18
r. Tanggung Jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, budaya, negara, dan Tuhan Yang Maha
Esa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerti,
pendidikan moral,
pendidikan watak,
yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik- buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati Muchlas Samani Hariyanto, 2012: 45-46. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tujuan pendidikan karakter
merupakan perpaduan antara tampilan fisik dengan mental yang baik oleh keluaran pendidikan dalam perwujudan kehidupan sehari-hari yang dilakukan
dengan sepenuh hati. Ada 18 karakter utama yang dimasukkan dalam Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatkomunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
5. Penerapan Pendidikan Karakter
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter harus meliputi dan berlangsung pada Muchlas Samani Hariyanto, 2012: 19-20:
a. Pendidikan Formal
Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TKRA, SDMI, SMPMTs, SMAMA, SMKMAK dan perguruan
19
tinggi melalui pembelajaran, kegiatan kurikuler dan atau ekstra-kulikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan
formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan. Tanlain menyebutkan ciri-ciri pendidikan formal adalah dalam Dedi Supriadi, 2003: 4:
1 Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki
hubungan hierarki, 2
Usia siswa di suatu jenjang relatif homogen, 3
Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan,
4 Isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum, dan
5 Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan di
masa yang akan datang. b.
Pendidikan Nonformal Dalam pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada
lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan kurikuler dan atau ekstra-kulikuler,
penciptaan budaya lembaga, dan pembiasaan. Tanlain menyebutkan ciri-ciri pendidikan nonformal adalah dalam Dedi Supriadi, 2003: 4:
1 Diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah,
2 Tidak mengenal jenjang dan program pendidikan untuk jangka waktu pendek,
3 Peserta tidak perlu homogen,
4 Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang sistematis,
5 Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus, dan
20
6 Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan
untuk meningkatkan taraf hidup. c.
Pendidikan Informal Dalam pendidikan informal pendidikan karakter berlangsung dalam
keluarga yang dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa di dalam keluarga terhadap anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam kata lain,
pendidikan informal ini berlangsung secara wajar dan seumur hidup. Tanlain menyebutkan ciri-ciri pendidikan informal adalah dalam Dedi Supriadi, 2003: 3:
1 Tidak diselenggarakan secara khusus,
2 Lingkungan pendidikannya tidak diadakan dengan maksud khusus untuk
menyelenggarakan pendidikan, 3
Tidak deprogram menurut aturan tertentu, 4
Tidak ada waktu belajar tertentu, 5
Metodenya tidak formal, 6
Tidak ada evaluasi yang sistematis, dan 7
Tidak diselenggarakan oleh pemerintah. Peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan karakter harus meliputi dan
berlangsung dalam seluruh jenjang pendidikan, baik pendidikan formal, nonformal, dan informal. Salah satunya adalah sekolah TK yang merupakan
jenjang pendidikan formal melalui pembelajaran, kegiatan kurikuler dan atau ekstra-kulikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan.
21
6. Karakter Perkembangan Anak