Hasil dan Pembahasan .1 Keadaan Umum

Tinggi Tanaman Tinggi tanaman galur dihaploid pada saat vegetatif berkisar antara 89.3 – 114.3 cm. Sementara tinggi tanaman ketika panen berkisar 79.9 – 140.2 cm Tabel 10. Klasifikasi tinggi tanaman dilakukan pada saat panen karena dianggap telah mencapai tinggi tanaman maksimal. Klasifikasi tinggi tanaman terbagi ke dalam tiga kelas yaitu pendek 110 cm, sedang 110-130 cm, dan tinggi 130 cm Silitonga et al. 2003. Di antara galur-galur dihaploid yang diuji, galur – galur berikut tergolong pendek : YD1-61-1-1, YD1-71-1-1, YD1-51-2-1, YD1-51-2-2, YD1-51-2-3, YD1-48-1-2, YD2-14-1-1, YD5-10-1-2, YD5-37-1-1, YD5-37-1-2, YD5-37-1-3 dan YD6-1-1-2. Galur-galur dihaploid tergolong sedang : YD2-19- 1-1, YD2-52-1-1, YD2-52-1-2, YD2-40-1-1, YD2-40-1-2, YD2-29-2-1, YD2-29- 2-2, YD2-48-1-1, YD2-46-1-3, YD2-46-1-5, YD2-66-1-2, YD2-66-1-3, YD2-32- 2-1, YD2-32-2-2, YD2-60-3-1, YD6-1-1-1, YD6-27-1-1, YD6-27-1-2, YD6-27-1- 3, dan YD6-84-3-1. Galur-galur dihaploid yang tergolong tinggi : YD2-64-1-1, YD2-64-1-2, YD2-64-1-3, YD2-53-1-1. YD2-53-1-2, YD2-46-1-1, YD2-46-1-2, YD2-46-1-4, YD2-66-1-1, YD2-64-2-1, YD2-64-2-2, YD2-58-2-1, YD6-84-2-3, YD7-42-2-1, YD7-42-2-2, YD7-42-2-3, YD7-42-2-4, dan YD7-42-2-5. Varietas pembanding Aek Sibundong mempunyai tinggi tanaman yang pendek yaitu 103.6 cm, sedangkan Melik mempunyai tinggi tanaman yang tinggi yaitu 135.5 cm. Galur YDI-48-1-2 mempunyai tinggi tanaman lebih pendek dibanding Aek Sibundong dan Melik yaitu 79.9 cm, sedangkan galur YD7-42-2-4 mempunyai tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding Aek Sibundong dan Melik yaitu 140.2 cm. Jumlah Anakan Jumlah anakan total berkisar antara 12.7 - 32.0 batang. Sementara anakan produktif berkisar antara 11.3 – 18.3 batang Tabel 10. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua anakan yang dihasilkan merupakan anakan produktif. Varietas Aek Sibundong mempunyai jumlah anakan total dan jumlah anakan produktif masing-masing 20.0 dan 18.7 batang. Melik mempunyai jumlah anakan total dan anakan produktif masing-masing 22.3 dan 15.3 batang. Jumlah anakan dibedakan dalam lima kelompok yaitu sangat banyak 25 anakantanaman, banyak 20-25 anakantanaman, sedang 10-19 anakantanaman, sedikit 5-9 anakantanaman sangat sedikit 5 anakantanaman Silitonga et al. 2003. Panjang Daun Bendera Panjang daun bendera galur dihaploid berkisar antara 28.1 – 49.1 cm Tabel 10. Aek Sibundong memiliki panjang daun bendera lebih pendek dibandingkan Melik 28.0 cm, sedangkan galur YD7-42-2-3 memiliki panjang daun bendera lebih panjang 49.1 cm dibandingkan kedua varietas pembanding Aek Sibundong 28.0 cm dan Melik 37.7 cm. Panjang daun bendera dibagi kedalam beberapa kategori yaitu sangat pendek 21 cm, pendek 21-40 cm, sedang 41-60 cm, panjang 61-80 cm dan sangat panjang 80 cm Silitonga et al. 2003. Tabel 10 Tinggi tanaman vegetatif, tinggi tanaman saat panen, jumlah anakan vegetatif, jumlah anakan produktif, panjang daun bendera, dan panjang malai pada generasi pertama beras hitam No Genotipe Tinggi tanaman cm Anakan batang Panjang daun bendera cm Panjang malai cm Vegetatif Panen Vegetatif Produktif 1 YD1-61-1-1 99.3 95.6 17.7 15.7 44.1 26.7 2 YD1-71-1-1 100.5 101.6 16.0 11.7 34.9 26.4 3 YD1-51-2-1 93.1 86.0 19.7 17.3 32.7 25.2 4 YD1-51-2-2 89.3 b 83.8 18.5 16.0 31.2 24.9 5 YD1-51-2-3 97.5 90.2 19.0 15.3 35.1 25.1 6 YD1-48-1-2 90.5 79.9 b 17.7 15.7 28.1 b 25.4 7 YD2-14-1-1 102.0 105.1 16.7 14.7 39.1 26.6 8 YD2-19-1-1 103.0 114.9 19.0 17.0 37.4 27.3 9 YD2-52-1-1 101.2 123.5 20.7 15.7 39.4 27.5 10 YD2-52-1-2 97.8 125.1 20.7 15.0 39.7 26.9 11 YD2-40-1-1 104.3 129.5 22.3 13.7 35.4 26.8 12 YD2-40-1-2 99.0 127.8 25.3 17.0 35.0 27.2 13 YD2-64-1-1 106.7 132.7 24.0 15.7 38.7 28.4 14 YD2-64-1-2 101.6 131.2 24.0 14.7 37.8 27.5 15 YD2-64-1-3 104.3 136.8 22.0 15.7 38.5 28.0 16 YD2-53-1-1 107.8 137.7 26.0 17.3 30.8 27.2 17 YD2-53-1-2 111.7 135.4 22.7 16.7 33.5 29.0 18 YD2-29-2-1 100.9 112.4 21.7 18.3 a 37.0 25.6 19 YD2-29-2-2 106.3 117.5 20.3 16.3 34.1 25.5 20 YD2-48-1-1 106.3 122.6 19.0 14.0 39.9 27.9 21 YD2-46-1-1 100.5 131.7 22.7 15.3 39.6 28.9 22 YD2-46-1-2 100.6 135.0 21.0 16.3 32.1 27.9 23 YD2-46-1-3 98.7 123.9 20.7 14.3 38.4 27.5 24 YD2-46-1-4 101.5 138.7 21.3 14.7 36.6 28.1 25 YD2-46-1-5 