PENGGUNAAN MEDIA REALIA DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI TUMBUHAN

(1)

PENGGUNAAN MEDIA REALIA DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN

PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI

TUMBUHAN

(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Gedongtataan Pesawaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

(Skripsi)

Oleh

SEFTY GOESTIRA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA REALIA DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN

PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI

TUMBUHAN

(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Gedongtataan Pesawaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

SEFTY GOESTIRA

Hasil observasi di SMP N 1 Gedongtataan, diketahui bahwa Keterampilan Proses Sains (KPS) dan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok Klasifikasi Tumbuhan belum optimal. Hal ini disebabkan antara lain proses pembelajaran masih berpusat pada guru dan guru belum maksimal menggunakan media sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan penelitian menggunakan media realia dengan metode diskusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media realia dengan metode diskusi terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan konsep oleh siswa.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan desain pretes postes kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII D sebagai kelas

eksperimen dan VII F sebagai kelas kontrol yang dipilih secara purposive sampling. Data penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif


(3)

Sefty Goestira

iii

diperoleh dari nilai pretes, postes dan N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-U melalui program SPSS 16. Data kualitatif berupa hasil observasi keterampilan proses sains dan angket tanggapan siswa terhadap

penggunaan media realia dengan metode diskusi yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media realia dengan metode diskusi dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa, dengan rata-rata nilai pretes sebesar 44,09, nilai postes sebesar 80,05 dan N-gain sebesar 65,13. Hasil keterampilan proses sains siswa rata-rata berkriteria baik. Pada aspek observasi (89,78%), klasifikasi (79,57%), interpretasi (75,27%), komunikasi (76,88%), dan kesimpulan (73,66%). Hasil angket menunjukkan bahwa sebagian besar (96,8%) siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan media realia dengan metode diskusi. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan media realia dengan metode diskusi berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan signifikan terhadap penguasaan konsep oleh siswa.

Kata kunci : media realia, metode diskusi, keterampilan proses sains, penguasan


(4)

PENGGUNAAN MEDIA REALIA DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN

PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI

TUMBUHAN

(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Gedongtataan Pesawaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013) )

Oleh

SEFTY GOESTIRA Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Agustus 1991, dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sofyan Saqo dengan Ibu Merawati. Penulis beralamat di Pekon Negeri Ratu, Pugung Tampak Kecamatan Pesisir Utara, Pesisir Barat , Cp: 085768858442.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah TK Darmawanita Pesisir Utara (1996-1997), SD Negeri 5 Pesisir Tengah (1997-2003), SMP Negeri 1 Pesisir Tengah (2003-2006), SMA Negeri 1 Pesisir Tengah (2006-2009). Pada Agustus 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di organisasi sebagai Eksakta muda Himasakta (2009-2010), Adiv Sosial Masyarakat Himasakta (2010-2011), dan Abid Danus FPPI (2010-2011). Penulis melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri 2 Bandar Agung, Kecamatan Bandar Sribhawono dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Dusun 14, Desa Bandar Agung, Kecamatan Bandar Sribhawono, Lampung Timur (2012), dan penelitian pendidikan di SMP Negeri 1 Gedongtataan untuk meraih gelar sarjana


(9)

----

Moto

----

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah

beserta orang-orang yang sabar.

(Q.S Al-Baqarah: 153)

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri.”

(Q.S Ar-

Ra’ad: 11

)

Jangan pernah berharap tanpa do’a dan usaha”


(10)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang.

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan nikmat-Nya sehingga karya ini dapat diselesaikan. Sholawat beriring salam selalu dicurahkan

kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Teriring doa, rasa syukur, dan segala kerendahan hati kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Ayah (Sofyan Saqo) dan Ibu (Merawati)

Terimakasih telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu menjaga dan menguatkanku, serta mendukung segala

langkahku menuju kesuksesan dan kebahagian.

Uwan (Aria Suparni) dan Mande (Supla Puri (alm))

Terimakasih untuk segala cinta, kasih sayang, dan do’a yang kalian berikan untukku.

Adikku (Muhammad Noer Chikardo)

Terimakasih telah menjadikan do’a dan keceriannmu sebagai dukungan spiritual untukku.

Para Pendidikku (Guru-guru dan Dosen-dosen)

Terimakasih untuk ilmu, nasihat, dan bimbingan yang kalian berikan padaku sehingga aku dapat mempelajari banyak hal dan menjadi lebih baik.

Sahabat-sahabatku tercinta

Terimakasih untuk kebersamaan dan kekeluargaan, serta segala bentuk dukungan yang kalian berikan padaku selama ini dalam suka dan duka, semoga persahabatan

kita kelak akan abadi sepanjang masa.


(11)

xi

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini

berjudul “Penggunaan Media Realia dengan Metode Diskusi terhadap

Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep oleh Siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Gedongtataan Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013)”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing

Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini;

5. Rini Rita. T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini;


(12)

xii

6. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed., selaku Pembahas yang telah memberikan saran-saran dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini;

7. Drs. Harun Al Rasyid, selaku Kepala SMP Negeri 1Gedongtataan, Lannaida, A.Md., dan Muhammad Budi Setiawan, S.Pd., selaku guru mitra yang telah memberikan izin dan bantuan serta motivasi selama penelitian;

8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VII D dan VII F SMP Negeri 1 Gedongtataan atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;

9. Orang tua, adik, dan keluarga besarku yang tak pernah berhenti mendukung dan mendoakanku;

10.Para pendidikku (guru-guru dan dosen-dosen) atas ilmu, nasihat, dan motivasi; 11.Sahabat-sahabatku Pendidikan Biologi 2009, BBC tercinta, KKN-PPL Bandar

Agung 2012, kakak dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA ,serta keluarga kecilku di Wisma Delima Agung yang tidak dapat kusebutkan satu-persatu, karena kalian semua begitu istimewa untukku atas segala bentuk dukungan, kebersamaan, dan kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini;

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis


(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

F. Kerangka Pikir ... 8

G. Hipotesis... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Media Realia ... 11

B. Metode Diskusi ... 14

C. Keterampilan Proses Sains ... 23

D. Penguasaan Konsep ... 28

III. METODE PENELITIAN ... 32

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 32

C. Desain Penelitian ... 32

D. Prosedur penelitian ... 33

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data... 40

F. Teknik Analisis Data ... 42

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Hasil Penelitian ... 47

B. Pembahasan ... 52

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58


(14)

xiv

LAMPIRAN... 63

1. Silabus ... 64

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 66

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 80

4. Kisi-kisi Pretes dan Postes ... 92

5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 99

6. Angket Tanggapan Siswa ... 102


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 25

2. Kriteria Penguasaan Konsep ... 31

3. Item Pernyataan Angket ... 41

4. Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains... ... 43

5. Kriteria Indeks KPS Siswa.... ... 45

6. Skor Perjawaban Angket... ... 45

7. Data Angket Tanggapan siswa terhadap Penggunaan Media realia dengan Metode Diskusi ... 46

8. Kriteria Persentase Tanggapan siswa Terhadap Penggunaan Media Realia dengan Metode Diskusi ... 46

9. Keterampilan Proses Sains oleh Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 47

10. Hasil Penguasaan Konsep oleh Siswa ... 48

11. Hasil uji normalitas, dan uji U rata-rata N-gain indikator penguasaan konsep (C1, C2, dan C3) pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol... ... 49

12. Data peningkatan indikator penguasaan oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 50


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 10

2. Desain pretes-postes non-ekivalen. ... 33

3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan media realia dengan metode diskusi ... 51

4. Melakukan pengamatan ... 103

5. Membimbing pengamatan ... 104

6. Mempresentasikan hasil pengamatan ... 104

7. Menyimpulkan materi ... 105

8. Melakukan diskusi... 106

9. Memantau siswa berdiskusi ... 106

10.Mempresentasikan hasil diskusi... 107


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia kehidupan manusia. Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5). Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2003: 1).

