitkan prediksi arus kas masa depan. Contohnya, arus kas masuk masa depan perusahaan
dari pelunasan penjualan kredit biasanya akan dihapuskan oleh arus kas keluar untuk pajak.
6. Business entity diharapkan untuk berkelanjutan dalam going concern
basic dan pajak penghasilan yang kini ditangguhkan akhirnya akan
dilunasi. 7.
Pengakuan atas pajak tangguhan diperlukan untuk melaporkan pajak yang dimasa depan diharapkan dilunasi atau dipulihkan karena
perlakuan tax return untuk berbagai item berbeda dengan perlakuan dalam laporan keuangan.
Pada akhirnya, argumen mengenai alokasi pajak interperiodelah yang paling tepat. Lalu muncul dua konsep berkenaan dengan masalah pengalokasian
itu sendiri. Konsep tersebut adalah comprehensive basic dan partial basic. Dalam comprehensive allocation
, beban pajak penghasilan yang dilaporkan dalam satu periode akuntansi dipengaruhi oleh semua transaksi dan kejadian yang termasuk
dalam penentuan laba akuntansi sebelum pajak pada periode yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
32
Comprehensive allocation berakibat pada penyertaan konsekuensi pajak dari
semua perbedaan temporer yang terdapat dalam aset dan kewajiban pajak tangguhan.
Sebaliknya, dalam partial allocation, beban pajak penghasilan yang dilaporkan dalam periode akuntansi tidak dipengaruhi oleh perbedaan temporer
yang diharapkan tidak berbalik dimasa depan. Akibatnya, pengakuan pajak penghasilan tangguhan dianggap tidak tepat untuk perbedaan temporer yang pasti
akan selalu ada dan akan menimbulkan perbedaan dimasa depan yang nantinya akan saling hapus perbedaan yang berbalik, mengakibatkan penundaan yang tidak
terbatas dari konsekuensi pajak tangguhan. Jadi perbedaan temporer tidak jauh berbeda dengan perbedaan tetap. Selain itu konsep ini juga berpendapat bahwa
beban pajak yang dilaporkan pada suatu periode harus sama dengan pajak yang terutang pada periode tersebut.
Universitas Sumatera Utara
33
2.3 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Philips, Pincus dan Rego 2003
Earning Management: New Evidence Based on
Deferred Tax Expense Variabel:
Earning Management Y
Beban Pajak Tangguhan X1
Akrual X2 Objek Penelitian:
Publicly available sources
Alat uji: Pooled Regression
Variabel: Kewajiban Pajak
Tangguhan Aset Pajak Tangguhan
Objek Penelitian: Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Alat uji: Regresi
Logistik Beban Pajak Tangguhan
dan Akrual berpengaruh secara signifikan dapat
Mendeteksi Manajemen Laba.
Yulianti 2005 Kemampuan Beban
Pajak Tangguhan dalam Mendeteksi Manajemen
Laba Variabel:
Manajemen Laba Y Beban Pajak Tangguhan
X1 Akrual X2
Objek Penelitian: Perusahaan yang
Terdaftar di BEJ Variabel:
Kewajiban Pajak Tangguhan
Aset Pajak Tangguhan Objek Penelitian:
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Beban Pajak Tangguhan dan Akrual signifikan,
dan berpengaruh positif terhadap Probabilitas
Perusahaan dalam Melakukan Manajemen
Laba.
Universitas Sumatera Utara
34
Alat uji: Regresi Logistik
Suranggane 2007 Analisis Aktiva Pajak
Tangguhan Akrual sebagai Prediktor
Manajemen Laba Variabel:
Manajemen Laba Y Aktiva Pajak Tangguhan
X1 Akrual X2
Objek Penelitian: Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEJ Alat Uji: Regresi
Logistik Variabel:
Kewajiban Pajak Tangguhan
Objek Penelitian: Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Akrual Memiliki
Hubungan Positif Terhadap Manajemen
Laba, sedangkan Aktiva Pajak Tangguhan
Memiliki Hubungan Negatif Terhadap
Manajemen Laba.
Wiryandari dan Yulianti 2009
Hubungan Laba Akuntansi dan Laba
Pajak dengan Perilaku Manajemen Laba dan
Persistensi Laba Variabel :
Manajemen laba Y Beban pajak tangguhan
X1 Akrual X2
Objek Penelitian: Perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI. Alat Uji : Regresi
Logistik. Variabel:
Aset Pajak Tangguhan Beban Pajak Tangguhan
dan Akrual secara signifikan tidak
berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Jayanto dan Kiswanto 2009
Deffered Tax and Accruals
dalam Variabel :
Manajemen laba Y Variabel:
Aset Pajak Tangguhan Beban Pajak Tangguhan
dan Akrual secara
Universitas Sumatera Utara
35
memprediksi Earnings Managements
Penelitian Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI. Beban pajak tangguhan
X1 Akrual X2
Objek Penelitian: Perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI. Alat Uji : Regresi
Logistik. Kewajiban Pajak
Tangguhan signifikan tidak
berpengaruh dalam Mendeteksi Manajemen
Laba.
Kusuma 2014 Analisis Beban Pajak
Tangguha dalam Mendeteksi Probabilitas
Manajemen Laba Variabel:
Manajemen Laba Y Beban Pajak Tangguhan
X1 Objek Penelitian:
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Alat Uji: Regresi Logistik
Variabel: Kewajiban Pajak
Tangguhan Aset Pajak Tangguhan
Akrual Beban Pajak Tangguhan
Deferred Tax Expense tidak Berpengaruh
Signifikan Terhadap Probabilitas Perusahaan
Melakukan Manajemen Laba.
Universitas Sumatera Utara
36
2.4 Kerangka Konseptual