Konsep Pendidikan Anauk Usia Dini PAUD
kanak-kanak dan sebagai alat untuk belajar. Mantessori dalam Joan Freeman dan Utami Munandar 1996: 23 menggambarkan anak yang
sedang bermain berada dalam keserasian sepenuhnya dengan hukum dasar dari aktivitas yang tiada
henti-hentinya yang tampak dalam setiap aspek dari alam.
Dari berbagai pandangan ini dapat disimpulkan bahwa pada umumnya para pakar sepakat bahwa bermain adalah suatu aktivitas yang
membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional dari informasi dan pengalaman belajar yang
yang didapatkan anak dengan alat maupun tidak yang tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dengan realitas luar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvey; Rubin; Fein Vanderberg dalam Meyke S. Tedjasaputra 2001:16
diungkapkan adanya beberapa ciri kegiatan bermain, yaitu sebagai berikut :
a. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksudnya muncul
atas keinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri. b.
Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang positif. Kalaupun emosi
positif tidak tampil, setidaknya kegiatan bermain mempunyai nilai value bagi anak.
c. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu
aktivitas ke aktisitas lainnya. d.
Lebih menekankan
pada proses
yang berlangsung
dibandingkan hasil akhir. Saat bermain, perhatian anak-anak lebih terpusat pada kegiatan yang berlangsung dibandingkan
tujuan yang ingin dicapai. Tidak adanya tekanan untuk mencapai prestasi membebaskan anak untuk mencoba berbagai
variasi kegiatan. Oleh karena itu, bermain cenderung lebih fleksibel, karena tidak semata-mata ditentukan oleh sasaran
yang dicapai.
e. Bebas memilih, dan cara ini merupakan elemen yang sangat
penting bagi konsep bermain pada anak-anak kecil, sebagai contoh pada anak usia dini pada anak usia kelompok bermain
khususnya, menyusun balok disebut bermain apabila dilakukan atas kehendak anak. Tetapi dikategorikan dalam
bekerja apabila ditugaskan oleh guru. Kebebasan memilih menjadi tidak begitu penting bila anak beranjak besar. Menurut
hasil penelitian King 1979: 58 pada anak tingkat kelas 5 S.D kesenangan yang didapat pleasure lebih penting dibandingkan
kebebasan untuk memilih, sehingga pada usia diatas pra sekolah, pleasure menjadi parameter untuk membedakan
bermain dengan bekerja.
f. Mempunyai kualitas pura-pura. Kegiatan bermain mempunyai
kerangka tertentu yang memisahkan dari kehidupan nyata sehari-hari. Kerangka ini berlaku terhadap semua bentuk
kegiatan bermain, seperti peran, menyusun balok-balok, menyusun kepingan gambar dan lain-lain. Realitas internal
lebih diutamakan daripada realitas eksternal, karena anak memberi ”makna baru” terhadap objek yang dimainkan dan
mengabaikan keadaan objek yang sesungguhnya. Keadaan ini bisa kita simak pada saat anak bermain, tindakan-tindakan anak
akan berbeda dengan perilakunya saat sedang tidak bermain. Misalnya anak yang pura-pura minum dari cangkir yang
sebenarnya berujud balok, atau menganggap kepingan gambar sebagai kue keju. Kualitas ”pura-pura” memungkinkan anak
bereksperimen dengan kemungkinan-kemungkinan baru.
A. Pengertian Pembelajaran Melalui Bermain
1. Metode Pembelajaran Dalam mencapai tujuan suatu proses pendidikan, diperlukan suatu
metode yang tepat sehingga dapat sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pengertian metode menurut Purwodarminto 1998:8, adalah cara yang
telah teratur dan dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagaimana dikutip
Rochmat Hidayat 2006:14, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang telah ditentukan, dengan demikian metode adalah prosedur yang disusun secara teratur yang dituangkan dalam suatu rencana kegiatan
untuk mencapai suatu tujuan. Bila metode dikaitkan dengan bermain dan belajar, maka
bagaimana memformat metode itu menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan sehingga tercipta kondisi kekuatan belajar mengajar yang
mengasyikan dan diterima oleh anak. Permainan adalah suatu metode yang sesuai untuk belajar, karena dengan permainan diciptakan suatu suasana
yang santai dan menyenangkan. Dalam suasana seperti ini orang maupun anak-anak dapat belajar dengan lebih baik dan sungguh-sungguh. Selain
itu, sudah terbukti bahwa tingkah laku seseorang dalam permainan sama dengan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari dalam mengambil
keputusan, memecahkan
masalah, merencanakan
sesuatu dan
berkomunikasi, ini berarti bahwa permainan menjadicontoh untuk keadaan yang sebenarnya.
Dalam kehidupan sehari-hari sangat penting diperhatikan apa akibat atau hasil dari tingkah laku seseorang. Dalam permainan, hal ini
tidak terlalu penting. Oleh karena itu,kita dapat berkonsentrasi pada proses permainan tanpa memikirkan akibat, lalu menarik kesimpulan dari
pengamatan dan penghayatan proses itu. Apa yang dapat kita pelajari dari permainan, kemudian dikaitkan dan diterapkan pada kehidupan sehari-hari
.