Pada proses pendidikan, guru merupakan salah satu faktor utama untuk menyampaikan pengetahuan, membimbing siswa untuk mendapatkan, mengubah, dan mengembangkan keterampilan serta sikap. Oleh karena itu, guru harus menciptakan situasi pembelajaran yang optimal sehingga tugas mengajar dapat berjalan dengan efektif. Untuk mengembangkan iklim belajar, sebaiknya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

meningkatkan dan mengembangkan keterampilannya. Jadi, tugas guru bukan hanya memberi pengetahuan saja, melainkan menyiapkan situasi yang


(18)

2

menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep diri.

Biologi berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Belajar biologi berarti berupaya mengenali proses kehidupan dan mengenali diri sendiri sebagai makhluk hidup yang mengkaji proses kehidupan makhluk dari yang terkecil hingga yang terbesar. Biologi merupakan salah satu ilmu sains atau sering disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pendidikan IPA atau sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (BSNP, 2006: 271). Melihat pentingnya biologi dan peranannya tersebut, maka peningkatan mutu pembelajaran harus selalu diupayakan.

Salah satu upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah adalah penggunaan perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan standar isi yang telah ditetapkan. Selain itu, menyiasati agar proses pembelajaran menjadi lebih aktif. Menurut (Hakim,2008: 54) pembelajaran aktif adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan mata pelajaran yang dipelajarinya sehingga penguasaan konsep siswa akan meningkat.

Dalam proses pembelajaran, Salah satu upaya peningkatan penguasaan konsep siswa adalah dengan pemberdayaan Keterampilan Proses Sains siswa.


(19)

3

Keterampilan proses sains (KPS) adalah bagian dari life skills (kecakapan hidup) yang telah diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Hal ini secara eksplisit telah dirumuskan pada latar belakang Standar Isi KTSP untuk mata pelajaran IPA SMP/MTs (BSNP, 2006: 377) yang menegaskan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah, sehingga pada proses pembelajaran siswa belajar aktif.

Kenyataan yang terjadi di sekolah, tampaknya belum banyak guru yang menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk melakukan keterampilan proses sains dengan baik. Hal ini dapat terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa kurang cermat dalam mengobservasi atau mengidentifikasi suatu masalah, selain itu mereka juga masih kesulitan untuk mengklasifikasi dan menginterpretasi data yang diberikan guru, akibatnya kesimpulan yang mereka ambil pun menjadi kurang tepat. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di SMP Negeri 1 Gedongtataan. Hasil

observasi yang didapat membuktikan bahwa pembelajaran yang berlangsung belum mendukung tercapainya hasil belajar berupa penguasaan konsep oleh siswa. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Selain itu juga penggunaan metode dan media yang bervariasi sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran masih jarang dilakukan. Guru


(20)

4

jarang menggunakan media sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Padahal salah satu kelemahan tanpa menggunakan media adalah kurang mewakili keberadaan objek yang sesungguhnya karena hanya dapat membayangkan saja. Siswa tidak terbiasa dihadapkan pada kegiatan pengamatan atau penyelidikan untuk membuktikan konsep atau memperoleh pengetahuan.

Hasil wawancara dengan guru IPA SMP Negeri 1 Gedongtataan,

menyebutkan bahwa pembelajaran dengan metode diskusi sebenarnya sudah pernah diterapkan dalam proses pembelajaran tetapi tidak dapat berjalan dengan efektif. Para guru beranggapan bahwa siswa SMP Negeri 1 Gedongtataan tidak memiliki kemampuan akademik yang cukup untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Oleh karena itu selama ini guru hanya menggunakan metode ceramah, merangkum, dan latihan soal. Metode-metode seperti ini diduga kurang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan KPS yang dimilikinya. Kurang optimalnya KPS siswa inilah yang diduga menyebabkan penguasaan konsep belum sepenuhnya berhasil. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 2011/2012 pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup yaitu 46,5 dengan 22,8% yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sementara KKM yang ditetapkan sekolah yaitu ≥ 70.

Materi Klasifikasi Tumbuhan dipilih dalam penelitian ini, karena

penyampaiannya selama ini kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran, dan keterampilan proses Sains siswa dapat dikembangkan dengan kajian yang


(21)

5

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, Sehingga dapat memberdayakan keterampilan proses sains.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas sendiri. Salah satunya adalah penggunaan media realia melaui metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran. Media realia adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, mungkin hidup (tumbuhan atau binatang), dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagaimana wujud aslinya (Uno, 2007: 117).

Media realia dianggap cocok karena dengan media realia akan memberikan kesan pengalaman langsung pada diri siswa. Pengalaman langsung

merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil dari aktivitasnya. Dengan pengalaman langsung akan melibatkan banyak indera seperti indera penglihatan, pendengaran , perasaan, penciuman, dan peraba. Pembelajaran semacam ini sangat bermanfaat sebab dengan mengalami secara langsung kemungkinan kesalahan persepsi akan dapat dihindari dan juga

kecenderungan terhadap hasil yang diperoleh siswa, siswa semakin konkret sehingga akan memiliki ketepatan yang tinggi (Sanjaya, 2009: 200). Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Ikawati (2010: 55) menunjukkan bahwa penggunaan media realia dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negri 01 Ngadiluwih Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Sutarya (2013: 49), bahwa pengguanaan media realia melalui model inkuiri


(22)

6

terbimbing dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa kelas VIII SMPN 19 Bandar Lampung pada materi pembelajaran Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti sangat tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Penggunaan Media Realia dengan Metode Diskusi

Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep oleh Siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan ”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan media realia dengan metode diskusi terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan?

2. Apakah penggunaan media realia dengan metode diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan?

3. Bagaimana tanggapan siswa mengenai penggunaan media realia dengan metode diskusi pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh penggunaan media realia dengan metode diskusi terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan.


(23)

7

2. Pengaruh penggunaan media realia dengan metode diskusi terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan.

3. Tanggapan siswa mengenai penggunaan media realia dengan metode diskusi pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal yang sangat berharga sebagai calon guru biologi yang profesional.

2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga diharapkan mampu melatih, mengasah, serta mengembangkan KPS dan penguasaan konsep siswa.

3. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai media realia dan metode diskusi kelompok sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih dan menerapkan media dan metode pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan KPS dan penguasaan konsep siswa.

4. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran biologi sehingga akan memperbaiki sistem pembelajaran untuk masa yang akan datang.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Media realia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tumbuhan dan herbarium.


(24)

8

2. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskusi.

3. Keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian mencakup lima indikator yaitu: (1) observasi; (2) klasifikasi; (3) interpretasi; (4) komunikasi; dan (5) kesimpulan.

4. Penguasaan konsep yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-Gain pada materi pokok Klasifikasi Tumbuhan.

5. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Gedongtataan tahun pelajaran 2012/2013. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII D sebagai kelas eksperimen dan kelas VII F sebagai kelas kontrol.

