67 “Creed refers to the cognitive aspect of a religion, it is everything that
goes into the ”explanation: of the ultimate meaning of life; Code of behavior or ethics includes all the rules and customs of action that somehow follow from one
aspect or another of the Creed; Cult means all the ritual activities that relate the follower to one aspect or other of the transcendent, either directly or indirectly.
Prayer is an example of the former, and certain formal behavior toward representatives of the transcendent, such as priests, is an example of the latter;
Community-structure refers to the relationship among the followers. This can vary widely, from a very egalitarian relationship, as among quakers, through
a”republican” structure as Presbyterians have, to a monarchical structure, as with some Hasidic Jews vis-a-vis their Rebbe
”.
3.4.1. Tao Ditinjau dari Definisi Kepercayaan Creed
1 Kepercayaan kepada Tuhan
Creed merupakan kepercayaan tentang sesuatu yang secara mutlak dianggap benar bagi kehidupan manusia. Kebenaran itu dapat berbentuk dewa
atau Tuhan atau AIlah, akan tetapi dapat juga berbentuk yang bukan itu, seperti misalnya gagasan, kesenangan, dan sebagainya.
Creed adalah pengakuan yang diyakini bahwa ada sesuatu yang disebut Yang Mutlak itu yang berpengaruh atas kehidupan manusia. Karena misterisunya
Yang Mutlak itu sehingga dapat dibedakan antara yang disebut Theos dan yang disebut Non-Theos. Theos dari bahasa Yunani menunjuk kepada suatu illah, dewa,
68 yang disebut Tuhan, atau Allah, atau siapa saja. Sedangkan yang Non-Theos, bisa
berarti bukan illah, tetapi berupa gagasan, kekuatan, atau apa saja. Tao meyakini adanya Tuhan, akan tetapi konsep Tuhan tidak mudah
difahami dengan akal-budi manusia. Untuk menjelaskannya, perlu difahami konsep “Tao” atau “Dao” dalam metafisika Taoisme. Konsep Tao atau Dao dapat
diartikan sebagai “kebenaran sejati” atau “kebenaran yang paling hakiki”. Tao juga dapat diartikan sebagai “keberadaan” atau “jalan kehidupan” way of life,
sehingga siapa saja yang bisa menyelaraskan dengan Tao maka berbahagialah hidupnya. Selain itu, Tao juga bisa diartikan sebagai sumber atau asal usul alam
semesta. Dalam kitab Tao Te Tjing disebutkan bahwa Tao adalah sumber segala
sesuatu. Dan segala sesuatu muncul dari satu sumber yang sama. Langit yang luas, bumi yang kukuh, alam yang indah, lembah yang subur, semuanya berasal dari
yang satu itu. Menurut Tjan K
22
bahwa kebenaran sejati dan atau sumber segala sesuatu adalah hakikat Tuhan Yang Maha Esa.
Tao menggunakan lambang Ba Kua Dai Chi sebagai lambang keagamaan. Ba Kua melambangkan segala sesuatu yang ada di alam semesta dan juga
melambangkan segala arah yang berarti 4 penjuru dan 8 arah Ba. Dai Chi merepresentasikan hakikat substansi Tao dimana lambang Yin menunjukan kesan
“tiada”, lambang Yin menunjukkan sifat Tao yang tidak berwujud, tidak bernama, Maha Agung, dan tiada berbatas. Sedangkan lambang Yang menunjukkan “ada”,
22
Tjan K., 2013, Ajaran Dao Secara Ringkas, dalam bahan Penataran Dharmaduta Tridharma, Semarang : PITD se- Indonesia. Hlm. 15.
69 lambang ini mendeskripsikan fungsi dan karya dari Tao yang merupakan awal
dari segala yang ada di alam semesta, dengan kata lain lambang ini mereprsentasikan sifat Maha Pencipta dan Maha Kuasa.
