Tinjauan Pustaka PENGARUH KUALITAS MASUKAN BERBAGAI SERESAH TERHADAP DINAMIKA NH4 +, NO3 , DAN POTENSIAL NITRIFIKASI TANAH SERTA SERAPAN N TANAMAN JAGUNG (Zea mays L )

commit to user 5 II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Dinamika NH 4 + dan NO 3 - dalam Tanah. Nitrogen dalam tanah mempunyai dinamika yang sangat tinggi karena selalu mengalami perubahan dan perpindahan. Dua bentuk N yang tersedia bagi tanaman adalah NH 4 + dan NO 3 - yang masing-masing mempunyai sifat dan perilaku spesifik. NH 4 + berbentuk kation yang akan bertahan oleh partikel tanah yang bermuatan negatif sehingga terhindar dari pelindian pindah dibawah jangkauan zona perakaran pada saat tanah tergenang air, atau hilang teruapkan dalam bentuk gas N 2 O, NO, dan N 2 melalui proses denitrifikasi. Sebaliknya, NO 3 - yang terbentuk anion bersifat lebih mobil dan tidak ditahan oleh partikel tanah sehingga mudah mengalami perlindian, volatilisasi, dan denitrifikasi Erickson et al, 2000 cit Purwanto, 2009. Nitrogen pada pupuk dan komponen organik ditransformasikan dalam bentuk NH 4 + -N pada tanah oleh mikroorganisme. Pada proses nitrifikasi, NH 4 + -N diubah dalam NO 3 - -N oleh bakteri pengoksidasi NH 4 + dan NO 2 - -N diubah oleh bakteri pengoksidasi NO 2 - . Selama tanaman mengabsorbsi hanya NH 4 + -N dan NO 3 - -N, nitrifikasi terbentuk pengaruh efisiensi penyerapan nitrogen oleh tanaman dengan mudah. NO 3 - -N tersebut tidak diabsorbsi oleh tanaman terlindi ke bawah dari rizosfer ke lapisan lebih dalam pada tanah dan mencemari air tanah. Selama proses nitrifikasi, NO, salah satu gas rumah kaca, dikeluarkan dari tanah ke atmosfer. Pengendalian nitrifikasi, ini memungkinkan tidak hanya meningkatkan efisiensi penyerapan nitrogen oleh tanaman tetapi juga untuk meminimalisir hilangnya nitrogen oleh perlindian dan penguapan Maeda, 1999. Selain siklus mineralisasiimobilisasi, NH 4 + juga dapat diikat pada kisi pertukaran kation dalam mineral liat seperti illit dan vermikulit. NH 4 + juga dapat bereaksi dengan senyawa organik seperti quinon, atau dapat juga mengalami volatalisasi pada pH tinggi. Dinamika biologi yang utama adalah 5 commit to user 6 serapan tanaman, asimilasi mikroba, oksidasi menjadi NO 3 - oleh mikroorganisme nitrifikasi. NO 3 - mudah terlindi dari tanah karena bermuatan negatif, sehingga menyebabkan hilangnya NO 3 - dari sistem tanah-tanaman. Jika NO 3 - terlindi, biasanya disertai dengan sejumlah kation lainnya untuk mempertahankan keseimbangan muatan. Perlindian kation basa dalam tanah dan meningkatkan kemasaman tanah. Konsentrasi NO 3 - yang tinggi pada air permukaan dapat menyebabkan eutrofikasi. NO 3 - dapat diasimilasi oleh tanaman dan mikroorganisme. Proses reduksi NO 3 - secara asimilatori ini memerlukan energi untuk mengkonversi NO 3 - menjadi NH 4 + , akibatnya mempengaruhi ketersediaan nitrogen. Asimilasi NO 3 - disebut juga imobilisasi NO 3 - Handayanto dan Hairiah, 2007. 2. Amonifikasi Mineralisasi nitrogen umumnya digunakan untuk menyatakan produksi nitrogen anorganik, baik NH 4 + maupun NO 3 - , tetapi kadang- kadang dinyatakan untuk produksi NH 4 + saja. Istilah yang lebih benar untuk menyatakan proses transformasi nitrogen organik menjadi NH 4 + adalah amonifikasi atau gross nitrogen mineralization. Imobilisasi menggambarkan konversi NH 4 + menjadi nitrogen organik, sabagai akibat dari asimilasi NH 4 + oleh biomasa mikroba Handayanto dan Hairiah, 2007. Gross nitrogen mineralization dalam tanah menyebabkan pelepasan NH 4 + atau amonia NH 3 oleh mikroorganisme tanah heterotrof non spesifik pada kondisi aerobik dan anaerobik. Kebanyakan mineralisasi N terjadi pada tanah permukaan aktif biologi 0-5 cm yang mengandung banyak hewan dan tanaman yang terdekomposisi dan mati Marschner and Rengel, 2007. Amonifikasi adalah konversi senyawa nitrogen organik seperti protein dan asam nukleat