6. Materi dalam penelitian ini adalah materi pokok Klasifikasi Tumbuhan.

F. Kerangka Pikir

Keterampilan proses sains (KPS) sangat penting dimiliki oleh siswa karena dengan keterampilan tersebut siswa terlatih untuk terampil dalam

memperoleh dan memproses informasi dalam pikirannya sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah sehingga intelektual dan emosional siswa dapat berkembang. KPS sangat penting dalam menunjang proses

perkembangan anak didik secara utuh karena dapat melibatkan segenap aspek psikologis anak yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Anak didik yang belajar dengan KPS tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga memperoleh kemampuan untuk menggali sendiri pengetahuan itu dari alam


(25)

9

bebas. Selain itu KPS juga dapat mengembangkan sikap ilmiah. Siswa perlu mengembangkan keterampilan proses sains yang dimilikinya. Guru

memegang peranan penting dalam pengembangan keterampilan proses sains siswa. Pengembangan keterampilan proses sains siswa dapat dilatih dengan suatu kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu media dan metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan KPS yang dimilikinya, salah satunya dengan menggunakan media realia dan metode diskusi.

Salah satu pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung pada diri siswa adalah digunakannya alat bantu dalam proses pembelajaran yaitu media realia. Media realia kemungkinan cocok digunakan dalam uraian materi pokok Klasifikasi Tumbuhan, dengan media realia pembelajaran akan menjadi bermakna sehingga sulit untuk dilupakan karena siswa terlibat langsung dalam pengamatan.

Proses pembelajaran tidak lepas dari metode pembelajaran, karena metode pembelajaran merupakan cara dengan langkah-langkah yang khas untuk mencapai hasil yang optimal dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang menggunakan media realia kemungkinan akan cocok apabila dikolaborasikan dengan metode diskusi. Dengan metode diskusi siswa dirangsang menjadi lebih aktif, sedangkan media realia dijadikan sebagai objek dalam pengamatan.

Variabel dalam penelitian ini adalah 1 variabel bebas dan 2 variabel terikat. Penggunaan media realia dengan metode diskusi sebagai variabel bebas


(26)

10

sedangkan Keterampilan proses sains sebagai variabel terikat 1 dan penguasaan konsep sebagai variabel terikat 2. Hubungan anatara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukan pada bagan dibawah ini.

Keterangan : X : Penggunaan media realia dengan metode diskusi Y1 : Keterampilan proses sains

Y2 : Penguasaan konsep

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan terikat

G. Hipotesis

1. Penggunaan media realia dengan metode diskusi berpengaruh dalam meningkatkan KPS siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan. 2. H0 = Penggunaan media realia dengan metode diskusi tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep oleh siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan.

H1 = Penggunaan media realia dengan metode diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep oleh siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan.

3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan media realia dengan metode diskusi pada Materi Pokok Klasifikasi

Tumbuhan.

Y1 X


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Realia

Media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely (dalam Ashyar, 2012: 7-8), memiliki cakupan yang sangat luas yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media pembelajaran mencangkup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam

pembelajaran, sehingga bentuknya bisa berupa perangkat keras (hardware), seperti komputer, televisi, projektor, dan perangkat lunak (software) yang digunakan pada perangkat keras itu. Dalam hal ini, pendidik juga bisa termasuk salah satu bentuk media pembelajaran sehingga menjadi kajian strategi penyampaian pembelajaran (Degeng dalam Ashyar, 2012: 8). Jadi media pembelajaran tidak hanya berupa benda mati, tetapi juga benda hidup, seperti manusia.

Sementara itu, menurut Andreson (dalam Sukiman, 2012: 28), media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan para siswa secara umum wajarlah bila peranan guru yang menggunakan media pembelajaran sangatlah berbeda dari peranan seorang guru “biasa”.


(28)

12

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif (Ashyar, 2012: 8).

Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan (Djamarah dan Zain, 2010: 136). Sedangkan menurut Rohani (2004: 3) media adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi.

Realia adalah benda yang masih berada dalam keadaan utuh, dapat

dioperasikan, mungkin hidup (tumbuhan atau binatang), dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagaimana wujud aslinya. Jadi media realia adalah benda dalam wujud asli yang dapat digunakan sebagai bahan belajar (Uno, 2007: 117).

Media realia yaitu dapat berupa spesimen meliputi makhluk hidup baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Adapun spesimen makhluk hidup yang masih hidup dapat berupa :

1. Akuarium dengan ikan dan tumbuh-tumbuhan. 2. Terrarium dengan hewan darat dan tumbuhan. 3. Kebun binatang dengan segala binatang yang ada. 4. Kebun percobaan dengan berbagai tumbuh-tumbuhan. 5. Insektarium berupa kotak kaca yang berisi serangga.


(29)

13

Sedangkan spesimen makhluk yang sudah mati antara lain berupa : 1. Herbarium.

2. Diarama, yaitu pameran hewan dan tumbuhan yang telah dikeringkan dengan kedudukasn seperti aslinya di alam dan sekitarnya.

3. Taksidemi, yaitu kulit hewan yang dibentuk kembali sesuai aslinya setelah kulit dikeringkan dan isinya diganti dengan benda lain.

4. Awetan hewan dalam botol.

5. Awetan dalam cairan plastik (bioplatik), maksudnya makhluk yang sudah mati disimpan dalam cairan plastik semula cair lalu membeku (Rohani, 2004: 18-19).

Ada beberapa keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan media realia ini yaitu:

a. Keuntungan

1) Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada siswa untuk mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata.

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya dan melatih keterampilan mereka menggunakan sebanyak mungkin alat indera.

b. Kelemahan

1) Membawa murid-murid ke berbagai tempat di luar sekolah kadang-kadang mengandung resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya.


(30)

14

2) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai objek nyata kadang-kadang tidak sedikit, apalagi ditambah dengan kemungkinan kerusakan dalam menggunakanya.

3) Tidak selalu dapat memberikan gambaran dari objek yang sebenarnya, seperti pembesaran, pemotongan dan gambar bagian demi bagian, sehingga pengajar harus didukung pula dengan media lain (Ibrahim dan Sujana, 2010: 119).

B. Metode Diskusi

Kata metode di dalam pendidikan digunakan untuk menunjukan serangkaian kegiatan guru yang terarah yang menyebabkan siswa belajar. Metode dapat pula dianggap sebagai cara atau prosedur yang keberhasilannya di dalam belajar, atau sebagai alat yang menjadikan mengajar menjadi efektif. Para ahli pendidikan mencoba menetapkan sifat-sifat metode mengajar yang baik, dimana metode yang baik akan memiliki beberapa sifat yang dimaksud. Yang pertama adalah harus teiti atau cermat dan sungguh-sungguh. Harus

didasarkan pada ketelitian yang bersifat ilmiah. Selain itu, metode yang baik harus artistik, dimana guru dituntut harus memiliki rasa kesesuaian dan tidak sesuai. Melalui metode yang dimilikinya guru dituntut menafsirkan dan mengsintesakannya. Metode yang baik adalah bersifat pribadi, merupakan sesuatu yang sudah disusun dan dikembangkan guru yang tidak hanya sekedar kegiatan rutin guru (Wahab, 2009: 36-38).