97.7 121.1 17.3 15.0 38.0 27.8 26 YD2-66-1-1 104.1 130.3 24.0 14.7 35.0 26.3 27 YD2-66-1-2 96.6 119.4 28.0 15.7 35.7 26.7 28 YD2-66-1-3 105.6 126.4 23.0 17.7 32.5 26.8 29 YD2-32-2-1 101.8 124.3 23.7 17.0 35.5 28.0 30 YD2-32-2-2 96.8 126.8 32.0 a 17.7 36.2 27.9 31 YD2-64-2-1 98.6 132.0 26.3 17.0 34.8 26.8 32 YD2-64-2-2 105.3 136.0 23.3 16.0 36.3 27.2 33 YD2-60-3-1 102.0 125.2 23.7 17.7 39.8 27.7 34 YD2-58-2-1 99.7 132.5 23.7 18.3 43.0 27.0 35 YD5-10-1-2 101.0 80.7 16.3 11.7 44.2 27.5 36 YD5-37-1-1 105.3 99.5 13.3 11.3 b 41.2 29.8 37 YD5-37-1-2 104.0 102.0 12.7 b 11.7 42.4 31.1 38 YD5-37-1-3 99.0 100.1 14.3 12.3 41.5 30.2 39 YD6-1-1-1 103.3 112.6 18.3 14.0 35.7 24.8 b 40 YD6-1-1-2 104.8 107.8 17.3 14.0 35.9 25.7 41 YD6-27-1-1 111.0 124.0 16.7 14.0 32.9 27.4 42 YD6-27-1-2 111.7 120.5 18.0 14.3 35.7 28.0 43 YD6-27-1-3 108.7 123.7 18.0 14.3 35.4 28.2 44 YD6-84-3-1 109.3 127.5 21.0 16.0 43.7 28.6 45 YD6-84-2-3 110.0 132.6 20.0 14.0 41.5 31.5 a 46 YD7-42-2-1 110.3 134.9 16.3 13.0 47.9 29.7 47 YD7-42-2-2 113.7 139.5 17.0 15.7 42.7 30.0 48 YD7-42-2-3 114.3 a 139.6 15.7 13.7 49.1 a 30.1 49 YD7-42-2-4 113.3 140.2 a 14.0 12.7 47.4 29.8 50 YD7-42-2-5 113.3 139.6 14.7 11.7 48.6 30.4 Aek Sibundong 91.9 103.6 20.0 18.7 28.0 26.7 Melik 103.7 135.5 22.3 15.3 37.7 28.1 Keterangan: YD1 = MelikInpari13Inpari13, YD2= MelikInpari13Melik,YD5 = MelikFatmawatiFatmawati, YD6 = MelikFatmawatiMelik, YD7 = MelikFatmawati, a= berbeda nyata lebih tinggi dari Aek Sibundong, b = berbeda nyata lebih rendah dari Aek Sibundong berdasarkan uji D unnett α = 5 . Panjang Malai Panjang malai galur dihaploid berkisar antara 24.8 – 31.5 cm Tabel 10. Varietas Aek Sibundong dan Melik masing-masing memiliki panjang malai 26.7 dan 28.1 cm. Galur YD6-1-1-1 memiliki panjang malai lebih pendek dibandingkan kedua varietas pembanding yakni 24.8 cm, sebaliknya galur YD6- 84-2-3 memiliki panjang malai lebih panjang dibandingkan galur dihaploid lainnya yakni 31.5 cm. Rusdiansyah 2006 mengelompokkan panjang malai dalam tiga kelompok, yaitu pendek ≤ 20 cm, sedang 20-30 cm, dan panjang 30 cm. Umumnya panjang malai galur-galur dihaploid yang diuji dan varietas pembanding tergolong kelompok sedang, namun ada lima galur dihaploid tergolong kelompok panjang yaitu YD5-37-1-2, YD5-37-1-3, YD6-84-2-3, YD7- 42-2-3, dan YD7-42-2-5. Umur Berbunga dan Umur Panen Umur berbunga tanaman berkisar antara 68.3 - 105.8 hari setelah semai HSS, sedangkan umur panen berkisar 104.7 – 139.0 HSS Tabel 11. Aek Sibundong dan Melik masing-masing memiliki umur berbunga 76.8 dan 102.2 HSS. Umur panen Aek Sibundong dan Melik berturut-turut 110.7 dan 134 HSS. Galur YD5-10-1-2 diketahui memiliki umur berbunga dan umur panen yang relatif lebih genjah dibandingkan Aek Sibundong dan Melik yakni 68.3 dan 104.7 HSS. Sebaliknya galur YD2-40-1-2 memiliki umur panen yang lebih lambat dibandingkan kedua varietas pembanding yakni 139 HSS. Umur panen dibawah 124 HSS termasuk kategori berumur genjah Dewi et al. 2015. Di antara galur- galur dihaploid yang diuji, galur-galur dihaploid berikut tergolong berumur genjah: YD1-61-1-1, YD1-71-1-1, YD1-51-2-1, YD1-51-2-2, YD1-51-2-3, YD1- 48-1-2, YD2-14-1-1, YD2-19-1-1, YD2-53-1-1, YD2-53-1-2, YD2-29-2-1, YD2- 29-2-2, YD5-10-1-2, YD5-37-1-1, YD5-37-1-2, YD5-37-1-3, YD6-1-1-1, YD6-1- 1-2, YD6-27-1-1, YD6-27-1-2, YD6-27-1-3, YD6-84-3-1, YD7-42-2-1, YD7-42- 2-2, YD7-42-2-3, YD7-42-2-4, dan YD7-42-2-5. Jumlah Gabah per Malai Jumlah gabah isi per malai galur berkisar antara 127.3 – 268.6 butir, sedangkan jumlah gabah hampa per malai antara 11.6 – 225.7 butir Tabel 11. Aek Sibundong menghasilkan gabah isi lebih rendah dibandingkan Melik yaitu 120.3 butir. Galur YD7-42-2-5 menghasilkan gabah isi per malai paling tinggi dibandingkan kedua varietas pembanding yaitu 268.6 butir. Varietas Aek Sibundong dan Melik menghasilkan gabah hampa per malai masing-masing 37.9 dan 53.3 butir. Galur YD2-19-1-1 menghasilkan gabah hampa per malai paling rendah 11.3 butir, sedangkan galur YD5-37-1-1 menghasilkan gabah hampa per malai paling banyak 225.7 butir dibandingkan kedua varietas pembanding Aek Sibundong 37.9 butir dan Melik 53.3 butir. Tabel 11 Umur berbunga, umur panen, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa, dan jumlah gabah total