Analisis Pengaruh Rasio Camel Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Oleh:

ROIDA SOPIAH HUTABARAT 090522162

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Capitals Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposito Ratio (LDR), Non-Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE), dan Dividen Per Share (DPS) secara empiris terhadap harga saham. Jenis Penelitian ini adaah kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya. Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 28 perusahaan (84 observasi). Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan menguji asumsi klasik terlebih dahulu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Deviden Per Share (DPS) yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel lainnya Loan to Deposite Ratio (LDR), Non-Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Keywords : Capitals Adequacy Ratio, Loan to Deposito Ratio, Non-Performing Loan, Return On Equity,Dividen Per Share, Harga Saham


(3)

ABSTRACT

The purpose of this study to determine the effect of Capitals Adequacy Ratio (CAR), Loan-to-Deposit Ratio (LDR), Non-Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE) and Dividend Per Share (DPS) empirically to the stock price. This type of research is a causal and replication are the previous studies. The population of this study is banking companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2011. The sample using purposive sampling as much as 28 companies (84 observation). The data uses are secondary data. This study uses multiple linear regressions to examing the classical assumption first.

Results of this study showed that only partially adequency variable Capital Adequacy Ratio (CAR) and Dividend Per Share (DPS), which have a significant effect on stock prices, while the other variable Loan to Deposite Ratio (LDR), Non-Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE) had no significant effect on stock prices. Simultaneously all the independent variables have a significant effect on stock prices.

Keywords : Capitals Adequacy Ratio, Loan to Deposito Ratio, Non-Performing Loan, Return On Equity,Dividen Per Share, Harga Saham


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberi rahmat, pertolongan, kemudahan, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul ‘’ Analisis Pengaruh Rasio Camel Terhadap Harga

Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia’’disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak baik secara moril maupun material khususnya dari kedua orangtua tercinta ayahanda (L.D Hutabarat) dan (D.D Situmorang) selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M. Ec. Ac, Ak., selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal

Ja’far, MM, Ak., selaku sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M. Si, Ak., Selaku ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak., selaku sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Rina br. Bukit, Msi, Ak., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah banyak memberikan waktu, kesabaran, korelasi dan masukan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberikan waktu, saran, masukan dan penilaian terhadap hasil skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan skripsi. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.


(5)

Medan, juli 2013 Penulis,

Roida Sopiah Hutabarat Nim : 090522162


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DATAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Penelitian... 7

1.3.2. Manfaat Penelitian...7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Landasan Teoritis ... 10

2.1.1. Teori Sinyal ... 10

2.1.2. Agensi ... 12

2.1.3. Asimetri Informasi ... 13

2.1.4. Saham ... 15

2.1.5. Penilaian harga saham... 20

2.1.6. Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 23

2.1.7. Loan to Deposite Ratio (LDR) ... 24

2.1.8. Non-Performing Loan ratio (NPL) ... 25

2.1.9. Return On Equity (ROE) ... 26

2.1.10. Dividen ... 27

2.2. Hiposis Effisiensi Pasar (Efficient Market Hypotesis) ... 28

2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 30

2.4. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 32

2.4.1. Kerangka Konseptual ... 32

2.4.2. Hipotesis ... 34

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1. Jenis Penelitian... 36

3.2. Populasi dan Sampel ... 36

3.3. Teknik Pengambilan Sampel...39

3.4. Jenis Data ... 39

3.5. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 40

3.6. Metode Analisis Data ... 42

3.6.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 42

3.6.2. Uji Normalitas ... 42

3.6.3. Uji Multikoliniearitas...43

3.6.4. Uji Autokorelasi ... .44

3.6.5. Uji Heteroskedastisitas...45


(7)

3.7. Penguji Hipotesis...46

3.8. Lokasi Dan Waktu Penelitian...50

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 51

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 51

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 52

4.3.1. Analisis Deskriptif ... 52

4.3.2. Analisis Regresi Berganda ... 54

4.3.3. Analisis Uji Asumsi Klasik ... 58

4.3.3.1. Uji Normalitas ... 58

4.3.3.2. Uji Multikolinieritas... 63

4.3.3.3. Uji Heteroskedastisitas... 65

4.3.3.4. Uji Autokorelasi ... 66

4.3.4. Pengujian Hipotesis ... 67

4.3.4.1. Pengujian Menyeluruh atau Simultan (Uji F) ... 67

4.3.4.2. Pengujian Individu atau Parssial (Uji t) ... 69

4.3.4.3. Pengujian Koefisien Determinasi (� ) ... 72

4.4. Pembahasan... 74

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 79

5.3. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA...82


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 31

3.1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Perbankan ... 38

4.1 Nama-nama Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian ... .51

4.2 Descriptive Statistic ... 53

4.3 Hasil Uji Regresi Berganda ... 55

4.4 Hasil Uji Normalitas (1) ... 58

4.5 Hasil Uji Normalitas (2) ... 61

4.6 Hasil Uji Multikolinieritas ... 64

4.7 Hasil Uji Autokorelasi ... 67

4.8 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan ... 68

4.9 Hasil Uji Hipotesis SecaraParsial ... 70

4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 73

4.11 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 74


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 34

4.1 Histogram ... 59

4.2 Grafik P-Plot ... 60

4.3 Histogram Setelah Transformasi ... 62

4.4 Grafik P-Plot Setelah Transformasi ... 63


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman 1. Daftar Sampel Perusahaan Perbankan di BEI...85 2. Output SPSS ... . 86 3. Data Bank...95


(11)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Capitals Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposito Ratio (LDR), Non-Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE), dan Dividen Per Share (DPS) secara empiris terhadap harga saham. Jenis Penelitian ini adaah kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya. Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 28 perusahaan (84 observasi). Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan menguji asumsi klasik terlebih dahulu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Deviden Per Share (DPS) yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel lainnya Loan to Deposite Ratio (LDR), Non-Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Keywords : Capitals Adequacy Ratio, Loan to Deposito Ratio, Non-Performing Loan, Return On Equity,Dividen Per Share, Harga Saham


(12)

ABSTRACT

The purpose of this study to determine the effect of Capitals Adequacy Ratio (CAR), Loan-to-Deposit Ratio (LDR), Non-Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE) and Dividend Per Share (DPS) empirically to the stock price. This type of research is a causal and replication are the previous studies. The population of this study is banking companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2011. The sample using purposive sampling as much as 28 companies (84 observation). The data uses are secondary data. This study uses multiple linear regressions to examing the classical assumption first.

Results of this study showed that only partially adequency variable Capital Adequacy Ratio (CAR) and Dividend Per Share (DPS), which have a significant effect on stock prices, while the other variable Loan to Deposite Ratio (LDR), Non-Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE) had no significant effect on stock prices. Simultaneously all the independent variables have a significant effect on stock prices.

Keywords : Capitals Adequacy Ratio, Loan to Deposito Ratio, Non-Performing Loan, Return On Equity,Dividen Per Share, Harga Saham


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Bank merupakan Lembaga keuangan yang terkait dalam suatu pembiayaan ekononomi sedangkan yang lain adalah lembaga keuangan non-bank (LKBB). Bank menurut Undang-Undang perbankan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Bank Umum dan Perkreditan Rakyat sedangkan lembaga keuangan non-bank merupakan lembaga pembiayaan yang dalam kegiatan usahanya tidak melakukan penghimpunan dana dan memberikan jasa seperti halnya bank. Contoh lembaga keuangan non-bank antara lain perusahaan sekuritas, perusahaan asuransi, yayasan dana pensiun.

Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan tiga fungsi utama bank dalam pembangunan ekonomi, yaitu :

1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan,

2. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit. 3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran

uang.