Diskusi merupakan salah satu metode di dalam mengajar. Dilihat dari sejarahnya, diskusi sebagai salah satu cara mengajar formal pada jaman


(31)

15

Yunani dan Romawi dan terletak di dalam, dan tugas guru adalah seperti bidan membantu lahirnya gagasan dari pikiran siswa. Pada jaman modern diskusi telah dianggap sebagai salah satu ciri penting sebuah kelas yang demokratis, yang didefinisikan sebagai suatu kegiatan dimana orang-orang berbicara bersama untuk berbagi dan saling tukar informasi tentang sebuah topik atau masalah atau mencari pemecahan terhadap suatu masalah

berdasrkan bukti-bukti yang ada (Wahab, 2009: 100-101).

Beberapa orang bahkan beberapa ahli akan mempunyai definisi yang berbeda tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan diskusi. Enggen (2012: 155-56) menjelaskan bahwa diskusi adalah strategi instruksional atau pengajaran yang melibatkan siswa untuk berbagi ide tentang satu topik umum. Metode diskusi melibatkan interaksi antar siswa. Metode Diskusi Kelompok

merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk

mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah (Suryosubroto, 2002: 179).

Sejalan dengan pendapat tersebut, Djamarah dan Zain (2010: 87) menyatakan bahwa metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran yang menghadapkan siswa kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.


(32)

16

Adapun tujuan dari penggunaan metode diskusi diantaranya adalah : 1. Dengan diskusi siswa didorong menggunakan pengetahuan dan

pengalamannya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain. Mungkin ada perbedaan segi pandangan, sehingga memberikan jawaban yang berbeda. Hal ini tidak menjadi masalah asalkan pendapat itu logis dan mendekati kebenaran. Jadi siswa dilatih berpikir dan memecahakan masalah sendiri.

2. Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan, karena hal itu perlu untuk melatih kehidupan yang demokratis. Dengan demikian siswa melatih diri untuk menyatakan pendapatnya sendiri secara lisan tentang suatu masalah bersama.

3. Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama

(Roestiyah, 2008: 6-7)

Diskusi bukanlah debat yang mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2009: 154) keberatan itu biasanya timbul dari asumsi:

1. Diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan.

2. Diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu


(33)

17

tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang matang kejadian itu bisa dihindari.

Sementara itu, menurut Enggen dan Kauchak (2012: 163) diskusi yang tidak berhasil biasanya diakibatkan oleh:

1. Kurangnya pengetahuan awal siswa. Guru terkadang berusaha melibatkan siswa di dalam diskusi di mana mereka tidak memiliki pengetahuan latar belakang yang memadai. Jelas, siswa tidak bisa mendiskusikan satu topik jika mereka tidak paham topik tersebut

2. Siswa yang terbuka atau agresif mungkin cendrung mendominasi diskusi dan siswa-siswa yang pemalu atau tidak yakin dengan diri mereka sendiri mungkin menarik diri dan tidak menaruh perhatian. Untuk mencegah kemungkinan ini, kita perlu memonitor perkembangan diskusi dan mengintervensi bila perlu.

3. Kurangnya arahan jelas juga bisa menjadi hambatan. Arahan yang diberikkan harus jelas, spesifik dan terfokus.

Sebelum masuk ke dalam diskusi kelompok,guru harus mengetahui pasti bahwa setiap siswa telah mengeahui tujuan yang ingin dicpai oleh masing-masing kelompok. Di dalam diskusi kelompok guru perlu melakukan pemantauan untuk mengetahui kesulitan masing-masing kelompok dalam berdiskusi dan memberi pengarahan kepada mereka (Gulo, 2002: 132).


(34)

18

Ada beberapa kelebihan metode diskusi, saat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar sebagaimana dikemukakan oleh Sanjaya (2009: 155) antara lain:

1. Dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.

2. Dapat melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan

3. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga dapat melatih siswa untuk mengargai pendapat orang lain.

Diskusi juga memiliki beberapa kekurangan sebagaimana dikemukakan oleh Sanjaya (2009: 155) diantaranya:

1. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh dua atau tiga orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara

2. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan jadi kabur.

3. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.

4. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.


(35)

19

Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh Sanjaya (2009: 156-157) antara lain:

1. Diskusi Kelas

Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses

pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai pesrta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis. Kedua, sumber masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat, sumber masalah memberi tanggapan, dan kelima, moderator menyimpulkan hasil diskusi.

2. Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam

kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara tiga sampai lima orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam sub masalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.

3. Simposium

Simposium adalah sebuat metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian.


(36)

20

Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa, setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.

4. Diskusi Panel

Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari empat sampai lima orang di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekedar meninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa diminta untuk merumuskan hasil pembahasan dalam siskusi.

Jenis apa pun diskusi yang digunakan menurut Bridges (dalam Sanjaya, 2009: 154-155), dalam proses pelaksanaannya, guru harus mengatur kondisi agar: 1. Setiap siswa dapat berbicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya 2. Setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain

3. Setiap siswa harus saling memberikan respons

4. Setiap siswa harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting


(37)

21

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan agar penggunaan metode diskusi berhasil dengan efektif yaitu:

a. Langkah Persiapan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi diantaranya: 1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum

maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai harus dipahami oleh setiap siswa sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaksanaan.

2. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, apabila tujuan yang ingin dicapai adalah penambahan wawasan siswa tentang suatu persoalan, maka dapat digunakan diskusi panel sedangkan jika yang diutamakan adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan, maka simposium dianggap sebagai jenis diskusi yang tepat.

3. Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi dilingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi pelajaran yang sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.

4. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, jika diperlukan.


(38)

22

b. Pelaksanaan Diskusi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah: 1. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi

kelancaran diskusi.

2. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.

3. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling

menyudutkan, dan lain sebagainya.

4. Memeberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

5. Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

c. Menutup diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.

2. Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya (Sanjaya, 2009: 157-159).


(39)

23

C. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu yang baru (Semiawan dkk, dalam Nasution, 2007: 9-10). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 138), Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses sains adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.

Keterampilan proses sains dapat dibedakan menjadi dua tingkatan

sebagaimana yang dikemukakan oleh Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 140) menyebutkan keterampilan proses dapat dibedakan menjadi dua tingkatan yaitu:

1. Keterampilan dasar ( Basic Skills) yang terdiri atas enam keterampilan yaitu mengobservasi, mengklasifikasikan, memprediksikan, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan;

2. Keterampilan terintegrasi terdiri atas sepuluh keterampilan yaitu


(40)

24

bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis,

mengidentifikasikan variabel secara oprasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.

Keterampilan proses sains siswa sangat penting kembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran, karena akan memudahkan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru seperti yang dikutip dari Karso (dalam Budiarti, 2009: 13) hal ini karena:

1. Siswa akan berperan aktif dalam kegiatan belajarnya.

2. Siswa mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep dan rumus-rumusnya.

3. Kemungkinan siswa mengembangkan sikap ilmiahnya dan merangsang rasa ingin tahu.

4. Siswa akan mampu menghayati secara benar, karena dia sendiri yang menemukan konsep dari hasil pekerjaannya.

5. Siswa akan merasa puas dengan temuannya sebagai salah satu faktor menumbuhkan motivasi.

Ada 11 jenis keterampilan proses beserta indikator-indiatornya yang dapat kita gunakan untuk mempermudah kita mempelajari keterampilan proses sains dan mengembangkannya dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran biologi seperti yang dikutip dari Rustaman (2005: 86-87) yang dapat diuraikan dalam tabel berikut ini:


(41)

25

Tabel 1. Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya

No. Proses Sains Keterangan

1 Mengamati/Observasi  Menggunakan sebanyak mungkin indra

 Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan 2 Mngelompokkan/Klasifikasi  Mencatat setiap pengamatan secara terpisah

