BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa berdasarkan umur, sebagian besar responden berumur 13 tahun yaitu 21 orang 38,9 sedangkan yang paling
rendah adalah responden dengan umur 15 tahun dan 16 tahun yaitu sebanyak 3 orang 5,6. Menurut BKKBN, 2003 batasan usia remaja adalah 10-19 tahun
sedangkan menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Pada masa
remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik organobiologik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan
mental emosional.
Terjadinya perubahan
besar ini
umumnya ini
membingungkan remaja yang mengalaminya. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi merupakan suatu
bagian yang penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus. Inilah sebabnya maka para ahli dalam bidang kesehatan reproduksi
remaja berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja putri diperlukan dalam mengatasi kesehatan reproduksi remaja putri , agar remaja putri tahu
pentingnya menjaga kebersihan genitalia pada saat menstruasi BKKBN, 2003. Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa berdasarkan kelas, sebagian
besar responden duduk di kelas VIII 8 yaitu sebanyak 23 responden 42,6, dibandingkan reponden yang duduk dikelas VII 7 yaitu sebanyak 20 responden
Universitas Sumatera Utara
37.0 dan responden yang duduk di kelas IX 9 yaitu sebanyak 11 responden 20.4.
5.2 Sumber Informasi
Berdasarkan hasil tabel 4.3 didapatkan bahwa sebanyak 19 orang siswi 35.1 mendapatkan informasi mengenai kebersihan genitalia pada saat
menstruasi dari ibu, sebanyak 17 orang siswi 31.5 menyatakan sumber informasi mengenai pembalut untuk pertama kalinya adalah ibu.sebanyak 15
orang siswi 27.6 juga mendapatkan informasi mengenai menstruasi melalui ibu, dan 15 orang siswi 27.6 juga menyatakan bahwa media atau sumber
informasi terbaik dalam penyampaian informasi mengenai kebersihan genitalia pada saat menstruasi adalah ibu. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.3, tabel 4.4,
tabel 4.5, tabel 4.8 yang menunjukkan bahwa ibu sangat berperan dalam memberikan edukasi tentang tindakan remaja terhadap kebersihan genitalia pada
saat menstruasi. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Saadah 1999 tentang kebersihan
genitalia pada saat menstruasi. Dimana sebagian besar respondennya menyatakan bahwa ibu merupakan sumber yang paling utama dalam penyampaian informasi
tentang kebersihan genitalia pada saat menstruasi. Hal ini juga sesuai dengan asumsi Hidayana 1997 yang memberikan gambaran bahwa 69,8 remaja
perempuan mengatakan bahwa orangtua terutama ibu memegang peranan penting bagi remaja sebagai ungkapan dan mendapatkan informasi paling dini mengenai
Universitas Sumatera Utara
kesehatan reproduksi dan sumber informasi yang nyaman tentang menstruasi adalah orangtua.
Dari informasi diatas dapat dilihat bahwa peran ibu sedikit banyak memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pembentukan pengetahuan,
sikap maupun tindakan siswi mengenai kebersihan genitalia pada saat menstruasi. Santrock 2003 menyatakan bahwa salah satu fungsi keluarga adalah media
edukasi bagi anak-anaknya dengan cara mendidik anak sesuai dengan tingkat- tingkat perkembangannya, mempersiapkan anak untuk kehidupan masa remaja
menuju dewasa, memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak dengan menyekolahkannya.
Pendidikan kesehatan reproduksi pada tingkat pertama harus dilakukan oleh orangtua dan paling dianggap ideal adalah ibu, mengingat hubungannya yang erat
dengan anak Paat, 1997. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa bagi remaja putri yang baru mengalami menarche akan cenderung bertanya kepada ibunya.
Kecenderungan ini menurut peneliti merupakan hasil interaksi yang terjadi dalam keluarga. Selain karena ibu dinilai sangat dekat dengan anak-anaknya, secara
psikologis akan lebih nyaman untuk berbagi masalah “ kewanitaan ” dengan sesama wanita.
Sedangkan menurut Nugraha 1997 sejak anak baru lahir hingga dewasa, orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak, termasuk pendidikan
kesehatan reproduksi. Keluarga adalah sekolah kehidupan dan kesehatan reproduksi adalah bagian dari belajar tentang kehidupan yang dimulai sejak masa
Universitas Sumatera Utara
kanak-kanak. Tetapi kenyataannya tidak semua orang tua dapat memberikan pendidikan itu. Akibatnya remaja perempuan tidak menerima pendidikan
kesehatan reproduksi yang benar dan bertanggung jawab, karena seringkali mereka menerima informasi tentang kesehatan reproduksi justru dari teman, film
dan tayangan televisi Sujarwati,2002. Kebersihan genitalia pada saat menstruasi merupakan keseluruhan perilaku
dalam menjaga kebersihan alat reproduksi pada saat menstruasi. Informasi mengenai kebersihan genitalia pada saat menstruasi sangat penting karena jika
tidak diterapkan akan berdampak negatif, yaitu akan menimbulkan infeksi pada alat reproduksi dan jika tidak segera ditangani akan menyebabkan kemandulan,
sehingga menurunkan kualitas hidup individu yang bersangkutan Sianturi,2001. Minat responden dalam pemilihan pembalut lebih cenderung didapatkan dari iklan
di televisi dan media lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 bahwa sebanyak 27 orang responden 49.9 paling banyak mengunakan merk pembalut
yang mereka lihat di iklan televisi hanya 9.3 yang menyatakan bahwa ibu atau orang tua yang memiliki peran mengenai merk pembalut yang digunakan pada
saat menstruasi. Pada tabel 4.7 sebanyak 17 orang responden 31.5 menyatakan memilih pembalut karena melihat iklan ditelevisi dan media lainnya. Peneliti
berasumsi bahwa bukan hanya ibu yang dijadikan sumber informasi oleh responden dalam hal pemilihan pembalut tetapi juga iklan.
Studi yang dilakukan Aliaswastika dalam penelitian kuantitatifnya mengenai remaja perempuan dan seksualitas” tahun 2007 terhadap enam remaja
perempuan, dengan rentang usia 16 sampai 17 tahun, menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
pemaknaan seorang remaja perempuan tentang kesehatan reproduksi sangat bergantung pada sumber informasi yang dimilikinya tentang hal tersebut, dan
bagaimana ia berkomunikasi dengan orang yang menjadi sumber primer baginya untuk mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Terbentuknya
frame of reference dan pola komunikasi ini dimulai sejak mereka mengalami menstruasi pertama.
5.3 Pengetahuan Mengenai Kebersihan Genitalia Pada Saat Menstruasi