BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Kita ketahui, perbankan
mempunyai pangsa pasar besar dari keseluruhan sistem keuangan yang ada. Mengingat begitu besarnya peranan perbankan di Indonesia, maka pengambil
keputusan perlu melakukan evaluasi kinerja yang memadai. Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia, karena memiliki
fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal fund supplier dengan penguna dana fund user.
Penilaian harga saham merupakan langkah mendasar yang harus dilakukan oleh investor sebelum melakukan investasi, supaya investor tidak terjebak pada
kondisi yang merugikan. Dimana harga saham di bursa efek ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran kekuatan tawar menawar. Semakin banyak
orang yang ingin membeli saham, maka harga saham akan cenderung bergerak naik, sebaliknya semakin banyak orang-orang yang akan menjual saham tersebut,
maka harga saham cenderung akan bergerak turun. Pergerakan harga saham dalam kenyataannya akan dipengaruhi oleh faktor
fundamental dan faktor teknikal. Dalam jangka pendek, maka faktor-faktor yang bersifat teknikal biasanya akan mempengaruhi fluktuasi harga saham. Sementara
dalam jangka panjang maka biasanya faktor-faktor fundamental yang sesungguhnya akan menentukan harga saham.
Universitas Sumatera Utara
Calon investor sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi selalu mempertimbangkan harga saham. Hal ini disebabkan karena harga saham sebuah
perusahaan menunjukkan kepercayaan para pelaku pasar terhadap perusahaan di pasar modal. Jadi sebelum memutuskan berinvestasi calon investor biasanya
melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham.
Menurut Pujiono 2009 mengatakan bahwa harga saham common stock suatu perusahaan akan turun sebesar dividen yang dibagikan di sekitar ex dividend date. Harga
saham dapat dipengaruhi beberapa rasio keuangan seperti: Rasio Likuidatas Loan to Deposite Ratio, Rasio aktiva produktif Non Performing Loan, Rasio
Rentabilitas Return on Asset, Return On Equity, Beban OperasionalPendapatan
Operasional dan Net Interest Margin dan Rasio Solvabilitas Capital Adequacy Ratio dan Debt Equity Ratio.
Rasio keuangan pada tahun 2007 sampai dengan periode 2010 mengalami kenaikan sehingga harga saham mengalami kenaikan juga hal ini sejalan dengan
pendapat Syamsudin 2004, yakni para pemegang saham menaruh perhatian pada tingkat keuntungan masa yang akan datang. Menurut Tandelilin 2001
menyatakan bahwa besarnya tingkat pengembalian perusahan dapat dilihat melalui besar kecilnya laba perusahaan tersebut. Jika laba perusahaan tinggi maka
tingkat pengembalian investasi perusahaan akan tinggi sehingga para investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, sehingga harga saham tersebut akan
mengalami kenaikan. Investasi dalam saham terbagi menjadi investasi jangka pendek dan
investasi jangka panjang. Investasi saham dalam jangka pendek biasanya dimaksudkan untuk dijual kembali dengan segera. Investasi saham dalam jangka
panjang biasanya dimaksudkan untuk memiliki hak suara di perusahaan lain atau
Universitas Sumatera Utara
untuk menguasai perusahaan lain. Untuk memperkirakan harga saham, dapat digunakan analisa fundamental yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi
perusahaan yang menerbitkan saham. Analisa fundamental berhubungan dengan penilaian kinerja perusahaan tentang efektivitas dan efisiensi perusahaan
mencapai tujuannya. Untuk menganalisa kinerja perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan.
Penjualan dan pembelian saham pada umumnya dapat dilakukan di pasar modal, yaitu tempat bertemunya pihak-pihak yang kelebihan dana dengan pihak-
pihak yang kekurangan dana. Pihak-pihak yang membutuhkan dana dapat menerbitkan sahamnya ke pasar modal dengan tujuan untuk mendapatkan dana
yang akan dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan atau untuk memperluas usaha. Pihak yang kelebihan dana dapat menginvestasikan
dananya dalam bentuk saham yang diterbitkan perusahaan penerbit dengan harapan bahwa dana yang diinvestasikan tersebut dapat menghasilkan
pengembalian yang diharapkan. Gambaran risiko dan harga dari suatu saham perbankan dapat dinilai
berdasarkan informasi kinerja keuangan perbankan tersebut. Untuk mengukur kinerja keuangan perbankan dibutuhkan suatu alat ukur dalam bentuk rasio.