menjadi NH 4 + , dan dapat disebabkan oleh keanekaragaman bakteri dan jamur yang dipengaruhi suhu, kelembaban, dan faktor lainnya yang mempengaruhi organisme tersebut. Dihasilkannya suatu ion hiroksil, jadi proses tersebut menjadikan tanah lebih alkalis : Organik N NH 4 + + OH - Addiscott, 2005. commit to user 7 3. Nitrifikasi Nitrifikasi merupakan dua fase proses oksidasi yang meliputi perubahan NH 3 teroksidasi menjadi NO 2 - dan NO 2 - menjadi NO 3 - : 2NH 4 + + 3O 2 2NO 2 - + 2H 2 O + 4H + + Energi 2NO 2 - + O 2 2NO 3 - + Energi Sebagian besar mikrobia berperan dalam proses amonifikasi tetapi hanya sedikit spesies mikrobia yang dapat berperan dalam proses nitrifikasi. Nitrosomonas sp. Dan beberapa diantaranya mengoksidasi NH 3 menjadi NO 3 - dan Nitrobacter sp. Mengoksidasi NO 2 - menjadi NO 3 - . Bakteri-bakteri tersebut merupakan bakteri aerobik autotrof, bakteri tersebut menggunakan energi dari proses oksidasi komponen nitrogen anorganik. Bakteri tersebut secara luas berada dalam tanah dan nitrifikasi dipercepat oleh aktivitas dari bakteri. Nitrifikasi akan berjalan lambat atau terhenti ketika tanah dalam keadaan dingin, terlalu panas atau defisiensi oksigen. Dalam tanah jarang terdapat jumlah NO 2 - yang terakumulasi karena NO 2 - akan secara cepat teroksidasi menjadi NO 3 - . Proses oksidasi in bersifat menguntungkan karena konsentrasi dari NO 2 - meracun untuk tanaman. NO 3 - merupakan hasil akhir dari reaksi dan merupakan bentuk dasar nitrogen yang digunakan untuk tanaman. Untuk tujuan tertentu langkah dari perubahan NH 3 menjadi NO 2 - mungkin akan diabaikan dan proses nitrifikasi dapat didefinisikan menjadi proses oksidasi amonia menjadi NO 3 - : NH 4 + + 2O 2 NO 3 - + H 2 O + 2H + + Energi Thompson, 1973. Nitrifikasi adalah oksidasi senyawa nitrogen tereduksi yang dilakukan oleh organisme tanah. Proses nitrifikasi berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama proses nitrifikasi adalah oksidasi NH 4 + , konversi NH 4 + menjadi NO 2 - dilakukan oleh bakteri pengoksidasi NH 4 + dari genus “Nitroso”. Kemudian NO 2 - dioksidasi menjadi NO 3 - oleh bakteri pengoksidasi NO 2 - dari genus “Nitro”. Selain oksidasi oleh bakteri nitrifikasi autotrof, mikroba lain juga dapat menghasilkan NO 2 - dan NO 3 - melalui proses oksidasi enzimatik tetapi tidak terkait dengan pertumbuhan mikroba. Misalnya, beberapa genus bakteri pengoksidasi metana commit to user 8 mengandung membran yang mengikat enzim monooksigenase metana yang dapat mengoksidasi NH 4 + maupun metana. Nitrifikasi heterotrof yang paling banyak dijumpai adalah oksidasi NH 4 + atau senyawa nitrogen organik oleh berbagai jenis bakteri heterotrof dan jamur Handayanto dan Hairiah, 2007. Dalam tanah NH 4 + dapat ditransformasikan dalam bentuk NO 2 - dan NO 3 - oleh mikroorganisme tanah, suatu proses yang dikenal sebagai nitrifikasi. NH 4 + dioksidasi dalam bentuk NO 2 - oleh mikroorganisme pengoksidasi NH 4 + dalam dua langkah enzimatik. Langkah pertama, NH 4 + dioksidasi dalam hydroxylamine, yang dikatalis oleh enzim NH 4 + - monooxygenase amoA. Langkah kedua, hydroxylamine dioksidasi dalam NO 2 - yang dikatalis oleh enzim hydroxylamine oxidereductase hao Moreta, et al., 2008. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nitrifikasi a. Populasi Bakteri Nitrifikasi Bakteri nitrifikasi terdapat pada sebagian besar tanah, namun populasinya sering terlalu rendah untuk dapat mengoksidasi NH 4 + sampai aras yang nyata. Dari ekstrapolasi aktifitasnya pada biakan murni, dibutuhkan populasi sebesar 3X10 5 g -1 tanah untuk mencapai laju nitrifikasi 1 mg N kg - 1 hari - 1 Myrold, 1999 cit Purwanto, 2009. Tanah yang tidak dipupuk umumnya hanya mempunyai 10 3 sampai 10 4 bakteri nitrifikasi per gram tanah, tetapi jika kemudian tanah tersebut dipupuk, populasi bakteri nitrifikasi bisa meningkat menjadi lebih dari 10 6 per gram tanah