sampai 39,25 m; 39,25 m sampai 44,05 m; dan 44,05 m smpai 48,85 m. Kelas ke 11 atau selang kelas kedalaman 53,65 m sampai 58,45 m tidak terdapat nilai E2
dikarenakan tidak memiliki second bottom pada kedalaman tersebut. Tabel 6. Rata-rata E2 pada kedalaman yang berbeda
Selang Kelas Kedalaman meter E2 dB
5,65-10,45 -58,16
10,45-15,25 -57,50
15,25-20,05 -56,58
20,05-24,48 -56,18
24,48-29,65 -56,70
29,65-34,45 -58,98
34,45-39,25 -59,42
39,25-44,05 -59,33
44,05-48,85 -60,35
48,85-53,65 -57,59
53,65-58,45 -
Diolah dari Lampiran 4
4.3 Volume Backscattering Dasar Perairan
Nilai hambur balik E1 dan E2 di Perairan Pangkajene dapat diperoleh tipe substrat berdasarkan selang nilai E1 dan E2, dapat dilihat pada Tabel 7. Nilai
selang hambur balik E2 mengikuti nilai hambur balik pada E1 pada setiap lintasan sehingga diperoleh hasil nilai hambur balik E2 untuk tipe substrat pasir -54,45 dB
sampai -62,37 dB, tipe substrat pasir berlumpur memiliki nilai hambur balik E2 pada kisaran -54,41 dB sampai -63,83 dB, tipe substrat lumpur berpasir memiliki
nilai hambur balik E2 pada kisaran -55,75 dB sampai -63,63 dB, sedangkan tipe substrat lumpur memiliki nilai hambur balik pada kisaran -65,77 dB sampai -
69,37 dB. Tipe substrat pasir merupakan tipe substrat kasar dan keras dikarenakan memiliki nilai E1 dan E2 tinggi. Substrat pasir berlumpur memiliki kekasaran
yang sedang dan keras, substrat lumpur berpasir memiliki kekasaran dan
kekerasan yang sedanag, sedangkan tipe substrat lumpur merupakan tipe substrat halus dan lunak dikarenakan memiliki nilai E1 dan E2 yang rendah.
Tabel7. Selang nilai E1 dan E2 serta tipe substrat E1 dB
E2 dB Tipe Substrat
-19,71 sampai -21,01 -54,45 sampai -62,37
Pasir -21,35 sampai -26,91
-54,41 sampai -63,83 Pasir berlumpur
-27,67 sampai -28,94 -55,75 sampai -63,63
Lumpur berpasir -30,64 sampai -33,24
-65,77 sampai -69,37 Lumpur
Diolah dari Lampiran 3 Sebaran substrat di Perairan Pangkajene dapat dilihat pada Gambar 10
yang menggambarkan sebaran nilai pantulan pertama E1 dari dasar perairan. Sebaran nilai E1 dari dasar perairan pada daerah dekat pantai dengan posisi
5°06’00” LS sampai 4°42’00” LS memiliki nilai pantulan yang besar. Pada daerah tersebut tipe substrat yang mendominasi pasir dan pasir berlumpur dengan
kisaran -21,00 dB sampai -22,50 dB. Allo 2008 menyatakan bahwa daerah pantai memiliki substrat pasir dan pasir berlumpur disebabkan memiliki
kedalaman yang dangkal serta dipengaruhi oleh faktor pergerakan arus dan gelombang yang kuat. Adanya pengaruh arus dan gelombang dapat
mengakibatkan fraksi lumpur dan lumpur berpasir tidak dapat mengendap di sepanjang pantai, akibatnya pada daerah ini hampir sebagian besar didominasi
oleh kedua tipe substrat pasir dan pasir berlumpur. Tipe substrat pasir tergambar dekat pantai pada posisi lintang 4°54’00” LS sampai 4°48’00” LS dengan nilai -
21,00 dB, tipe substrat pasir memiliki sebaran yang sempit. Nilai hambur balik E1 semakin ke arah barat menunjukkan penurunan
nilai hambur balik, nilai hambur balik berkisar pada -22,50 dB sampai -27,00 dB. Pada daerah tersebut memiliki tipe substrat pasir berlumpur dan lumpur berpasir.
