Kooperatif tipe Kajian Teori

Ini memperlihatkan terjadinya penemuan peer-tutoring pengajaran antarteman, siswa yang paling banyak mendapatkan keuntungan dari kegiatan kooperatif adalah mereka yang memberikan penjelasan elaboratif kepada teman yang lain. Menurut penelitian Deutsch yang dilakukan pada 50 siswa yang dibagi dalam 10 kelompok dalam buku Huda 2011: 9 menunjukkan bahwa siswa-siswa yang berada dalam kelompok kooperatif lebih sering bekerja sama, terkoordinasi, lebih memperhatikan pembagian kerja yang setara antarsetiap anggota di dalamnya. Mereka lebih peduli pada gagasan orang lain, efektif berkomunikasi dan termotivasi mencapai tujuan bersama. Huda 2011: 17 menunjukkan bahwa studi oleh pakar pembelajaran kooperatif seperti Johnson dan Johnson, Slavin dan Sharan menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan strategi pengajaran efektik dalam meningkatkan prestasi dan sosialisasi siswa sekaligus turut berkontribusi bagi perbaikan sikap dan pandangan tentang pentingnya belajar dan bekerja sama, khususnya bagi mereka yang berada pada lingkungan sekolah yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda- beda. Menurut Slavin 2005: 40 pembelajaran kooperatif memiliki potensi penghalang dalam pelaksanaanya, yaitu adanya pemboncengan nama dalam setiap tugas kelompok. Kontribusi sebagian anggota kurang maksimal akan mengakibatkan anggota kelompok yang kooperatif merasa dirugikan. Maka dari itu diperlukan komitmen dari siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran kooperatif.