Handayanto dan Hairiah, 2007. Kecenderungan untuk berkembang cepat apabila cukup tersedia sumber C, menyebabkan jumlah total produk nitrifikasi NO 3 - tidak dipengaruhi oleh jumlah bakteri nitrifikasi pada awal proses nitrifikasi. Pada kondisi alami, kandungan NO 3 - dalam tanah biasanya rendah. Pengusikan akan meningkatkan ketersediaan NH 4 + sehingga populasi bakteri dan laju nitrifikasi berangsur-angsur juga akan meningkat sampai tercapai status keseimbangan baru Myrold,1999 cit Purwanto, 2009. commit to user 9 b. Ketersediaan Substrat NH 4 + Pada kondisi aerob, faktor yang paling mempengaruhi nitrifikasi adalah ketersediaan substrat, terutama ketersediaan NH 4 + . Aktivitas nitrifikasi seringkali didominasi oleh bakteri nitrifikasi autotrof, maka konsentrasi karbon juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri nitrifikasi Handayanto dan Hairiah, 2007. Meningkatnya konsentrasi NH 4 + akibat penambahan seresah diikuti oleh meningkatnya potensial nitrifikasi. Setiap peningkatan konsentrasi NH 4 + , sebanyak 10 mg per kg meningkatkan potensial nitrifikasi sekitar 20 Purwanto et al., 2007. c. Kemasaman Tanah dan Basa-basa Tertukar NO 3 - merupakan faktor utama yang berhubungan dengan perlindian ion-ion basa seperti Mg 2 + , dan K + . Ion NO 3 - dan basa-basa tersebut bergerak secara bersama-sama, yang akhirnya meninggalkan tapak-tapak pertukaran di dalam tanah yang bermuatan negatif. Selanjutnya tapak- tapak perukaran tersebut diganti H + yang dapat menyebabkan penuran pH tanah Winarso, 2005. Nitrifikasi akan mengakibatkan pengasaman tanah yang akhirnya dapat menimbulkan hambatan balik feedback inhibition terhadap nitrifikasi Purwanto et al., 2007. d. Pengudaraan dan Drainase Tanah Karena hampir semua bakteri nitrifikasi adalah organisme aerob, maka tanah harus cukup mengandung oksigen akar terjadi proses nitrifikasi. Pada beberapa jenis tanah, nitrifikasi berjalan optimum jika tanah pada kondisi kapasitas lapangan atau 60 pori-pori terisi air. Jika kandungan oksigen sangat terbatas, maka bakteri nitrifikasi bisa autotrof akan menghasilkan lebih banyak NO dan N 2 O Handayanto dan Hairiah, 2007. e. Kelembaban tanah Pada kebanyakan tanah, kuantitas dan kualitas input adalah faktor utama yang mengendalikan nilai dan pola mineralisasi dan imobilisasi. Saat kelembaban dan suhu menguntungkan, sebagian besar input bahan organik ditentukan oleh tingginya aktivitas mikrobia dan tingginya commit to user 10 potensial mineralisasi dan imobilisasi. Nitrifikasi akan terus berlangsung 60 pori tanah terisi dengan air yang setara digunakan pada proses respirasi mikroba dalam tanah Paul, 2007. f. Garam-garam Pupuk dan Logam Berat Kondisi alkalin pada tanah menyebabkan Nitrobacter peka terhadap garam-garam NH 4 + . Akumulusi NO 2 - yang jarang terjadi pada tanah-tanah normal dan hanya terjadi pada tanah alkalin akibat dari pemupukan amonia anhidrat yang berlebihan akan mengakibatkan pH tanah akan mencapai 9-9.5 Sudarmo, 2009. Logam berat dalam jumlah berlebihan juga berpengaruh terhadap bakteri nitrifikasi. Nitrifikasi akan terhambat jika tanah mengandung 1-10 mg kg -1 Hg, 10-100 mg kg -1 Cd, 100 mg kg -1 Cu, Ni dan Zn serta 100-500 mg kg -1 Pb dan Cr Smith, 1991 cit Purwanto, 2009. g. Suhu Nitrifikasi berlangsung optimum pada suhu sekitar 20–30 C. Pada suhu tanah sangat rendah 5 C atau sangat tinggi 35 C laju nitrifikasi sangat rendah, dan akan terhenti pada suhu di atas 50 C 122 F Brady and Weil, 2002. h. Allelochemical Inhibitor. Penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa rendahnya NO 3 - pada ekosistem klimak tidak hanya diakibatkan oleh allelochemical inhibitor namun juga akibat persaingan mendapatkan NH 4 + antara bakteri nitrifikasi dengan mikroba heterotrop pendekomposisi bahan organik dan atau diversitas perakaran yang ekstensif pada ekosistem alami Myrold, 1999 cit Purwanto, 2009. 