Hal berbeda terjadi pada bagian utara Perairan Pangkajene pada posisi 4°30’00” LS sampai 4°42’00” LS, semakin ke utara nilai hambur balik E1 mengalami
penurunan nilai hambur balik pada kisaran -23,50 dB sampai -31,00 dB. Pada daerah tersebut memiliki tipe substrat lumpur berpasir dan lumpur. Daerah dekat
pantai pada wilayah utara dan selatan menunjukkan perbedaan substrat, hal ini digambarkan dari nilai hambur balik E1 yang berbeda. Bagian selatan dekat pantai
Perairan Pangkajene memiliki tipe substrat pasir dan pasir berlumpur sedangkan bagian utara dekat pantai Perairan Pangkejene memiliki tipe substrat lumpur
berpasir dan lumpur, dikarenakan pada kedua daerah tersubut terjadi perbedaan kedalaman sehingga mengakibatkan perbedaan tipe substrat. Substrat lumpur
berpasir dan lumpur terdapat pada perairan yang lebih dalam. Gambar 11 menunjukkan distribusi hambur balik kedua E2 dari dasar
perairan. Sebaran hambur balik kedua E2 dasar perairan tidak jauh berbeda pada hambur balik pertama E1, terjadi perbedaan hambur balik E2 pada bagian
selatan berada pada posisi 4°42’00” LS sampai 5°06’00” LS dan bagian utara berada posisi 4°30’00” LS sampai 4°42’00”LS. Daerah dekat pantai bagian
selatan memiliki nilai hambur balik E2 yang lebih besar dibadingkan nilai hambur balik E2 pada bagian utara. Nilai hambur balik E2 pada bagian selatan berkisar -
57,00 dB sampai -59,50 dB, nilai hambur balik semakin menurun ke arah barat. Sedangkan dekat pantai pada bagian utara memiliki nilai hambur balik E2 yang
rendah berkisar -57,00 dB sampai -64,00 dB, nilai habur balik pada wilayah tersebut akan semakin menurun ke arah utara.
Diolah dari Lampiran 3 Gambar 10. Kontur E1 pada lokasi penelitian
Diolah dari Lampiran 3 Gambar 11. Kontur E2 pada lokasi penelitian
Hubungan antara nilai hambur balik E1 dan E2 dapat ditunjukkan dengan analisis regresi linear sederhana. Analisis regresi linear sederhana menunjukkan
bahwa peningkatan hambur balik E2 terhadap hambur balik E1 membentuk garis linear positif dengan persamaan Y = 0,85 X – 38,38 dengan kofisien determinasi
0,50 dan nilai korelasi 0,71. Nilai kofisien korelasi berkisar antara 0,7 – 1 sehingga menunjukkan bahwa hubungan kuat pada nilai hambur balik E2 terhadap
hambur balik E1. Hasil persamaan tersebut mengakibatkan pada selang kepercayaan 95 setiap kenaikan hambur balik E1 sebesar 1 dB akan menaikan
hambur balik E2 sebesar 0,85 dB. Tipe substrat dapat diterangkan dengan menggunakan hubungan antara E2
hardnesskekerasan dan E1 roughnesskekasaran Gambar 12, semakin besar kedua nilai tersebut maka jenis substrat suatu perairan berupa substrat keras dan
kasar. Pada gambar terbagi menjadi 9 kuadran untuk klasifikasi tipe substrat dengan tingkat kekerasan dan kekasaran berdasarkan nilai dari E2 dan E1.
Kuadran pertama I memiliki tipe substrat keras dan kasar dikarenakan nilai E2 dan E1 memiliki nilai yang tinggi, tipe substrat tersebut terdapat pada 24 lintasan.
Kuadran kedua II memiliki tipe substrat dengan kekerasan yang sedang dan kekasaran yang tinggi, tipe substrat tersebut terdapat pada 5 lintasan. Kuadran
ketiga III memiliki tipe substrat lunak dan kasar, tipe substrat tersebut tidak terdapat pada lintasan.
Kuadran keempat IV memiliki tipe substrat keras dengan kekasaran yang sedang, substrat tersebut terdapat pada 10 lintasan. Kuadran kelima V memiliki
tipe substart dengan kekerasan dan kekasaran yang sedang, tipe substrat tersebut terdapat pada 18 lintasan. Kuadran keenam VI memiliki tipe substrat yang lunak
dan kekasaran sedang, tipe substrat tersebut tidak terdapat pada lintasan. Kuadran ketujuh VII memiliki tipe substrat lunak dan kasar, tipe substrat tersebut tidak
terdapat pada lintasan. Kuadran kedelapan VIII memiliki tipe substrat lunak dan kekasaran yang sedang, tipe substrat tersebut terdapat pada 1 lintasan. Kuadran
kesembilan IX memiliki tipe substrat lunak dan halus, tipe substrat tersebut berada pada 6 lintasan. Tipe substrat di Perairan Pangkajene adalah keras dan
kasar, dikarenakan lebih dominan berada pada 24 lintasan dari 64 lintasan.
Diolah dari Lampiran 3 Gambar 12. Klasifikasi tipe substrat berdasarkan nilai E2 dan E1
Tipe substrat diplotkan pada masing-masing lintasan sehingga dapat terlihat penyebaran tipe substrat pada lokasi penelitian Gambar 13. Substrat
pasir wilayah penyebarannya berada di daerah pantai pada kordinat 4°40’ LS sampai 4°50’ LS. Sebaran substrat pasir berlumpur penyebarannya dominan dan
menyebar secara merata pada lokasi penelitian. Substrat lumpur berpasir wilayah penyebaranya berada di wilayah barat, selatan, dan utara di Perairan pangkajene.
Substrat lumpur memiliki penyebaran di daerah pantai bagian utara.
37 Diolah dari Lampiran 3
Gambar 13. Sebaran tipe substrat di lokasi penelitian
4.4 Sebaran Data Akustik untuk Ikan Demersal