Jenis Evaluasi Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Hasil Pembelajaran Mata Kuliah Fungsi Teknis di Lembaga Pendidikan Akademi Kepolisian T2 942010016 BAB II

11 keputusan yang tepat terhadap peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran menurut Arifin 2011: 14 adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber bela- jar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Dalam evaluasi hasil pembelajaran terdapat tiga komponen yang perlu dipahami yaitu:

1. Pengetahuan tentang Evaluasi Hasil Pembelajar-

an Komponen pengetahuan tentang evaluasi hasil pembelajaran dibagi menjadi:

a. Jenis Evaluasi

Jenis evaluasi pembelajaran menurut Arifin 2011: 20 dan Sutriyono 2001: 2 ada lima jenis yaitu: formatif, sumatif, diagnostik, penempatan, dan mo- tivasi. Evaluasi formatif dilaksanakan pada pertengah- an semester ujian mid semester yang berfungsi untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran telah dilaksanakan oleh pendidik. Dengan adanya evaluasi formatif, pendidik dapat mengetahui apakah metode pembelajarannya sudah sesuai atau belum. Evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir se- mester ujian semester yang berfungsi untuk menen- 12 tukan nilai angka kemajuan atau hasil belajar peserta didik pada mata kuliah tertentu. Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai laporan kenaikan kelas atau kelulusan peserta didik kepada berbagai pihak, antara lain orang tua peserta didik, lembaga pendi- dikan sekolah, universitas dan sebagainya. Evaluasi diagnostik biasanya dilaksanakan pada awal dan akhir kegiatan pembelajaran yang dapat berupa pre test dan post test. Fungsi pre test untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan pra- syarat yang harus dikuasai oleh peserta didik. Fungsi post test untuk mengetahui tingkat penguasaan peser- ta didik atas seluruh materi yang telah dipelajarinya. Setelah evaluasi dilaksanakan hasilnya dapat diguna- kan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik maupun pendidik. Evaluasi penempatan dilakukan pada lembaga pendidikan yang menjuruskan peserta didiknya ke dalam program keahlian tertentu sesuai dengan poten- si keahlian yang dimilikinya. Contoh untuk sekolah menengah atas evaluasi dipergunakan untuk penem- patan peserta didik di jurusan IPA, IPS atau bahasa. Sedangkan di Lemdik Akpol penjurusan dibagi men- jadi tiga yaitu konsentrasi manajemen keamanan dan teknologi kepolisian, konsentrasi administrasi kepolisi- an, dan konsentrasi hukum kepolisian. Evaluasi moti- vasi berfungsi untuk memotivasi mahasiswa peserta didik dalam belajar, lebih-lebih bagi mereka yang senang bersaing dengan temannya. 13 Purwanto 2009 mengemukakan beberapa model evaluasi yakni model CIPP, model GFE, model kesenjangan, model pengukuran dan model keseuaian. Oleh Purwanto model pertama disebut sebagai model CIPP context, input, process, product. Evaluasi konteks context dimaksudkan untuk menilai kebu- tuhan, masalah, asset dan peluang guna membantu pembuat kebijakan menetapkan tujuan dan prioritas, serta membantu kelompok pengguna lainnya untuk mengetahui tujuan, peluang dan hasilnya. Evaluasi masukan input dilaksanakan untuk menilai alternatif pendekatan, rencana tindak, rencana staf dan pem- biayaan bagi kelangsungan program dalam memenuhi kebutuhan kelompok sasaran serta mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi ini berguna bagi pembuat kebijakan untuk memilih rancangan, bentuk pembia- yaan, alokasi sumberdaya, pelaksana dan jadwal ke- giatan yang paling sesuai bagi kelangsungan program. Evaluasi proses process ditujukan untuk meni- lai implementasi dari rencana yang telah ditetapkan guna membantu para pelaksana dalam menjalankan kegiatan dan kemudian akan dapat membantu kelom- pok pengguna lainnya untuk mengetahui kinerja program dan memperkirakan hasilnya. Evaluasi hasil product dilakukan dengan tujuan untuk mengidenti- fikasi dan menilai hasil yang dicapai, yang diharapkan dan tidak diharapkan, jangka pendek dan jangka panjang, baik bagi pelaksana kegiatan agar dapat 14 memfokuskan diri dalam mencapai sasaran program maupun bagi pengguna lainnya dalam menghimpun upaya untuk memenuhi kebutuhan kelompok sasaran. Evaluasi hasil ini dapat dibagi ke dalam penilaian terhadap dampak impact, efektivitas effectiveness, keberlanjutan sustainability dan daya adaptasi transportability Stufflebeam et. al., 2003. Evaluasi model kesenjangan discrepancy model menurut Provus Fernandes, 1984 adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara baku standard yang sudah ditentukan dalam program dengan kinerja performance sesungguhnya dari program tersebut. Baku adalah kriteria yang ditetapkan, sedangkan kinerja adalah hasil pelaksanaan program. Sedangkan kesenjangan yang dapat dievaluasi dalam program pendidikan meliputi: 1 Kesenjangan antara rencana dengan pelaksanaan program; 2 Kesenjangan antara yang diduga atau diramalkan akan diperoleh dengan yang benar-benar direalisasikan; 3 Kesenjangan an- tara status kemampuan dengan standar kemampuan yang ditentukan; 4 Kesenjangan tujuan; 5 Kesen- jangan mengenai bagian program yang dapat diubah; dan 6 Kesenjangan dalam sistem yang tidak kon- sisten. Oleh karena itu model evaluasi ini memiliki lima tahap yaitu desain, instalasi, proses, produk dan membandingkan. Model GFE Goal Free Evaluation yang dikem- bangkan oleh Scriven Purwanto, 2009 atas dasar bahwa para evaluator atau penilai mengambil dari 15 berbagai laporan atau catatan pengaruh-pengaruh nyata atau konkrit dan pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan dalam program pendidikan dan pelatihan. Perhatian khusus diberikan secara tepat terhadap usulan tujuan-tujuan dalam evaluasi, tetapi tidak dalam proses evaluasi atau produk. Keuntungan yang dapat diambil dari GFE, bahwa dalam GFE para peni- lai mengetahui antisipasi pengaruh-pengaruh penting terhadap tujuan dasar dari penilai yang menyimpang. Model evaluasi yang lain yakni model pengukur- an measurement model digagas oleh Thorndike dan Ebel. Menurut kedua tokoh ini dalam Purwanto 2009 beberapa ciri dari model pengukuran, adalah: a. Mengutamakan pengukuran dalam proses eva- luasi. Pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang ter- masuk pendidikan; b. Evaluasi adalah pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah laku untuk melihat perbedaan individu atau kelompok. Oleh karena tujuannya adalah untuk mengungkapkan perbedaan, maka sangat diperhatikan tingkat kesukaran dan daya pembeda masing-masing butir, serta dikem- bangkan acuan norma kelompok yang meng- gambarkan kedudukan siswa dalam kelompok. c. Ruang lingkup adalah hasil belajar aspek kog- nitif; d. Alat evaluasi yang digunakan adalah adalah tes tertulis terutama bentuk objektif; e. Meniru model evaluasi dalam ilmu alam yang mengutamakan objektivitas. Oleh karena itu model ini cenderung mengembangkan alat-alat evaluasi yang baku. Pembakuan dilakukan dengan mencobakan kepada sampel yang cukup 16 besar untuk melihat validitas dan reliabilitas- nya. Model kesesuaian yang dikembangkan oleh Tyler, Carrol dan Cronbach mempunyai ciri-ciri seba- gai berikut: a. Pendidikan adalah proses yang memuat tiga hal, yaitu tujuan pendidikan, pengalaman belajar, dan penilaian hasil belajar. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana tujuan pendidikan yang diberikan dalam pengalaman belajar telah dapat dicapai siswa dalam bentuk hasil belajar. Dengan kata lain, evaluasi dilaku- kan untuk melihat kesesuaian antara tujuan pendidikan yang diinginkan dengan hasil belajar yang dicapai; b. Objek evaluasi adalah tingkah laku siswa dan penilaian dilakukan atas perubahan dalam tingkah laku pada akhir kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah mencerminkan peru- bahan-perubahan perilaku yang diinginkan pada anak. Evaluasi dilakukan untuk memerik- sa sejauh mana perubahan itu telah terjadi dalam hasil belajar. Oleh karena itu, penilaian dilakukan atas perubahan perilaku sebelum dan sesudah kegiatan pendidikan, maka evaluasi menilai perubahan gains yang dicapai kegiatan pendidikan; c. Perubahan perilaku hasil belajar terjadi dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh karena hasil belajar bukan hanya aspek kognitif, maka alat evaluasi bukan hanya berupa tes tertulis, tetapi semua kemungkinan alat evaluasi dapat digunakan sesuai dengan hakikat tujuan yang ingin dicapai.

b. Prinsip Evaluasi

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Hasil Pembelajaran Mata Kuliah Fungsi Teknis di Lembaga Pendidikan Akademi Kepolisian

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Hasil Pembelajaran Mata Kuliah Fungsi Teknis di Lembaga Pendidikan Akademi Kepolisian T2 942010016 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Hasil Pembelajaran Mata Kuliah Fungsi Teknis di Lembaga Pendidikan Akademi Kepolisian T2 942010016 BAB IV

0 0 41

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Hasil Pembelajaran Mata Kuliah Fungsi Teknis di Lembaga Pendidikan Akademi Kepolisian T2 942010016 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Hasil Pembelajaran Mata Kuliah Fungsi Teknis di Lembaga Pendidikan Akademi Kepolisian

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Problematika Pembentukan Institusi Kepolisian Nasional Timor Leste T2 322011008 BAB II

0 1 41

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB II

0 1 59

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana FKIPUKSW T2 BAB II

0 3 18

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kontekstual Bidang Studi Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga T2 BAB II

0 1 26

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Program Pendidikan Karakter Di SMA Kristen 1 Salatiga T2 BAB II

0 0 36