5. Dekomposisi Bahan Organik dan Kualitas Seresah Kaitannya dengan efisiensi pemanfaatan hara tanaman dan mempertahankan kandungan bahan organik tanah, maka membiarkan rerumputan tumbuh di sekitar tanaman utama pada perkebunan karet, kopi coklat, dan kelapa sawit jauh lebih baik daripada mematikan seluruh gulma tersebut dengan herbisida. Dalam hal ini membiarkan unsur hara dari pupuk commit to user 11 terimobilisasi bersamaan dengan peruraian bahan organik jauh lebih menguntungkan daripada hara pupuk terutama NH 4 + teruapkan, ternitrifikasi, atau hilang lewat perlindian dan aliran permukaan. Imobilisasi hara hanya akan mengubah hara dari bentuk terlarut menjadi biomasa mikroba pengurai bahan organik, sedangkan nitrifikasi, denitrifikasi, perlindian dan penguapan akan menyebabkan hilangnya hara dari kompleks tanah-tanaman Purwanto et al, 2007. Seresah di permukaan tanah misal pada lahan hutan akan terdekomposisi lebih lambat daripada yang terbenam dalam tanah. Seresah di permukaan tanah selain lebih kering akibat paparan sinar matahari, juga tidak terjangkau oleh sebagian besar biota tanah kecuali beberapa makrofauna dan fungi. Unsur hara hasil mineralisasi seresah di permukaan tanah akan lebih mudah hilang karena aliran permukaan dan penguapan daripada yang terbenam dalam tanah. Seresah yang terbenam dalam tanah akan lebih lembab dan terjangkau oleh beragam biota pengurai sehingga lebih cepat terdekomposisi Brady and Weil, 2002. Handayanto et al. 1995 menegaskan bahwa kecepatan dekomposisi seresah ditentukan oleh kualitasnya yaitu kandungan karbohidrat terlarut, asam-asam amino, polifenol aktif, lignin, serta nisbah Charanya. Kondisi bahan organik CN yang ditambahkan ke dalam tanah baik sebagai pupuk atau soil amandement sangat berpengaruh pada proses mineralisasi dan imobilisasi Winarso, 2005. Seresah tergolong berkualitas tinggi apabila mempunyai nisbah CN 25, kandungan lignin 15 dan polifenol 3, sehingga cepat termineralisasi Palm and Sanchez, 1991, sehingga lebih cepat terdekomposisi dan membebaskan NH 4 + bagi tanaman. Namun, kecepatan mineralisasi seresah berkualitas tinggi seringkali lebih besar dari kemampuan serapan akar sehingga kelebihan NH 4 + dalam tanah akan ternitrifikasi Purwanto et al., 2007. Perubahan kondisi pertumbuhan tanaman dapat mengakibatkan perubahan kualitas seresahnya. Perubahan konsentrasi N tanah tidak hanya mempengaruhi kandungan N seresah namun juga mengubah kandungan polifenol dan kapasitas pengikatan protein dari polifenol. Kekahatan N commit to user 12 dapat meningkatkan produksi polifenol karena meningkatnya aktifitas enzim phenylalanine amonialyase yang mengkatalisis proses deaminasi phenylalanine menjadi transcinnamic acid yang merupakan precursors sintesis polifenol Handayanto, 1994 cit Purwanto, 2009. 6. Seresah yang Mengandung Senyawa Penghambat Nitrifikasi a. Anacardium occidentale Taksonomi Jambu mete : Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisio : Magnoliophyta Klas : Magnoliopsida Subklas : Rosidae Ordo : Sapindales Famili : Anacardiaceae Genus : Anacardium L. Spesies : Anacardium occidentale L. Anonim, 2009. Pola peningkatan dan penurunan nitrifikasi yang sama bukan berarti kecepatan dekomposisinya juga sama karena kondisi dan kualitas seresah yang berbeda-beda. Oleh karena itu, seresah Anacardium occidentale terdekomposisi paling kecil sebab kandungan ligninnya paling tinggi dan penurunan nisbah CN nya paling kecil 0.82 yaitu dari 22.34 menjadi 22.14. Sedangkan seresah Manihot esculenta yang berkualitas tinggi akan terdekomposisi lebih cepat oleh mikrobia pendekomposisi karena kandungan lignin, polifenol, dan penurunan nisbah CN nya paling tinggi 17.81 sehingga menghasilkan rerata potensial nitrifikasi tertinggi Widaningsih, 2008. commit to user 13 b. Curcuma domestica Klassifikasi penamaan : Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Klas : Liliopsida Subklas : Zingiberidae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Curcuma L. Spesies : Curcuma domestica L. Anonim, 2009. Daun-daun segar menghasilkan minyak pada tanah 0.15. minyak daun C. Ionga dari Vietnam mengandung α-phellandrene 24.5, 1,8-cineole 15.9, p-cymene 13.2 and β-pinene 8.9 sebagai komponen utama, sedangkan dari India mengandung terpinolene 26.4, 1,8-cineole 9.5, α-phellandrene 8.0 and terpinen-4-ol 7.4 sebagai kandungan utama Weil, 2008. Seresah Curcuma domestica berkualitas sedang dengan kandungan polifenol 2.53, lignin 11.18, nisbah CN 22 dan nisbah L+PN seresah 19.87 menurunkan potensial nitrifikasi sebesar 34.26 dan mempunyai populasi actinomycetes sebesar 76.10 4 CFU g -1 tanah Widaningsih, 2008. c. Tithonia diversifolia Tithonia diversifolia dengan lignin rendah 6.5, polifenol 1.6 dan mengandung N yang tinggi 3.50, P 0.37, dan K 4.10 mempunyai potensial dalam kegunaannya sebagai bahan pembenah tanah. Namun, untuk mengetahui dengan pasti diperlukan tingkatan untuk jenis benih yang dapat digunakan untuk meningkatkan tanah dan determine cara aplikasi yang terbaik untuk spesies benih Olabode et al., 2007. commit to user 14 Tithonia diversifolia dapat cepat terdekomposisi dan mempunyai pengaruh sisa yang lama Anonim, 2004. Sebelum tanaman berbunga, daun Tithonia diversifolia rata-rata mengandung beberapa unsur hara, antara lain kandungan N 3.17 ; P 0.3 ; K 3.22 ; Ca 2.0 , Mg 0.3 Kendall dan Helen, 1997, lignin 9.8 , dan polifenol 3.3 Supriyadi, 2002. Pada lama inkubasi 20, perlakuan seresah Tithonia diversifolia mempunyai populasi bakteri pengoksidasi NH 4 + paling rendah 3,7.104 g -1 tanah. Hal ini dikarenakan kandungan ligninnya tinggi sebesar 20.84 r=-0.947, P=0.000 dan menyebabkan populasi mikrobia heterotrof lebih banyak daripada bakteri pengoksidasi NH 4 + r=-0.675, P=0.000, sehingga nilai potensial nitrifikasinya rendah 0.126 mgNO 2 - kg -1 jam -1 Cendrasari, 2008. 7. Tanaman Jagung Tanaman jagung manis Zea mays L. saccharata dalam sistem taksonomi tumbuhan dimasukkan dalam sistem klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Klas : Monocotyledoneae Ordo : Graminae Genus : Zea Spesies : Zea mays L saccharata Warisno, 1998. Pertumbuhan Zea mays L., dibagi menjadi tiga fase, yaitu : fase vegetatif, fase vegetatif maksimum, dan fase generatif. Fase vegetatif diawali dengan perkecambahan benih yang ditandai dengan munculnya radikula bakal akar dan selanjutnya akan diikuti oleh pembentukan plamula bakal daun. Fase vegetatif maksimal ditandai dengan mulai munculnya bunga mulai. Pada saat itu banyak sekali kebutuhan unsur hara yang akan digunakan oleh tanaman untuk pembentukan buah. Saat munculnya buah merupakan saat dimulainya fase generatif. Pada fase ini commit to user 15 hasil fotosintesis tidak lagi digunakan untuk pertumbuhan bagian vegetatif tanaman tetapi untuk pembentukan buah dan pengisian biji Anonim, 2007. Dosis pupuk yang diperlukan Zea mays L. berbeda-beda, tergantung pada jenis tanah dan tingkat kesuburan tanah, tetap secara umum dapat dianjurkan pemakaian pupuk untuk tanaman jagung manis sebanyak 90-120 kg N, 30-45 kg P 2 O 5 , dan 25 kg K 2 O per hektar. Tanaman yang kekurangan unsur nitrogen akan nampak kerdil, warna daun hijau muda kekuningan, buah terbentuk sebelum waktunya dan tidak sempurna Anonim, 2007. Hasil survei di 82 lahan petani Zea mays L. di pulau Jawa menunjukan bahwa konsentrasi hara N, P, K, S, Fe, dan Zn dalam daun Zea mays L. pada fase silking sangat beragam. Konsentrasi hara N, P, K, dan S masing-masing berkisar dari 0,82-2,81 N, 0,11-0,32, 0,37-3,87 K, dan 0,07-0,32 S. Konsentrasi Ca dan Mg masing-masing berkisar antara 0,41- 1,49 Ca dan 0,21-1,14 Mg. Konsentrasi hara Fe dan Zn di dalam jaringan yang sama berkisar antara 160-170 ppm Fe dan 12-61 ppm Zn Subandi, 1990. Pemberian N-NH 4 + pada kecambah Zea mays L. dalam jumlah cukup tinggi dapat menyebabkan keracunan tanaman sehingga pertumbuhan terganggu. Walaupun dalam jaringan tanaman N yang diserap akan diubah menjadi N-NH 4 + . Selain itu, dalam tanah sangat banyak mikroorganisme yang dapat secara cepat merubah N-NH 4 + menjadi N-NO 3 - , sehingga N- NO 3 - di dalam tanah jumlahnya lebih tinggi dibandingkan N-NH 4 + Winarso, 2005. 