Periode 1982-1988 sistem finansial di Indonesia dinominasi perbankan, terutama bank komersial milik pemerintah. Peran penting bank swasta nasional melonjak pada putaran kedua reformasi keuangan (1988-1991) yang memfokuskan pada upaya

penurunan hambatan pasar dan berbagai ‘’fasilitas’’yang dinikmati bank patungan telah


(14)

Indonesia terdapat 1.640 kantor cabang dari berbagai bank dan di bulan Maret 1990 meningkat menjadi 2.842 kantor cabang bahkan di tahun 1997/1998 jumlah kantor cabang melonjak drastis menjadi 6.345 tetapi jumlah kantor cabang pada januari 1998 berkurang akibat krisis menjadi 6.295. Hal ini yang oleh banyak pengamat disebut fenomena overbanking, yang tentunya mempersulit pengawasan BI. Seiring dengan krisis multi dimensi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi termasuk pada sektor perbankan, (Ascarya, 2009)

Krisis moneter yang terus menerus mengakibatkan krisis kepercayaan, sehingga banyak bank dilanda penyakit yang sama. Hal ini menyebabkan banyak bank yang lumpuh karena dihantam kredit macet. Pada Seminar Restrukturisasi Perbankan di Jakarta pada tahun 1998 disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank (Etty. M. Nasser & Titik Aryati : 2000), antara lain :

1. Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan,

2. Dampak likuidasi bank-bank 1 november 1997 yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah, sehingga memicu penarikan dana secara besar-besaran,

3. Semakin turunnya permodalan bank-bank,

4. Banyak bank-bank tidak mampu memenuhi kewajibannya karena menurunnya nilai tukar rupiah,

5. Manajemen tidak profesional.

Faktor-faktor tersebut menyebabkan kepercayaan investor menurun terhadap kinerja perbankan, Hasilnya harga saham pada industri perbankan menurun drastis dan investor menarik dana investasinya dari bank tersebut sehingga kinerja operasi perbankan juga menurun. Pada tahun 2004, Kinerja sektor perbankan di Indonesia


(15)

menunjukkan trend yang mebaik, tercermin dari meningkatnya loan to deposite ratio

(LDR) dan menurunnya non-performing loan (NPL). Kedua hal ini merupakan faktor penting dimana para investor tertarik untuk menanamkan modal dalam sektor perbankan dengan menganalisis kinerja saham melalui harga pasar saham bank-bank tersebut. Pertengahan tahun 2008, Indonesia kembali mengalami krisis ekonomi yang bersal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime morgage default) di Amerika Serikat (AS), krisis kemudian menggelembung merusak sistem perbankan bukan hanya di AS namun meluas hingga ke Eropa lalu ke asia. Secara beruntun menyebabkan effect domino terhadap solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara-negara tersebut, yang antara lain menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan asuransi. Krisis kemudian merambat kebelahan Asia terutama negara-negara Asia seperti Jepang, Korea, China, Singapura, Hongkong, Malaysia, Thailand dan termasuk Indonesia yang kebetulan sudah lama memiliki surat-surat berharga perusahaan-perusahaan tersebut (sumber:www. Bekasijakarta.blogspot.com).

Pada umumnya, tujuan investor melakukan investasi saham yaitu :

1. Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih pergerakan harga saham pada saat membeli dan menjual,

2. Keuntungan yang diperoleh dari pembagian deviden.

Dividen adalah laba yang diberikan emiten kepada para pemegang saham. Dari laba bersih perusahaan, sebagian dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen, sebagian lagi disisihkan menjadi laba ditahan (retained earning). Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang terpenting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Namun, dividen membentuk arus uang yang semakin banyak mengalir ke tangan para pemegang saham. Para pemegang saham tentu berharap mendapatkan


(16)

dividen dalam jumlah besar. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mengalokasikan laba bersihnya dengan bijaksanaan.

Perusahaan yang mampu memberikan dividen yang besar, harga saham juga akan meningkat. Sebaliknya, perusahaan yang terus menerus tidak membagikan dividennya maka harga saham juga akan menurun. Jika laba bersih perusahaan meningkat, maka harga saham juga akan naik. Jadi, dividen per share merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya dividend per share

akan ditentukan oleh laba perusahaan.

Adapun faktor-faktor yang digunakan untuk menilai kinerja operasi perbankan umumnya meliputi lima aspek, yaitu 1) capital; 2) assets; 3) management; 4) earnings; 5) liqiudity yang biasa disebut CAMEL. Pada aspek mangement,biasanya biasanya diukur dengan menggunakan kuisioner dalam menilai kinerja dari mangement bank tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan aspek management dalam menilai kinerja operasi perbankan, Luciana danWinny (2005).

Belajar dari pengalaman krisis perbankan akhirnya investor harus jeli di dalam menganalisis dan memperhatikan aspek fundamental untuk menilai ekspektasi imbal hasil (return) yang akan diperoleh. Faktor-faktor fundamental perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai faktor internal perusahaan yang digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan. Faktor-faktor fundamental mampu menggambarkan struktur keuangan perusahaan dan mengidentifikasikan prospek perusahaan untuk dapat memperkirakan return saham masa yang akan datang.

Penelitian yang dilakukan presetyo (2006), membahas variabel CAR, NPL, BOPO, dan LDR terhadap kinerja keuangan pada bank menunjukkan bahwa adanya pengaruh variabel-variabel tersebut yang dilihat dari pertumbuhan laba, dan penelitian


(17)

yang dilakukan syahru positif signifikan terhadap harga saham, sedangkan CAR, NPM,LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan penelitian yang diakukan Syahru (2006) variabel ROA, NPL,CAR, LDR, dan BOPO berpengaruh signifikan positif terhadap NIM, dan penelitian yang dilakukan Pratiwi (2011), Capital Adequacy Ratio, Kualitas aktiva produktif 1, Beban Operasional / pendapatan operasional dan Loan to deposit Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap gejala financial distress, sementara Good Corporate Govermance dan Net Interest Margin berpengaruh signifikan terhadap gejala financial distress, dan penelitian yang dilakukan Tika (2010) variabel CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR, tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut temuan-temuan empiris mengenai rasio keuangan, khususnya yang menyangkut kegunaanya pada harga saham mencerminkan kinerja perusahaan, dari ukuran harga saham maka dapat dilihat apakah perusahaan mempunyai kinerja yang bagus atau tidak. Jika rasio keuangan dapat dijadikan sebagai predikator harga saham, temuan ini merupakan pengetahuan yang cukup berguna bagi para pemakai laporan keuangan yang secara riil, maupun potensial berkepentingan dengan suatu perusahaan. Sebaliknya, jika rasio tidak cukup signifikan dalam memprediksi harga saham, hasil penelitian ini akan memperkuat bukti tentang inkonsistensi temuan-temuan empiris sebelumnya.

Objek penelitian penulis adalah perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI khususnya perbankan yang bergerak di kredit. Penelitian ini adalah bentuk replikasi dari beberapa penelitian terdahulu dimana penulis menggunakan analisis terhadap pengaruh variabel Rasio CAMEL, Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to


(18)

Deposite Ratio (LDR), Non Performing Loan ( NPL), Return on Equity (ROE) dan

Devidend per share (DPS) terhadap variabel dependen return saham.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio CAMEL, terhadap Harga Saham

pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia’’.

