Faktor Determinan Penggunaan Bom Ikan
Pengoperasian bom ikan dalam penangkapan ikan, dilakukan secara tersembunyi, atau dilakukan pada saat menemukan gerombolan ikan. Walaupun
terdapat nelayan lain yang ada di sekitarnya, pengoperasiannya tetap dapat dilakukan, karena nelayan lain juga akan turut terlibat dalam pengumpulan hasil
tangkapan. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar nelayan yang melakukan pengeboman sadar dan tahu bahwa pengoperasian alat tangkap ini
adalah tindak pidana yang dapat menyeret pelaku ke penjara. Namun tidak adanya pengawasan dari pihak instansi terkait menyebabkan praktek ini leluasa digunakan
oleh nelayan setempat. Pengalaman yang cukup lama menggunakan bom dalam penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan, menyebabkan nelayan dapat
meminimalisir resiko yang mungkin timbul seperti cacat dan kematian. Menghentikan kebiasaan penangkapan ikan menggunakan bom ini, sangat
sulit. Kebijakan yang ditempuh aparat keamanan Polsek Kao untuk mengawasi perairan telah dilakukan dengan membangun 1 pos polisi di Desa Daru Ibukota
Kecamatan Kao Utara, namun personil yang ditempatkan hanya 1 orang. Hal ini tentunya sangat sulit untuk melakukan pengawasan terhadap perairan yang luas
dan perdagangan hasil tangkapan nelayan sangat terbatas. Kebijakan instansi- instansi pemerintah seperti DKP, Kantor Kecamatan dan Kantor Kepala Desa
belum terkoordinasi dengan baik menyebabkan pengawasan terhadap praktek- praktek penggunaan bom yang merusak ini dapat dilakukan dengan leluasa.
Alternatif kebijakan yang perlu ditempuh adalah dengan mengadakan koordinasi secara bersama-sama antara instansi pemerintah, masyarakat, kepolisian untuk
menentukan solusi yang tepat sehingga kegiatan pengeboman yang dilakukan masyarakat akan semakin berkurang. Selain itu penyuluhan yang terkait dengan
dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan pengeboman ikan ini juga perlu disosialisasikan kepada nelayan.