8. Alfisols Alfisols adalah tanah yang tidak mempunyai epipedon plagen dan yang memiliki salah satu dari berikut : 1 horizon argilik, kandik, atau natrik ; 2 fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1 mm atau lebih di beberapa bagiannya Soil Survey Staff, 1998. Alfisols pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin, tufa, dan lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh, tekstur berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar commit to user 16 antara masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basa-basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam. Mempunyai sifat kimia dan fisika yang relatif baik Munir, 1996. Alfisols memiliki horizon argilik dan terdapat di kawasan yang tanahnya lembab paling sedikit dalam setengah tahun. Kebutuhan akan kejenuhan basa lebih dari 35 di dalam horizon argilik alfisols, berarti bahwa basa-basa dilepaskan ke dalam tanah oleh pengikisan hampir secepat basa-basa yang terlepas karena tercuci. Dengan demikian, Alfisols menempati peringkat yang hanya sedikit lebih rendah daripada Molisols untuk pertanian Foth, 1994. Alfisols dapat terbentuk dari lapukan batu gamping, batuan plutonik, bahan vulkanik atau batuan sedimen. Penyebarannya terdapat pada landform karst, tektonikstruktural, atau volkan, yang biasanya pada topografi berombak, bergelombang sampai berbukit. Tanah ini mempunyai sifat fisik, morfologi dan kimia tanah relatif cukup baik, mengandung basa- basa Ca, Mg, K, dan Na, sehingga reaksi tanah biasanya netral pH antara 6,50-7,50 dan kejenuhan basa 35. Tanah ini berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering danatau tanaman tahunan Foth, 1993. 9. Hasil Penelitian Pendahuluan Menurut Widaningsih 2008 bahwa pemberian seresah Manihot esculenta berkualitas tinggi dengan kandungan polifenol 4,75, lignin 15.92, nisbah CN 18.17 dan nisbah L+PN seresah 17.42 menurunkan potensial nitrifikasi sebesar 8.82, seresah Curcuma domestica berkualitas sedang dengan kandungan polifenol 2.53, lignin 11.18, nisbah CN 22 dan nisbah L+PN seresah 19.87 menurunkan potensial nitrifikasi sebesar 34.26, dan seresah Anacardium occidentale berkualitas rendah dengan kandungan polifenol 16.44, lignin 27.28, nisbah CN 25.56 dan nisbah L+PN seresah 24.50 menurunkan potensial nitrifikasi sebesar 70.54 yaitu dari 4.99 menjadi 1.47 mg NO 2 - commit to user 17 kg -1 jam -1 . Kandungan kualitas seresah yang berkorelasi paling erat terhadap penurunan potensial nitrifikasi adalah nisbah L+PN seresah 27.4 kemudian diikuti lignin 27.2, nisbah CN 19.6 dan polifenol 16.7 secara terpisah. Menurut Cendrasari 2008 bahwa pemberian seresah berkualitas rendah Tithonia diversifolia menurukan potensial nitrifikasi 77.35 dari 4.99 menjadi 1.137 mg NO 2 - kg -1 jam -1 , seresah berkualitas sedang Kaempferia galanga menurunkan potensial nitrifikasi 62.45 dari 4.99 menjadi 1.864 mg NO 2 - kg -1 jam -1 , dan seresah berkualitas tinggi Tephrosia candida menurukan potensial nitrifikasi 25.05 dari 4.99 menjadi 3.742 mg NO 2 - kg -1 jam -1 . Seresah yang paling efektif terhadap penurunan potensial nitrifikasi adalah Tithonia diversifolia kualitas rendah dengan nisbah L+PN seresah 18.36, nisbah CN 18.75, kandungan lignin 20.84 dan polifenol 4.37 sedangkan lama inkubasi yang paling efektif terhadap penurunan potensial nitrifikasi adalah lama inkubasi 20 dengan nilai potensial nitrifikasi sebesar 0.1266 mg NO 2 - kg -1 jam -1 . commit to user 18