Tuhan, dalam agama Tao bukan sosok dan bukan sebuah nama, melainkan keberadaan yang absolut The Existence and The Absolute. Dia adalah satu-
satunya yang ada, tak ada lainnya dan tak ada saingannya, Dia dinamakan “Taiji” yang melambangkan dao sebagai ke-ada-an, ke-satu-an, dan atau ke-esa-an
mutlak. Dari Yang Esa The One ini melahirkan “Yang Dua”, yakni “Yang” dan
“Yin”. Tjan K mengatakan bahwa Yin Yang adalah sifat dualisme segala ciptaan, yakni aspek positif yang dan aspek negatif yin. Kedua sifat ini bisa bersifat
saling melengkapi, saling bergantian, saling berlawanan, dan saling menandingi, seperti: ada-tiada, pria-wanita, siang-malam, tinggi-rendah, baik-jelek, dan
sebagainya
23
Dari Yang Dua tersebut akan melahirkan Yang Ketiga Shan Chai, yakni bumi, langit, dan manusia, dan dari Yang Ketiga melahirkan semua makhluk
kesatuan alam semesta. Karena itu, konsep Tuhan dalam agama Tao sebenarnya tidak mengenal istilah penciptaan, melainkan melahirkan, yakni Yang Satu Tao
melahirkan Yang Dua Yang dan Yin, dan yang Dua melahirkan Yang Tiga Kesatuan Yang dan Yin atau kesatuan alam semesta dan manusia. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Yang Liping 2005:96: Tao creates one, One creates two, Two creates three, And three creates everything in the world
23
Tjan K Kwa Tong Hay, 2010, Berkenalan dengan Adat dan Ajaran Tionghoa, Yogjakarta : Penerbit Kanisius Hlm. 38.
70 Tao melahirkan yang satu, Yang satu melahirkan yang dua, yang dua melahirkan
yang tiga, dan yang tiga melahirkan segala sesuatu yang ada di dunia. Tuhan, atau sebut nama apa saja yang diberikan kepada-Nya tidak pernah
mengharapkan sesuatu, dan tidak pernah menuntut sesuatu dari manusia. Akan tetapi, manusia terkadang memiliki keterbatasan-keterbatasan sehingga mencari
perli ndungan kepada “Sang Penguasa Alam”. Karena itu, mulailah manusia
berusaha mengadakan hubungan yang lebih pribadi dengan menjalankan pemujaan-pemujaan dan atau persembahyangan untuk memohon perlindungan.
Tuhan, dalam agama Tao biasanya disebut sebagai “Tian Gong” atau “Thian Kong
” dalam dialek Hokkian. Bagi umat Tao, Thian adalah penguasa tertinggi alam semesta ini, sebab itu kedudukanNya berada di tempat yang paling agung.
Dengan demikian, Tao atau Dao merupakan realitas tertinggi yang dibayangkan sebagai lambang Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Lika
24
2012:88, Tao atau Dao adalah Dzat Yang Maha Agung, Yang Mahabesar, absolut, kekal,
dan abadi. Dia menciptakan dan atau mengatur seluruh isi alam semesta.Dia tidak berawal dan tiada berakhir. Dia maha adil dan maha pengasih tanpa pandang bulu,
sehingga semua manusia di hadapan Tao atau Dao adalah sama, tidak ada yang lebih tinggi antara yang satu dengan lainnya. Batasan yang membedakannya
adalah apakah manusia mampu mengamalkan ajaran Dao Xiu Dao sampai mendapatkan Dao dan bersatu dengan-Nya.
24
Lika, ID., 2012, Dao De Jing, Kitab Suci Utama Agama Tao, Jakarta : Penerbit Kompas Gramedia. Hlm. 88.