 Mencari perbedaan,persamaan

 Mengontraskan ciri-ciri

 Membandingkan

 Mencari dasar pengelompokan atau penggolongann

3 Menafsirkan/Interpretasi  Menghubungkan hasil-hasil pengamatan

 Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan

 Menyimpulkan

4 Meramalkan/Memprediksi  Menggunakan pola-pola hasil pengamatan

 Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

5 Mengajukan Pertanyaan  Bertanya apa, bagaimana dan mengapa

 Bertanya untuk meminta penjelasan

 Mengajukan pertanyaan yang berlatarkan hipotesis

6 Berhipotesis  Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian

 Menyadari bahwa ada lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah

7 Merencanakan

Percobaan/Penelitian

 Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan

 Menentukan variable/factor penentu

 Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat

 Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja

8 Menggunakan Alat dan Bahan

 Memakai alat/bahan

 Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan

 Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan 9 Menerapkan Konsep  Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam

situasi baru

 Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi 10 Berkomunikasi  Mengubah bentuk penyajian

 Memerikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau table atau diagram

11 Melaksanakan

Percobaan/Eksperimentasi

 Melaksanakan percobaan sesuai dengan rencana percobaan

Keterampilan proses menurut Semiawan (1986: 17) antara lain terdiri atas: observasi atau mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mencari hubungan


(42)

26

ruang dan waktu, menghitung, membuat hipotesa, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menginterpretasikan atau menafsirkan data,

menyusun kesimpulan sementara, mengaplikasikan, dan mengkomukasikan.

Pengembangan keterampilan proses sains siswa juga perlu dilakukan dalam proses pembelajaran Biologi. Hal ini karena apabila siswa telah menguasai indikator-indikator keterampilan proses sains tersebut, siswa akan lebih mudah mempelajari Biologi dengan pengalamannya sendiri. Indikator keterampilan proses sains yang dapat digunakan dalam pembelajaran Biologi meliputi: keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi/ meramal, menyimpulkan, menyusun hipotesis, merancang prosedur dan melaksanakan eksperimen untuk pengumpulan data, menyajikan hasil eksperimen dalam bentuk tabel/grafik, dan mengkomunikasikan secara tertulis maupun lisan (BSNP, 2006: vii).

Setiap peserta didik perlu memiliki keterampilan proses, baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, maupun dalam kehidupannya sehari-hari. Menurut Karso (dalam Budiarti, 2009: 14) alasan mengapa anak didik perlu memiliki keterampilan proses, diantaranya:

1. Keterampilan proses suatu cara memecahkan masalah yang dihadapi dalam berbagai segi kehidupan yang relevan.

2. Keterampilan ini mengembangkan cara anak didik untuk membentuk konsep sendiri dan membantu belajar bagaimana mempelajari sesuatu. 3. Membantu anak didik untuk mengembangkan dirinya.

4. Membantu anak didik memahami konsep yang abstrak. 5. Untuk mengembangkan kreativitas anak didik.


(43)

27

Kegiatan pembelajaran yang menerapkan keterampilan proses memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Ertikanto (dalam Sugesti, 2008: 17) kelebihan dan kekurangan dari proses belajar mengajar dengan menggunakan keterampilan proses adalah sebagai berikut:

a. Kelebihannya adalah siswa dapat:

1. dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran,

2. mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep-konsep pengetahuan,

3. mengembangkan sikap ilmiah dan merangsang rasa ingin tahu siswa, 4. mengurangi ketergantungan siswa terhadap orang lain dalam belajar, 5. menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri siswa,

6. memiliki keterampilan-keterampilan dalam melakukan suatu kegiatan ilmiah sebagaimana yang biasa dilakukan para saintis.

b. Kekurangannya:

1. membutuhkan waktu yang ralatif lama untuk melakukannya, 2. jumlah siswa dalam kelas harus relatif kecil, karena setiap siswa

memerlukan perhatian guru,

3. memerlukan perencanaan dengan sangat teliti,

4. tidak menjamin bahwa setiap siswa akan dapat mencapai tujuan sesuai dengan tujuan pembelajaran,

5. sulit membuat siswa turut aktif secara merata selama berlangsungnya proses pembelajaran.


(44)

28

D. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa. Menurut Dahar (1996: 79) konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Pendapat tentang konsep juga dikemukakan oleh Hamalik (2001: 161) bahwa konsep adalah suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat (atribut-atribut) umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang (person).

Dahar (1996 : 95) berpendapat bahwa:

“ Untuk sebagian besar konsep-konsep, kita dapat mengembangkan suatu

hierarki dari konsep-konsep yang berhubungan yang memperlihatkan bagaimana suatu konsep terkait pada konsep-konsep yang lain.”

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat Dahar apabila siswa telah menguasai suatu konsep, maka besar kemungkinan siswa tersebut dapat dengan mudah memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep-konsep yang lain. Penguasaan konsep berkesinambungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.

Belajar pengetahuan meliputi tiga fase; eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi, siswa mempelajari gejala dengan bimbingan. Dalam fase pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalan fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut (Dimyati, 2002: 14).

Pendapat Hamalik (2001: 164) tentang kegunaan konsep yaitu: 1. Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan.


(45)

29

3. Konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas, dan lebih maju.

4. Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda.

Slameto (2003: 141) juga berpendapat bahwa apabila sebuah konsep telah dikuasai siswa, ada empat kemungkinan untuk menggunakannya yakni: 1. Siswa dapat menggolongkan apakah contoh konsep yang dihadapi

sekarang termasuk konsep yang sama atau dalam konsep lain. 2. Siswa dapat mengenal konsep-konsep lain.

3. Siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah. 4. Penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep lain. Prinsip-prinsip untuk mempelajari konsep, seperti halnya mempelajari informasi fakta, yang dilaksanakan siswa untuk memudahkannya dalam mempelajari konsep-konsep. Penguasaan informasi adalah penting untuk mempelajari konsep dan informasi tentang konsep serta penerapannya dapat diperoleh melalui membaca dan mempelajari bahan-bahan tertulis (Slameto, 2003: 150).

Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2001: 115).

Penguasaan konsep merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hierarki atau bertingkat-tingkat. Adapun


(46)

30

tingkat-tingkat yang dimaksud adalah : (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 2001: 131).

Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu pengetahuan hafalan, pemahaman, atau komprehensi, penerapan aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Purwanto, 2008: 43).

Penguasaan konsep pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Thoha (2001: 1) bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Menurut Daryanto (2010: 11) bahwa tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar-mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan isntruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Tes adalah serentetan


(47)

31

pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Daryanto, 2010: 35).

Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postes atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru

mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto, 2010: 195-196).Melalui hasil tes tersebut maka dapat diketahui sejauh mana tingkat penguasaan konsep siswa.

Taraf penguasaan konsep dapat diketahui kriterianya dengan kriteria penguasaan konsep sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Penguasaan Konsep

Interval Kriteria

80,1-100 Sangat Tinggi

60,1-80 Tinggi

40,1-60 Sedang

20,1-40 Rendah

0,0-20 Sangat Rendah


(48)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMP Negeri 1 Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Gedongtataan Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas sepuluh kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIID (sebagai kelas eksperimen) dan kelas VIIF (sebagai kelas kontrol). Penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007: 85).