per malai pada generasi pertama beras hitam Genotipe Umur berbunga HSS Umur panen HSS Jumlah gabah per malai Butir Jumlah gabah total Butir No Isi Hampa 1 YD1-61-1-1 73.8 104.7 169.3 57.3 226.6 2 YD1-71-1-1 75.8 106.0 158.3 84.9 243.2 3 YD1-51-2-1 76.2 109.0 171.2 63.2 234.4 4 YD1-51-2-2 76.2 110.7 171.5 62.1 233.6 5 YD1-51-2-3 75.2 110.7 173.3 67.7 241.0 6 YD1-48-1-2 75.3 109.3 127.3 b 73.7 201.0 7 YD2-14-1-1 88.0 114.0 189.2 16.8 206.0 8 YD2-19-1-1 87.3 114.0 170.9 11.6 b 182.5 9 YD2-52-1-1 97.8 125.0 149.5 28.9 178.4 10 YD2-52-1-2 99.3 125.0 136.8 39.0 175.8 11 YD2-40-1-1 103.7 134.0 175.5 66.7 242.2 12 YD2-40-1-2 105.8 139.0 a 159.7 83.2 242.9 13 YD2-64-1-1 104.3 137.0 178.6 68.6 247.2 14 YD2-64-1-2 104.7 133.3 173.5 64.5 238.0 15 YD2-64-1-3 102.0 132.3 164.6 81.6 246.2 16 YD2-53-1-1 89.2 115.0 156.0 25.0 181.0 17 YD2-53-1-2 88.5 115.0 199.9 14.7 214.6 18 YD2-29-2-1 87.5 115.0 164.8 20.2 185.0 19 YD2-29-2-2 85.7 115.0 149.2 15.7 164.9 20 YD2-48-1-1 99.7 127.3 170.8 55.9 226.7 21 YD2-46-1-1 102.8 134.3 153.4 53.6 207.0 22 YD2-46-1-2 103.2 135.0 150.7 60.7 211.4 23 YD2-46-1-3 103.0 134.0 140.7 57.3 198.0 24 YD2-46-1-4 104.0 132.2 146.5 60.1 206.6 25 YD2-46-1-5 104.2 135.3 129.5 49.7 179.2 26 YD2-66-1-1 101.3 133.3 155.4 70.5 225.9 27 YD2-66-1-2 102.7 134.2 147.1 69.9 217.0 28 YD2-66-1-3 101.8 134.3 149.7 96.4 246.1 29 YD2-32-2-1 102.7 134.3 149.2 52.3 201.5 30 YD2-32-2-2 102.7 134.0 140.4 67.6 208.0 31 YD2-64-2-1 104.7 137.0 163.9 50.5 214.4 32 YD2-64-2-2 105.8 a 136.2 159.9 51.3 211.2 33 YD2-60-3-1 101.5 126.3 158.4 39.0 197.4 34 YD2-58-2-1 96.0 124.3 155.9 24.5 180.4 35 YD5-10-1-2 68.3 b 104.7 b 178.3 140.1 318.4 36 YD5-37-1-1 75.0 108.7 191.7 225.7 a 417.4 37 YD5-37-1-2 75.8 110.7 200.9 202.7 403.6 38 YD5-37-1-3 76.3 110.7 184.8 210.5 395.3 39 YD6-1-1-1 73.3 106.0 159.5 81.7 241.2 40 YD6-1-1-2 75.3 108.7 187.0 89.1 276.1 41 YD6-27-1-1 85.5 115.0 187.5 39.8 227.3 42 YD6-27-1-2 85.5 115.0 161.0 74.2 235.2 43 YD6-27-1-3 88.3 115.0 179.0 44.2 223.2 44 YD6-84-3-1 95.0 123.7 192.1 38.7 230.8 45 YD6-84-2-3 100.5 128.7 191.3 70.3 261.6 46 YD7-42-2-1 92.7 122.0 229.4 106.4 335.8 47 YD7-42-2-2 92.3 123.3 194.2 169.8 364.0 48 YD7-42-2-3 93.3 122.7 232.7 125.2 357.9 49 YD7-42-2-4 94.5 124.3 232.9 109.5 342.4 50 YD7-42-2-5 93.0 124.3 268.6 a 90.5 359.1 Aek Sibundong 76.8 110.7 120.3 37.9 158.2 Melik 102.2 134.0 129.3 53.3 182.6 Keterangan: YD1 = MelikInpari13Inpari13, YD2= MelikInpari13Melik,YD5 = MelikFatmawatiFatmawati, YD6 = MelikFatmawatiMelik, YD7 = MelikFatmawati, a= berbeda nyata lebih tinggi dari Aek Sibundong, b = berbeda nyata lebih rendah dari Aek Sibundong berdasarkan uji D unnett α = 5 . Gabah merupakan komponen hasil yang terpenting pada tanaman padi, karena itu jumlah gabah isi dan gabah hampa per malai merupakan karakter agronomi yang pertama kali diseleksi Dewi et al. 2009b. Jumlah gabah total per malai berkisar antara 175.8 – 417.4 bulir, sedangkan varietas pembanding Aek Sibundong dan Melik memiliki jumlah gabah total per malai masing-masing 158.2 dan 182.6 butir Tabel 11. Semua galur yang diuji memiliki jumlah gabah total per malai yang lebih tinggi dibandingkan Aek Sibundong. Hampir semua galur yang diuji juga memiliki jumlah gabah total per malai lebih tinggi dibandingkan Melik, namun beberapa galur memiliki jumlah gabah total lebih rendah dibandingkan Melik : YD2-29-2-2, YD2-52-1-1, YD2-52-1-2. YD2-53-1- 1 dan YD2-46-1-5. Persentase gabah isi per malai berkisar antara 45.9 – 93.6, sedangkan persentase gabah isi per malai varietas pembanding Aek Sibundong dan Melik masing-masing 76.0 dan 70.8 Tabel 12. Sebanyak 31 galur dihaploid yang diuji memiliki persentase gabah isi per malai lebih banyak dibandingkan Melik. Di antara galur-galur dihaploid yang diuji, galur-galur berikut tergolong memiliki persentase gabah isi per malai lebih tinggi dibandingkan Aek sibundong : YD2- 14-1-1, YD2-19-1-1, YD2-52-1-1, YD2-52-1-2, YD2-53-1-1, YD2-53-1-2, YD2- 29-2-1, YD2-29-2-2, YD2-60-3-1, YD2-58-2-1, YD6-27-1-1, YD6-27-1-3, dan YD6-84-3-1. Persentase gabah hampa per malai berkisar antara 6.4 – 54.1, sedangkan persentase gabah hampa per malai varietas pembanding Aek Sibundong dan Melik masing-masing 24.0 dan 29.2 Tabel 12. Sebagian besar galur dihaploid yang diuji memiliki