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah yaitu apakah capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR), non-performing loan (NPL), return on equity (ROE),dan devidend per share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham secara simultan maupun secara parsial?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh capital adequacy ratio (CAR),loan to deposito ratio

(LDR), non-performing loan (NPL), return on equty (ROE), dan devidend per share (DPS) terhadap harga saham baik secara simultan maupun parsial. 1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, bagi investor, bagi manajemen bank, dan bagi penelitian selanjutnya.

1. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan pengetahuan penulis khususnya mengenai pengaruh capital adequacy ratio (CAR), loan to deposite ratio (LDR), non-performing loan (NPL), return on equity (ROE),


(19)

2. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan atau investor dalam kebijakan pendanaan perusahaan khususnya hubungan capital adequacy ratio (CAR), loan to deposito ratio

(LDR), non-performing loan (NPL), return on equty (ROE), dan dividend per share (DPS) terhadap harga saham.

3. Bagi manajemen bank, sebagai saran dalam faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham khususnya mengenai capital adequacy ratio

(CAR), loan to deposito ratio (LDR), non-performing loan (NPL), return on equity (ROE),dan dividend per share (DPS).

4. Sebagai bahan referensi penelitian lanjutan, khususnya penelitian yang berkaitan dengan masalah capital adequacy ratio (CAR), loan to deposite ratio (LDR), non performing loan (NPL), return on equity (ROE), dan dividend per share (DPS) terhadap harga saham sehingga nantinya hasil yang diperoleh lebih baik dan dapat diterapkan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Teori Sinyal

Menurut Wolk, et al. (2001) teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan.

Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.


(21)

Menurut Maria Immaculatta (2006) kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki.

Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan

keuangan (Jama’an, 2008).

2.2.1. Agensi

Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory (Mursalim, 2005), yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu


(22)

sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.

Scott (2000) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak kerja yang dimaksud dalam penulisan makalah ini adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan manajer perusahaan. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki.

Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor.

2.3.1. Asimetri Informasi

Dalam bidang ekonomi, asimetri informasi terjadi jika salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibandingkan pihak lainnya. (Sering juga disebut dengan istilah informasi


(23)

asimetrik/informasi asimetris). Umumnya pihak penjual yang memiliki informasi lebih banyak tentang produk dibandingkan pembeli, meski kondisi sebaliknya mungkin juga terjadi.

Contoh situasi dimana penjual memiliki informasi lebih baik ada banyak, termasuk di dalamnya penjual mobil bekas, pialang saham, agen real estate, dan asuransi jiwa.

Kondisi ini pertama kali dijelaskan oleh Kenneth J. Arrow dalam satu artikel yang terkenal di bidang penanganan kesehatan 1963 yang berjudul "Uncertainty and the Welfare Economics of Medical Care," di jurnal

American Economic Review.

George Akerlof kemudian menggunakan istilah informasi asimetris dalam karyanya tahun 1970: The Market for Lemons (Pasar Barang Kacangan). Ia menyebutkan bahwa, dalam pasar seperti itu, nilai rata-rata dari komoditi cenderung untuk turun, bahkan untuk barang yang tergolong berkualitas bagus.

Penjual yang tidak berniat baik dapat menipu pembeli dengan cara memberi kesan seakan-akan barang yang dijualnya bagus. Sehingga, banyak pembeli yang menghindari penipuan menolak untuk melakukan transaksi dalam pasar seperti ini, atau menolak mengeluarkan uang besar dalam transaksi tersebut. Sebagai akibatnya, penjual yang benar-benar menjual barang bagus menjadi tidak laku karena hanya dinilai murah oleh pembeli, dan akhirnya pasar akan dipenuhi oleh barang berkualitas buruk.


(24)

2.4.1. Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:6), saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Saham dapat didefenisikan sebagai bukit penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan (Brigham, 2006 : 58). Saham berwujud selembar kertas yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

Saham yang diperdagangkan di bursa ada dua jenis yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferend stock) (Anoraga, 2003 : 54). a. Saham biasa (common stock) adalah jenis saham yang paling dikenal

masyarakat. Diantara emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior atau akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi atau tidak memiliki hak-hak istimewa (Darmadji dan Fakhruddin, 2006 : 7). Karakteristik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan selama perusahaan memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham. Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain.

b. Saham preferen, meskipun tidak sepopuler saham biasa namun cukup berkembang, merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan


(25)

antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada 3 (tiga) hal, antara lain : ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat diperlukan (convertible) dengan saham biasa.

Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu. Saham preferen sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa, karena jumlahnya yang sedikit. Motivasi setiap investor dalam melakukan pembelian saham adalah untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi yang mereka lakukan. Bermain saham memiliki potensi keuntungan dalam dua hal, yaitu:

a. Pembagian dividen yang biasanya dilakukan satu tahun sekali. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada semua pemegang saham. Bentuk dari dividen itu sendiri dapat berupa uang tunai ataupun bentuk penambahan saham.

b. Kenaikan harga saham (capital gain), didapat berdasarkan selisih harga saham dengan harga beli dimana keuntungan didapat bila harga jual lebih tinggi dari harga beli saham.

Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan Imbal hasil atau capital gain yang besar dalam waktu singkat. Namun, seiring fluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat (Weston dan Van Horne, 2004 : 16).


(26)

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006 : 13), ada beberapa risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu tidak mendapat deviden dan mengalami capital loss.

a. Tidak mendapat deviden

Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika mengalami kerugian. Dengan demikian, potensi ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

b. Capital Loss

Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, seorang investor mengalami capital loss.Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang semakin besar seiring terus menurunnya harga saham, maka seorang investor rela menjual sahamnya dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan istilah penghentian kerugian (cut loss ).

Adapun potensi resiko lain yaitu perusahaan bangkrut atau likuidasi, saham di-delist dari bursa, dan saham dihentikan sementara (suspensi).

a. Perusahaan bangkrut atau likuidasi

Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika sebuah perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang obligasi dalam


(27)

pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan dibagikan kepada kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.

b. Saham di-delist dari bursa

Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya adalah karena kinerja yang buruk , misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan; mengalami kerugian beberapa tahun; tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun; dan berbagai kondisi lainya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa.

c. Saham dihentikan sementara(suspensi)

Risiko lain yang juga ‘’menggangu’’ para investor untuk melakukan

aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend atau dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula dilakukan otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan perdagangan saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan yang bersangkutan memberikan informasi yang belum jelas tersebut sehingga tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi


(28)

atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula.

2.5.1. Penilaian harga saham

Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Oleh karena itu, investor harus maupun meperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internal, antara lain:

1. Laba perusahaan

2. Pertumbuhan aktiva tahunan 3. Likuiditas

4. Nilai kekayaan total 5. Penjualan

Sementara itu, faktor eksternalnya yaitu: a. Kebijakan pemerintah dan dampaknya, b. Pergerakan suku bunga,

c. Fluktuasi nilai tukar mata uang, d. Rumor dan sentimen pasar,

e. Penggabungan usaha (business combination)

Penilaian harga saham bertujuan untuk menentukan saham mana yang memberikan tingkat keuntungan yang seimbang dengan modal yang diinvestasikan dalam saham tersebut. Menurut Jones dalam Damardji (2006: 159), penilaian terhadap surat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait


(29)

indikator keuangan dan manajemen perusahaan seperti pendapatan; laba; pertumbuhan penjualan; return on equity; profit margin untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan dimasa mendatang.

b. Analisi teknikal salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham dimana dalam metode ini para analisis meggunakan data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham seperti harga saham dan volume transaksi.