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Kelas eksperimen (kelas VIID) diberi perlakuan dengan metode diskusi dan media realia, sementara kelas kontrol (kelas VIIF) diberi perlakuan dengan metode diskusi tanpa media realia. Setelah itu, kedua kelas diberi tes/soal berupa soal essay yang sama di awal dan akhir kegiatan pembelajaran (pretes-postes). Hasil pretes dan postes


(49)

33

pada kedua subyek dibandingkan. Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelas Pretes Perlakuan Postes

I O1 X1 O2

II O1 X2 O2

Keterangan:

I = Kelas eksperimen (kelas VIID) II = Kelas kontrol (kelas VIIF)

X1 = Perlakuan dengan media realia dan metode diskusi X2 = Perlakuan dengan metode diskusi

O1 = Pretes O2 = Postes

Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen (dimodifikasi dari Sugiyono, 2007: 116).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut: a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya

penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan menjadi subjek penelitian.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.


(50)

34

e. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai yang harus dipahami oleh setiap siswa.

f. Menetapkan masalah yang akan dibahas.

g. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS). h. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes, lembar

observasi aktivitas siswa, dan angket tanggapan siswa.

i. Membentuk kelompok diskusi yang bersifat heterogen pada kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan nilai akademik siswa semester ganjil. Setiap kelas terdiri dari 5 kelompok,yaitu 4 kelompok

beranggotakan 6 orang siswa dan 1 kelompok beranggotakan 7 orang siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan penggunaan media realia untuk kelas eksperimen sedangkan untuk kelas kontrol tidak

menggunakan media realia. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan media realia dengan metode diskusi)

a. Kegiatan Awal

1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian untuk materi pokok klasifikasi tumbuhan.


(51)

35

3) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru, yang memperlihatkan media yang berisi beranekaragam tumbuhan.

(Pertemuan ke-1) :“ Tumbuhan yang ada di bumi ini sangat banyak dan beranekaragam. Apa yang membedakan tumbuhan satu dengan lainnya? Apa yang harus kita lakukan agar mudah mempelajari tumbuhan yang beranekaragam?”. Kingdom plantae dibagi menjadi 3 divisio yaitu bryophyta, pterydophyta, dan spermatophyta. Hari ini kita akan mempelajari bryophyta dan pterydophyta.

(Pertemuan ke-2) : Pertemuan yang lalu kalian sudah belajar tentang tumbuhan lumut dan tumbuhan paku. Hari ini kita akan

belajar tumbuhan berbiji. “Apa ciri-ciri yang membedakan

tumbuhan paku dengan tumbuhan berbiji?”.Tumbuhan berbiji dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan gymnosperae (tumbuhan berbiji terbuka). 4) Siswa memperoleh motivasi dari guru,

(Pertemuan ke-1) :“Mempelajari materi ini akan membantu kita mengetahui keseragaman (kesamaan) dalam keanekaragaman (bermacam-macam) tumbuhan, sehingga kita dapat lebih mengenal semua tumbuhan yang ada di bumi. Mengenal keanekaragaman tumbuhan akan mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga dan melestarikan keberlangsungan


(52)

36

keanekaragaman menjadi warisan berharga bagi generasi

mendatang”.

(Pertemuan ke-2): “mempelajari materi ini kita dapat menggolongkan tumbuhan ke dalam tumbuhan berbiji angiospermae dan gymnospermae.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa duduk sesuai kelompok belajar yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Satu kelas terdiri dari 5 kelompok heterogen yang dibentuk berdasarkan nilai akademik siswa semester ganjil dan jenis kelamin, yaitu 4 kelompok

beranggotakan 6 orang siswa dan 1 kelompok beranggotakan 7 orang siswa

2) Setiap kelompok siswa memperoleh LKS yang disertai media realia, yang harus dikerjakan bersama.

3) Siswa berdiskusi, bekerja sama untuk mengobservasi,

mengklasifikasi, menginterpretasi data yang ada dalam LKS serta mencari informasi yang sesuai untuk menjawab soal dalam LKS dengan menggunakan media realia dan buku yang telah

dibagikan.

4) Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.

5) Siswa mengkomunikasikan hasil diskusinya didepan siswa lainnya.

6) Siswa memperoleh evaluasi dari guru mengenai hasil diskusi LKS yang telah dikerjakannya.


(53)

37

7) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.

2) Siswa diminta oleh guru untuk membaca materi pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya (Pertemuan ke-1)

3) Siswa mengerjakan tes akhir/postes (Pertemuan ke-2). 4) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

Kelas Kontrol (Pembelajaran tanpa media realia dengan metode diskusi)

a. Kegiatan Awal

1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian untuk materi pokok klasifikasi tumbuhan.

2) Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai.

3) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru, yang memperlihatkan media yang berisi beranekaragam tumbuhan.

(Pertemuan ke-1) :“ Tumbuhan yang ada di bumi ini sangat banyak dan beranekaragam. Apa yang membedakan tumbuhan satu dengan lainnya? Apa yang harus kita lakukan agar mudah mempelajari tumbuhan yang beranekaragam?”. Kingdom plantae dibagi menjadi 3 divisio yaitu bryophyta, pterydophyta, dan


(54)

38

spermatophyta. Hari ini kita akan mempelajari bryophyta dan pterydophyta.

(Pertemuan ke-2) : Pertemuan yang lalu kalian sudah belajar tentang tumbuhan lumut dan tumbuhan paku. Hari ini kita akan

belajar tumbuhan berbiji. “Apa ciri-ciri yang membedakan

tumbuhan paku dengan tumbuhan berbiji?”.Tumbuhan berbiji dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan gymnosperae (tumbuhan berbiji terbuka). 4) Siswa memperoleh motivasi dari guru,

(Pertemuan ke-1) :“Mempelajari materi ini akan membantu kita mengetahui keseragaman (kesamaan) dalam keanekaragaman (bermacam-macam) tumbuhan, sehingga kita dapat lebih mengenal semua tumbuhan yang ada di bumi. Mengenal keanekaragaman tumbuhan akan mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga dan melestarikan keberlangsungan keanekaragaman menjadi warisan berharga bagi generasi

mendatang”.

(Pertemuan ke-2): “mempelajari materi ini kita dapat menggolongkan tumbuhan ke dalam tumbuhan berbiji angiospermae dan gymnospermae.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa duduk sesuai kelompok belajar yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Satu kelas terdiri dari 5 kelompok heterogen yang dibentuk berdasarkan nilai akademik siswa


(55)

39

semester ganjil dan jenis kelamin, yaitu 4 kelompok

beranggotakan 6 orang siswa dan 1 kelompok beranggotakan 7 orang siswa

2) Setiap kelompok siswa memperoleh LKS yang harus dikerjakan bersama.

3) Siswa berdiskusi, bekerja sama untuk mengobservasi,

mengklasifikasi, menginterpretasi data yang ada dalam LKS serta mencari informasi yang sesuai untuk menjawab soal dalam LKS dengan tidak menggunakan media realia dan buku yang telah dibagikan.

4) Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.

5) Siswa mengkomunikasikan hasil diskusinya didepan siswa lainnya.

6) Siswa memperoleh evaluasi dari guru mengenai hasil diskusi LKS yang telah dikerjakannya.

7) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.

2) Siswa diminta oleh guru untuk membaca materi pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya (Pertemuan ke-1)

3) Siswa mengerjakan tes akhir/postes (Pertemuan ke-2). 4) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.