71 Sebagaimana yang terjadi di Indonesia ketika negara memberikan
penilaian terhadap agama-agama tertentu dengan perspektif yang berbeda dari keyakinan umat, tolok ukur yang digunakan adalah nilai-nilai moral yang ada
pada agama tersebut memiliki perbedaan yang mungkin jamak ditemui pada agama yang “dikehendaki” oleh negara Islam, Katolik, Kristen Protestan,
Hindhu, dan Budha yang memunculkan stigma bahwa “keyakinan umat” tidak dapat disebut sebagai “agama” namun hanya sebagai falsafah terhadap Tuhan atau
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jika ditilik lebih lanjut sebenarnya makna kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa adalah memang suatu pemikiran filosofis tentang keberadaan Tuhan dan ini merupakan esensi dari semua agama yang ada di dunia, lantas
keengganan negara untuk mengakui agama Tao adalah suatu pandangan subyektif yang muncul karena alasan-alasan berlatar-belakang prasangka etnik yang telah
mengakar di Indonesia sejak lama. Negara sebagai pengayom bagi setiap warga negaranya memberikan
perlindungan, jaminan dan pengakuan terhadap agama atau keyakinan mereka. Agama menjadi salah satu hak paling asasi bagi manusia, dimana karena sifat
agama itu sendiri yang sakral dan sangat bergantung pada keyakinan dan kepercayaan dari setiap individu yang begitu personal.
2 Kepercayaan terhadap Nabi dan DewaDewi
Agama Tao mempercayai adanya dzat yang Maha Agung, Maha Esa, Maha Sempurna yang disebut dengan Tian atau Dhian Tuhan, namun agama
72 Tao juga meyakini akan adanya dewa-dewi. Agama Tao percaya bahwa sosok
mortal manusia dapat menjadi dewa karena sanggup berbuat jasa yang besar bagi masyarakat ataupun orang lain, kategori perbuatan-perbuatan baik tersebut,
sebagai berikut: a.
Bisa memberikan keteladanan yang luar biasa dalam perilaku kebijaksanaan untuk umat manusia;
b. Berjasa besar dalam membangunmemperjuangkan kedamaian bagi negara dan
masyarakatnya; c.
Bisa mencegahmenanggulangi bencana yang membahayakan umat manusia; d.
Sanggup menyumbangkan nyawanya demi membela keyakinan tentang kebenaran sejati.
Di dalam Agama Tao juga terdapat kepercayaan terhadap nabi, yakni Nabi Lao Zi. Ia dikenal sebagai perintis ajaran Taoisme dan sekaligus penulis kitab
terbesar agama tao, yakni kitab “Tao Te Ching”. Masyarakat pada saat itu sangat menghormati Nabi Lao Zi karena banyaknya ilmu pengetahuan yang dikuasainya
sehingga banyak orang yang meminta nasehat kepadanya. Karena itu, nama Lao Zi dikenang oleh masyarakat sepanjang masa, baik sebagai seorang filosuf yang
dihormati dan sebagai seorang suci atau dewa yang sangat dimuliakan. Dia dilahirkan di negeri Cina sekitar tahun 640 SM, yang konon berusia
sekitar 150 – 200 tahun. Usia yang sepanjang ini diyakini dapat dicapai oleh
umatnya karena ia hidup di jalan Tao sebagai prinsip dasar hidupnya. Namanya sendiri adalah Erh, sedangkan nama keluarganya adalah Li, sehingga nama Lao Zi
seringkali disebut Li Erh. Bahkan, nama Lao Zi seringkali disebut sebagai “putra
73 tua”, “sahabat tua”, dan atau “sang guru tua”. Hal ini dimaksudkan sebagai gelar
penghormatan dan kecintaan kepada Lao Zi yang mengembangkan ajaran Tao untuk menuju kesatuan dan keselarasan dengan alam.