Berdasarkan pernyataan tersebut disimpulkan bahwa dalam menentukan nilai sekuritas dimasa mendatang terdapat dua teknik analisis dimana analisis fundamental mengacu pada data-data di masa lalu, misalnya laporan keuangan. Analisi teknikal mengutamakan data berupa pengalaman dimasa lalu. Misalnya dengan menggunakan analisis grafik. Menurut Prakarti (2006:127), teknik analisis investasi yang paling banyak dipakai adalah analisis fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi dan analisis rasio keuangan.

a. Analisis fundamental adalah analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan yang menyangkut data-data historis perusahaan. Karena pada umumnya harga saham bergantung pada kinerja perusahaan yang bersangkutan.

b. Analisis teknikal adalah analisis yang menggunakan data-data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu dengan mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.


(30)

c. Analisis ekonomi adalah analisis yang menggunakan berbagai indikator yang berkaitan dengan kondisi perekonomian, seperti pengenaan pajak; tingkat kesejahteraan masyarakat dan variabel ekonomi lainnya. d. Analisis rasio keuangan adalah analisis yang didasarkan hubungan antar

pos dalam laporan keuangan perusahaan yang mencerminkan keadaan keuangan serta hasil dari operasional perusahaan.

Dalam hal ini, analisis ekonomi melihat dari segi perekonomian seperti pendapatan perkapita dan pendapatan kotor suatu negara. Analisis rasio keuangan merupakan bentuk spesifik dari analisis fundamental. Perbedaannya terletak pada penggunaan rasio keuangan untuk menentukan harga saham di masa mendatang.

2.6.1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka pengembangan usaha dan untuk menampung risiko kerugiannya. Modal juga berfungsi untuk membiayai operasi, sebagai instrument untuk mengantisipasi rasio, dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Penelitian aspek permodalan suatu bank lebih dimaksudkan untuk mengetahui bagaiman atau apakah modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhan. Artinya, permodalan yang dimiliki oleh bank yang sidasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank (Dendawijaya, kecukupan modal dalam model CAMEL dianalisis dengan menggunakan leverage ratio dan core capital to asset ratio. Dalam hal ini, penilaian didasarkan kepada capital adequacy ratio (CAR) yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Sesuai ketentuan


(31)

yang telah ditetapkan yang telah ditetapkan pemerintah, maka capital adequacy ratio (CAR) perbankan minimal harus 8% (Dendawijaya, 2004 : 121)

Bagi Bank yang memiliki capital adequacy ratio (CAR) dibawah 8% harus segera memperoleh perhatian dan penanganan yang serius untuk segera diperbaiki. Penambahan capital adequacy ratio (CAR) untuk mencapai seperti yang ditetapkan memerlukan waktu, sehingga pemerintah juga memberikan waktu sesuai dengan ketentuan. Apabila sampai waktu yang telah ditentukan, target capital adequacy ratio (CAR) tidak tercapai maka bank yang bersangkutan akan dikenai sanksi Suhardjono (2002 : 153)

2.7.1. Loan to Deposite Ratio (LDR)

Rasio loan to deposite ratio (LDR) berkaitan dengan likuiditas sebuah industri bank. Likuiditas menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Pengaturan likuiditas bank terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dibayar terutama kewajiban-kewajiban jangka pendek yang ada dibank antara lain adalah simpanan masyarakat seperti tabungan, giro, dan deposito. Bank juga harus mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Berdasarkan pakfeb (1991), bank wajib memelihara likuditasnya yang didasarkan pada rasio loan to deposite ratio yaitu perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima dengan jangka waktu 3 bulan. Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkanoleh pemerintah, maka rasio loan to deposite ratio


(32)

2.8.1. Non-Performing Loan ratio (NPL)

Rasio non-performing loan menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar dan memungkinkan pencapaian laba semakin rendah (Naser, 2003). Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain.

Kredit yang digolongkan sebagai non-performing adalah kredit dengan kolektibilitas kurang lancar (tunggakan pokok/bunga diatas 90 hari sampai dengan 120 hari),diragukan (tunggakan pokok/ bunga diatas 120 hari sampai dengan 180 hari) dan macet (tunggakan pokok/ bunga diatas 180 hari). Kredit dalam kategori ini adalah kredit yang kemungkinan tertagih sangat tipis. Kredit juga merupakan aktiva produktif dari suatu bank, jadi jika aktiva ini kurang produktif atau bermasalah akan menghambat kinerja suatu bank.

Aktiva produktif adalah penanaman modal baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, efek, penempatan dana pada bank lain, penyertaan dan lain-lain. Oleh karena itu, para investor juga akan menilai suatu perbankan yang berujung pada keputusan investasi yang dapat mempengaruhi tingkat harga saham standar yang digunakan. Tingkat non-performing loan yang ditetapkan pemerintah adalah sebesar 5%


(33)

2.9.1. Return On Equity (ROE)

Rasio return on equity digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank, perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku (Darmadji dan Fakhruddin, 2006 : 6)

Rasio return on equity (ROE) sering digunakan untuk melihat tingkat pengembalian dari dana yang diinvestasikannya. Oleh karena itu, peningkatan dan penurun return on equity (ROE) mempengaruhi minat dari para investor yang akan berakhir pada putusan investasi yang diambil. Hal ini akan mampu mempengaruhi harga pasar saham.

2.10.1. Dividen

Stice et al. (2004:902) menyatakan bahwa dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proposal sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham dapat dibedakan menjadi dividen tunai, dividen saham, dividen properti dan dividen likuidasi.

1. Dividen tunai (cash dividen), yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk kas (tunai)


(34)

2. Dividen saham (stock dividen), yaitu dividen yang dibagikan perusahaan bukan dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.

3. Deviden properti (properti dividen), yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga

4. Dividen likuidasi (liquidating dividend), yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang saham sebagai akibat likuidasi kannya perusahaan. Deviden yang dibagikan adalah selisih antara nilai realisasi aset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya.

Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung dari kebijaksanaan dividen masing-masing perusahaan dan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dari segi perusahaan, membagikan dividen kepada para investor memerlukan pertimbangan yang mendalam karena perusahaan juga harus memikirkan kelangsungan pertumbuhan perusahaan. Kebijakan dividen (dividen policy) adalah keputusan pihak manajemen pihak manajemen untuk menentukan perlakuan terhadap earning after tax (EAT), apakah dibagikan sebagai dividen; diinvestasikan kembali; atau sebagian dividen dan sebagian diinvestasiakan kembali ke perusahaan (Sugiyarso dan Winarni, 2005:101) 2.2. Hipotesis Effisiensi Pasar (Efficient Market Hypotesis)

Effisiensi pasar adalah kecepatan dan kelengkapan suatu harga sekuritas dalam merespon informasi yang relevan, Dalam pasar modal yang effisien, harga suatu saham pasti telah mencerminkan seluruh informasi yang berkaitan dengan aktivitas manajemen dan prospek di masa yang akan datang dan ketika muncul informasi baru


(35)

tentang perusahaan tersebut maka harga saham akan spontan berubah mencerminkan adanya informasi baru tersebut. Wild, et al (2005:49) mendefenisikan pasar efisien dalam tiga bentuk.

Bentuk pertama adalah pasar efisien dalam bentuk lemah (weak form) dimana harga sekuritas telah mencerminkan seluruh data historis yang relevan. Dengan kata lain, informasi historis tersebut (seperti harga dan volume perdagangan di masa lalu) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa lalu) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang akan datang karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa memprediksikan nilai pasar saham di masa datang dengan menggunakan historis. Indonesia penganut pasar efisien dalam bentuk lemah.