(56)

40

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Jenis Data

a) Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok Klasifikasi Tumbuhan yang diperoleh dari nilai pretesdan

postes. Kemudian dihitung N-Gain nya, lalu dianalisis secara statistic dengan menggunakan SPSS.16 .

b)Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data lembar observasi keterampilan proses sains dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan media realia.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini sebagai berikut:

a) Pretes dan Postes

Data penguasaan konsep oleh siswa adalah berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil sebelum pembelajaran pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas. Soal yang diberikan adalah 5 butir soal pilihan essay.

b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS digunakan untuk mengetahui KPS oleh siswa di kedua kelas selama proses pembelajaran. Kelas eksperimen menggunakan LKS


(57)

41

yang disertai media realia, sedangkan kelas kontrol menggunakan LKS yang tidak disertai media realia.

c) Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Oleh Siswa

Lembar observasi keterampilan proses sains oleh siswa berisi aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran di kedua kelas. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara

memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang

telah ditentukan.

d)Angket Tanggapan Siswa

Angket ini berisi pendapat siswa tentang pembelajaran menggunakan media realia dan metode diskusiyang telah dilaksanakan. Angket ini berisi delapan pernyataan, terdiri dari lima pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif dengan dua pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Item pernyataan pada angket

No. Pernyataan- Pernyataan S TS

1 Saya senang mempelajari materi pokok klasifikasi tumbuhan dengan media dan metode yang digunakan oleh guru.

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui media dan metode yang digunakan oleh guru. 3 Saya merasa bosan dalam proses belajar mengajar dengan

media dan metode yang diberikan oleh guru.

4 Media dan metode yang digunakan menjadikan saya lebih aktif dalam diskusi kelas dan kelompok.

5 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

6 Media dan metode yang digunakan tidak mampu mengembangkan kemampuan proses sains saya. 7 Saya merasa lebih sulit mengerjakan soal-soal di LKS

dengan media dan metode yang digunakan oleh guru. 8 Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru tentang


(58)

42

F. Teknik Analisis Data 1. Data Kuantitatif

Data penelitian berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

S = x 100

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).

Sedangkan N-gain, diperoleh dengan menggunakan rumus Hake (Loranz, 2008: 2), yaitu:

N-gain (%)=X-Y

Z-Y×100%

Keterangan : X = nilai postes; Y = nilai pretes; Z = skor maksimal.

Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney U dengan program SPSS versi 16, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas.

a) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan bantuan program SPSS versi 16.

฀ Hipotesis

H0 = Sampel berdistribusi normal H1 = Sampel tidak berdistribusi normal ฀ Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).

R N


(59)

43

b) Pengujian Hipotesis

Apabila data tidak berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji Mann-Whitney U dengan menggunakan program SPSS versi 16.

฀ Hipotesis

H0 = rata-rata nilai kedua sampel berbeda tidak signifikan H1 = rata-rata nilai kedua sampel berbeda secara signifikan ฀ Kriteria Pengujian

- Jika probabilitasnya > 0.05, maka H0 diterima - Jika probabilitasnya < 0.05, maka H0 ditolak

2. Data Kualitatif

a) Pengolahan Data Keterampilan Proses Sains Oleh Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis menggunakan keterampilan proses sains oleh siswa. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu: 1. Memberi skor sesuai lembar observasi keterampilan proses sains siswa

seperti pada tabel 4.

Tabel 4. Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains oleh Siswa

No Nama

Aspek yang diamati

A B C D E

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 2 3 Dst

Jumlah Skor Skor Maksimal Persentase (%) Kriteria

Berilah skor dengan tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai (dimodifikasi


(60)

44

Keterangan Aspek Keterampilan Proses Siswa: A. Mengobservasi

1. Mengobservasi tidak cermat dan objektif. 2. Mengobservasi kurang cermat dan objektif. 3. Mengobservasi dengan cermat dan objektif. B. Mengklasifikasi

1. Mengklasifikasi tidak berdasarkan metode/sistem. 2. Mengklasifikasi berdasarkan metode/sistem yang tidak

sesuai.

3. Mengklasifikasi berdasarkan metode/sistem yang sesuai. C. Menginterpretasi/ Menafsirkan

1. Menginterpretasi data tidak tepat. 2. Menginterpretasi data kurang tepat. 3. Menginterpretasi data dengan tepat

D. Mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok secara lisan/tulisan 1. Siswa dalam kelompok tidak dapat mengkomunikasikan

hasil diskusi kelompok secara sistematis dan mudah dimengerti.

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok dengan secara sistematis dan mudah dimengerti.

3. Siswa dalam kelompok dapat mengkomunikasikan hasil diskusi secara sistematis dan mudah dimengerti.

E. Menyampaikan/menuliskan kesimpulan

1. Mengajukan/menuliskan kesimpulan tetapi bias/rancu. 2. Mengajukan/menuliskan kesimpulan, tetapi kurang tepat. 3. Mengajukan/menuliskan kesimpulan dengan tepat.

2. Menghitung persentase keterampilan proses sains menggunakan rumus :

Persentase = Skor perolehan

Skor maksimum ×100%

3. Menafsirkan atau menentukan katagori Indeks Keterampilan Proses Sains oleh Siswa sesuai klasifikasi pada tabel 5.


(61)

45

Tabel 5. Kriteria Indeks KPS Siswa

Persentase (%) Kriteria

87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99 0 – 49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang

Sumber : Dimodifikasi dari Hidayati, (2011: 17)

b) Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Media Realia

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi delapan pernyataan yang terdiri dari lima pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif.

Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1. Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 6.

Tabel 6. Skor perjawaban angket

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan:

S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 29).

2. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.


(62)

46

Tabel 7. Data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan media realia dengan metode diskusi

No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden

(Siswa) Persentase

1 2 3 dst.

1 S

TS

2 S

TS

dst. S

TS

Sumber : (dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 31).

3. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;

S= Jumlah skor jawaban; Smaks = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002: 69).

4. Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan media realia sesuai kriteria Hendro (Hastriani, 2006: 43) pada Tabel 8.

Tabel 8. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan media realia dengan metode diskusi

Persentase (%) Kriteria

100 76 – 99 51 – 75

50 26 – 49

1 – 25 0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada % 100  

maks in S S X


(63)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan media realia dengan metode diskusi berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan proses sains oleh siswa pada materi pokok Klasifikasi tumbuhan.

2. Penggunaan media realia dengan metode diskusi berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok Klasifikasi Tumbuhan.

3. Sebagian besar (96,8%) siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan media realia dengan metode diskusi.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Pembelajaran menggunakan media realia dengan metode diskusi dapat

digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif media dan metode pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan


(64)

59

penguasaan konsep oleh siswa khususnya pada materi klasifikasi tumbuhan.

2. Dalam pelaksanaan penelitian, guru harus memberikan arahan dengan jelas dan tegas, serta terampil dalam mengkondisikan siswa selama melakukan pengamatan melalui media realia dan berdiskusi sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

3. Peneliti selanjutnya yang akan menerapkan media realia, hendaknya terlebih dahulu mengajarkan materi lain dengan media realia dan telah memiliki persiapan yang matang sehingga siswa tidak merasa bingung.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Ashyar, H. R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:

Referensi

BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Budiarti, Y. 2009. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Keterampilan Proses Sains Ipa Biologi Siswa (Skripsi).

Bandar Lampung: Universitas Lampung

Carollina, H. S. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Keterampilan Proses Sain Siswa. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Dahar, R. W. 1996. Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. Depdiknas. 2003. Pendidikan Menurut Undang-Undang.