Semasa mudanya, Lao Tzi pernah bertugas sebagai seorang pegawai kerajaan pada masa Dinasti Chou 111-255 SM. Di kerajaan ini, ia diberi tugas
untuk mengelola dokumen-dokumen dan surat-surat kuno yang bersejarah, serta buku-buku suci dan rahasia. Dengan pengalamannya ini, Lao Zi dapat
mempelajari sejarah dan data-data peninggalan sejarah serta memperhatikan kejadian-kejadian di sekelilingnya, termasuk memperhatikan keadaan sosial dan
politik kerajaan itu. Dalam masa kerjanya, ia menekankan dan sekaligus mempraktekkan sebuah kehidupan yang jauh dari keinginan diri atau hasrat
semata, yaitu suatu kehidupan yang murni dan bersih. Keadaan yang demikian ini sangat membantu Lao Zi untuk membentuk sebuah teori atau ajaran, yang dikenal
sebagai aliran Taoisme. Dalam agama Tao, ada tiga tokoh yang dimuliakan sebagai leluhur agama
Tao, yakni Kaisar Kuning Huang Di, Lao Zi, dan Zhang Ling. Kaisar kuning diakui sebagai cikal bakal orang Cina dan sekaligus diakui sebagai cikal bakal
Taoisme. Lao Zi adalah penerus dan pengembang ajaran Tao yang dirintis oleh Huang Di, sehingga ia dikenal sebagai penggubah Taoisme. Kemudian ia dikenal
sebagai Nabi Lao Zi yang mengajarkan kitab kepada para pengikut-pengikutnya, yakni “Tao Te Ching”. Kemudian Zhang Ling dikenal sebagai Zhang Dao Ling
guru langit sebagai pendiri sekte ortodoks Tao. Sekte ini mengajarkan umatnya
74 untuk melakukan amal secara luas dan menjadikan Tao sebagai agama orang
Cina. Sebagai ciri umum agama Tao adalah memuja arwah di alam semesta,
seperti langit, bumi, binatang, gunung, sungai, angin, orang suci, leluhur, dan sebagainya. Bahkan, pemujaan terhadap arwah yang menghuni tubuh manusia,
seperti roh jantung, roh paru-paru, roh hati, dan roh ginjal. Pemujaan yang termulia adalah Tao, tetapi Tao sendiri di luar jangkauan akal manusia. Karena
itu, agama Tao memanusiakan Tao menjadi tiga maha roh Trisuci yang bernama “San Qing Tiga Mahasuci, yakni Yuan Shi, Ling-bao, dan Dao-de. Mereka
itulah dikenal sebagai dewa tertinggi dalam agama Tao, yakni Yu Qing, Shang Qing, dan Thai Qing. San Qing ini sebagai sumber segalanya, tetapi mereka tidak
menguasai alam semesta, sebab yang menguasainya adalah Shang Di, yakni Thian Gong, yang disamakan dengan Tuhan Yang Maha Esa Tjan K, 2010:50-51.
Itulah sebabnya agama Tao dapat dikatakan sebagai suatu agama polytheisme yang menyembah dewa-dewa. Hal ini sebagaimana terlihat di
Kelenteng Sinar Tao Semarang, dewadewi yang dipuja oleh umat Tao meliputi: dewa langit yang divisualisasikan sebagai Thian Kung, Dewa Thai Shang Lao
Yun sebagai sang Maha Dewa, Dewa Cheng Huang Lao Ye, Dewa Xuan Tian Shang Di, Dewa Bao Sheng Da Di, Dewa Fu De Zheng Shen, Dewa Guang Ze
Zun Wang, Dewa Er Lang Sen, Dewa Jiu Tian Yuan Nu, Dewa Tian Shang Sheng Mu, Dewa Cai Shen Lao Ye, Dewa Guan Sheng Di Jun, Dewa Yue Yia Lao Ren,
dan Dewa He He Er Xian. Dewa-dewa tersebut, biasanya dipuja oleh umat Tao
75 pada setiap tanggal 1 dan tanggal 15 bulan Imlek Lunar dan pada hari-hari
kebesaran dewadewi.
3.4.2. Tao Ditinjau dari Definisi TindakanPerilaku Code