persentase gabah hampa per malai lebih tinggi dibandingkan Melik. Sebanyak 18 galur dihaploid yang diuji memiliki persentase gabah hampa per malai lebih tinggi dibandingkan Aek Sibundong. Bobot 1000 butir Varietas Aek Sibundong menghasilkan bobot 1000 butir lebih tinggi dibandingkan Melik berturut-turut 25.8 g dan 23.4 g Tabel 12. Galur YD2-64-2- 1 menghasilkan bobot 1000 butir lebih rendah dibandingkan kedua varietas pembanding yakni 18.2 g. Bobot 1000 butir gabah merupakan salah satu komponen hasil terpenting setelah jumlah gabah isi, kerapatan gabah pada malai, dan panjang malai Dewi et al. 2009b. Hasil Gabah Kering per Rumpun Hasil gabah kering per rumpun dihasilkan galur – galur dihaploid berkisar antara 24.7 – 47.0 g Tabel 12. Aek Sibundong menghasilkan gabah kering per rumpun sebanyak 35.0 g, sedangkan Melik menghasilkan gabah kering per rumpun sebanyak 34.2 g. Galur YD2-58-2-1 menghasilkan gabah kering per rumpun paling tinggi yakni 47.0 g, sedangkan galur YD5-37-1-1 menghasilkan gabah kering per rumpun paling rendah dibandingkan kedua varietas pembanding yakni 24.7 g. Tabel 12 Persentase gabah isi per malai, persentase gabah hampa per malai, bobot 1000 butir g dan hasil gabah kering per rumpun pada generasi pertama beras hitam Genotipe Persentase gabah isi per malai Persentase gabah hampa per malai No Bobot 1000 butir g Hasil gabah kering per rumpun g 1 YD1-61-1-1 74.7 25.3 22.9 38.5 2 YD1-71-1-1 65.1 34.9 22.3 32.2 3 YD1-51-2-1 73.0 27.0 18.3 33.4 4 YD1-51-2-2 73.4 26.6 18.8 29.8 5 YD1-51-2-3 71.9 28.1 18.7 30.2 6 YD1-48-1-2 63.3 36.7 20.6 27.1 7 YD2-14-1-1 91.8 8.2 20.2 37.5 8 YD2-19-1-1 93.6 6.4 24.5 a 44.6 9 YD2-52-1-1 83.8 16.2 23.9 38.5 10 YD2-52-1-2 77.8 22.2 24.2 38.4 11 YD2-40-1-1 72.5 27.5 20.0 33.4 12 YD2-40-1-2 65.7 34.3 19.6 37.8 13 YD2-64-1-1 72.2 27.8 20.1 34.8 14 YD2-64-1-2 72.9 27.1 20.0 33.3 15 YD2-64-1-3 66.9 33.1 20.7 32.8 16 YD2-53-1-1 86.2 13.8 20.7 36.7 17 YD2-53-1-2 93.2 6.8 20.6 45.1 18 YD2-29-2-1 89.1 10.9 21.0 37.8 19 YD2-29-2-2 90.5 9.5 22.2 37.4 20 YD2-48-1-1 75.3 24.7 22.1 32.9 21 YD2-46-1-1 74.1 25.9 23.4 35.3 22 YD2-46-1-2 71.3 28.7 23.5 41.8 23 YD2-46-1-3 71.1 28.9 22.5 31.2 24 YD2-46-1-4 70.9 29.1 23.7 34.3 25 YD2-46-1-5 72.3 27.7 22.8 33.3 26 YD2-66-1-1 68.8 31.2 20.2 35.5 27 YD2-66-1-2 67.8 32.2 19.1 32.7 28 YD2-66-1-3 60.8 39.2 19.2 30.8 29 YD2-32-2-1 74.0 26.0 20.2 34.5 30 YD2-32-2-2 67.5 32.5 20.3 35.1 31 YD2-64-2-1 76.4 23.6 18.2 b 37.5 32 YD2-64-2-2 75.7 24.3 19.1 41.5 33 YD2-60-3-1 80.2 19.8 22.9 46.2 34 YD2-58-2-1 86.4 13.6 21.5 47.0 a 35 YD5-10-1-2 56.0 44.0 19.5 28.7 36 YD5-37-1-1 45.9 54.1 21.1 24.7 b 37 YD5-37-1-2 49.8 50.2 21.3 26.8 38 YD5-37-1-3 46.7 53.3 21.6 30.6 39 YD6-1-1-1 66.1 33.9 23.2 36.7 40 YD6-1-1-2 67.7 32.3 22.6 36.2 41 YD6-27-1-1 82.5 17.5 23.0 38.7 42 YD6-27-1-2 68.5 31.5 23.1 33.6 43 YD6-27-1-3 80.2 19.8 22.1 33.8 44 YD6-84-3-1 83.2 16.8 22.1 43.5 45 YD6-84-2-3 73.1 26.9 20.6 35.3 46 YD7-42-2-1 68.3 31.7 22.1 38.0 47 YD7-42-2-2 53.4 46.6 22.9 40.8 48 YD7-42-2-3 65.0 35.0 23.1 42.1 49 YD7-42-2-4 68.0 32.0 23.1 38.8 50 YD7-42-2-5 74.8 25.2 22.2 38.2 Aek Sibundong 76.0 24.0 25.8 35.0 Melik 70.8 29.2 23.4 34.2 Keterangan: YD1 = MelikInpari13Inpari13, YD2= MelikInpari13Melik,YD5 = MelikFatmawatiFatmawati, YD6 = MelikFatmawatiMelik, YD7 = MelikFatmawati, a= berbeda nyata lebih tinggi dari Aek Sibundong, b = berbeda nyata lebih rendah dari Aek Sibundong berdasarkan uji D unnett α = 5 . Rendahnya hasil gabah kering per rumpun dapat disebabkan karena jumlah gabah hampa per malai yang tinggi dan serangan walangsangit. Di antara galur-galur dihaploid yang diuji, galur-galur dihaploid berikut menghasilkan gabah kering per rumpun di atas 35.0 g : YD1-61-1-1, YD2-14-1-1, YD2-19-1-1, YD2-52-1-1, YD2-52-1-2, YD2-40-1-1, YD2-40-1-2, YD2-53-1-1, YD2-53-1-2, YD2-29-2-1, YD2-29-2-2, YD2-46-1-1, YD2-46-1-2, YD2-66-1-1, YD2-32-2-2, YD2-64-2-1, YD2-64-2-2, YD2-60-3-1, YD2-58-2-1, YD6-1-1-1, YD6-1-1-2, YD6-27-1-1, YD6-84-3-1, YD6-84-2-3, YD7-42-2-1, YD7-42-2-2, YD7-42-2-3, YD7-42-2-4 dan YD7-42-2-5. Keluarnya Malai Eksersi Malai Keluarnya malai galur dihaploid menunjukkan bahwa seluruh malai keluar dan leher keluar skor 1, seluruh malai keluar dan leher sedang skor 3 dan sebagian malai keluar skor 7 Gambar 4. Galur-galur