2.1.2 Kooperatif tipe

Team Game Tournament TGT Dalam kelas siswa pasti memiliki kemampuan yang berbeda-beda, sehingga guru menjadi kesulitan untuk memilih dan menerapkan pembelajaran yang tepat untuk jenis kelas yang siswanya heterogen. Menurut Huda 2011: 4 pertengahan abad 20, penelitian tentang perilaku manusia dalam kelompok konteks ilmu sosial menghasilkan bahwa kelompok group berpengaruh signifikan terhadap perilaku sosial individu. Penelitian tahun 1949 oleh Morton Deutsch dalam Huda 2011: 11 membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif akan mencapai tujuannya dengan lebih prosuktif, saling berkomunikasi dengan intens dari pada mereka yang memilih untuk berkompetisi sendiri. Penelitian ini didukung pernyataan Robert E. Slavin dalam bukunya Slavin 2005: 4 bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian prestasi siswa dan juga akibar positif lainnya dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman yang berkemampuan lemah dalam bidang akademik dan meningkatkan rasa harga diri. Selain itu, untuk siswa sendiri adalah tumbuhnya kesadaran bahwa siswa perlu belajar untuk berfikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka. Pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, salah satunya yaitu Team Games Tournament TGT. Metode ini merupakan pembelajaran pertama dari John Hopkins, menggunakan turnamen mingguan dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Tipe ini menggabungkan model pembelajaran kooperatif itu sendiri yang digabungkan dengan model kompetisi antar kelompok. Anita Lie 2002: 23 berpendapat bahwa model kompetisi bisa menimbulkan rasa cemas yang dapat memacu siswa untuk meningkatkan kegiatan belajar. Meningkatnya kegiatan belajar ini perdampak dalam meningkat hasil belajar yang pada akhir pembelajaran akan dibandingkan dengan hasil siswa atau kelompok lain. Menurut Robert E. Slavin 2005: 166, pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 komponen utama, yaitu 1. Presentasi di Kelas Guru menyampaikan materi seperti yang biasa dilakukan ketika memberikan materi dimatapelajaran sebelumnya, misalnya menggunakan ceramah dan diskusi yang dipimpin guru. Selain itu guru juga menyampaikan tujuan, tugas, kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberian motivasi agar siswa menikmati setiap sesi pembelajaran. Pada saat penyampaian materi oleh guru siswa harus benar-benar memperhatikan, karena akan membantu siswa ketika akan melakukan turnamen karena skor individu mempengaruhi skor kelompok. 2. Tim belajar kelompok Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompok mewakili kemampuan akademik, ras, etnis, dan jenis kelamin sehingga adanya heterogenitas diharapkan antar anggota kelompok saling membantu. Dalam persiapan melalui belajar kelompok kegiatan yang dapat dilakukan siswa adalah memecahkan masalah bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman oleh teman anggota kelompok.Selain itu setiap kelompok memiliki tugas untuk memperdalam pengetahuan bersama kelompoknya sebagai persiapan anggota untuk mengikuti turnamen. 3. Persiapan Game Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang kontennya sesuai mateti yang disajikan dan dirancang untuk menguji kemampuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan belajar tim. Yang perlu disiapkan adalah kartu soal yang dilengkapi dengan nomor, skor, pertanyaan, jawaban mengenai materi dan tabel skor tim. Game dimainkan oleh tiga atau lebih anak dalam sebuah meja, dan masing-masing adalah perwakilan dari tim masing-masing. 4. Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur game yang dimainkan. Dilaksanakan setelah penyajian materi oleh guru dan belajar kelompok oleh siswa. Pada tahap pertama guru menempatkan 3 atau 4 sesuai banyak kelompok perwakilan dari tiap tim untuk menduduki meja turnamen 1, 4 siswa berikutnya perwakilan dari tiap-tiap tim meduduki meja turnamen 2, dan seterusnya. Setiap jawaban salah, pada kolom skor diberi angka 0 nol jika jawaban benar kolom skor diisi sesuai skor yang tertera dalam soal, dan begitu seterusnya. 5. Rekognisi Tim Bagi tim yang memiliki nilai rata-rata terbaik mendapat penghargaan berupa sertifikat atau penghargaan dalam bentuk lain. Gambar 2.1 Skema pertandingan atau turnamen TGT menurut Slavin Keterangan bagan : Kelas dibagi dalam beberapa kelompok, contoh diatas kelompok A, B dan C. A1, B1, C1 = siswa berkemampuan tinggi A2,3 B2,3 C2,3 = siswa berkemampuan sedang A4, B4, C4 = siswa berkemampuan rendah Meja Turnamen 1,2,3,4 = meja turnamen tiap kemampuan Pembelajaran TGT Team Game Turnament memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain : a. Kelebihan - Jika siswa dikondisikan dalam tim heterogen, kemampuan siswa yang lemah dalam akademik dapat termotivasi dengan siswa yang akademiknya tinggi. - Siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar. Meja Turnamen 1 Meja Turnamen 2 Meja Turnamen 3 Meja Turnamen 4 - Keterlibatan siswa dalam belajar sangat tinggi. - Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan hanya didapat dari presentasi guru namun melalui kontruksi siswa sendiri. - Menumbuhkan sikap-sikap positif dalam diri siswa seperti kerjasama, kebersamaan, toleransi, tanggung jawab, dan bisa menerima pendapat orang lain. b. Kekurangan - Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. - Butuh penyesuaian kondisi jika dipakai sebagai kegiatan rutinitas. - Jika siswa tidak diawasi dengan baik akan menimbulkan kegaduhan dikelas. - Siswa terbiasa mendapatkan hadiah.

2.1.3 Pembelajaran Matematika Melalui Teori Belajar Dienes

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Team Game Turnament Berdasar Teori Dienes dalam Mata Pelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Team Game Turnament Berdasar Teori Dienes dalam Mata Pelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD T1 292008011 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Team Game Turnament Berdasar Teori Dienes dalam Mata Pelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD T1 292008011 BAB IV

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Team Game Turnament Berdasar Teori Dienes dalam Mata Pelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD T1 292008011 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Team Game Turnament Berdasar Teori Dienes dalam Mata Pelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD

0 0 121

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Two Stay Two Stray Berdasar Teori Dienes dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Two Stay Two Stray Berdasar Teori Dienes dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD T1 292008007 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Two Stay Two Stray Berdasar Teori Dienes dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD T1 292008007 BAB II

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Two Stay Two Stray Berdasar Teori Dienes dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD T1 292008007 BAB IV

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Two Stay Two Stray Berdasar Teori Dienes dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD T1 292008007 BAB V

0 0 1