Bentuk kedua adalah pasar efisien dalam bentuk setengah-kuat (semi-strong market) dimana harga sekuritas telah mencerminkan seluruh informasi relevan yang dipublikasikan. Artinya harga saham yang terbentuk saat ini disamping pengaruh dari data pasar (harga saham dan volume perdagangan masa lalu juga dipengaruhi oleh semua informasi yang di publikasikan (seperti earning, dividen, pengumuman stock plit, penerbitan saham baru, dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan). Harga yang digunakan pada pasar dalam tingkatan ini adalah average price atau harga rata-rata.

Bentuk ketiga adalah pasar efisien dalam bentuk kuat (strong form) dimana harga sekuritas telah mencerminkan seluruh informasi penting baik yang telah dipublikasikan maupun yang belum dipublikasikan. Dalam tingkatan ini, penurunan laba yang tidak terduga pada suatu kuartal akan direspon oleh harga penurun laba tersebut dan ciri pasar dalam bentuk kuat adalah menggunakan harga pada awal periode


(36)

laporan keuangan. Dalam bentuk efisien kuat ini tidak akan ada seorang investor pun yang bisa memperoleh return abnormal

2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Crisna (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ‘’ Pengaruh Return On Equity, Capita Adequacy Ratio, Net Interest Margin dan Deviden Payout Ratio terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia’’. menunjukkan bahwa ROE (Return On Equity), CAR (Capital Adequacy Ratio), NIM (Net Interest Margin), dan DPR (Deviden Payout Ratio), berpengaruh signifikan terhadap harga saham .

Umar (2012) dalam penelitiannya yang berjudul ‘’ Analis Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 ’’. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel Deviden Per Share (DPS) Berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan CAR, LDR, NPL, ROE, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Pratiwi, (2011) dalam penelitiannya yang berjudul ‘’ Analisis Laporan Keuangan dengan menggunakan Rasio CAMEL Sebagai alat untuk memprediksi kondisi financial distress Bank Umum yang terdaftar di BEI ’’. Variabel Capital Adequacy Ratio, Kualitas Aktiva Produktif, Good Corporate Govermance, Net Interest Margin, Loan to Deposite Ratio.

Tika (2010) dalam penelitiannya yang berjudul ‘’Pengaruh Ratio CAMEL terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di BEI’’. Variabe CAR tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham, NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, NIM tidak berpengaruh signifikan


(37)

terhadap harga saham, BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

N0 Judul Penelitian Peneliti Variabel Hasil penelitian

1

Analis Pengaruh Rasio

CAMEL terhadap Harga

Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010

Umar Mujtaba (2012)

CAR (Capital

Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan) , LDR (Loan to Deposit Ratio) , ROE (Return

On Equity), DPS

(Deviden Per Share)

Hasi l Penelitian ini

menunjukkan bahwa

secara parsial variabel Deviden Per Share (DPS) Berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan CAR, LDR, NPL, ROE, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

2

Pengaruh Return On Equity, Capita Adequacy Ratio, Net Interest Margin dan Deviden Payout Ratio terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

Crisna Heriyati (2009)

CAR (Capital

adequacy Ratio), ROE (Return On Equity), DPR (Deviden Payout Ratio)

Hasil Penelitian

menunjukkan bahwa ROE (Return On Equity), CAR (Capital Adequacy Ratio),

NIM (Net Interest

Margin), dan DPR

(Deviden Payout Ratio), berpengaruh signifikan terhadap harga saham

3

Analisis Laporan Keuangan dengan menggunakan Rasio CAMEL Sebagai alat untuk

memprediksi kondisi

financial distress Bank Umum yang terdaftar di BEI

Pratiwi

Prima E.

Situmorang (2011)

Capital Adequacy

Ratio, Kualitas Aktiva, Produktif 1, Beban

Operasional /

Pendapatan

Operasional dan Loan to Deposite Ratio

Variabel Capital

Adequacy Ratio, Kualitas Aktiva Produktif, Good Corporate Govermance, Net Interest Margin, Loan to Deposite Ratio

4

Pengaruh Ratio CAMEL

terhadap harga saham

perbankan yang terdaftar di BEI

Tika Lestari (2010)

CAR, NPL, ROA,

ROE, NIM, BOPO, LDR,

Variabel CAR, NPL,

ROE, NIM, BOPO, LDR,

tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga saham


(38)

2.4. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.4.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sistensis dari tinjauan teori dan tujuan penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Modal berfungsi untuk membiayai operasi, sebagai instrument untuk mengantisipasi rasio, dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Bank yang memiliki kecukupan modal yang baik akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya sehingga harga sahampun meningkat. Jadi, rasio CAR memiliki pengaruh terhadap harga saham.

LDR menggambarkan seberapa besar kemampuan bank dalam membayar utang- utangnya dan membayar kembali kepada deposit sebagai dana pihak ketiga tanpa terjadi penangguhan. Pengelolaan LDR ini sendiri akan meningkatkan harga saham dimana dana yang diberikan kepada masyarakat seimbang proporsinya, yang disebut dengan kredit, dengan dana yang diterima dari masyarakat, yang disebut dengan deposit atau dana pihak ketiga yang mengindikasikan kepercayaan masyarakat juga meningkat. Jadi, LDR berpengaruh terhadap harga saham.

Kredit yang diberikan kepada masyarakat sebagai salah satu bentuk produk jasa yang ditawarkan oleh industri perbankan. Semakin tinggi kredit bermasalah maka resiko yang ditanggung oleh bank menggambarkan kinerja perbankan tidak baik. Hal tersebut akan mempengaruhi keputusan investor dalam menanamkan modalnya dan mampu mempengaruhi harga saham. Jadi, NPL berpengaruh terhadap harga saham.

Manajemen memiliki tugas untuk mengelola aktiva yang dimiliki oleh industri perbankan sehingga menghasilkan laba yang optimal. Semakin tinggi


(39)

ROE yang dicapai menggambarkan manajemen mampu mengelola aktiva yang dimiliki sehingga kepercayaan investor meningkat untuk membeli sejumlah saham dari bank tersebut yang mengakibatkan harga saham juga meningkat. Jadi, ROE berpengaruh terhadap harga saham.

Perusahaan yang dapat memberikan dividen yang besar kepada para pemegang saham akan mempengaruhi harga saham sehingga harga saaham pun meningkat. Jika dividend per share (DPS) tinggi maka akan meningkatkan harga pasar saham perusahaan. Jadi, dividend per share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham. Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4.2. Hipotesis

Menurut Erlina (2008:49) ‘’hipotesis adalah yang merumuskan dengan maksud untuk di uji secara empiris’’. Hipotesis merupakan dugaan atau

jawaban sementara terhadap masalah yang di teliti, melalui analisis data yang Capital Adequacy

Ratio ( CAR ) X1

Loan to Deposite Ratio ( LDR ) X2

Non performing Loan ( NPL ) X3

Return On Equity ( ROE ) X

Dividend Per Share ( DPS ) X6

harga saham (Y)


(40)

relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitiannya sebagai berikut:

H1 : CAR berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. H2 : LDR tidak bepengaruh secara parsial terhadap harga

saham.

H3 : NPL tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham.

H4 : ROE tidak berpengaruh secara secara parsial terhadap harga saham

H5 : DPS berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. H6 : CAMEL berpengaruh simultan terhadap harga saham.


(41)

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan serangkaian pengamatan yang dilakukan selama jangka waktu tertentu terhadap suatu fenomena yang memerlukan jawaban dan penjelasan. Salah satu hal penting yang harus dipertimbangkan dalam melakukan penelitian adalah merumuskan desain penelitian agar tujuan dapat tercapai dengan baik. Karena penelitian ini untuk mengetahui hubungan yang bersifat mempengaruhi antara dua variabel atau lebih maka penelitian ini menggunakan desain penelitian hubungan atau asosiatif dan menurut sifat hubungannya penelitian menggunakan hubungan sebab-akibat (kausal).