B. Kerangka Pikir

Dokumen yang terkait

APLIKASI KOMBINASI PADATAN Azolla microphylla DENGAN PUPUK NPK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN UNSUR HARA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH PASIRAN

0 12 19

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMUPUKAN NITROGEN JANGKA PANJANG TERHADAP LAJU DEKOMPOSISI MULSA IN SITU DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI TANAH ULTISOL

2 19 44

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata ) DI MUSIM TANAM KE TIGA PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG

0 10 48

PENGARUH SUBSTITUSI UREA OLEH AZOLLA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

0 22 48

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS YANG DIPERKAYA DENGAN LUMPUR LAPINDO BRANTAS DAN KASCING PADA TANAH ULTISOL TERHADAP SERAPAN HARA MAKRO DAN MIKRO TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

0 2 11

PENGARUH DOSIS DAN UKURAN BUTIR PUPUK FOSFAT SUPER YANG DIASIDULASI LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

3 23 52

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG BANDAR LAMPUNG

1 15 44

DINAMIKA N-MINERAL TANAH VERTISOLS PADA BERBAGAI KOMBINASI KUALITAS SERESAH SERTA SERAPAN N JAGUNG MANIS (Vertisols N-Mineral Dynamics In Several Litter Quality Combination and N-Sweet Maize Uptake)

0 0 10

PENGARUH KUALITAS DAN DOSIS SERESAH TERHADAP POTENSIAL NITRIFIKASI TANAH DAN HASIL JAGUNG MANIS (Effect of Litter Quality and Dosage to Potential Nitrification in Soil and Yield of Sweet Corn)

0 0 10

APLIKASI KOTORAN AYAM DAN DOLOMIT TERHADAP KETERSEDIAAN DAN SERAPAN FOSFOR PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI CHRISTON JONES MANURUNG 100301249 AET-ILMU TANAH

0 0 11