Informasi Maksud Semiotika Landasan Teori .1Kaidah Ejaan

kita bukan lagi amplop yang berfungsi sebagai sampul surat, tetapi amplop yang berisi uang, uang pelancar, uang pelicin, uang sogok. Secara kasar kawan kita berkata “berilah ia uang agar urusanmu segera selesai”. 5 Perubahan Makna Akibat Perubahan Bentuk Akibat perubahan bentuk terjadi perubahan makna, misalnya kata berlompatan bermakna banyak orang atau binatang yang melompat dari suatu tempat ke tempat yang lain. Orang berkata, “udang berlompatan dari perahu” , yang maknanya udang-udang yang berada di dalam perahu melompat ke dalam. Makna kata berlompatan berbeda dengan makna kata berlompat-lompat. Kata berlompat-lompat bermakna melaksanakan pekerjaan melompat secara berulang- ulang, atau seseorang yang menyatakan bahwa kegiatan itu dilakukan karena seseorang sedang bergembira.

2.1.2.3 Informasi

Chaer 1995:34 mengemukakan bahwa “informasi merupakan sesuatu gejala di luar ujaran yang dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan utterance- external phenomenon ”. Misalnya pada kata ayah dan bapak memang memberi infomasi yang sama yaitu orang tua laki-laki, tetapi maknanya tetap tidak persis sama karena bentuknya berbeda. Dari kata tersebut kita dapat melihat dalam bentuk kalimat ayah saya sakit, kata ayah dapat diganti dengan kata bapak sehingga menjadi bapak saya sakit. Tetapi dalam kalimat bapak presiden yang terhormat, tidak dapat diganti menjadi ayah presiden yang terhormat. Universitas Sumatera Utara

2.1.2.4 Maksud

Chaer 1995:35 “maksud adalah dilihat dari segi si pengujar, atau orang yang berbicara mengujarkan sesuatu ujaran yang berupa kalimat ataupun frase, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri”. Kita dapat melihat contoh maksud berikut di terminal- terminal bis, banyak pedagang asongan menawarkan barang dagangannya kepada para pengemudi atau penumpang kendaraan dengan kalimat “ koran, koran?” atau “jeruk, pak?”. Dari ujaran pedagang itu seperti bertanya, tetapi sebenarnya ujaran mereka itu menawarkan.

2.1.2.5 Semiotika

Semiotika berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti tanda. Menurut Saussure dalam Sobur 2004:64 “semiologi didasarkan pada anggapan bahwa selama berfungsi sebagai tanda, harus ada di belakangnya sistem perbedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu”. Dimana ada tanda di sana ada sistem, artinya sebuah tanda berwujud kata atau gambar mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier bidang penanda atau bentuk dan aspek lainnya yang disebut signified bidang petanda konsep atau makna. Aspek kedua terkandung di dalam aspek pertama, penanda terletak pada tingkatan ungkapan dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti bunyi, huruf, kata, gambar, warna, obyek, dan sebagainya. Petanda terletak pada tingkatan isi atau gagasan dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan, hubungan antara kedua unsur tersebut melahirkan makna. Menurut Ferdinand de Saussure dalam Aminuddin, 1985:77 menyatakan bahwa, Universitas Sumatera Utara bahasa sebagai tanda yang diindikasi oleh adanya hubungan yang erat yaitu Qualisign, Sinsign, dan Legisign. Qualisign adalah penanda yang bertalian dengan kualitas dan berdasarkan sifatnya, misalnya tulisan pada kaca angkutan umum yaitu bergambar donal bebek, karena gambar tersebut untuk menunjukkan bahwa sopir kendaraan tersebut sudah tua, sehingga angkutan umumnya tidak bisa melaju dengan cepat sesuai dengan donal bebek yang kita ketahui dalam gaya berjalannya tidak bisa cepat, sinsign adalah tanda yang berdasarkan bentuk atau rupanya di dalam kenyataan. Misalnya suatu jeritan yang dapat berarti heran, senang, atau kesakitan, artinya seseorang dapat dikenali dari caranya berjalan, caranya tertawa, nada suara dan caranya berdehem, legisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan suatu peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode, misalnya warna merah yang mempunyai tanda bahaya dan larangan, seperti pada rambu lalu lintas, warna merah mengacu pada jalan berhenti, selain itu sifat merah yang panas dapat dipakai untuk menunjukkan gairah, semangat dan cinta, seperti pada bendera Indonesia yang memakai warna merah pada bagian atas bendera, yang berarti berani, sedangkan warna-warna lainnya yang memiliki arti yaitu warna putih yang menegaskan sesuatu yang terang, ringan dan netral, seperti pada bendera Indonesia yang memakai warna putih pada bagian bawah bendera yang berarti suci.

2.1.2.6 Pragmatik