Beberapa rasio perbankan yang dapat digunakan untuk melihat kinerja keuangannya dapat disebutkan dalam uraian-uraian berikut ini. Rasio likuiditas
adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas bank yaitu loan to deposit ratio. Rasio profitabilitas yaitu rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, beberapa rasio yang termasuk adalah return on assets, return on equity, net interest margin
Universitas Sumatera Utara
dan OperasionalPendapatan Operasional. Rasio permodalan yaitu rasio yang mengukur besarnya kemampuan bank dalam menopang resiko kerugian yang
mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva produktif yang mengandung resiko. Rasio ini terdiri dari capital adequacy ratio dan Debt to Equity
Mawardi,2005. Fenomena suku bunga perbankan yang sangat tinggi mencapai 77,63 pada
tahun 1998. Akibat tingginya suku bunga dan tidak didukung oleh sektor rill, banyak kredit-kredit pinjaman di perbankan mengalami penundaan pembayaran
sehingga masuk kategori macet. Bahkan pada tahun 1999 total kredit macet mencapai Rp 28,5 Triliun atau setara dengan 3,9 dari keseluruhan kredit
perbankan Zufrizal dan Hasrul, 2006. Akibat ditutupnya beberapa bank, terutama bank-bank swasta nasional, kepercayaan masyarakat terhadap bank
mengalami penurunan. Ini ditandai dengan penarikan dana masyarakat secara besar-besaran bank rush.
Impilikasi yang muncul adalah menurunnya minat calon investor terhadap saham perbankan. Saat itu utang dari banyak emiten sektor perbankan melampaui
asetnya sehingga ekuitas menjadi negatif. Ini berarti investor tak akan kebagian apa-apa. Belajar dari pengalaman krisis perbankan akhirnya para investor harus
jeli di dalam menganalisis dan memperhatikan aspek fundamental untuk menilai ekspektasi imbal hasil return yang akan diperolehnya. Saat ini banyak orang
maupun perusahaan yang menginvestasikan dana mereka dalam bentuk sekuritas. Investasi dalam bentuk sekuritas umumnya dilakukan dalam bentuk saham dan
obligasi, namun yang lebih populer adalah dalam bentuk saham.
Universitas Sumatera Utara
Triwulan pertama kondisi perbankan nasional tahun 2009 sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan, seperti terlihat pada meningkatnya rasio
kecukupan modal CAR diatas 17 persen. Kondisi seperti ini diharapkan tidak membuat industri perbankan mengendurkan tali ikat pinggang kreditnya, karena
bagaimanapun secara nasional, lembaga keuangan tetap mengantisipasi kemungkinan gejolak lanjutan krisis keuangan global. CAR digunakan untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin
tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8 berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut
dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank ROA yang bersangkutan Dendawijaya, 2003.
Adanya prediksi dari berbagai pihak, bahwa kedit macet perbankan pada triwulan kedua tahun 2009 diperkirakan naik dari 4,3 persen manjadi 5 persen.
Oleh karena itu, diperkirakan akan muncul lagi permasalahan baru untuk para pengelola perbankan yang akan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu: 1
Menyelamatkan kredit macet dengan menurunkan bunga kredit otomatis laba bersih juga menurun. 2 Bertahan dengan tingkat suku bunga yang tinggi, namun
potensi kredit macet yang terus meningkat. Adanya terobosan dari kebijakan Bank Indonesia yang tetap ditunggu pihak perbankan, diharapakan pihak perbankan
nasional dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya prediksi tersebut, terkait dengan belum stabilnya krisis keuangan walaupun Indonesia dinilai saat ini
Universitas Sumatera Utara
memiliki fundamental yang cukup kuat dalam menghadapi krisis keuangan global dibandingkan banyak Negara Almilia,2005.
Debt Equity Ratio DER adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya kepada
pemerintah maupun investor yang menanamkan modalnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana yang berasal dari modal sendiri Margaretha,
2007. Semakin besar rasio ini mencerminkan solvabilitas bank semakin rendah, sehingga kemampuan bank untuk membayar hutangnya akan rendah, hal ini
berarti bahwa risiko bank bank risk relatif tinggi. Adanya risiko yang tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan kurang menarik terutama bagi
investor yang bukan risk taker, akibatnya harga saham akan turun. Rasio Net Interest Margin NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul
akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank. Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung
dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan. Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank, maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif
yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank ROA akan meningkat Hasibuan, 2007.
Rasio Likuiditas tercermin dalam Loan to Deposit Ratio LDR yang merupakan rasio yang menggambarkan kesehatan bank terutama dalam posisi
jangka pendek. Bahkan bagi dunia perbankan likuiditas merupakan jantungnya bank. Sebesar apa pun aset suatu bank jika kondisi likuiditasnya terancam, maka
Universitas Sumatera Utara
saat itu juga bank akan mengalami kesulitan dalam penarikan dana yang dilakukan oleh pihak deposan. Terlebih dalam menghadapi rush penarikan secara
serentak dari pada deposan, bank harus selalu tersedia dana likuiditas Mahardian,2008.
Liquiditas bank sangat penting karena besar Liquiditas Wajib Minimum LWM bank telah ditetapkan Bank Indonesia. Dalam pemberian kredit yang
dikeluarkan harus berdasarkan jumlah dana terhimpun dari pihak ketiga dan modal sendiri. Likuiditas bank sebagai kemampuan bank untuk membayar semua
utang jangka pendeknya dengan alat-alat likuid yang dikuasai. Kemampuan menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun
komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat. Dalam mengukur likuiditas bank merupakan kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban dengan segera, peneliti mempergunakan Loan to Deposit Ratio LDR sebagai perbandingan antara kredit yang dikeluarkan dengan dana
yang terhimpun giro, tabungan, deposito dan modal sendiri. Rasio keuangan bank
yang diduga mempengaruhi harga saham adalah
Biaya Operasi Pendapatan Operasi BOPO yang menunjukkan semakin
kecil BOPO menunjukkan semakin
efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya.
BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan
aktivitas usaha utamanya seperti biaya bunga, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja dan biaya operasi lainnya. Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank
yaitu pendapatan yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya Almilia, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Fenomena fungsi rasio perbankan di Indonesia saat ini menurut Retnadi 2006 kinerja perbankan nasional sampai dengan tahun 2006 dianggap belum
memuaskan karena masih rendahnya tingkat fungsi rasio perbankan yang dicerminkan oleh rasio jumlah kredit yang disalurkan terhadap jumlah simpanan
masyarakat yang berhasil dikumpulkan LDRLoan to Deposit Ratio. Jika dilihat dari rasio LDR atas dasar posisi, maka LDR September 2006 yang sebesar
61,92 sebenarnya telah membaik dibandingkan dengan LDR Desember 2005 yang hanya sebesar 61,62. Namun LDR dilihat dari delta kredit terhadap delta
simpanan, maka rasionya sejak tahun 2005 berada di bawah 100, yaitu 82,62 2005 dan 65,45 September 2006. Ini berarti bahwa sejak tahun 2005, jumlah
dana masyarakat yang berhasil dikumpulkan oleh perbankan tidak seluruhnya dapat disalurkan ke bentuk kredit Retnadi, 2006.
Sebagai konsekuensi atas rendahnya penyaluran kredit bank tersebut, maka kelebihan likuiditas perbankan akhirnya tertanam di SBI Surat Berharga
Bank Indonesia, di mana tahun 2005 masih sebesar Rp 54 triliun, meningkat tiga kali lipat menjadi Rp 150,6 triliun di bulan September 2006. Semakin rendah
Loan to Deposit Ratio LDR sebuah bank maka bank tersebut diwajibkan untuk meningkatkan rasio Giro Wajib Minimum GWM di Bank Indonesia, sehingga
praktis likuiditas perbankan akan semakin tersedot oleh Bank Indonesia Mahardian, 2008.
Jika pihak bank dapat menjaga kinerjanya dengan baik, terutama tingkat profitabilitas yang tinggi serta dapat memenuhi ketentuan prudential banking
dengan baik, maka kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana dari pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan akan
Universitas Sumatera Utara
ikut naik. Kenaikan tersebut merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan. Tingkat kepercayaan masyarakat
adalah fundamental bagi tumbuh atau hancurnya perbankan Kamco, 2008. Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja
suatu bank Syofyan, 2002. Ukuran profitabilitas pada industri perbankan yang digunakan pada umumnya adalah Return On Equity ROE dan Return On Asset
ROA. Return On Asset ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasinya, sedangkan Return On Equity ROE
hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut Siamat, 2002. Untuk selanjutnya dalam penelitian ini
menggunakan ROA sebagai ukuran kinerja perbankan. Return On Asset ROA digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas
perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Asset ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak
terhadap total asset. Semakin besar Return On Asset ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian return semakin besar. Apabila
Return On Asset ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang
saham Husnan, 1998. Pekembangan Return on Assets ROA bank-bank dalam industri perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia BEI, dalam kurun
waktu tahun 2004-2008 mengalami fluktuasi yang cukup berarti. Permasalahan dalam penelitian ini adanya temuan yang berbeda dari beberapa faktor yang
mempengaruhi Return on Asset ROA, serta dari data empiris adalah terjadi
Universitas Sumatera Utara
beberapa penurunan ROA, sehinggga standar ROA sebesar 1,5 tidak dapat dicapai oleh sebagian bank pada periode 2004-2008.
Penelitian mengenai harga saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya dilakukan oleh Silitonga 2009 melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Pengaruh Price Earning Ratio, Return on Asset, Net Interest Margin Terhad
ap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak bahwa Price Earning Ratio,
Return on Asset, Net Interest Margin berpengaruh terhadap harga saham pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, sedangkan secara parsial bahwa price
earning ratio, dan net interest margin berpengaruh terhadap harga saham. Anggiat 2011
yang berjudul ”Pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham emiten perbankan di bursa efek Indonesia dengan return on assets
Sebagai variabel moderating ”. Penelitian ini menemukan bahwa Capital
Adequacy Ratio CAR, Loan to Deposit Ratio LDR, Non Performing Loan NPL, Net Interest Margin NIM, Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional BOPO, Efficiency Ratio EFF dan Cost of Income Ratio CIR berpengaruh terhadap harga saham emiten perbankan di Bursa Efek Indonesia
dengan Return On Assets ROA sebagai moderating dapat diterima. Dengan mengacu pada hasil-hasil penelitian terdahulu dan temuan-temuan
fakta baru diatas, pada penelitian ini akan dilakukan kajian ulang mengenai faktor –faktor yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan perbankan swasta di
Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah