penilaian 4 – 1. Kuesioner ini dibuat dengan tujuan untuk mengidentifikasi
tingkat kecemasan perpisahan dengan orang tua saat memasuki lingkungan atau tempat baru. Setiap pernyataan disediakan empat pilihan jawaban, yaitu
SS Sangat Sering, S Sering, J Jarang, dan TP Tidak Pernah, dan penilaian menggunakan skala Likert. Untuk pertanyaan favorable skor yang
diberikan adalah 4 = SS Sangat Sering, 3 = S Sering, 2 = J Jarang, 1 = TP Tidak Pernah. Sedangkan untuk pertanyaan unfavorable skor yang diberikan
adalah 4 = TP Tidak Pernah, 3 = J Jarang, 2 = S Sering, 1 = SS Sangat Sering.
Dari ketiga kuesioner diatas, peneliti memilih untuk menggunakan kuesioner Screen for Child Anxiety Related Disorder SCARED, karena
peneliti ingin mengetahui tingkat kecemasan perpisahan dengan orang tua saat remaja memasuki pesantren. Dengan hasil individu mengalami kecemasan
rendah atau kecemasan tinggi.
D. Teman Sebaya
Teman sebaya adalah anak pada usia yang sama atau pada level kedewasaan yang sama Santrock, 2007. Teman sebaya adalah sekelompok
orang yang memiliki usia yang sama dan memiliki kelompok sosial yang sama pula, misalnya teman sekolah Mu’tadin, 2002.
Interaksi teman sebaya memainkan peran khusus dalam perkembangan sosioemosional anak-anak, salah satu fungsi yang paling penting dari
kelompok teman sebaya adalah untuk memberika sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga Santrock, 2007.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa teman sebaya adalah sekelompok orang yang memiliki usia yang sama dan biasanya terjadi
pertukaran informasi yang dapat mempengaruhi perilaku dari anggota lainnya. Relasi dengan teman sebaya dapat berdampak positif ataupun negatif.
Sisi positifnya antara lain adalah anak-anak mengeksplorasi prinsip-prinsip kesehatan dan keadilan melalui pengalaman ketika mereka mgalami
perbedaan pendapat dengan teman sebayanya Piaget, 1932, Sullivan, 1953 dalam Santrock, 2007.
Selain itu para ahli juga mengungkapkan dampak negatif teman sebaya bagi perilaku individu. Teman sebaya memiliki pengaruh besar dalam tingkah
laku individu, remaja yang memiliki perilaku buruk akan memberikan pengaruh negatif kepada teman sebayanya. Salah satu pengaruh buruknya
yaitu dapat menjadikan individu sebagai pelaku tindakan bullying, karena salah satu faktor penyebab terjadinya bullying adalah faktor teman sebaya.
Tindakan bullying dilakukan oleh remaja karena adanya teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif dengan cara menyebarkan ide baik secara aktif
maupun pasif, remaja menganggap bahwa perilaku bullying bukanlah suatu masalah besar dan merupakan suatu hal yang wajar untuk dilakukan. Remaja
memiliki keinginan untuk tidak lagi bergantung pada keluarganya dan mulai mencari dukungan dan rasa aman dari kelompok sebayanya, untuk
mendapatkan rasa aman tersebut, remaja mengikuti perilaku- perilaku yang teman sebayanya lakukan Kupersmidt Derosier, 2004 dalam Santrock,
2007.