91
5.11. CERPEN 11
5.11.1. Sinopsis Cerpen 11: “Hubungan Abadi”
Hubungan abadi adalah kisah Ragil yang mengalami pertemuan dengan arwah ibunya yang telah meninggal dunia. Ketika ia menceritakan ini kepada
suaminya, suaminya menentang bahwa itu bukanlah arwah emak, tapi arwah iblis yang menyamar jadi Emak. Dalam ajaran agamanya pun hal ini telah dijelaskan.
Ragil yang merasa bahwa pertemuan dengan arwahnya adalah hubungan yang tampak abadi bagi kedua, justru hal itu berbenturan dengan ajaran imannya.
Ragil pun memutuskan untuk tetap menaikan doa dan menikmati pertemuan dengan emaknya. Karena hal itulah yang membuatnya sejahtera. Keputusannya ini
tentu dirahasiakan dari suami dan jemaat yang dipimpinnya.
5.11.2. Interpretasi Cerpen Hubungan Abadi
Masih berlatar banjir, ‘Hubungan Abadi’ adalah cerita sekuel dari kisah ‘Cermin Peninggalan’ dan ‘Rumah Warisan’. Dalam cerpen ‘Hubungan Abadi’,
Ragil adalah tokoh utamanya, menceritakan pergumulan tentang pertemuan emaknya yang bentrok dengan ajaran agamanya.
Hubungan Abadi, dapat dikatakan sebagai cerita ini menarik. Pertemuan dengan Emaknya, bagaimana pertemuan itu dan bagaimana Ragil harus bergumul
dengan iman dan fakta yang ia alami, dituliskan oleh pengarang dari sudut pandang Ragil, cerpen ini pun menempatkan Ragil sebagai pencerita dan
suaminya sebagai objek yang diceritakan. Penempatan Ragil sebagai subjek, menguatkan maksud penceritaan, yang mana memang ingin menampilkan
pergumulan iman Ragil sendiri. Cerpen ini juga berbicara soal belief, fact, ajaran agama yang menggelitik.
Tidak mungkin. Emak sudah meninggal. Kamu pasti sangat kehilangan beliau dan sangat merindukannya….
Tidak, Papi… ini betul-betul wajah Emak. Ingat, Mi… orang yang sudah meninggal tidak bakalan bisa
memunculkan diri lagi. Badannya tidur dan rohnya kembali ke Tuhan Pencipta-Nya.
92 Dalam ajaran agama Ragil, tidak ada konsep bertemu dengan orang mati,
penampakan yang terjadi biasanya ulah iblis. Tapi pada kenyataannya, Ragil mengalami perjumpaan dengan sosok emaknya. Dia merasakan persekutuan
dengan emaknya. Hal yang nampak dinikmatinya ini justru berbenturan dengan ajaran imannya.
Kebenaran adalah kenyataan di pikiran kita. Kenyataan yang ada dalam pikiran Ragil, adalah dia bisa melihat Emaknya, maka dia menerima itu sebagai
sebuah kebenaran. Sementara kenyataan yang lain adalah ajaran agamanya tidak berkata seperti itu, maka dia tidak menerima ini sebegai kebenaran, tapi
pengalaman imannya dianggapnya sebagai kebenaran. Di sini dapat diketahui, bagaimana seorang perempuan bisa menimbulkan sebuah kebenaran dalam
pikirannya sendiri. Di saat kebenaran lain yang dianggap sebagai suatu ajaran, itu tidak mendukung kebenaran yang dia pegang itu.
Cerpen Hubungan Abadi memberikan gambaran perempuan dengan kebebasan berpikir dan bertindaknya. Jelas tergambar karena diceritakan dari
sudut pandang Ragil, sebagai pencerita. Kini ketika hubunganku dengan Emak itu tampak akan
abadi dengan kehadiran Emak pada tempat-tempat yang aku jumpa, mengapa harus berbenturan dengan ajaran
imanku tentang tidak adanya orang mati rohnya bergentayangan bahkan hanya dalam bayang-bayang?
Dalam teguran suamiku, aku tidak hendak lagi bercerita kepadanya tentang kehadiran Emak. Aku memilih diam dan
menikmati persekutuanku dengan Emak pada saat-saat ia hadir.
Namun, bila aku yang masih hidup ini merasa tidak sejahtera karena tidak melayangkan doa bagi Emakku ang sudah mati,
apa artinya ajaran ini, lebih-lebih aku menjadi sejahtera bila aku mendoakan Emakku yang sudah mati.
Tapi… Ya… itulah ajaran iman kita. Iblis sangat pandai meniru kita
dengan pemunculannya sebagai orang yang kita cintai. Seperti hidupnya Nabi Samuel yang telah mati oleh pertolongan
perempuan sihir, menampakan diri pada Raja Saul.
93 Bagaimana pembaca diposisikan diantara pihak yang terlibat? Dalam
pembacaan dominan atas teks ini pembaca diposisikan sebagai Ragil. Mengikuti kisah pergulatan iman Ragil dapat diketahui bahwa pembaca diajak untuk turut
merasakannya. Bagaimana pergumulan itu benar-benar dirasakan langsung oleh pembaca dan maksud penceritaan pengarang juga dapat ditangkap sama oleh
pembaca. Dalam cerpen ini, pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca
melalui sosok Ragil bahwa terkadang ajaran agama yang kita terima tidak selalu sesuai untuk semua orang. Dia menyentil agamanya sendiri. Jadi pengarang
sebagai narrator secara implisit, mengatakan bahwa kita memiliki ajaran iman, tapi mungkin ini tidak bisa terjadi pada setiap orang. Karena demikian fakta yang
terjadi pada Ragil. Pengarang pun di sisi lain mengatakan kadang pemimpin agama pun bisa menyembunyikan kenyataan. Seperti Ragil, menyembunyikan
kenyataannya, untuk mempertahankan ajaran agamanya, supaya dia tidak dianggap menyimpang dari agamanya.
5.11.3. Pendeta Perempuan