Menurut Sugiyono (2007 : 30 ) ‘’desain kausal adalah penelitian yang

bertujuan menganalisis hubungan sebab – akibat antara variabel independen (variabel

yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)’’. Penelitian

asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, dan bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003 : 30).

3.2Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/ subyek untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008 : 72). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bergerak di bidang kredit sejak tahun 2009 sampai tahun 2011 yaitu sebanyak 30 perusahaan.

Menurut Sugiyono (2004 : 116) ‘’Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, dan’’Menurut Erlina (2008:75)


(42)

‘’Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi.’’

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan teknik

purposive sampling yaitu ‘’pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu’’

(Erlina, 2008:83). Teknik ini termasuk dalam metode penarikan sampel tidak acak atau nonprobality sampling, dimana dari elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian, namun hanya sampel yang memenuhi kriteria tertentu saja yang dapat digunakan sebagai sampai sampel penelitian. Beberapa kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perusahan Perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada tahun 2009, 2010, dan 2011.

2. Perusahaan Perbankan telah mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember untuk tahun 2009, 2010, dan 2011.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 28 Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009, 2010, dan 2011.Persahaan yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.1

Tabel 3.1.

Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Perbankan No

Kode

Nama Bank Kriteria

Sampel

1 2

1 PNBN Bank Panin Indonesia   1

2 SDRA Bank Saudara   2

3 NISP Bank OCBC NISP   3

4 MEGA Bank MEGA   4

5 MCOR Bank Windu   5

6 MAYA Bank Mayapada Internasional   6 7 BVIC Bank Viktoria Internasional   7 8 BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional   8 9 BSWD Bank Of India Indonesia  X


(43)

3.3.Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Purposive Sampling Methode. Adapun Purposive Sampling Methode yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2004 : 78). Kriteria yang ditentukan adalah sebagai berikut:

1. Sampel merupakan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2011,

2. Memiliki laporan keuangan yang lengkap selama Listing di Bursa Efek Indonesia, 3. Tidak de-Listing selama periode 2009 sampai 2011,

4. Laporan keuangan yang audited,

Perusahaan go- public yang data semua variabelnya baik variabel dependen maupun independen tersedia dan dapat diperoleh, baik dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), situs Bursa Efek Indonesia (BEI).

11 BNLI Bank Permata   10

12 BNII Bank Internasional Indonesia   11

13 BNGA Bank Cimb Niaga   12

14 BNBA Bank Bumi Arta   13

15 BMRI Bank Mandiri   14

16 BKSW Bank QNB Kesawan   15

17 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa

Barat  X

18 BEKS Bank Pundi Indonesia   16 19 BDMN Bank Danamon Indonesia   17

20 BCIC Bank Mutiara   18

21 BBRI Bank Rakyat Indonesia   19 22 BBNP Bank Nusantara Parahyangan   20 23 BBNI Bank Negara Indonesia   21

24 BBKP Bank Bukopin   22

25 BBCA Bank Central Indonesia   23 26 BAEK Bank Ekonomi Raharja   24 27 BACA Bank Capital Indonesia   25 28 BABP Bank ICB Bumiputera   26

29

AGRO Bank Rakyat Agroniaga 27

30


(44)

3.4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2004 : 13). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Erlina : 2008). Data tersebut berupa laporan keuangan perusahaan perbankan yang bersumber dari situs Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. 3.5. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini dapat diikelompokkan menjadi dua yaitu berikut variabel independen (bebas) dan variabel dependen (tidak bebas).

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Adapun yang termasuk variabel independen adalah:

Capital adequacy ratio adalah yang memerlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, dan tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana dari sumber-sumber diluar bank. Rasio CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:

CAR = Modal Bank x 100%

Total ATMR

Loan to deposit ratio digunaakan untuk menilai likiditas suatu bank yang dengan cara membagikan jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondissi bermasalah akan semakin besar. Rasio LDR dapat dirumuskan sebagai berikut:


(45)

Total Dana Pihak Ketiga

Non-performing loan ratio menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar. Rasio NPL dapat dirumuskan sebagai berikut:

NPL = Kredit Bermasah x 100%

Total Kredit

Return on equity digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin tinggi ROE, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah sangat kecil. Rasio ROE dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROE = Laba Setelah Pajak x 100%

Rata – rata Ekuittas

Dividend per share merupakan rasio yang mengukur kinerja perusahaan dengan cara membagikan dividen perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Dividend per share ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividend per lembar saham. Rasio DPS dapat dirumuskan sebagai berikut:

DPS = Cash Dividend

Jumlah Saham Beredar

2. Variabel dependen (tidak bebas atau terikat)

Variabel dependen yaitu harga saham (y) yang menggunakan closing price

pertahun masing-masing perusahaan yang diteliti dengan periode penelitian dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.


(46)

3.6. Metode Analisis Data

Metode Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini, metode analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis statistik dan menggunakan bantuan software SPSS ver. 18. Untuk menghasilkan data yang akurat suatu persamaan regresi sebaiknya terbebas dari uji asumsi – asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain :

3.6.2 Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas itu sendiri menurut Ghozali (2005 : 110) adalah ingin mengetahui apakah model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan desain grafik.

Jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histrogamnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya. Selain itu, dapat digunakan uji statistik kolmogrov-Smirnov (k-S), yang dijelaskan oleh Ghozali (2005 : 119). Bila nilai signifikan < 0.05 berarti distribusi normal. Sebaliknya bila nilai signifikan > 0.05 berarti distribusi data normal.

3.6.3 Uji Multikoliniearitas

Menurut Ghozali (2005 : 91) tujuan dari uji multikoliearitas adalah untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel


(47)

independen. Suatu model regresi yang baik tidak ditemukannya hubungan atau kolerasi diantara variabel independen. Pengujian multikoliniearitas dilakukan dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2) VIF (varianceinflation factor). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerence < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

Menurut Ghozali (2005), cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinieritas yaitu:

1. Mengeluarkan salah satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi model regresi dan identifikasi variabel independen lainnya untuk membantu prediksi,

2. Menggabungkan data cross section dan time series (pooling data), 3. Menambah data penelitian,

3.6.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi menurut Ghozali (2005 : 95) adalah berikut:

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual ( kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtun waktu (time series) karena ‘’gangguan’’ pada seseorang individu/

kelompok yang sama pada periode berikut.

Dengan menggunakan program SPSS, deteksi adanya problem autokorelasi adalah dengan melihat besaran DURBIN-WATSON, yaitu panduan mengenai angka D-W (DURBIN-WATSON) pada tabel D-X.


(48)

Mengacu pada pendapat sentoso, Singgih (2002), secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut:

1. angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2. angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Autokorelasi bisa diatasi dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan transfarmasi dan menambah data observasi.

3.6.5 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastitas dijelaskan oleh Ghozali (2005 : 105):

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan lain tetap, maka homokedasitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedasitas atau terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).

Untuk mendeteksi ada tidaknya heterskedastisitas, menurut Ghozali (2005 : 105) dapat dilihat dari grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan nilai residualnya SRESID, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi heterokedasitas. Sebaliknya jika tidak ada yang jelas, serta titiknya menyebar maka tidak terjadi heterokedasitas.


