39 drastis  pada  jam  ke-32.  Fase  klimakterik  biasanya  diikuti  dengan
penurunan  mutu.  Hal  ini  terjadi  disebabkan  setelah  klimakterik, mitokondria
mulai terdegradasi.
Degradasi pada
mitokondria menyebabkan  persediaan  energi  untuk  metabolisme  sel-sel  menurun.
Akibatnya,  sel-sel  mengalami  pelayuan  dan  akhirnya  mati.  Hal  ini  jelas terlihat  pada  apel  potong  segar  yang  disimpan  di  suhu  ruang.  Setelah
mengalami puncak klimakterik pada jam ke-24, produk sudah tidak dapat dikonsumsi lagi setelah jam ke-40
Gambar 22. Grafik  laju  produksi  CO
2
tiap  konsentrasi  pati  ubi  jalar- tapioka pada suhu ruang
Dengan  membandingkan  Gambar  21  dan  22  juga  dapat  diketahui bahwa  laju  respirasi  apel  potong  segar  pada  suhu  5°C  lebih  rendah
daripada  penyimpanan  pada  suhu  ruang.  Nilai  laju  respirasi  suhu  5°C berkisar  antara  2.68  mlkg  jam  hingga  15.78  mlkg  jam.  Sedangkan  laju
respirasi suhu ruang berkisar antara 19.41 mlkg jam hingga 101.83 mlkg jam.
2. Susut Bobot
Hasil  penelitian  seperti  terlihat  pada  Lampiran  6  menunjukkan bahwa suhu berpengaruh sangat nyata p0.01 terhadap susut bobot apel
potong segar. Nilai rata-rata susut bobot apel potong segar yang disimpan
20 40
60 80
100 120
4 8
12 16
20 24
32 40
Lama pe nyimpanan jam L
a ju
P r
o d
u k
si C
O
2
m l
k g
j a
m
konsentrasi pati ubi jalar: tapioka 4:0 konsentrasi pati ubi jalar:tapioka 3:1
konsentrasi pati ubi jalar:tapioka 2:2 konsentrasi pati ubi jalar:tapioka 1:3
konsentrasi pati ubi jalar:tapioka 0:4 kontrol
40 pada suhu ruang 20.92  lebih besar dibanding apel potong segar  yang
disimpan pada suhu 5°C 1.26 . Susut  bobot  terjadi  terutama  disebabkan  penguapan  air  yang
terkandung  dalam  buah.  Pemotongan  yang  dilakukan  pada  potong  segar menyebabkan  jaringan  dalam  buah  terpapar  dengan  lingkungan  sehingga
berdampak  pada  peningkatan  kecepatan  penguapan  air  Perera,  2007. Suhu  rendah  dapat  memperlambat  susut  bobot  karena  pada  suhu  rendah
kecepatan uap air berkurang. Besarnya susut bobot yang disimpan pada suhu ruang secara tidak
langsung  juga  berkaitan  dengan  peningkatan  laju  respirasi  akibat  suhu tinggi.  Laju  respirasi  yang  meningkat  menyebabkan  suhu  internal  buah
juga  meningkat  disebabkan  panas  energi  yang  dihasilkan  dari  respirasi. Suhu  internal  buah  yang  tinggi  menyebabkan  selisih  antara  tekanan  uap
lingkungan  dan  buah  menjadi  besar.  Semakin  besar  selisih  yang  terjadi maka  kecepatan  laju  perpindahan  uap  air  akan  semakin  tinggi  Ben-
Yehoshua,  1987.  Sehingga  berpengaruh  terhadap  nilai  susut  bobot  yang besar.
Hasil  penelitian  dalam  Lampiran  6  juga  menunjukkan  bahwa perbandingan  konsentrasi  pati  ubi  jalar  dan  tapioka  yang  digunakan
sebagai bahan pembuatan edible coating tidak berpengaruh nyata p0.05 terhadap nilai susut bobot. Nilai laju respirasi apel potong segar yang tidak
terlapis  edible  coating  tidak  berbeda  nyata  dengan  nilai  susut  bobot  apel potong segar terlapis edible coating.
Hal ini dapat disebabkan karakteristik pati yang digunakan sebagai bahan  pembuat  edible  coating  bersifat  hidrofilik.  Sifat  hidrofilik  pati
menyebabkan  pati  merupakan  penghalang  yang  buruk  terhadap  uap  air. Air  yang  terdapat  pada  lingkungan  dapat  terserap  dan  merusak  rantai
intermolekuler edible coating sehingga meningkatkan permeabilitas secara umum. Agar  edible coating  yang terbuat dari pati mampu menahan susut
bobot  sebaiknya  ditambahkan  lipid  yang  memiliki  daya  tahan  bagus terhadap uap air karena sifatnya yang hidrofobik.
41 Pengecilan  ukuran  pati  menggunakan  blender  kering  juga  dapat
mempengaruhi.  Pati  menjadi  rusak  akibat  perlakuan  mekanis.  Pati  ini menjadi  lebih  banyak  mengikat  air  dibanding  pati  normal.  Lebih  lanjut
mengakibatkan  edible  coating  yang  dihasilkan  tidak  mampu  menahan susut bobot yang terjadi.
Hasil uji-t seperti terlihat pada Lampiran 6 dan Gambar 23 serta 24 menunjukkan  bahwa  lama  penyimpanan  juga  berpengaruh  sangat  nyata
p0.01  terhadap  nilai  susut  bobot  yang  diperoleh.  Nilai  susut  bobot semakin meningkat dengan meningkatnya lama penyimpanan.
Gambar 23. Diagram batang pengaruh konsentrasi pati ubi jalar-tapioka
terhadap susut bobot selama penyimpanan pada suhu ruang
Gambar 24.
Diagram  batang  pengaruh  konsentrasi  pati  ubi  jalar-tapioka terhadap susut bobot selama penyimpanan pada suhu 5°C
42 Gambar  23  dan  24  juga  memperlihatkan  pengaruh  suhu
penyimpanan  terhadap  susut  bobot.  Nilai  rata-rata  susut  bobot  pada  hari pertama 6.56  lebih kecil dibanding susut bobot pada hari kedua 15.61
.
3. Warna