Pemahaman Auditor Internal Mengenai Independensi

23 dihadapi pemerintah dan menghambat proses good governance ini, baik dari dalam maupun dari luar oleh pemerintah”. Sikap dan karakter personal auditor internal dalam melakukan pemeriksaan yang tujuan akhirnya menciptakan good governance dapat dikatakan bahwa pemahaman auditor internal berhubungan langsung dengan tindakan atau ide yang dilakukan, dipengaruhi oleh faktor internal auditor yaitu bersumber dari dalam diri auditor berupa persepsi diri dan motivasi. Terlihat dari pelaksanaan transparansi dalam pengelolaan keuangan oleh pemerintah, pelaksanaan akuntabilitas dimana pemerintah bertanggungjawab penuh terhadap seluruh kebijakan dan pertanggungjawaban keuangan, serta partisipasi pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang demokratis.

4.3 Pemahaman Auditor Internal Mengenai Independensi

Auditor internal telah memahami secara keseluruhan dengan baik tentang independensi dalam proses pemeriksaan. Hal ini menjadi sangat penting bagi seorang auditor, sebab berhubungan langsung profesional dan tidak dapat diganggu gugat oleh pihak pun. Semua ini berpulang kembali kepada pribadi masing-masing auditor dalam mengemban tugas pemeriksaan terlampir pada hal 42. Hal ini disampaikan oleh salah seorang auditor internal, “Berbicara mengenai independensi merupakan mahkota seorang auditor, jika seorang auditor tidak memiliki independensi dipastikan bahwa laporan hasil pemeriksaan tidak 24 berkualitas dan menunjukan buruknya kinerja auditor internal ”. Dalam menjalankan tugas, auditor harus mengetahui dan menguasai standar, prosedur, dan aturan yang berhubungan dengan pemeriksaan. Sehingga independensi seorang auditor dalam program audit dapat dipertahankan, serta tidak mudah dipengaruhi oleh pihak menejerial. Selain itu pemeriksaan pada bidang yang sama atau pernah menjabat, merupakan keadaan yang sangat mempengaruhi independensi auditor dalam program audit. Maka auditor harus memiliki pegangan yang kaut agar menghindari resiko yang mungkin terjadi. Terlampir pada hal 42. Hal ini diungkapkan oleh seorang auditor internal, “Auditor dalam melaksanakan pemeriksaan harus menguasai standar, prosedur, serta aturan yang menjadi modal dalam pemeriksaan. Dengan dasar yang kuat maka auditor tidak mudah diintervensi oleh pihak manapun, auditor mengundurkan diri dari kegiatan pemeriksaan jika memeriksa pada tempat atau bidang yang dulu pernah menjabat”. Dengan tingkat pengetahuan seorang auditor internal yang memadai, maka auditor dengan mudah dapat menelusuri semua catatan, memeriksa aktiva, dan menganalisis sampai diangkat menjadi temuan. Selain itu auditor dapat menyelesaikan semua masalah yang tak terduga dilapangan. Keadaan ini dapat menciptakan independensi auditor dalam verifikasi. Dimana tidak ada tekanan dari pihak menejerial maupun dari dalam diri auditor terlampir pada hal 42. Selain itu auditor harus menolak pemberian 25 fasilitas dari auditee . Hal ini disampaikan oleh seorang auditor internal, “Tingkat pengetahuan yang memadai oleh seorang auditor, akan membuat independensi auditor tersebut semakin kokoh. Sebab auditor mampu melaksanakan proses pemeriksaan dengan baik. Selain itu menolak pemberian fasilitas yang sangat menggoyahkan sikap independensi auditor itu dalam melaporkan temuan- temuan audit”. Independensi dalam pelaporan akan menjadi masalah ketika, auditor melakukan pemeriksaan pada auditee yang memiliki hubungan kekerabatan, baik hubungan darah, sahabat, dan mantan atasan. Terkadang hubungan kekerabatan ini membuat mengendornya sikap independensi auditor. Bagi auditor yang profesional dan menjungjung sikap independensi, akan mengundurkan diri dari kegiatan pemeriksaan, atau auditor tetap melakukan pemeriksaan dengan semestinya tetapi auditor dipantau oleh atasan. Tabel 4 poin 4 terlampir pada hal 42. Hal ini disampaikan oleh seorang auditor internal, “Kami tidak akan melakukan pemeriksaan pada auditee yang memiliki hubungan kekerabatan dengan jalan mengundurkan diri. Karena akan mempengaruhi independensi kami sebagai auditor. Pada keadaan tertentu saja, baru kami harus melakukan pemeriksaan”. Seorang auditor internal dalam mempertahankan sikap independensi dapat dilihat dengan perilaku dari audior tersebut yang bersumber dari internal atau eksternal. Penyebab dibalik sikap auditor yang independen yaitu bersumber dari internal dimana 26 berasal dari dalam diri berupa kepribadain, kemampuan, serta usaha untuk bersikap independen. Independensi didalam program audit, yang dilaksanakan oleh auditor telah dilakukan berdasarkan pada program pemeriksaan, sehingga independensi auditor dapat dijaga dan dipertahankan. Independensi dalam verifikasi, keterbukaan akses informasi bagi auditor menjadi faktor utama dalam melakukan verifikasi. Dalam melaporkan hasil audit, independensi auditor tetap dipertahankan, sehingga semua bukti dan temuan audit benar-benar dilaporkan.

4.4 Usaha

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB IV

0 1 120

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Independensi Auditor Internal di Lembaga Pemerintahan (Studi pada Kantor Inspektorat Pemerintah Kotamadya Ambon) T2 932012006 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Independensi Auditor Internal di Lembaga Pemerintahan (Studi pada Kantor Inspektorat Pemerintah Kotamadya Ambon) T2 932012006 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Independensi Auditor Internal di Lembaga Pemerintahan (Studi pada Kantor Inspektorat Pemerintah Kotamadya Ambon) T2 932012006 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Independensi Auditor Internal di Lembaga Pemerintahan (Studi pada Kantor Inspektorat Pemerintah Kotamadya Ambon)

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Independensi Auditor Internal di Lembaga Pemerintahan (Studi pada Kantor Inspektorat Pemerintah Kotamadya Ambon)

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konflik Ambon Dalam Perspektif Teori Identitas Sosial T2 752013009 BAB IV

0 1 9

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Transmigrasi Lokal Pemerintah Provinsi Papua T2 BAB IV

0 1 4

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kurikulum Pendidikan Katekisasi (Studi di Gereja Protestan Maluku) T2 BAB IV

3 5 46

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Guru SMP Negeri 9 Ambon T2 BAB IV

0 1 40