(49)

3.6.6 Koefisien Determinasi (R2)

Untuk melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai R2 berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel independen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (cross section) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antar masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data kurun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi

3.7. Penguji Hipotesis

Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh capital adequacy ratio (CAR); Loan to deposite ratio

(LDR); non-performing loan (NPL); return on equity dan dividend per share (DPS) secara bersama terhadap harga saham, digunakan uji ANOVA atau uji Statistik F dengan model persamaan regresi untuk menguji masing-masing hipotesis adalah sebagai berikut:

Y = a + b1 X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5 Dimana,

Y = Harga saham

a = Konstanta

b1,b2b3b3b4b5 = Koefisien regresi

X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

X2 = Loan to Deposite Ratio (LDR)

X3 = Non-performing Loan (NPL)

X4 = Return On Equity (ROE)

X5 = Dividen Per Share (DPS)


(50)

Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan t- test dan f-test

a. Uji signifikasi parsial (t-test)

Pengujian t-test digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengujian ini dilakukan untuk melihat besarnya masing-masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen dengan menggunakan t-test.

Ha1 : Capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ho1 : Capital adequacy ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ha2 : Loan to deposite ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ho2: Loan to deposite ratio (LDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ha3 : Non- performing Loan (NPL) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ho3 : Non-performing Loan (NPL) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ha4 : Return on equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ho4 : Return on equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ha5 : Dividen Per share (DPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(51)

Ho5 : Dividend per share (DPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dasar Pengambilan keputusan

1) Jika t hitung > t tabel pada α 0.05, maka Ha diterima dan Ho ditolak,

2) Jika thitung < t tabel pada α 0.05, maka Ha ditolak dan Ho diterima .

b. Uji Signifikasi simultan (f-test)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang masukkan dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F-test. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

Ha6 : Capital adequacy ratio (CAR), Loan to deposite ratio (LDR), Non-performing Loan (NPL), Return on equity (ROE), dan devidend per share (DPS) secara bersama-sama berpengaruh yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ho6 : Capital adequacy ratio (CAR), Loan to deposite ratio (LDR), Non- performing Loan (NPL) secar bersama-sama tidak berpenggaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pengujian simultan ini menggunakan uji F, yaitu dengan membandingkan antara nialai signifikan F dengan nilai signifikan yang digunakan yaitu 0,05.kriteria pengambilan keputusan menurut Ghozali (2005 : 84) sebagai berikut:

1. Apabila nilai F lebih besar dari 4 dengan tingkat kepercayaan 5% dan Fhitung > Ftabel, maka Ho diterima (Ho ditolak),

2. Apabila nilai F lebih kecil dari 4 dengan tingkat kepercayaan 5% dan Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima (Ha ditolak).


(52)

3.8. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan sejak mei 2013 sampai dengan selesai. Dengan mengambil data dari situs BEI merupakan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dan data dari BI yang berisi mengenai data-data laporan keuangan perusahaan perbankan. Dan Dipilihnya BEJ sebagai lokasi penelitian karena BEJ pasar modal terbesar di Indonesia.


(53)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Objek Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2011 (3 tahun), Berikut nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini :

Tabel 4.1

Nama-nama Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian

No Kode Emiten

1 SDRA Bank Saudara Tbk

2 PNBN Bank Panin Indonesia Tbk

3 NISP Bank OCBC NISP Tbk

4 MEGA Bank Mega Tbk

5 MCOR Bank Windu Tbk

6 Maya Bank Mayapada Internasional Tbk

7 BVIC Bank Viktoria Internasioal Tbk

8 BTPN Bank Tanungan Pensiunan Nasional Tbk

9 BSWD Bank Of India Indonesia Tbk

10 BNLI Bank Permata Tbk

11 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk

12 BNGA Bank Cimb Niaga Tbk

13 BNBA Bank Bumi Arta Tbk

14 BMRI Bank Mandiri (persero) Tbk

15 BKSW Bank QNB Kesawan Tbk

16 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk

17 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk

18 BCIC Bank Mutiara Tbk

19 BBRI Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk

20 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk

21 BBNI Bank Negara Indonesia (persero) Tbk

22 BBKP Bank Bukopin Tbk

23 BBCA Bank Central Asia Tbk

24 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk

25 BACA Bank Capital Indonesia Tbk

26 BABP Bank ICB Bumiputera Tbk

27 AGRO Bank Rakyat Agroniaga Tbk

28 BBTN Bank Tabungan Negara (persero) Tbk

Sumber.www.idx.co.id

Adapun perusahaan – perusahaan yang dipilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan peneliti dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:


(54)

1. Perusahaan Perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009,2010, dan 2011.

2. Perusahaan perbankan telah mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember untuk 2009, 2010, dan 2011.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Data penelitian ini didasarkan pada laporan keuangan tahunan perusahaan. Dalam penelitian ini closing price merupakan variabel dependen, sedangkan rasio-rasio keuangan yang digunakan sebagai variabel indevenden adalah CAR, LDR, NPL, ROE, DPS.

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis peneliti terlebih dadulu melakukan perhitungan rasio-rasio pada variabel independen dan melakukan perhitungan harga saham pada masing-masing perusahaan sebagai variabel dependen.

4.3.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan agar dapat memberikan gambaran terhadap variable-variabel yang digunakan dalam penelitian . Penelitian ini menggunakan lima variable independen yang bertujuan untuk mengetahui hubungan capital adequacy ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non-Performing Loan Ratio (NPL), Return On Equity (ROE), terhadap harga saham. Variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan harga saham. Deskriptif variable atas data yang dilakukan selama tiga tahun, Sehingga jumlah data secara keseluruhan yang diamati berjumlah 30 sampel.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan SPSS (Statistikcal Product and Service Solution) versi 18.0 diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:


(55)

Tabel 4.2 Descriptive Statistics

Mean

Std.

Deviation N Closing 1764.3690 2023.93742 84 CAR 17.4374 6.86774 84 LDR 150.2207 687.51916 84

NPL 3.6457 6.19575 84

ROE 16.7562 48.68061 84 DPS 8.5563 22.97038 84 Sumber: Data diolah penulis

Dari tabel 4.2 diatas diketahui bahwa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 sampel. Selain itu, diketahui bahwa rata-rata perubahan harga saham sebesar 1764.3690 dengan standar deviasi sebesar 2023.93742. CAR (Capital adequacy ratio) memiliki rata-rata 17.4374 dengan standar deviasi sebesar 6.86774 LDR (Loan to deposit rasio) memiliki rata-rata 3.6457 dengan standar deviasi sebesar 6.86774 . NPL (Non-performing loan ratio) memiliki rata-rata 150.2207 dengan standar deviasi sebesar 687.51916.ROE (Return on equty) memiliki rata-rata 16.7562 dengan standar deviasi sebesar 48.68061. Dividend per share (DPS) memiliki rata-rata 8.5563 dengan standar deviasi sebesar 22.97038.

Nilai rata-rata yang tertera diatas dapat digunakan sebagai indikasi bahwa nilai dari masing-masing rasio atau variable yang dihasilkan lebih besar dari nilai rata-rat tersebut dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan baik. Dan sebaliknya jika nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan yang buruk. Sehingga pihak manajemen perlu melakukan evaluasi dalam tahun yang bersangkutan untuk mendapatkan solusi agar perusahaan dapat kembali.