(online).(http://.depdiknas.co.id, diakses pada 15 November 2012 10.10 WIB)

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, S. B. dan A. Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta

Enggen, P. dan D. Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran,

Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi 6. Diterjemahkan oleh Satrio Wahono. Jakarta: Indeks

Gulo,W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Grasindo Hakim, T. 2008. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara


(66)

61

Hidayati, A. N., N. Rustaman., dan S. Redjeki Munandar. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skill dan pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional pendidikan 2011). Bandar Lampung: Kerjasama FKIP Unila-HEPI

Hamalik, O. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasanluas Dan Keliling Bangun Datar

Jakarta: Bumi aksara.

__________. 2004. Proses Belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Ibrahim, R dan N. Sujana. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta ; Rineka Cipta Ikawati, A. 2010. Penggunaan Media Realia Dalam Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasanluas Dan Keliling Bangun Datar Pada Siswa Kelas IV Sd Negeri 01 Ngadiluwih Kecamatan Matesih

Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Surakarta : Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Ismawati, P. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD bermedia Realia terhadap Pemahaman konsep Geometri pada Siswa Kelompok B Tk. Dharmawanita Dewi Sartika. (online). (http://ejournal.unesa.ac.id.pdf, diakses pada Rabu, 16 April 2014 13.38 WIB)

Lie, A. 2004. Mempraktikan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas. Jakarta: Gramedia

Loranz, D. 2008. TMCC Program and Discipline Report. (online).

(http://www.gbcnv.edu, diaksespada Kamis, 15 Oktober 2012 10.56 WIB) Nasution, S. 2007. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: Gramedia

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Roestiyah N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Rohani, A. 2004. Media instruksional edukatif. Jakarta: Rineka Cipta


(1)

46

Tabel 7. Data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan media realia dengan metode diskusi

No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden

(Siswa) Persentase

1 2 3 dst.

1 S

TS

2 S

TS

dst. S

TS

Sumber : (dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 31).

3. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;

S= Jumlah skor jawaban; Smaks = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002: 69).

4. Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan media realia sesuai kriteria Hendro (Hastriani, 2006: 43) pada Tabel 8.

Tabel 8. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan media realia dengan metode diskusi

Persentase (%) Kriteria

100 76 – 99 51 – 75

50 26 – 49

1 – 25 0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada % 100  

maks in S S X


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan media realia dengan metode diskusi berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan proses sains oleh siswa pada materi pokok Klasifikasi tumbuhan.

2. Penggunaan media realia dengan metode diskusi berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan penguasaan konsep oleh siswa pada materi pokok Klasifikasi Tumbuhan.

3. Sebagian besar (96,8%) siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan media realia dengan metode diskusi.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Pembelajaran menggunakan media realia dengan metode diskusi dapat

digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif media dan metode pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan


(3)

59

penguasaan konsep oleh siswa khususnya pada materi klasifikasi tumbuhan.

2. Dalam pelaksanaan penelitian, guru harus memberikan arahan dengan jelas dan tegas, serta terampil dalam mengkondisikan siswa selama melakukan pengamatan melalui media realia dan berdiskusi sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

3. Peneliti selanjutnya yang akan menerapkan media realia, hendaknya terlebih dahulu mengajarkan materi lain dengan media realia dan telah memiliki persiapan yang matang sehingga siswa tidak merasa bingung.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Ashyar, H. R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:

Referensi

BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Budiarti, Y. 2009. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Keterampilan Proses Sains Ipa Biologi Siswa (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung

Carollina, H. S. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Keterampilan Proses Sain Siswa. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Dahar, R. W. 1996. Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. Depdiknas. 2003. Pendidikan Menurut Undang-Undang.

(online).(http://.depdiknas.co.id, diakses pada 15 November 2012 10.10 WIB)

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, S. B. dan A. Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta

Enggen, P. dan D. Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran,

Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi 6. Diterjemahkan oleh Satrio Wahono. Jakarta: Indeks

Gulo,W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Grasindo Hakim, T. 2008. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara


(5)

61

Hidayati, A. N., N. Rustaman., dan S. Redjeki Munandar. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skill dan pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional pendidikan 2011). Bandar Lampung: Kerjasama FKIP Unila-HEPI

Hamalik, O. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasanluas Dan Keliling Bangun Datar Jakarta: Bumi aksara.

__________. 2004. Proses Belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Ibrahim, R dan N. Sujana. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta ; Rineka Cipta Ikawati, A. 2010. Penggunaan Media Realia Dalam Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasanluas Dan Keliling Bangun Datar Pada Siswa Kelas IV Sd Negeri 01 Ngadiluwih Kecamatan Matesih

Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Surakarta : Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Ismawati, P. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD bermedia Realia terhadap Pemahaman konsep Geometri pada Siswa Kelompok B Tk. Dharmawanita Dewi Sartika. (online). (http://ejournal.unesa.ac.id.pdf, diakses pada Rabu, 16 April 2014 13.38 WIB)

Lie, A. 2004. Mempraktikan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas. Jakarta: Gramedia

Loranz, D. 2008. TMCC Program and Discipline Report. (online).

(http://www.gbcnv.edu, diakses pada Kamis, 15 Oktober 2012 10.56 WIB) Nasution, S. 2007. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: Gramedia

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Roestiyah N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Rohani, A. 2004. Media instruksional edukatif. Jakarta: Rineka Cipta


(6)

Sanjaya, W. 2009. Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta : Kencana

Semiawan, C. 1986. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT.Gramedia Slameto. 2001. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta:

Bumi Aksara

______. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sugesti, F. 2008. Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Dalam

Pembelajaran Biologi Terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar Siswa Pada Materi Pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung

Sugiyono. 2007. Metode penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka

Cipta

Sutarya, A. 2013. Efektivitas Media Realia Melalui Model Inkuiri Terbimbing Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Dan Penguasaaan Materi Pada Materi Struktur Dan Fungsi Jaringan Tumbuhan pada Siswa Kelas VIII SMPN 19 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2002/2013 (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas lampung

Syaodih, N. S dan Ibrahim. 1996. Perencanaan pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Thoha, M. C. 2001. Teknik Evaluasi Pendidikan. Grafindo Persada. Jakarta:

Universitas Muhamadiyah Surakarta

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara Uno, H. B. 2007.Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Wahab, A. 2009. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta Wahyuni, H. 2012. Pengaruh Penggunaan Media Nyata dan Media Gambar

terhadap Peningkatan Minat dan Keterampilan Proses Dasar IPA Peserta Didik Kelas VII SMP N 1 Angkinang. (online). (http://eprints.uny.ac.id.pdf, diakses pada Rabu, 16 April 2014 11.00 WIB)


Dokumen yang terkait

Pengaruh metode eksperimen diskusi terhadap keterampilan proses sains pada konsep gerak harmonik sederhana

17 89 0

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA REALIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN

1 28 54

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK GERAK TUMBUHAN

2 24 55

Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep oleh Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah 1 Natar pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup Tahun Ajaran 2013/2014)

1 17 57

Perbandingan Penggunaan Media Realia dan Media Gambar terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Sub Materi Protista Mirip Tumbuhan

5 22 58

PENGGUNAAN MEDIA REALIA DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KLASIFIKASI TUMBUHAN

1 8 67

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN FIELD TRIP TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI KELAS X.

1 12 41

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS DENGAN METODE DISKUSI DAN PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP DALAM MATERI SISTEM PENCERNAAN MANUSIA.

0 0 59

peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi inflasi melalui metode diskusi

0 0 41

ANALISIS PENGARUH KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA

0 1 8