dihaploid yang diuji umumnya hanya sebagian malai keluar skor 7 Tabel 13. Gambar 4 Eksersi malai beras hitam a seluruh malai keluar dan leher keluar skor 1, b seluruh malai keluar dan leher sedang skor 3, c sebagian malai keluar skor 7. Sudut Daun Bendera Sudut daun bendera galur umumnya berkisar antara 20- 50 Tabel 12. Sudut daun dibagi ke dalam beberapa kelompok yaitu tegak 45°, sedang 45- 90°, mendatar 90° dan tipe terkulai 90° Silitonga et al. 2003. Secara umum sudut daun bendera galur yang diuji dan kedua varietas pembanding termasuk dalam tipe tegak. Sudut daun tegak lebih diharapkan karena berperan dalam meningkatkan luas penerimaan cahaya, selain dapat segera melewatkan air yang jatuh ke daun sehingga mengurangi beban pada permukaan daun Dewi et al. 2009b. Warna Gabah Warna gabah kuning jerami pada turunan persilangan MelikInpari13Inpari13, MelikFatmawatiFatmawatiFatmawati, MelikFat- mawatiFatmawati dan MelikFatmawati. Gabah lainnya berwarna kuning keunguan pada turunan persilangan MelikInpari13Melik dan MelikFatmawati Melik Gambar 5. Persilangan balik dengan Melik sebagai tetua menghasilkan gabah yang cenderung berwarna keunguan. b c a Tabel 13 Pengamatan eksersi malai dan sudut daun tanaman pada beras hitam No Genotipe Eksersi malai Skor Sudut daun bendera 1 YD1-61-1-1 1 20 2 YD1-71-1-1 1 40 3 YD1-51-2-1 7 40 4 YD1-51-2-2 7 40 5 YD1-51-2-3 7 40 6 YD1-48-1-2 7 40 7 YD2-14-1-1 7 30 8 YD2-19-1-1 7 40 9 YD2-52-1-1 7 40 10 YD2-52-1-2 7 40 11 YD2-40-1-1 7 30 12 YD2-40-1-2 7 30 13 YD2-64-1-1 7 30 14 YD2-64-1-2 7 40 15 YD2-64-1-3 7 40 16 YD2-53-1-1 3 30 17 YD2-53-1-2 1 40 18 YD2-29-2-1 7 40 19 YD2-29-2-2 7 50 20 YD2-48-1-1 7 30 21 YD2-46-1-1 7 40 22 YD2-46-1-2 7 50 23 YD2-46-1-3 7 40 24 YD2-46-1-4 7 30 25 YD2-46-1-5 7 30 26 YD2-66-1-1 7 40 27 YD2-66-1-2 7 30 28 YD2-66-1-3 7 30 29 YD2-32-2-1 7 40 30 YD2-32-2-2 7 40 31 YD2-64-2-1 7 30 32 YD2-64-2-2 7 30 33 YD2-60-3-1 7 40 34 YD2-58-2-1 1 40 35 YD5-10-1-2 7 30 36 YD5-37-1-1 7 10 37 YD5-37-1-2 7 30 38 YD5-37-1-3 7 30 39 YD6-1-1-1 1 30 40 YD6-1-1-2 1 40 41 YD6-27-1-1 7 40 42 YD6-27-1-2 7 40 43 YD6-27-1-3 7 40 44 YD6-84-3-1 1 70 45 YD6-84-2-3 7 40 46 YD7-42-2-1 1 30 47 YD7-42-2-2 1 30 48 YD7-42-2-3 1 30 49 YD7-42-2-4 1 40 50 YD7-42-2-5 1 30 Aek Sibundong 7 20 Melik 7 30 Keterangan: YD1 = MelikInpari13Inpari13, YD2= MelikInpari13Melik,YD5 = MelikFatmawatiFatmawati, YD6 = MelikFatmawatiMelik, YD7 = MelikFatmawati Gambar 5 Penampilan warna gabahsekam beberapa galur dihaploid yang dihasilkan dari kultur antera dan varietas pembanding. a = Turunan MelikInpari13Inpari13; b = Turunan MelikInpari13Melik; c = Turunan MelikFatmawatiFatmawati; d = Turunan MelikFatma- watiMelik; e = Turunan MelikFatmawati; f = Varietas Aek Sibundong; g = Varietas Melik. Warna Aleuron Warna aleuron sebagian besar galur dihaploid yang diuji berwarna coklat kekuningan pada persilangan MelikInpari13Inpari13, MelikFatmawati FatmawatiFatmawati, MelikFatmawatiFatmawati dan MelikFatmawati. Warna aleuron sebagian besar galur dihaploid yang diuji berwarna hitam pada persilangan MelikInpari13Melik dan MelikFatmawatiMelik Gambar 6. Persilangan balik dengan Melik sebagai tetua menghasilkan aleuron yang berwarna hitam. Gambar 6 Penampilan warna aleuron beberapa galur dihaploid yang dihasilkan dari kultur antera dan varietas pembanding. a = Turunan MelikInpari13Inpari13; b = Turunan MelikInpari13Melik; c = Turunan MelikFatmawatiFatmawati; d = Turunan MelikFatma- wati Melik; e = Turunan MelikFatmawati; f = Varietas Aek Sibundong; g = Varietas Melik. Nilai Ragam, Keragaman Genetik, Keragaman Fenotip, Heritabilitas dan Analisis Korelasi Semua karakter tanaman memiliki keragaman genetik yang luas dan heritabilitas yang tinggi, kecuali hasil gabah kering per rumpun Tabel 14. Nilai a d b c e f g a b c d e f g koefisien keragaman genetik KKG tanaman berkisar antara 4.96-63.44. Nilai KKG terendah 4.96 ditunjukkan oleh karakter hasil gabah kering per rumpun dan nilai KKG tertinggi 63.44 dihasilkan oleh jumlah gabah hampa per malai. Hal ini berarti karakter tinggi tanaman saat vegetatif, tinggi tanaman saat panen, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, panjang daun bendera, panjang malai, umur berbunga, umur panen, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, dan