(1)

(2)

Lampiran

Hasil Uji Auto korelasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .927a .860 .813 .72210 .860

a. Predictors: (Constant), Ln_DPS, Ln_CAR, Ln_NPL, Ln_LDR, Ln_ROE b. Dependent Variable: Ln_Closing

Hasil Uji-F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 48.038 5 9.608 18.425 .000a

Residual 7.822 15 .521

Total 55.859 20

a. Predictors: (Constant), Ln_DPS, Ln_CAR, Ln_NPL, Ln_LDR, Ln_ROE b. Dependent Variable: Ln_Closing


(3)

Lampiran

Hasil Uji-t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 12.568 4.314 2.914 .011

Ln_CAR -2.278 .754 -.323 -3.022 .009

Ln_LDR -.472 .794 -.070 -.595 .561

Ln_NPL -.029 .337 -.012 -.085 .934

Ln_ROE .310 .502 .160 .617 .546

Ln_DPS .672 .229 .695 2.931 .010

a. Dependent Variable: Ln_Closing

t tabel 2.080

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .927a .860 .813 .72210

a. Predictors: (Constant), Ln_DPS, Ln_CAR, Ln_NPL, Ln_LDR, Ln_ROE b. Dependent Variable: Ln_Closing


(4)

Lampiran

No Nama Bank Emiten Tahun CAR LDR NPL ROE

DPS (RP)

Closing Price

1 Bank Saudara SDRA 2009 14,1 94,94 1,29 17,62 6 280

2010 23 100,2 1,76 17,45 9 290

2011 17,37 81,7 1,65 23,36 11 194

2 Bank Panin Indonesia PNBN 2009 21,79 73,31 3,16 10,4 0 760

2010 16,65 74,22 4,36 11,62 0 1140

2011 17,45 80,36 3,56 14,63 0 780

3 OCBC NISP NISP 2009 17,4 73,26 3,12 11,82 0 1000

2010 17,2 80 1,99 8,12 0 1700

2011 16,1 87,04 1,26 12,9 0 1080

4 Bank MEGA MEGA 2009 18,84 56,82 1,7 18,72 0 2300

2010 14,78 56,03 0,9 27,2 0 3175

2011 11,7 6375 0,98 26,74 0 3500

5 Bank Windu MCOR 2009 17,88 65,68 2,11 6,03 0 112

2010 17,9 81,29 2,08 7,24 0 150

2011 12,66 79,3 2,18 6,94 0 187

6 Bank Mayapada Internasional MAYA 2009 17,05 83,77 0,96 4,27 0 1670

2010 20,4 78,38 3,27 7,28 0 1330

2011 14,68 82,1 2,51 11,53 0 1430

7 Bank Victoria Internasional BVIC 2009 16,92 50,43 3 8 9,11 138

2010 13,72 40,22 5,07 18,41 0 139

2011 14,92 63,62 2,38 24,9 0 129

8 Bank Tabungan Pensiunan Nasional BTPN 2009 18,5 85 0,5 25,9 0 780

2010 23,4 91 1,1 36,4 0 2640

2011 20,5 85 0,7 31,8 0 3225

9 Bank Of India Indonesia BSWD 2009 32,9 81,1 1,82 13,36 0 600

2010 26,91 87,36 3,55 11,69 0 600

2011 23,19 85,72 1,98 25,26 0 600

10 Bank Sinarmas BSIM 2009 13,05 79,01 2,18 8,46 0

Tidak ada

2010 14,1 73,64 1,26 15,34 0 405

2011 13,98 69,5 0,88 10,03 0 275

11 Permata Bank BNLI 2009 12,25 90,6 4 13,3 0 490

2010 16,3 87,46 2,65 21,5 0 1790

2011 14,95 83,06 2,04 15,87 0 1360

12 Bank International Indonesia BNII 2009 14,83 64,1 2,42 -0,76 0 1980

2010 14,87 70,2 3,09 10,22 0 3875

2011 13,06 70,4 2,14 9,94 0 3800

13 Bank CIMB Niaga BNGA 2009 13,88 95,11 3,06 15,34 12,75 710

2010 13,47 88,04 2,59 20,88 0 1910

2011 13,16 94,41 2,64 19,09 0 1220


(5)

2010 24,64 54,18 2,25 8,39 3 160

2011 19,96 67,53 1,07 11,94 3 142

15 Bank Mandiri BMRI 2009 15,6 61,4 2,8 22,1 0 4700

2010 14,7 61,5 2,4 24,2 0 6500

2011 17,2 74,1 2,2 22 0 6450

16 Bank QNB Kesawan BKSW 2009 12,56 66,97 5,33 3,27 0 740

2010 9,92 71,65 1,91 0,77 0 1040

2011 46,49 75,48 0,82 0,72 0 710

17 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat BJBR 2009 21,2 82,47 1,97 28,09 38,2 tidak ada

2010 22,85 71,54 1,86 24,95 48,75 1450

2011 18,3 72,95 1,21 20,98 59,6 910

18 Bank Pundi Indonesia BEKS 2009 8,02 79,22 27,91

-135,69 0 95

2010 41,42 52,83 50,96 -84,44 0 162

2011 12,02 66,78 9,12 -50,55 0 116

19 Bank Danamon Indonesia BDMN 2009 20,07 88,8 4,5 11,2 0 4464

2010 16 93,8 3 18,5 0 5535

2011 17,54 98,3 2,2 17,5 0 4100

20 Bank Mutiara BCIC 2009 10,02 81,66 9,53 402,86 0 50

2010 11,16 70,86 4,84 41,68 0 50

2011 9,41 83,9 4,46 34,91 0 50

21 Bank Rakyat Indonesia BBRI 2009 13,2 80,88 3,52 35,22 88,91 7650

2010 13,76 75,17 2,79 43,83 93,01 5250

2011 14,96 76,2 2,32 42,49 122,28 6750

22 Bank Nusantara Parahyangan BBNP 2009 12,56 73,64 1,81 8,51 0 1300

2010 12,76 80,41 0,63 12,38 0 1230

2011 13,45 84,92 0,78 12,82 0 1300

23 Bank Negara Indonesia BBNI 2009 13,8 64,1 4,7 16,3 56,29 1980

2010 18,6 70,2 4,3 24,7 65,98 3875

2011 17,6 70,4 3,6 20,1 62,48 3800

24 Bank Bukopin BBKP 2009 14,36 75,99 2,81 16,52 0 375

2010 13,02 71,85 3,22 19,02 0 650

2011 14,33 85,01 2,88 20,1 0 580

25 Bank Central Asia BBCA 2009 15,5 50,3 0,7 31,8 40 4850

2010 13,5 55,2 0,6 33,3 42,5 6400

2011 12,7 61,7 0,5 33,5 43,5 7900

26 Bank Ekonomi Raharja BAEK 2009 21,75 45,54 1,11 19,42 0 2700

2010 19,05 62,44 0,35 14,34 0 2500

2011 16,37 70,06 0,74 10,43 0 2050


(6)

27

2010 29,29 50,6 1,03 5,11 0 102

2011 21,58 44,24 0,81 5,19 0 149

28 Bank ICB Bumiputera BABP 2009 11,19 89,64 5,63 0,99 0,4 100

2010 12,55 84,96 4,34 5,33 0,25 135

2011 10,47 84,93 6,25 -18,96 0 73

29 Bank Rakyat Agroniaga AGRO 2009 19,63 80,99 7,48 0,79 0 141

2010 14,95 85,68 8,82 4,16 0 168

2011 16,39 65,79 3,55 11,37 0 168

30 Bank Tabungan Negara BBTN 2009 21,54 101,29 3,36 14,53 0 840

2010 16,74 108,42 3,26 16,56 15,09 1640


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 36 94

“ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI Th 2010 – 2012).

0 2 16

“ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI Th 2010 – 2012).

0 1 13

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010.

0 1 15

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010.

0 1 15

ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 110

Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Struktur Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis - Analisis Pengaruh Rasio Camel Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - Analisis Pengaruh Rasio Camel Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17