bobot 1000 butir memiliki keragaman genetik luas, sehingga dapat digunakan sebagai karakter seleksi bagi populasi galur-galur padi dihaploid pada penelitian ini . Karakter dengan KKG relatif rendah digolongkan sebagai sifat keragaman genetik sempit dan karakter dengan kriteria KKG relatif tinggi digolongkan sebagai karakter keragaman genetik luas Murdaningsih et al. 1990. Menurut Kristamtini et al. 2016 bahwa keragaman genetik yang luas merupakan salah satu syarat terhadap seleksi pada sifat yang diinginkan karena proses seleksi terhadap sifat tersebut akan lebih efisien. Menurut Kustera 2008 bahwa semakin luas nilai koefisien keragaman genetik menunjukkan peluang semakin efektif usaha perbaikan –perbaikan melalui seleksi dan meningkatkan keleluasaan dalam pemilihan genotipe –genotipe yang diinginkan. Heritabilitas yang tinggi dapat disebabkan keragaman genetik yang tinggi pada masing-masing invidu tanaman. Nilai heritabilitas yang tinggi berarti faktor keragaman genetik berperan penting dalam penampilan fenotipe pada tanaman Ishak 2012. Karakter yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi menunjukkan faktor genetik lebih dominan atau faktor genetik memberi sumbangan yang lebih besar dari pada faktor lingkungan dan seleksi terhadap karakter ini dapat dimulai pada generasi awal Wicaksana 2001. Heritabilitas sangat penting dalam seleksi. Seleksi akan lebih efektif jika karakter yang menjadi target seleksi memiliki nilai heritabilitas yang tinggi. Heritabilitas sangat penting dalam menentukan metode seleksi dan pada generasi mana sebaiknya karakter yang diinginkan diseleksi. Heritabilitas juga menentukan kemajuan seleksi Herawati et al. 2009. Makin besar nilai heritabilitas, makin besar kemajuan seleksi yang diraihnya dan makin cepat varietas unggul dilepas. Sebaliknya, makin rendah nilai heritabilitas arti sempit, makin kecil kemajuan seleksi diperoleh dan semakin lama varietas unggul baru diperoleh Aryana 2010. Hasil analisis korelasi Pearson yang disajikan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa karakter tinggi tanaman pada fase vegetatif, tinggi tanaman saat panen, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah isi per malai, bobot 1000 butir dan umur berbunga berkorelasi positif dan nyata dengan hasil gabah kering per rumpun. Korelasi positif dan nyata yang diperoleh pada korelasi antara karakter jumlah anakan produktif per rumpun dan hasil gabah kering per rumpun memiliki arti bahwa tanaman dengan jumlah anakan produktif per rumpun yang banyak akan memiliki jumlah gabah per malai yang banyak pula Riyanto et al. 2012. Di antara variabel yang dianalisis, hanya karakter jumlah gabah hampa per malai yang berkorelasi negatif dan berbeda sangat nyata dengan hasil gabah kering per rumpun. Tabel 14 Nilai komponen ragam dan nilai duga heritabilitas karakter agronomi galur-galur padi dihaploid beras hitam Karakter σ 2 g σ 2 p KKG 2σ σ 2 g Keragaman genetik h 2 bs Kriteria TTV 28.65 35.15 5.19 13.71 Luas 81.51 Tinggi TTP 275.99 283.68 13.81 109.68 Luas 97.29 Tinggi AT 13.18 15.40 17.99 5.98 Luas 85.63 Tinggi AP 2.14 3.53 9.64 1.42 Luas 60.60 Tinggi PD 16.06 23.41 10.59 9.27 Luas 68.62 Tinggi PM 2.18 2.54 5.34 0.99 Luas 85.49 Tinggi UB 132.89 133.34 12.55 51.55 Luas 99.66 Tinggi UP 116.35 117.02 8.81 45.24 Luas 99.43 Tinggi GIM 613.53 816.98 14.58 320.77 Luas 75.10 Tinggi GHM 2052.84 2223.05 63.44 860.64 Luas 92.34 Tinggi B1000 2.80 3.12 7.77 1.21 Luas 89.94 Tinggi HGKR 3.17 23.73 4.96 10.79 Sempit 13.35 Rendah Keterangan : TTV = tinggi tanaman saat vegetatif, TTP = tinggi tanaman saat panen, AT = anakan total, AP = anakan produktif, PD = panjang daun bendera, PM= panjang malai, UB= umur berbunga, UP= umur panen, GIM= gabah isi per malai, GHM= gabah hampa per malai, B1000= bobot 1000 butir, HGKR= hasil gabah kering per rumpun, σ 2 g = ragam genetik, σ 2 p = ragam fenotipe, KKG = koefisien keragaman genetik, 2 σσ 2 g = 2x standar deviasi ragam genetik, h bs 2 = heritabilitas arti luas Analisis korelasi berguna untuk mengetahui keeratan hubungan antar karakter. Informasi tentang adanya keeratan hubungan antar karakter merupakan hal penting dalam program pemuliaan tanaman, terutama dalam melakukan perakitan varietas baru Aryana 2009. Bila ada hubungan yang erat antara karakter penduga yang tidak dituju dengan karakter yang diinginkan yang menjadi tujuan maka pekerjaan seleksi dapat menjadi lebih efektif Safitri et al. 2011. Karakter jumlah gabah hampa per malai mempengaruhi produksi tanaman. Karakter jumlah gabah hampa per malai memiliki hubungan korelasi negatif dengan hasil gabah kering per rumpun r = -0.35 berarti tanaman dengan jumlah gabah hampa per malai yang tinggi akan menghasilkan hasil gabah kering per rumpun yang rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Gunarsih 2015 yang mengatakan karakter jumlah gabah hampa per malai merupakan karakter yang memiliki korelasi negatif dan sangat nyata terhadap hasil gabah kering per rumpun, artinya kedua karakter tersebut memiliki hubungan erat yang berlawanan. Tabel 15 Nilai korelasi antara peubah pengamatan galur dihaploid padi beras hitam Keterangan: TTV = Tinggi tanaman vegetatif, JAT = Jumlah anakan total, TTP = Tinggi tanaman saat panen, JAP = Jumlah anakan produktif, PD = Panjang daun bendera, PM = Panjang malai, ISI = Jumlah gabah isi per malai, HAMPA = Jumlah gabah hampa per malai, B1000BTR = Bobot 1000 butir, HGKR = Hasil gabah kering per rumpun, UB = Umur berbunga , UP = Umur panen, = berkorelasi sangat nyata pada taraf α = 1 , = berkorelasi nyata pada taraf α = 5 , tn = berkorelasi tidak nyata pada α = 5 .

4.4 Simpulan

Terdapat keragaman karakter antar galur hasil kultur antera yang diuji. Semua karakter tanaman memiliki keragaman genetik yang luas kecuali hasil gabah kering per rumpun. Karakter yang memiliki heritabilitas yang tinggi antara lain tinggi tanaman saat vegetatif, tinggi tanaman saat panen, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, panjang daun bendera, panjang malai, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, umur berbunga, umur panen, dan bobot 1000 butir. Seleksi galur dihaploid padi beras hitam akan menghasilkan daya hasil yang tinggi dengan menggunakan karakter tinggi tanaman pada fase vegetatif, tinggi tanaman saat panen, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah isi per malai, bobot 1000 butir dan umur berbunga berkorelasi positif dan nyata dengan hasil gabah kering per rumpun. Karakter JAV UB UP TTP JAP PD PM ISI HAMPA B1000BTR HGKR TTV -0.39 0.12 tn 0.07 tn 0.46 -0.39 0.45 0.43 0.62 0.07 tn 0.12 tn 0.23 JAV 0.50 0.47 0.33 0.66 -0.39 -0.17 -0.48 -0.33 -0.19 0.15 UB 0.96 0.78 0.23 0.05 tn 0.21 -0.15 -0.29 -0.04 tn 0.20 UP 0.70 0.18 0.03 tn 0.19 -0.16 -0.18 -0.12 tn 0.11 tn TTP 0.12 tn 0.16 0.43 0.12 tn -0.16 0.23 0.34 JAP -0.45 -0.21 -0.38 -0.40 0.03 tn 0.40 PD 0.39 0.42 0.26 0.12 tn -0.08 tn PM 0.43 0.47 0.22 0.13 ISI 0.17 -0.04 0.37 HAMPA -0.07 tn -0.35 B1000BTR 0.31 5 PEMBAHASAN UMUM Kultur antera merupakan salah satu metode percepatan pemuliaan tanaman menginduksi tanaman haploid. Tanaman - tanaman dihaploid yang dihasilkan melalui kultur antera bersifat homozigot penuh karena informasi genetik pada tanaman tersebut identik. Tanaman homozigot yang dihasilkan pada keturunan pertama akan memudahkan seleksi sehingga seleksi dalam siklus pemuliaan dapat dipersingkat Dewi dan Purwoko 2011. Kultur antera diawali dengan persilangan padi lokal beras hitam dengan varietas budidaya dengan metode silang balik back cross. Persilangan dengan metode back cross yaitu persilangan antara keturunan dengan salah satu tetuanya yang bertujuan untuk memperbaiki satu atau beberapa sifat tanaman. Semakin sering dilakukan silang back cross semakin besar pula proporsi gen keturunan dari tetua donor Syukur et al. 2012. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa padi beras hitam yaitu padi dengan aleuron berwarna hitam terbanyak 28 tanaman dihasilkan pada persilangan MelikInpari13Melik diikuti persilangan MelikFatmawatiMelik sebanyak 7 tanaman Tabel 7. Hal ini dapat disebabkan karena kedua persilangan ini menggunakan Melik sebagai tetua donor. Hasil kultur antera yang diharapkan masih sedikit. Hal ini dapat disebabkan regenerasi tanaman hijau yang masih rendah. Genotipe tanaman donor merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan menghasilkan tanaman hijau. Padi subspesies indica merupakan genotipe rekalsitran yang sulit menghasilkan regeneran tanaman hijau, sedangkan padi subspesies japonica merupakan genotipe padi yang mudah menghasilkan tanaman hijau Dewi dan Purwoko 2011. Penelitian kedua merupakan lanjutan penelitian pertama yaitu mengkarakterisasi galur-galur dihaploid yang telah diperoleh dari penelitian pertama. Pengamatan dilakukan pada karakter komponen hasil dan hasil, data dianalisis ragamnya, dan diuji lanjut dengan uji Dunnett. Kemudian dilakukan pendugaan pada beberapa parameter genetik, yaitu ragam genetik, ragam lingkungan, ragam fenotipe, nilai heritabilitas arti luas dan koefisien keragaman genetik. Analisis ragam pada galur-galur dihaploid generasi pertama DH0 menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati. Analisis ragam menunjukkan bahwa nilai keragaman genetik dari semua peubah yang diamati memiliki kriteria luas kecuali hasil gabah kering per rumpun. Nilai heritabilitas pada semua karakter yang diamati tergolong tinggi kecuali hasil gabah kering per rumpun. Karakter hasil gabah kering per rumpun memiliki heritabilitas yang rendah. Heritabilitas yang tinggi dapat disebabkan keragaman genetik yang tinggi pada masing-masing invidu tanaman. Seleksi akan lebih efektif jika karakter yang menjadi target seleksi memiliki nilai heritabilitas yang tinggi. Selain dengan nilai heritabilitas, seleksi dapat dilakukan dengan menggunakan karakter lain selain karakter yang ingin diperbaiki dengan syarat bahwa antar karakter yang digunakan sebagai kriteria seleksi dengan karakter yang ingin diperbaiki mempunyai nilai korelasi yang tinggi. Korelasi adalah suatu analisis untuk mengukur derajat keeratan hubungan linear diantara kedua karakter atau lebih. Bila ada hubungan yang erat antara karakter penduga yang tidak dituju dengan karakter yang diinginkan yang menjadi tujuan maka pekerjaan seleksi dapat menjadi lebih efektif Falconer dan Mackay 1996. Analisis korelasi digunakan pada penelitian ini untuk melihat hubungan antar karakter hasil dengan karakter lainnya. Nilai koefisien korelasi menandakan keeratan hubungan antar karakter. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa karakter tinggi tanaman pada fase vegetatif, tinggi tanaman saat panen, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah isi per malai, bobot 1000 butir dan umur berbunga berkorelasi positif dan nyata dengan hasil gabah kering per rumpun. Karakter jumlah gabah hampa per malai berkorelasi negatif terhadap hasil gabah kering per rumpun yang berarti kedua karakter tersebut memiliki hubungan erat yang berlawanan. Berdasarkan penelitian diperoleh 9 galur dihaploid beras hitam yang memiliki hasil gabah per rumpun lebih dari 40 g dan 19 galur dihaploid beras hitam yang memiliki hasil gabah per rumpun antara 35 - 40 g Tabel 12. Galur- galur dihaploid ini berpeluang diuji lanjut di lahan sawah. Diperoleh galur-galur padi beras dihaploid yang potensial yakni berumur genjah 115 - 124 HSS, bobot 1000 butir 22 g dan hasil gabah kering per rumpun 35 g yang dapat dikembangkan Tabel 16. Tabel 16 Galur-galur padi beras hitam dihaploid yang potensial untuk dikembangkan No Genotipe Tinggi tanaman panen cm Umur panen HSS Anakan produktif batang Persentase gabah isi per malai Bobot 1000 butir g Hasil gabah kering per rumpun g 1 YD1-61-1-1 95.6 104.7 15.7 74.7 22.9 38.5 2 YD2-19-1-1 114.9 114.0 17.0 93.6 24.5 44.6 3 YD2-29-2-2 117.5 115.0 16.3 90.5 22.2 37.4 4 YD6-1-1-1 112.6 106.0 14.0 66.1 23.2 36.7 5 YD6-1-1-2 107.8 108.7 14.0 67.7 22.6 36.2 6 YD6-27-1-1 124.0 115.0 14.0 82.5 23.0 38.7 7 YD6-84-3-1 127.5 123.7 16.0 83.2 22.1 43.5 8 YD7-42-2-1 134.9 122.0 13.0 68.3 22.1 38.0 9 YD7-42-2-2 139.5 123.3 15.7 53.4 22.9 40.8 10 YD7-42-2-3 139.6 122.7 13.7 65.0 23.1 42.1 11 YD7-42-2-4 140.2 124.3 12.7 68.0 23.1 38.8 12 YD7-42-2-5 139.6 124.3 11.7 74.8 22.2 38.2 Keterangan: YD1 = MelikInpari13Inpari13, YD2= MelikInpari13Melik,YD6 = MelikFatmawatiMelik, YD7 = MelikFatmawati. Persilangan MelikFatmawati umumnya menghasilkan turunan berumur genjah, bobot 1000 butir dan hasil gabah kering per rumpun berdaya hasil tinggi lebih banyak dibandingkan persilangan lainnya, namun anakan produktif dan persentase gabah isi per malai lebih rendah dibanding persilangan lainnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Safitri et al. 2010 yang menggunakan Fatmawati